Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah
utama dalam kesehatan baik didunia maupun di Indonesia.DM adalah suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-duanya.Lebih dari 90 persen dari semua populasi
diabetes adalah diabetes mellitus tipe2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin
karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh
resistensi insulin(American Diabetes Association, 2015).
Diabetes melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebut dengan insulin dependent diabetes melitus (IDDM) ditandai oleh penurunan
kadar insulin disebabkan oleh destruksi sel-sel betha. DM pada tipe ini memerlukan
insulin. DM tipe 2 disebut juga dengan non insulin dependent diabetes militus (NIDDM)
merupakan bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai dengan retensi insulin
ketika hormon insulin diproduksi dengan jumlah banyak (Adib, 2011).
Diabetes mellitus tipe II apabila tidak ditangani dengan baik dan benar akan dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi, baik komplikasi akut maupun komplikasi kronis.
Komplikasi kronis pada diabetes mellitus tipe II adalah komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler adalah penyebab utama kematian pasien
diabetes mellitus tipe II. Komplikasi ini melibatkan pembuluh darah besar yaitu
pembuluh darah koroner, kemudian pembuluh darah otak, dan juga pembuluh darah
perifer.Mikrovaskuler merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang ateriola retina
dan kapiler (retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati diabetic), dan saraf-saraf
perifer (neuropati diabetic) (Price, & Wilson, 2013).
Salah satu akibat dari komplikasi kronik atau jangka panjang pada pasien
diabetes mellitus tipe II adalah ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum adalah kerusakan
integritas kulit atau infeksi yang meluas sampai jaringan kulit bawah, tendon, bahkan
tulang (Edward, 2015). Ulkus diabetikum pada pasien diabetes mellitus tipe II
diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia yang berlangsung lama sehingga gula darah
banyak menumpuk di pembuluh darah, keadaan tersebut menyebabkan sirkulasi darah ke
perifer kurang dan terhambat dimana tanda dan gejalanya yaitu berkurangnya denyut
nadi perifer dan neuropati perifer pasien akan merasakan sering kesemutan dan kebas
(Ariyanti, 2012).Komplikasi yang ditimbulkan mempengaruhi 30 % lebih tinggi pada
pasien diabetes dengan umur diatas 40 tahun.Terlambatnya diagnostik awal dapat
meningkatkan resiko komplikasi yang serius termasuk kecatatan dan amputasi.
Peran perawat sebagai educator sangat dibutuhkan oleh pasien Diabetes Mellitus
karena Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan manajemen yang khusus.Manajemen nutrisi, latihan jasmani, monitoring,
terapi farmakologi, dan edukasi mempengaruhi pengendalian kadar glukosa darah pasien
diabetes mellitus tipe 2. Maka, pasien harus belajar untuk mengatur keseimbangan pola
makan dan berbagai faktor penyebab. Pendidikan ataupun pengetahuan yang diberikan
kepada pasien diabetes mellitus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien
diabetes mellitus tentang penyakit dan pengelolaan dengan tujuan tidak terjadinya
komplikasi pada kaki akibat penyakit DM Tipe 2, sehingga pasien mampu
mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut(Notoatmodjo, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada Ny. Y dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Ny. S dengan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pada Ny. S dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mampu mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pada Ny. S dengan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
f. Mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pada Ny. S dengan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Fisiologi Pankreas
Pankreas terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin yang berasal dari
jaringan berbeda selama perkembangan dan hanya memiliki kesamaan lokasi
(Sheerwood, 2012).
1) Fungsi Eksokrin
Sekresi pankreas mengandung enzim untuk mencernakan 3 jenismakanan
utama: Protein (tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase), karbohidrat
(amilase pankreas), dan lemak(lipase pankreas). Sel eksokrin pankreas
mengeluarkan cairanelektrolit dan enzim sebanyak 1500-2500 ml sehari
dengan pH 8sampai 8,3. Pankreas mengeluarkan getah pankreas yang
terdiridari duakomponen :
a) Enzim pankreas
Enzim pankreas secara aktif di sekresikan oleh sel asinus yang
membentuk asinus. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga
jenis enzim pankreas yang mampu mencerna makanan, yaitu:
(1) Enzim proteolitik untuk pencernaan protein. Tiga enzim
proteolitik utama pankreas adalah tripsinogen, kimotripsinogen,
dan karboksipoliepeptidase.
