Sunteți pe pagina 1din 9

Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda

Water Resource Management (SP-1341)


Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

Macam-Macam Solusi dalam Pengendalian Banjir


di Kota Samarinda

Oleh Kelompok 2:
Dewi Susianti (NIM. 07161017)
Frans Samuel Simalango (NIM. 07161023)
Muhammad Hanung Salahudin Al-Hidayat (NIM. 07161053)
Nur Laily Rahmania (NIM. 07161064)
Suprayitno Agus Stiyanto (NIM. 07161083)

Banjir di Samarinda

1) Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Samarinda merupakan Ibu Kota Kalimantan Timur yang sedang berkembang pesat.
Secara geografis, telat Kota Samarinda berada di wilayah yang strategis karena menjadi titik
simpul dari Kota/Kabupaten disekitarnya yaitu Tenggarong, Bontang, dan Sangata. Samarinda
juga menjadi titik sentral jalur transportasi darat, laut, dan udara sehingga perkembangan
sangat pesat terlihat pada sektor jasa, industri perdagangan, dan pemukiman yang berwawasan
lingkungan.
Sebagai Ibu Kota, lajunya urbanisasi dan migrasi dari daerah lain telah memacu
perkembangan pemukiman yang cenderung menyimpang dari konsep pembangunan yang
berkelanjutan. Banyaknya kawasan-kawasan rendah (rawa, danau) yang semula berfungsi
sebagai tempat penampung air serta bantaran sungai yang berubah menjadi pemukiman,
ditambah dengan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai makin
memperburuk kondisi ini. Permasalahan yang dihadapi pun sangat kompleks, salah satunya
ialah permasalahan banjir.
Fenomena banjir tidak hanya terjadi pada saat musim penghujan saja. Durasi hujan
dalam waktu yang singkat, sudah dapat mengakibatkan banjir. Kondisi tersebut sangat
mengganggu aktivitas warga Kota Samarinda. Penanggulangan banjir di Samarinda harus
dipikirkan secara matang agar banjir besar tidak terjadi lagi. Diperlukan kajian mengenai
penanggulangan banjir pada saat sebelum banjir, saat terjadi banjir, dan setelah banjir.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh masyarakat dan juga pemerintah. Upaya tersebut
berupa pemeliharaan saluran drainase kota, pembenahan sungai – sungai, pembangunan sarana
pengendali banjir, dan lainnya. Berbagai studi terkait pengendalian banjir kota juga telah

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu penataan terpadu pengendalian banjir dengan
penyusunan prioritas penanganan dan pembiayaan sesuai dengan kondisi aktual serta prediksi
pembangunan kota di masa mendatang.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini ialah :
Bagaimana konsep penanggulangan banjir di Samarinda?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan solusi yang dapat diterapkan
sebagai salah satu upaya penanggulangan banjir di Kota Samarinda.

2. Tinjauan Pustaka
2.3. Kondisi Drainase Kota Samarinda
Kota ini memiliki tingkat perkembangan yang pesat di daerah – daerah yang berada
pada topografi yang rendah dan relatif datar. Daerah – daerah ini lah yang juga menjadi area
terkena banjir di Samarinda. Saluran drainase yang memiliki fungsi untuk menampung
limpasan permukaan, juga berfungsi sebagai saluran yang menampung limbah cair dari rumah
tangga. Hal tersebut akan menambah beban pada saluran dan membuat saluran menjadi kumuh.
Sistem saluran drainase Kota Samarinda mengalir menuju beberapa sungai yang akan masuk
ke Sungai Mahakam.
2.4. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 35 (1991) tentang
Sungai, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.63 Tahun 1993 tentang garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai, yang
menetapkan perlu adanya penetapan garis sempadan sungai dan pengaturan pengguanaan
dataran banjir. Dalam pengimplementasian di wilayah Samarinda, masih belum efektif dan
menghadapi beberapa permasalahan sosial. Sistem drainase yang ada belum mengikuti standar
sistem drainase yang benar. Masih banyak drainase lingkungan yang langsung masuk ke sungai
alam, sehingga apabila terjadi kenaikan muka air di sungai akan mempengaruhi secara
langsusng aliran dari drainase lingkungan tersebut.
2.5. Faktor Penyebab Banjir
Secara umum penyebab terjadinya banjir ialah kondisi berlebih dari limpasan
permukaan dan tidak tertampungnya limpasan tersebut dalam badan sungai sehingga air dapat
meluap. Faktor yang menyebabkan banjir diantaranya ialah faktor alamiah dan manusia.