(2) Amilase pankreas (karbohidrat) berperan dalam pencernaan
karbohidrat, mengubah polisakarida menjadi disakarida maltosa.
(3) Lipase pankreas (lemak) sangat penting karena merupakan
enzim diseluruh saluran cerna yang dapat mencerna
lemak.Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol(Sheerwood, 2012).
b) Komponen alkalis/basaEnzim-enzim pankreas berfungsi optimal pada
lingkungan yangnetral atau sedikit basa, namun isi lambung yang sangat
asam dilarikan ke duodenum di dekat tempat keluarnya enzim pankreas
kedalam duodenum. Enzim pakreas berfungsi mencegah kerusakan
mukosa duodenum akibat asam(Sheerwood, 2012)
2) Fungsi Endokrin
Sel endokrin terdapat pulau-pulau yang disebut pulau Lagerhans.Sel
endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel B(beta) yang berfungsi untuk
sintesis dan sekresi insulin. Sela (alfa) yang menghasilkan glukagon, dan sel
D (delta) adalah tempat untuk mensintesis somatostatin.Sel pulau langerhans
yang paling jarang adalah sel PP yang mengeluarkan poloipeptida pankreas
yang berperan dalam mengurangi nafsu makan dan asupan
makanan.Didalam fungsi endokrin terdapat dua hormon yang membantu
mengatur kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh (Sheerwood,2012).
a) Hormon glukagon
Glukagon merupakan protein kecil yang mempunyai berat molekul 3485
dan terdiri dari 29 asam amino. Tempat utama kerja glukagon adalah
hati.Glukagon mempunyai fungsi yang berlawanan dengan hormon
insulin yaitu meningkatkan konsentrasi glukosa.Efek glukagon pada
metabolisme glukosa adalah pemecahan glikogen di dalam hati dan
meningkat kanglukoneogenesis pada hati. Hormon glukagon
menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein.
(1) Efek pada karbohidratGlukagon menyebabkan peningkatan
produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa
darah meningkat. Bila glukosa darah turun sampai
serendah70mg/100 ml, pankreas menyekresi glukagon dalam
jumlahyang sangat banyak, yang cepat memobilisasi glukosa
darihati, sehingga glukagon melindungi dari hipoglikemia.
(2) Efek pada lemak
Glukagon mendorong penguraian lemak serta inhibisisintesis
trigliserida.Glukagon meningkatkan produksi ketonhati
(ketogenensis) dengan mendorong perubahan asamlemak menjadi
badan keton.
(3) Efek pada protein
Glukagon menghambat sintesa protein di hati sertamendorong
penguraian protein hati.Glukagon mendorongmetabolisme protein
dihati tetapi tidak berefek nyata padakadar asam amino darah
karena hormon ini tidakmempengaruhi protein otot, simpanan
protein utama ditubuh.
b) Hormon insulin
Pengeluaran insulin oleh selβdirangsang oleh kenaikan glukosadalam
darah yang ditangkap oleh reseptor glukosa padasitoplasma permukaan
selβyang akan merangsang pengeluaranion kalsium dalam sel. Insulin
memiliki efek penting padametabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
(1) Efek pada karbohidrat
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadarglukosa darah
dan mendorong penyimpanan karbohidrat :
(a) Insulin mempermudah transport glukosa kedalamsebagian besar
sel.
(b) Insulin merangsang glikogenesis, pembentukanglikogen dari
glukosa, diotot rangka, dan hati.
(c) Insulin menghambat glikogenolisis, penguraianglikogen menjadi
glukosa sehingga menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan
mengurangi pengeluaranglukosa oleh hati.
(d) Insulin menghambat glukoneogenesis, perubahan asamamino
menjadi glukosa di hati. Insulin melakukannyadengan
mengurangi jumlah asam amino di darah yangtersedia bagi hati
untuk glukoneogenesis dan denganmenghambat enzim-enzim
hati yang diperlukan untukmengubah asam amino menjadi
glukosa.
(2) Efek pada lemak
Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan asamlemak darah
dan mendorong penyimpanan trigliserida:
(a) Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak daridarah
kedalam sel jaringan lemak.
(b) Insulin meningkatkan transport glukosa kedalam
sel jaringan lemak. Glukosa berfungsi sebagai precursoruntuk
pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah
untuk membentuk trigliserida.
(c) Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang
akhirnyamenggunakan turunan asam lemak dan glukosa
untuksintesis trigliserida.
(d) Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak),mengurangi
pembebasan asam lemak dari jaringanlemak ke dalam darah.
1. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki lainnya.
2. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin.
3. Periksa kaki setelah melakukan latihan.
4. Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk.
c) Monitoring
Monitoring kadar glukosa darah adalah landasan manajemen diabetes.
Monitoring dilakukan sendiri oleh pasien (self monitoring of blood
glucose/SMBG) yang memungkinkan pasien menyesuaikan manajemen diabetes
lain untuk kontrol glukosa darah yang optimal. SMBG dapat mencegah keadaan
hipoglikemia dan hiperglikemia sehingga kadar glukosa darah normal dapat
terjaga dan akhirnya diharapkan dapat mencegah komplikasi jangka panjang
(Smeltzer Bare, 2014).
d) Intervensi Farmakologi
Intervensi farmakologis merupakan salah satu bagian penatalaksanaan
DM tipe 2 yang sangat penting. Intervensi farmakologis ditambahkan jika
sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat) (Black & Hawks, 2014). Obat-obatan yang
digunakan untukpenderita DM tipe 2 adalah obat hipoglikemik oral (OHO),
suntikan, dan terapi kombinasi (Perkeni, 2015).
1. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat atau drastis
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
f. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
g. Kehamilan dengan DM atau DM gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Efek samping terapi insulin :
a. Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia
b. Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin
yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
2. Agonis GLP-1/incretin mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja
sebagai perangsang pelepasan insulin yang tidak menimbulkan
hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang biasanya terjadi
pada pengobatan dengan insulin ataupun suldonilurea.Agonis GLP-1
bahakan mungkin menurunkan berat badan. Efek agonis GLP-1 yang
lain adalah menghambat pelepasan glukoagon yang diketahui berperan
pada proses glukoneogenesi. Obat itu digunakan pada seekor binatang
untuk percobaan dan obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta
pankreas. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara
lain adalah muntah.
3. Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah, dan kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons
kadar glukosa darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan
jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggan
ataukombinasi OHO. Terapi dengan OHO kombinasi harus dipilih dua
macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda.
Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat diberikan
kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO
dengan insulin. Kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja
mencegah atau insulin kerja panjang).dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik. Bila
dengan cara seperti diatas kadar glukosa darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka OHO dihentikan lalu diberikan terapi kombinasi
insulin (Perkeni, 2015).
e) Edukasi
DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM tipe 2 memerlukan
partispasi aktif dari pasien, keluarga dan masyarakat.Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam melakukan perubahan perilaku sehat.Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.Edukasi merupakan aspek yang
sangat penting dalam mengelola DM. Tujuan dari edukasi DM adalah
mendukung usaha pasien penyandang DM untuk mengerti perjalanan
penyakitnya dan pengelolaannya serta perubahan perilaku atau kebiasaan
kesehatan yang diperlukan. Pengetahuan atau edukasi tentang pemantauan
glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya
harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus (Perkeni, 2015).
8. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus tipe II menurut (Smeltzer & Bare, 2018) di
bagi menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi
karena intoleransi kadar glukosa dalam darah yang berlangsung dalam jangka yang
pendek yang mencakup hal berikut ini :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami
penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dL yang disertai dengan gejala pusing,
gemetar, lemas, pandangan kabur, keringat dingin, serta penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik
akibat pembentukan keton yang berlebih.Menurut ADA (2017) ketoasidosis
diabetik terjadi akibat tubuh yang kurang memecah lemak menjadi tenaga, dan
hal ini terjadi karena tubuh yang kekurangan glukosa atau sumber tenaga akibat
insulin yang kurang. Menurut PERKENI (2015) KAD ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi yaitu 300-600 mg/dL, disertai
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton yang positif kuat.