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

2.5.1. Faktor Alamiah


Faktor alamiah disebabkan oleh beberapa hal yang sulit untuk dikendalikan, salah
satunya adalah hujan. Hujan maksimum harian yang pernah terjadi di wilayah Kota Samarinda
ialah 147 mm yang tercatat di stasiun Temindung. Tingginya curah hujan ini akan
mempengaruhi kondisi banjir di Samarinda, apabila fasilitas drainase dan pengendali banjir
yang lain belum mendukung.
Faktor alamiah lainnya ialah fisiografi, berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Secara
fisiografi, perkembangan wilayah di Pulau Kalimantan berada di tepian sungai yang daerahnya
relatif datar. Kondisi morfologi dari sungai cukup landai, sungai nya lebih panjang dan daerah
pengalirannya lebih luas.
2.5.2. Faktor Manusia
Faktor manusia, disebabkan oleh kondisi yang sejalan dengan adanya peningkatan
jumlah penduduk di Kota Samarinda. Pertumbuhan jumlah penduduk ini, juga dibarengi
dengan pertambahan atau peningkatan kebutuhan infrastruktur, pemukiman, pendidikan, serta
kebutuhan lainnya. Selain itu peningkatan jumlah penduduk juga mengakibatkan peningkatan
kebutuhan lahan usaha ataupun penyediaan lahan untuk infrastruktur tertentu yang akan
mempengaruhi tataguna lahan, yang berdampak pada berkurangnya potensi serapan air ke
dalam tanah. Hal tersebut juga semakin mudah mengakibatkan lapisan tanah tergerus air hujan
maka sedimentasi akan terjadi di sungai yang mengakibatkan kapasitas alir sungai akan
menurun.
2.6. Permasalahan Banjir
Banjir merupakan masalah yang sangat kompleks di beberapa kota maju dan
berkembang. Sumber dari genangan atau banjir di Kota Samarinda, khususnya daerah hilir,
dapat dibedakan menjadi beberapa hal berikut
2.6.1. Banjir Lokal
Merupakan genangan air yang terjadi akibat hujan di suatu daerah dalam kapasitas yang
melebihi dari sistem drainase yang ada. Banjir akan terjadi jika ketinggian genangan air
mencapai 0,2 – 0,7 meter dan durasi genangan mencapai 3 – 5 jam. Tinggi genangan dengan
durasi yang semakin besar, akan menyebabkan pasang air Sungai Mahakam yang akan
mengakibatkan banjir di daerah yang rendah.
2.6.2. Banjir Akibar Pasang Sungai Mahakam
Banjir pasang Sungai Mahakam berdampak pada daerah yang memiliki ketinggian
dibawah muka air pasang sekitar +1,58m. Ketinggian genangan antara 0,2 – 0,5 meter dengan
durasi genangan 2 – 4 jam. Banjir pasang ini diakibatkan oleh meningkatnya limpasan