Osmolaritas plasma meningklat yaitu 300-320 mOs/mL dan terjadi peningkatan
anion gap.
c. Sindrom Nonketotik Hiperosmolar Hiperglikemik (SNHH)
Suatu keadaan koma dimana yang terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan kadar glukosa darah yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan
dehidrasi hipertronik tanpa disertai dengan ketosis serum. Menurut ADA (2017)
Hiperosmolar hiperglikemik ditandai dengan kadar glukosa darah lebih dari
600mg/dL.
Komplikasi kronik biasanya terjadi pada pasien yang telah menderita
diabetes mellitus tipe II selama lebih dari 10-15 tahun. Komplikasi yang
mencakup hal tersebut yaitu :
b. Penyakit makrovaskuler ( pembuluh darah besar)
Biasanya penyakit ini mempengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh
darah perifer, dan pembuluh darah di otak. Menurut Smeltzer & Bare
(2013), pembuluh darah besar pada penyandang diabetes mellitus tipe II
mengalami perubahan akibat aterosklerosis, trombosit, sel darah merah, dan
faktor pembekuan yang tidak normal serta adanya perubahan dinding arteri.
Faktor resiko lain yaitu hipertensi, hiperlipidmia, merokok, dan
obesitas. Hal tersebut melibatkan kelainan struktur di membrane basalis
pembuluh darah kecil dan kapiler dan akan mempengaruhi semua jaringan
tubuh tetapi paling utama dijumpai pada mata dan ginjal (Smeltzer & Bare,
2013).
Kekurangan insulin akan mengganggu jalur poliol (glukosa, sorbitol,
fruktosa), yang menyebabkan penimbunan sorbitol. Pada jaringan saraf
penimbunan sorbitol, fruktosa dan penurunan kadar mioniositol berefek
pada kondisi neuropati. Neuropati dapat menyerang saraf perifer, saraf
kranial, atau saraf otonom.Akibatnya kerusakan terjadi pada pembuluh
darah besar ataumakroangiopati.Makroangiopatiini dapat mengakibatkan
penyumbatan vaskuler pada arteri perifer yang menimbulkan insufiensi
vaskuler perifer disertai klaudikasio intermiten, dan gangren ekstermitas
(Price, & Wilson, 2013).
c. Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil).
Biasanya penyakit ini mempengaruhi mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk menunda atau untuk
mencegah komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
d. Panyakit neuropati
Komplikasi ini akan mempengaruhi saraf sensori motorik dan
otonom yang akan mengakibatkan beberapa masalah anatara lain :
impotensi dan ulkus diabetikum. Menurut PERKENI (2015), komplikasi
yang paling sering terjadi dan yang paling penting ialah neuropati perifer,
berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu,
lalu ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ampurtasi
dan ulkus kaki diabetikum.Gejala yang sering dirasakan adalah kaki yang
terasa seperti terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit jika di
malam hari.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus
hendaknya dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistemik untuk mengkaji respon manusia
terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan
dengan keluarga klien juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah
kesehatan.
1. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya meliputi nama, umur (biasanya umur 35-60 tahun lebih beresiko
terkena penyakit diabetes melitus), agama, jenis kelamin (biasanya perempuan
lebih banyak terkena penyakit diabetes melitus), pekerjaan (biasanya
menanyakan pekerjaan klien sebelum dirawat apakah ada hubungan dengan
penyakit yang diderita saat ini), agama (biasanya menanyakan keyakinan yang
dianut oleh klien), status perkawinan, alamat, tanggal masuk, yang mengirim,
cara masuk RS, diagnosis medis (Smyth, 2012).
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama saat masuk rumah sakit dan saat ini :
Biasanya ada rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka (Tarwoto, 2012).
Alasan masuk rumah sakit :
Biasanya klien mengalami gejala sering buang air kecil terutama pada
malam hari (poliuria), sering haus (polidipsia), dan sering lapar (polifagia)
serta tubuh menjadi lemah dan mudah merasa lelah, dan adanya luka atau
bisul yang tidak kunjung sembuh (Tarwoto, 2012).
o. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Diagnostik
a) GDS biasanya meningkat > 200 mg/dl, GDP > 120 mg/dl
b) Aseton plasma (Aseton) : positif secara mencolok
c) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 300 m osm/lt
d) Trombosit darah mungkin meningkat (dehidrasi)
e) Leukositosis, hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap
stress/infeksi
f) Ureum/kreatinin mungkin meningkat/normal
b) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine, pemeriksaan
dilakukan dnegan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan
merah bata (++++). Kultur kemungkinan infeksi pada luka (Ismail, 2012).
p. Terapi
Biasanya pasien dengan diabetes melitus yang ada luka/ulkus dapat
antibiotik, dan anti nyeri, serta obat untuk menurunkan kadar gula darah
(Tarwoto, 2012).
N Diagnosa
NOC NIC
o Keperawatan
1 Ketidakstabilan Tingkat Glukosa Darah Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa darah Indikator : Aktivitas :
b.d resistensi 1. Glukosa darah 1. Memantau kadar gula darah
insulin, dalam batas normal 2. Memantau gejala hiperglikemia
2. Glukosa urin dalam : poiliuria, polidipsia, polifagia,
batas normal dan kelelahan
3. Urin keton 3. Memantau urin keton
4. Memberikan insulin yang
Manajemen Diabetes sesuai
Secara Mandiri 5. Memantau status cairan
Indikator : 6. Mendorong asupan cairan oral
1. Memantau glukosa 7. Antisipasi situasi dalam
darah dalam batas persyaratan pemberian insulin
normal 8. Identifikasi kemungkinan
2. Memantau gejala penyebab hiperglikemia
dari hiperglikemia 9. Mendorong pasien untuk
3. Mengobati gejala memantau gula darah
dari hiperglikemia 10. Menginstruksikan kepada
4. Memantau gula pasien dan keluarga mengenai
darah dan manajemen diabetes selama
pengetahuan diet periode sakit, termasuk
penggunaan insulin dan atau
obat oral, sesuai kebutuhan
Terapi Relaksasi
Aktivitas :
1. Gambarkan rasional dari
relaksasi dan kegunaannya,
keterbatasan dan tipe relaksasi
yang tersedia
2. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman
3. Anjurkan pasien untuk
mengatur posisi yang nyaman
bagi pasien
4. Dapatkan perilaku yang
menunjukkan terjadinya
relaksasi misalnya bernafas
dalam, pernafasan perut atau
menguap
5. Tunjukkan dan praktikan
teknik relaksasi kepada pasien
6. Evaluasi laporan individu
terkait dengan relaksasi yang
dicapai
Pengajaran: Peresepan Latihan
Aktivitas :
1. Nilai tingkat latihan pasien
saat ini dan pengetahuan
mengenai latihan yang
diresepkan.
2. Monitor keterbatasan fisik dan
psikologis pasien, serta latar
belakang dan budaya.
3. Informasikan pasien mengenai
tujuan, manfaat dari latihan
yang diresepkan.
4. Instruksikan pasien bagaimana
melakukan latihan yang
diresepkan.
5. Instruksikan pasien bagaimana
memonitor toleransi dari
latihan.
6. Informasikan pasien mengenai
aktivitas yang sesuai dengan
kondisi fisiknya.
7. Instruksikan pasien bagaimana
melakukan peregangan
sebelum dan sesudah
melakukan latihan dan
rasionalnya.