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

permukaan dari daerah tangkapan air, berkurangnya kapasitas saluran akibat sedimentasi dan
hilangnya tampungan banjir berupa rawa.
2.6.3. Saluran Drainase
Beberapa permasalahan yang terjadi terkait saluran drainase ialah sebagai berikut :
1) Saluran drainase yang saat perencanaan dahulu di desain mampu untuk mengalirkan air
dari daerah tangkapan air, sekarang kapasitas yang direncanakan tersebut sudah tidak
memadai lagi. Artinya, kapasitas desain sudah tidak sesuai dengan debit limpasan yang
terjadi.
2) Penurunan kapasitas alir saluran drainase akibat sedimentasi dan sampah yang masuk
pada saluran drainase. Hal tersebut mengakibatkan penyumbatan dan menghambat laju
aliran dan juga mengurangi kapasitas saluran.
3) Pada bangunan infrastruktur yang tidak dilengkapi dengan sarana drainase yang
mencukupi. Kondisi tersebut menyebabkan permasalahan kelancaran aliran permukaan
pada area tersebut.

3. Metodologi Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode diantaranya
3.3. Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam menyusun makalah ini berasal dari pengamatan langsung,
mengumpulkan beberapa literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas, artikel ilmiah dan beberapa refrensi dari internet.
3.4. Pengumpulan Data
Informasi data yang didapatkan dari berbagai literatur, disusun berdasarkan hasil studi
dari informasi yang diperoleh. Penulisan makalah ini diharapkan saling terkait antar satu sama
lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
3.5. Analisis Data
Data yang terkumpul akan diseleksi dan diurutkan untuk penyusunan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah disiapkan secara
sistematis.
3.6. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan, serta
pembahasan. Kesimpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan makalah.

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

4. Penanggulangan Banjir di Kota Samarinda


Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan banjir di Kota Samarinda
antara lain, yaitu:
1. Membangun Detention Tank di ruas jalan utama yang sering terendam banjir.
Detention tank dapat dibangun pada bawah tanah ruas jalan utama di Kota
Samarinda, seperti Jalan A. Yani dan Jalan Juanda. Limpasan air hujan akan langsung
mengalir menuju kolam penampungan yang terletak tepat dibawah jalan. Contohnya
dapat dilihat pada Stamford Detention Tank pada Orchard Road di Singapura yang
terletak 30 meter dibawah tanah dengan kapasitas penampungan 38000m3.

Stamford Detention Tank

Sumber: Straits Times, 2019not

2. Pembangunan Bendungan Pengendali Banjir (Bendali) di Loa Buah.


Bendali dapat dibangun pada daerah Loa Buah, karena:
1) Sering terendamnya sarana jalan di Kelurahan Loa Buah (Jl. Flamboyan dan Jl.
Sendawar) dan berakibat cepat rusaknya badan jalan tersebut.
2) Sering terendamnya rumah penduduk (±150 rumah) dan berakibat cepat rusaknya
perabot rumah dan dinding rumah yang dari kayu.
3) Terendamnya fasilitas umum seperti SDN 015, kantor Kelurahan Loa Buah, pondok
pesantren dan mushallah.
Berdasarkan hasil orientasi lapangan permasalahan yang dapat menyebabkan
terjadinya banjir di Kelurahan Loa Buah disamping curah hujan yang tinggi adalah :
1) Pengaruh air pasang surut sungai Mahakam, muara sungai Loa Buah adalah sungai
Mahakam yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang menyebabkan semacam
efek pembendungan.

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

2) Pengaruh fisiografi, pada bagian hilir sungai Loa Buah merupakan dataran rendah
oleh karena itu alur sungai berkelok-kelok sehingga mempelambat aliran dan
memperlama untuk sampai ke muara.
3) Erosi dan sedimentasi, sebagian DAS Loa Buah bagian hulu merupakan daerah
tambang batu bara terbuka. Lahan terbuka ini pada waktu terjadi hujan tidak bisa
menyimpan sebagai air tanah dan mengalirkannya sebagai air permukaan sambil
membawa material tanah. Material hasil erosi lahan akan terbawah masuk ke dalam
sungai dan diendapkan.
4) Banyaknya bangunan persilangan (gorong-gorong) rumah di sepanjang Jl.
Flamboyan yang lebih kecil dari dimensi saluranya sehingga menghambat aliran air
sungai. Di sepanjang bantaran sungai Loa Buah bagian hilir banyak berdiri
bangunan rumah yang pondasinya menjorok ke alur sungai sehingga
memperlambat laju aliran air sungai. Permasalahan yang terindefikasi di sungai Loa
Buah disajikan pada Tabel 1.