Kontrol Infeksi
Aktivitas :
1. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bilaperlu
4. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien
5. Gunakan sabun anti mikrobia
untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkunganaseptik
selama pemasanganalat
9. Ganti letak IVperifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermitenuntuk menurunkan
infeksikandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bilaperlu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasi intervensi
keperawatan.Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi atau program keperawatan.Perawat
melaksanakan atau mendegelasikan tindakan keperawatan untuk intevensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier,
2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase
terakhir dri proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang
direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan
rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting dari proses keperawatan
karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah (Kozier, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Agama : Islam
Nama : Tn. A
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Swasta
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Seorang pasien berumur 50 tahun, masuk ke RSUP Dr. M.Djamil
Padang pada tangga l8 Juli 2019 masuk melalui IGD dengan nyeri ulu hati
sejak 1 hari sebelum masuk RS, badan terasa lemah serta rasa mual yang
terus menerus tidak disertai muntah. Pasien juga mengalami penurunan nafsu
makan sejak 3 hari sebelum masuk RS. Pasien sudah dikenal menderita DM
tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu. Pemeriksaan GDS awal ketika di IGD yaitu 573
gr/dl. Saat dilakukan pengkajianpada tanggal 11 Juli 2019 pasien mengeluhkan
kedua kakinya terasa kebas, terasa berat bila digerakkan dan berjalan terlalu
lama, pasien mengeluh tidak nafsu makan sejak 5 hari yang lalu, serta pasien
mengatakan badannya terasa lemah. Pasien mengeluh mual setiap ingin
makan. Pasien mengatakan sering BAK.
Pasien langsung dibawa ke IGD RSUP DR. M. Djamil Padang oleh keluarga
untuk berobat dan dirawat.
PENGGUNAAN :
Pasien mengatakan menjaga pola makan dan menjalankan pola hidup yang sehat
sesuai dengan yang sudah dianjurkan.
Pasien mengatakan akan lebih menjaga pola makan dan pola hidup yang lebih
sehat agar penyakitnya tidak semakin parah dan menimbulkan komplikasi.
4) Pola Nutrisi/Metabolisme
BB : 60 Kg
TB : 160 cm
Pola Makan
Di rumah
a. Jenis diet dan jumlah kalori : di rumah sakit pasien mendapatkan diet DD
1700 kkal
b. Nafsu Makan: ( ) Normal ( ) Meningkat ( ) Menurun ( √ ) Penurunan
Sensasi Kecap
c. Jumlah diet yang dihabiskan :< ¼ porsi diet yang diberikan, terkadang ½
porsi.
d. Keluhan mual / muntah : pasien mengatakan selalu mual, sehingga tidak ada
nafsu makan
e. Penggunaan NGT : (√ ) Tidak ( ) Ya
f. Kesulitan Menelan (Disfagia): ( √ ) Tidak ( )Makanan Padat ( ) Cair
Skrining Nutrisi
0 1 2 Nilai
0 = risiko rendah
1 = risiko sedang
>2 = risiko tinggi
Pola Minum
Di rumah Di rumah sakit
Frekuensi : Pasien mengatakan di Frekuensi : Pasien mengatakan di
rumah minum 8-9 x rumah sakit minum 7-8
sehari. x sehari.
Jenis : Air putih, air the Jenis : Air putih
Jumlah : 2500 cc/24 jam Jumlah : 2000 cc/24 jam
Pantangan : Tidak ada Pembatasan Tidak ada
cairan :
Minuman Air dingin
disukai :
Intake cairan 24 jam (uraikan apa saja intake pasien):
Obat parenteral = 30 cc
Total skor 18
Kesimpulan : Pasien termasuk kriteria tidak berisiko, karena jumlah skor 18.
Kriteria penilaian :
16 – 20 = tidak beresiko
12 – 15 = rentan resiko
8) Pola Eliminasi
a. BAB
Di rumah Di rumah sakit
b. BAK
Di rumah Di rumah
sakit
Frekuensi : Pasien mengatakan di Frekuensi : Pasien mengatakan di RS
rumah BAK 7-8 x sehari. BAK 8-9 x sehari
Jumlah : - Jumlah : 2300 cc/24 jam
Warna : Kuning jernih Warna : Kuning jernih
Masalah di rumah sakit : ( )Disuria ( ) Nokturia ( ) Hematuria ( ) Retensi ( )
Kateter : ( √ ) tidak ( ) ya
1 Makan √
3 Mandi √
4 Berpakaian √
5 Membersihkan diri √
6 Berpindah/berjalan √
TOTAL SKOR 65
Keterangan :
Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu
melakukannya dan nilai 10 bila pasien mandiri
0 – 20 = ketergantungan total
21 – 99 = ketergantungan sebagian
100 = mandiri
f. Kekuatan otot:
Pasien tidak ada mengalami masalah dengan kekuatan ototnya.
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Vertigo: ( ) Ya ( √ ) Tidak
( ) pernah operasi
( ) menolak berkaca
c. Role/peran
( ) overload peran
( ) konflik peran
( ) perubahan peran
( ) keraguan peran
d. Identity/identitas diri
( ) kurang percaya diri
( ) merasa terkekang
( ) menunda tugas
( ) merusak diri
( ) rasa bersalah
( ) mencemooh diri
( ) mengecilkan diri
( √ ) keluhan fisik
( ) menyalahgunakan zat
Jelaskan : Pasien mengatakan hanya mengeluhkan keadaan kakinya yang sekarang,
yang selalu terasa kebas.
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan ideal dirinya, dan pasien
berharap secepatbya keluar dari rumah sakit.
LILA
Hidung
Hidung tampak simetris tidak ada kelainan, tidak ada
pernapasan cuping hidung, septum nasi berada di
tengah, tidak ada perdarahan.
Mukosa bibir tampak lembab, tidak ada stomatitis.
Mulut
Telinga kiri dan kanan simetris dan tampak bersih, tidak
Telinga ada pembengkakkan dan perdarahan, tidak ada nyeri
tekan, serta fungsi pendengaran baik.
Leher
Trakea Normal, tidak ada kelainan, tidak ada luka di sekitar
leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, JVP normal 5-2
JVP cmH2O.
Neurologi
Status mental/GCS Compos mentis / 15
Saraf cranial Nervus I-XII : tidak ada ditemukan masalah pada sistem
persyarafan pasien
Normal
Reflek fisiologi
Normal
Reflek patologis
Pengobatan dan
kontrol tidak
teratur
Glukosa tidak
stabil
Glukosa
menumpuk dalam
darah
Hiperglikemia
Viskositas darah
Aliran darah
melambat
Iskemik jaringan
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Hiperglikemia
Perubahan kimia
darah pada saraf
di seluruh tubuh
Merusak
pembuluh yang
memasok saraf
tubuh dengan
nutrisi dan
oksigen
Merasa sangat
tidak nyaman pd
perut
Perubahan pola
makan
Makanan tidak
dicerna secara
normal.
Mual dan
mungkin
obstruksi usus
kecil
Resiko perfusi
gastrointestinal
tidak efektif
P:
Intervensi
dilanjutkan
Kamis/ 2 1. Melakukan pengkajian Kamis/ S:
19 - 09 sirkulasi perifer secara 19 – 09- - Pasien mengatakan
2019 komprehensif 2019 badan masih terasa
2. Mengkaji tingkat rasa lemah
tidak nyaman atau - Pasien mengatakan
nyeri tidak merasa nyeri,
3. Memantau asupan hanya merasa
cairan meliputi asupan kebas pada kaki
dan haluaran dan berat bila
4. Memonitor perasthesia bejalan terlalu lama
dengan tepat, yaitu - Pasien mengatakan
rasa kebas yang rasa kebas hilang
dirasakan pasien timbul, dan tidak
terus menerus
- Pasien mengatakan
sering haus dan
sering BAK
- Pasien mengatakan
menderita penyakit
DM sejak 3 tahun
yang lalu
O:
- KU sedang
- Pasien tampak
lemah dan pucat
- Konjungtiva
anemis
- Kaki tampak pucat
dan teraba dingin
- Terpasang IVFD
NaCl 0,9 % 24
jam/kolf
- RR : 20 x/i
- S : 36,4 OC
- Ht : 29%
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan :
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan :
Jum’at/ 1 1. Memantau kadar Jum’at/ S:
20 - 09 glukosa darah 20 – 09 - Pasien mengatakan
2019 2. Menginstruksikan 2019 badan masih terasa
kepada pasien dan lemah
keluarga mengenai - Pasien mengatakan
manajemen diabetes makan sedikit dan
selama periode sakit, minum lumayan
termasuk penggunaan banyak
insulin dan atau obat - Pasien mengatakan
oral, sesuai kebutuhan. masih sering BAK
3. Memantau gejala O:
hiperglikemia : - KU sedang
poiliuria, polidipsia, - Pasien masih
polifagia, dan kelelahan tampak lemah dan