3. Sosialisasi dan gerakan pembersihan saluran sebagai pencegahan sebelum


terjadinya banjir (pra banjir).
Saluran drainase di Samarinda terlihat penuh dengan sampah dan airnya berwarna
hitam. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya,
menjadikan kota Samarinda terlihat kumuh dengan air saluran berwarna hitam dan bau
yang menyengat.
Saluran di Samarinda terlihat penuh sampah, sehingga kapasitas saluran untuk
menampung air saat hujan berkurang. Contohnya di jalan KS Tubun Dalam, apabila
hujan turun, air yang berada di saluran turun ke jalan karena keadaan saluran yang

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

dipenuhi dengan sampah. Sehingga terjadi peninggian dasar saluran akibat sedimentasi
yang disebabkan oleh sampah.

4. Peraturan dan tindakan yang tegas dari Pemerintah Kota Samarinda terkait
bangunan liar di sempadan sungai.
Pemukiman di Samarinda sangat padat, sehingga banyak masyarakat yang
mendirikan rumah pada daerah bantaran sungai akibat tidak memiliki lahan yang legal.
Pemukiman masyarakat Samarinda pada bantaran sungai dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 1. Pemukiman di Area Bantaran Sungai

Pemukiman pada gambar diatas berlokasi di belakang Pasar Segiri Samarinda.


Pada gambar diatas dapat dilihat bantaran sungai dijadikan pemukiman oleh
masyarakat. Terlihat sungai diatas merupakan sungai dengan bentuk berkelok
(meandering). Seharusnya masyarakat tidak membangun rumah di area bantaran
sungai, terlebih di area belokan sungai, karena di area belokan sungai terjadi
perubahan kecepatan air dari yang mulanya kecepatan air tinggi di area lurus,
kecepatannya menjadi berkurang di area belokan.
Pada saat hujan turun, area sungai di belokan akan rentan terhadap banjir karena
air akan meluap apabila kapasitas sungai tidak mencukupi. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pemerintah harus tegas dan membuat aturan agar
masyarakat tidak membangun rumah di area bantaran sungai. Selain itu, Dinas
Penataan Kota harus memantau perkembangan kawasan bantaran sungai secara
rutin dengan waktu berkala.

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menagnggulangi permasalahan banjir di Kota
Samarinda, antara lain:
1. Membangun Detention Tank di ruas jalan utama yang sering terendam banjir.
2. Pembangunan Bendungan Pengendali Banjir (Bendali) di Loa Buah.
3. Sosialisasi dan gerakan pembersihan saluran sebagai pencegahan sebelum terjadinya
banjir (pra banjir).
4. Peraturan dan tindakan yang tegas dari Pemerintah Kota Samarinda terkait bangunan
liar di sempadan sungai.

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango


Homework 3: Pencegahan Banjir di Samarinda
Water Resource Management (SP-1341)
Department of Civil Engineering
Institut Teknologi Kalimantan

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sintanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air, Bogor: IPB Press.

Atidak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai, Yogyakarta Penerbit Gadjah Mada University
Press.

Bisi, M. 2008. Konservasi Air Dalam Perencanaan Ruang, Samarinda: Penerbit Tirta Media.

Chow, Ven Te. 1997. Hidroulika Saluran Terbuka. Jakarta: Penerbit Erlangga
.
Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya.

Water Resource Management (SP-1341) Desain oleh Frans Samuel Simalango

S-ar putea să vă placă și