4. Memberikan insulin 12 pucat
unit - Konjungtiva
5. Mendorong pasien anemis
untuk memantau gula - Pasien diberikan
darah injeksi insulin 12
unit sebelum
makan siang
- Terpasang IVFD
0,9 % 24 jam/kolf
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Jum’at/ 2 1. Melakukan pengkajian Jum’at/ S:
20 – 09 sirkulasi perifer secara 20 – 09 - - Pasien mengatakan
- 2019 komprehensif. 2019 badan masih terasa
2. Mengkaji tingkat rasa lemah
tidak nyaman atau - Pasien mengatakan
nyeri. kakinya masih
3. Memantau asupan terasa kebas dan
cairan meliputi asupan berat bila
dan haluaran. beraktivitas
4. Memonitor perasthesia - Pasien mengatakan
dengan tepat (rasa masih sering BAK
kebas pada kaki) O:
- KU sedang
- Pasien masih
tampak lemah dan
pucat
- Kulit kaki masih
tampak pucat dan
sedikit dingin
- Konjungtiva
anemis
- Terpasang IVFD
NaCl 0,9 % 24
jam/kolf
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Jum’at/ 3 1. Memonitor intake Jum’at/ S:
20 – 09 makanan/cairan pasien 20 – 09 - - Pasien
- 2019 sesuai kebutuhan 2019 mengatakan
2. Memastikan bahwa 1 : badan masih
dalam diet mengandung terasa lemah
makanan yang tinggi 3- Pasien
serat untuk mencegah 0 mengatakan
konstipasi. mual masih ada
3. Mengajarkan pasien tapi tidak ada
dan keluarga mengenai muntah
diet yang dianjurkan. - Pasien
4. Mengkaji pola makan mengatakan
pasien saat ini dan masih tidak
sebelumnya, termasuk nafsu makan,
makanan yang disukai tapi ada makan
dan pola makan saat ini sedikit demi
5. Menjelaskan pada sedikit.
pasien mengenai tujuan O:
kepatuhan terhadap diet - KU sedang
yang disarankan terkait - Pasien masih
dengan kesehatan tampak lemah
secara umum, termasuk - Konjungtiva
menganjurkan pasien tampak anemis
makan sedikit tapi - Hb : 9,0 g/dl
sering - Diet pasien
masih tampak
bersisa
- Terpasang IVFD
NaCl 0,9 % 24
jam/kolf
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
3 Mingg 1 1. Melakukan Minggu/ S:
u/ 22 – pemeriksaan kadar 22 – 09 - - Pasien mengatakan
09 - glukosa darah 2019 badan masih
2019 2. Memberikan insulin sedikit lemah
sebanyak 8 unit - Pasien mengatakan
3. Menginstruksikan sudah sedikit
kepada pasien merasa nyaman
mengenai manajemen - Pasien mengatakan
diabetes selama periode ada banyak minum
sakit, termasuk dan sudah mulai
penggunaan insulin dan makan lebih
kebutuhan. banyak dari
4. Memantau keterbatasan kemarin
fisik dan psikologis - Pasien mengatakan
pasien. sering BAK
O:
- Pasien masih
tampak lemah
- Terpasang IVFD
NaCl 0,9 % 24
jam/kolf
- Mukosa bibir
pasien tampak
lembab
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Mingg 2 1. Melakukan pengkajian Minggu/ S:
u/ 22 – sirkulasi perifer secara 22 – 09 - - Pasien mengatakan
09 - komprehensif. 2019 rasa kebas sedikit
2019 2. Mengkaji tingkat rasa berkurang
tidak nyaman atau - Pasien mengatakan
nyeri. masih sering BAK
3. Memonitor perasthesia - Pasien mengatakan
dengan tepat, yaitu rasa badan terasa lemah
kebas O:
4. Melakukan - KU baik
pemeriksaan fisik, yaitu - Kaki masih tampak
TD, nadi, pernapasan, sedikit pucat dan
dan suhu. teraba dingin
5. Memantau lokasi dan - Terpasang IVFD
kecenderungan adanya NaCl 0,9 % 24
nyeri dan jam/kolf
ketidaknyamanan A:
selama Masalah belum
pergerakan/aktivitas. teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
P:
Intervensi
dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA