Sunteți pe pagina 1din 16

WARTA ARDHIA

Jurnal Perhubungan Udara

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan
Konektivitas antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar
Udara

The Optimization of Adi Sumarmo Solo International Airport through Connectivity


Improvement Between Solo-Yogyakarta by Airport Train

M. Herry Purnama1) dan Eny Yuliawati2)


Pusat Litbang Transportasi Udara, Jalan Merdeka Timur 05 Jakarta Pusat 10110
email: m.herryp1@gmail.com, enjuliasupanto@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRACT / ABSTRAK

The airport is one of the transportation nodes that has important role in organizing intermodal
Histori Artikel: transportation especially for air transportation, road transportation, and rail transportation.
Diterima: 23 November 2017 Nowadays, one of mass transit modes in Yogyakarta and Solo is train (Prameks and Sidomukti line) that
Direvisi: 4 Desember 2017 serves passengers from Yogyakarta Tugu station to Solo Balapan station. Meanwhile, Adi Sutjipto
Yogyakarta airport has land limitation to develop the airport in serving at least 7,2 million pax/year
Disetujui: 30 Desember 2017 for its passenger traffic. Regarding this problem, it needs strategic actions in order to get appropriate
Dipublikasi online: 31 Des 2017 and fast solution. One of the solutions is offering optimization of secondary airport. Adi Sumarmo Solo
airport is the nearest airport to Adi Sutjipto airport that can be optimized for accommodating
passenger traffic from and to Yogyakarta. This option is also supported by airport train development
Keywords: that eases passenger connectivity between Adi Sumarmo airport and Adi Sutjipto airport. The purpose
airport train, airport optimization, of this research is to measure the optimization level of Adi Sumarmo Solo airport through airport train
air passenger behavior, connectivity that has been planned. Using stated preference approach technique and ServQual analysis,
this research will identify air passenger behavior for airport train. The result of the research shows the
connectivity, intermodal majority respondents (91%) stated agree for airport train option as transportation mode from/to Adi
transportation Sucipto airport, 65% respondents stated willing to pay Rp 20.000 - Rp 40.000 as maximum tariff. Besides
that, ServQual analysis shows the main priority for respondents toward airport train services is time
variable. Furthermore, this research is expected to be consideration for stakeholders and give impact
Kata kunci: for the objective of National Transportation System (SISTRANAS) policy in achieving effective and
kereta api khusus bandara, efficient transportation services through some indicators that are accessibility, integration, affordable
optimasi bandara, perilaku tariff, and high utility.
penumpang pesawat, konektivitas,
Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peran penting dalam
integrasi moda
penyelenggaraan transportasi antarmoda khususnya antara moda udara, jalan dan rel. Saat ini salah
satu sarana angkutan umum massal yang dimiliki kota Yogyakarta dan Solo adalah Kereta api
Prameks dan Sidomukti yang melayani pergerakan penumpang dari stasiun Tugu Yogyakarta
menuju Stasiun Solo Balapan. Sementara Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta saat ini memiliki
keterbatasan lahan untuk pengembangan bandara dalam melayani pergerakan penumpang pesawat
yang telah mencapai 7,2 juta penumpang/tahun. Dengan permasalahan tersebut tentu perlu diambil
langkah strategis guna mendapatkan solusi yang cepat dan tepat. Salah satu alternatif solusi yang
dapat dilakukan adalah menawarkan opsi dengan mengoptimalkan bandara terdekat (secondary
airport). Bandara Adi Sumarmo Solo merupakan bandara terdekat dengan Bandara Adi Sutjipto yang
memungkinan untuk dioptimalkan agar dapat menampung lonjakan pergerakan penumpang dari
dan menuju Yogyakarta. Hal tersebut juga didukung dengan telah dimulainya pembangunan kereta
api bandara khusus yang memudahkan akses pergerakan penumpang pesawat di Bandara Adi
Sutjipto menuju Bandara Adi Sumarmo. Dilatarbelakangi dengan permasalahan tersebut penelitian
ini bertujuan untuk mengukur tingkat optimasi Bandara Adi Sumarmo Solo melalui indikator
konektivitas Kereta Api Khusus Bandara yang tengah dicanangkan. Dengan menggunakan teknik
pendekatan stated preference dan ServQual Analysis penelitian ini bermaksud untuk melihat air
passenger behavior dengan akan diadakannya kereta api khusus bandara. Hasil penelitian
menunjukan mayoritas responden (91%) menyatakan setuju dengan alternatif KA Bandara sebagai
alat transportasi dari/menuju Bandara Adi Sutjipto dan 65 % responden menyatakan bersedia
membayar tarif maksimal sebesar Rp 20.000-Rp 40.000. Sementara hasil analisa ServQual prioritas
utama responden terhadap layanan kereta api khusus bandara adalah variabel waktu.

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 125
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
PENDAHULUAN kapasitas mencukupi, teratur, lancar, cepat,
Bandar udara merupakan salah satu mudah dicapai, tepat waktu, aman, nyaman,
simpul transportasi yang memiliki peranan tertib, tarif terjangkau dan dengan tingkat
penting dalam penyelenggaraan transportasi polusi yang rendah, sementara indikator
antarmoda khususnya antara moda udara, penyelenggaraan transportasi yang efisien
moda jalan dan moda rel. Transportasi berarti beban publik rendah dan utilitas tinggi
antarmoda sendiri dapat diartikan sebagai dalam jaringan transportasi nasional
suatu sistem yang menghubungkan moda (Permenhub, 2005). Sasaran Sistranas
transportasi yang berbeda seperti darat, tersebut sejalan dengan konsep Presiden RI
udara, laut, dan kereta yang memfasilitasi Joko Widodo yang disampaikan dalam
penumpang untuk menyelesaikan peletakkan batu pertama (groundbreaking)
keseluruhan perjalanannya dengan pembangunan rel kereta api Bandara
menggunakan lebih dari satu moda (Zhang & Internasional Adi Sumarmo sepanjang 13,5
Hansen, 2008). Integrasi antarmoda terdiri km pada bulan April 2017, yang
dari lima (5) kategori yaitu integrasi fisik, mengharapkan konsep pengelolaan
jaringan transportasi, tarif, informasi dan antarmoda transportasi nantinya
institusi atau administrasi (Luk & Olsewski, mempermudah aksesibilitas layanan
2003). Saat ini salah satu sarana angkutan transportasi kepada masyarakat dan
umum massal yang dimiliki kota Yogyakarta membuat waktu tempuh perjalanan semakin
dan Solo adalah Kereta api Prameks dan efisien (Pikiran Rakyat, 2017). Hal tersebut
Sidomukti yang melayani pergerakan juga didukung oleh penelitian intermodal
penumpang dari stasiun Tugu Yogyakarta integration in air transportation yang
menuju Stasiun Solo Balapan. Moda dilakukan oleh Vespermann & Wald bahwa
transportasi massal yang dapat mengangkut integrasi intermoda tidak hanya memfasilitasi
penumpang dalam jumlah besar, dengan penumpang untuk terhubung kepada jaringan
kecepatan tinggi dan hemat energi tentu saja transportasi secara luas, tapi juga dengan
sangat diharapkan dapat mengambil peran perpindahan yang aman, nyaman, dan efisien
strategis dalam mobilitas pergerakkan antara berbagai moda (Vespermann & Wald.
penumpang maupun barang. Secara teori, 2011).
intermodal passenger transport merupakan Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo
suatu konsep sustainable transportation saat ini merupakan salah satu bandara yang
karena kebijakan dan perencanaannya memiliki prospek untuk dikembangkan
bertujuan memfasilitasi penumpang untuk dibandingkan bandara lainnya di JawaTengah
menggunakan moda transportasi yang maupun Daerah Istimewa Yogjakarta.
berbeda dalam satu rangkaian rencana Bandara Ahmad Yani di kota Semarang dan
perjalanan, sehingga memungkinkan dua Bandara Adi Sutjipto di kota Yogjakarta cukup
moda atau lebih saling berhubungan door to sulit untuk dikembangkan karena landas pacu
door (Jones, et al., 2000); (Riley et al., 2010). (runway) pesawat tidak dapat lagi diperlebar
Dalam dokumen Sistranas yang atau diperpanjang untuk dapat melayani
merupakan tatanan kebijakan transportasi pesawat-pesawat berbadan lebar. Sementara
nasional disebutkan bahwa sasaran Sistranas Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo
adalah mewujudkan penyelenggaraan memiliki lebih banyak keunggulan dalam hal
transportasi yang efektif dan efisien. pengembangan bandara dibanding Bandara
Indikator efektif dimaksud adalah dengan Ahmad Yani dan Bandara AdiSutjipto.
menyelenggarakan transportasi yang Gambar 1 berikut menunjukan bandara-
selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, bandara tersebut dalam Tatanan
Kebandarudaraan Nasional.

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


126
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Gambar 1. Bandar Udara di Provinsi Jawa Tengah dan DIY Berdasarkan Tatanan Kebandarudaraan
Nasional, Permen PM 69 Tahun 2013 .

Dengan semakin banyaknya pergerakan (lalu stakeholders yang berada pada lingkup obyek
lintas) pesawat terbang di Bandara penelitian kereta Bandara Adi Sumarmo dan
Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta yaitu 7,2 secara khusus diharapkan dapat mendukung
juta penumpang/tahun dan keterbatasan salah satu sasaran kebijakan SISTRANAS yaitu
lahan dalam pengembangan bandara maka memberikan pelayanan transportasi yang
perlu diambil langkah strategis guna efisien dan efektif melalui indikator
mendapatkan solusi yang cepat dan tepat. aksesibilitas, terpadu, tarif terjangkau, dan
Salah satu alternatif solusi yang dapat dengan utilitas tinggi.
dilakukan dengan cepat dan tepat saat ini
adalah menawarkan opsi dengan TINJAUAN PUSTAKA
mengoptimalkan bandara terdekat (secondary Wei dan Gosling (2013) meneliti tentang
airport). Bandara Internasional Adi Sumarmo strategi dalam kerjasama (kolaborasi) dalam
merupakan bandara terdekat dengan Bandara pembiayaan penyediaan angkutan antarmoda
Adi Sutjipto yang saat ini memungkinan untuk sebagai fungsi aksesibilitas di bandar udara,
dioptimalkan agar dapat menampung lonjakan yang disajikan dalam paper yang berjudul
pergerakan penumpang dari dan menuju Strategies for collaborative funding of
Yogyakarta. Hal tersebut juga didukung intermodal airport ground access projects.
dengan telah dimulainya pembangunan kereta Penelitian ini mereview tentang pendanaan
bandara khusus yang memudahkan akses terkait dengan penyediaan aksesibilitas
pergerakan penumpang pesawat di Bandara bandara di beberapa wilayah federasi
Adi Sutjipto menuju Bandara Adi Sumarmo. Amerika Serikat dan menganalisa tentang
Dengan dilatarbelakangi permasalahan- strategi potensial pendanaan untuk
permasalahan tersebut di atas, maka perlu aksesibilitas dalam integrasi antarmoda di
dilakukan suatu penelitian ilmiah yang bandara Amerika. Penelitian ini
dimaksud untuk mengukur tingkat optimasi merekomendasikan perubahan pengaturan
Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo dan regulasi dalam program pendanaan
melalui indikator konektivitas Kereta Api sebagai persyaratan yang diperlukan agar
Khusus Bandara yang tengah dicanangkan. implementasi strategi menjadi efektif, dengan
Hasil penelitian ini diharapkan secara umum demikian dapat menyediakan dan
dapat menjadi pertimbangan para menyederhanakan pengembangan solusi

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 127
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
integrasi antaramoda yang memenuhi Paliska, et al. (2016), meneliti tentang
kebutuhan aksesibiltas bandara di masa pilihan penumpang terhadap penggunaan
mendatang. bandara serta analisa cakupan wilayah
Sementara itu Saliara (2014) meneliti bandara yang disajikan dalam paper berjudul
tentang integrasi antarmoda melalui Passenger’s airport choice and airport
penyatuan lebih dari satu moda angkutan catchement area analysis in cross-border
umum sebagai suatu sistem transportasi Upper Adriatic multi–airport region.
umum dengan mengambil studi kasus di Kota Penelitian tersebut mengamati tentang
Thessaloniki, Yunani yang disajikan dalam pilihan penumpang dalam menggunakan
paper berjudul Public Transport Integration: bandara, catchment area size, dan
the Case Study of Thessaloniki, Greece. homogenitas di daerah Upper Adriatic. Survei
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa penumpang dilakukan di 3 bandara yaitu
terdapat 3 level dari integrasi antar moda Ljubljana Joze Pucnik Airport, Venice Marco
yaitu dari segi organisasi, operasional, dan Polo Airport dan Triste Pietro Savorgnan
fisik. Integrasi organisasi menggambarkan Brazza Airport. Penelitian ini telah
pengaturan dan koordinasi antara stake mengestimasi “catchment area size” dan
holders dalam memenuhi keinginan dan “market share” bandara dengan
komitmen terhadap kinerja sistem, misalnya menggunakan multinomial logit dan structure
penetapan tarif yang berlaku. Integrasi model. Eksplorasi air passenger behavior
operasional mengacu kepada perencanaan menggunakan model logit yang
sistem angkutan umum dengan mempertimbangkan atribut sensitivitas
meminimumkan gangguan pada jarak dan penumpang yang melintas ke wilayah,
waktu untuk mendapatkan perjalanan yang demografi, dan bandara serta
lancar dan nyaman, misalnya pengaturan mempertimbangkan hetrogenitas preferensi
jadwal dan penyediaan informasi, dan dengan dalam pilihan bandara. Hasil penelitian
integrasi fisik yaitu adanya integrasi rute dan menunjukkan bahwa ketiga bandara
titik perpindahan, misalnya perencanaan mempunyai nilai catchment area yang kecil
lokasi stasiun maupun halte pemberhentian dan market share secara cepat menurun
angkutan umum. dengan meningkatnya aksesibilitas waktu
Bao, Hua, dan Gu (2016) meneliti tentang yang singkat menuju suatu bandara. Atribut
relevansi antara aksesibilitas bandara dengan waktu ini juga menjadi lebih sensitif terhadap
tingkat persaingan bandara, yang tersaji segmen penumpang bisnis dan domestik.
dalam paper berjudul Relevance of airport Usami, Manabe, dan Kimura (2017)
accessibility and airport competition. Dalam melakukan penelitian tentang pilihan
penelitian tersebut dinyatakan bahwa bandara dan konektivitas penerbangan
aksesibilitas bandara adalah kriteria yang penumpang domestik dan internasional
penting dalam persaingan bisnis bandara. dengan menggunakan analisa empiris dari
Berdasarkan data panel yang dihimpun dari 9 data survei pergerakan penumpang di Jepang
bandara besar di Provinsi Jiangsu China dari yang disajikan dalam paper berjudul Airport
tahun 2005 hingga 2014 ditunjukan hasil choice and flight connectivity among domestic
bahwa aksesibilitas bandara secara signifikan and international passengers-Empirical
mempengaruhi lalu lintas pergerakan analysis using passenger movement survey
penumpang dan frekuensi jadwal pesawat. data in Japan. Penelitian ini mengamati
Dari hasil olah data terhadap data panel perilaku penumpang terhadap pilihan
tersebut diketahui bahwa lalu lintas bandara di Jepang yaitu Bandara Narita dan
pergerakan penumpang akan meningkat 2 % Haneda di wilayah metropolitan Tokyo.
apabila terdapat peningkatan aksesibilitas Berdasarkan data mikro yang diperoleh dari
bandara sebesar 1 %. Kementerian Transportasi Jepang tahun
2010, hasil penelitian tersebut menyimpulkan

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


128
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
bahwa konektivitas penerbangan adalah METODOLOGI
elemen penting dalam memilih bandar udara. Pola pikir penelitian digunakan untuk
Data menunjukkan bahwa Bandara Haneda menjelaskan permasalahan dan obyek
mempunyai potensi menjadi Bandara Hub penelitian serta permasalahan yang akan
internasional di wilayah metropolitan Tokyo. diteliti, adapun pola pikir dari penelitian ini
Untuk pelaku perjalanan dengan tujuan adalah sebagai berikut:
bisnis, Bandara Haneda mempunya potensi
kuat sebagai bandara Hub di Jepang dengan Metode Pengumpulan Data
keunggulan dalam konektivitas yang Metode pengumpulan data menjelaskan
dimilikinya. tata cara data dikumpulkan.

Gambar 2. Pola Pikir Penelitian Optimalisasi Bandara Adi Sumarmo melalui Konektivitas Kereta
Bandara Khusus.

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 129
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Untuk melakukan kajian Optimalisasi Pengolahan Data
Bandar Udara International Adi Sumarmo Analisa penelitian menggunakan
Solo melalui Peningkatan Konektivitas antara pendekatan teknik stated preference, yaitu
Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api suatu teknik untuk menggali informasi
Khusus Bandar Udara, maka perlu ditetapkan tentang permintaan dan perilaku perjalanan.
lokasi-lokasi yang mempengaruhi hasil kajian Teknik ini menggunakan pernyataan
ini yaitu: preferensi dari para responden untuk
− Bandar Udara Adi Sumarmo Solo menentukan alternatif rancangan yang
− Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta terbaik dari beberapa macam pilihan
− PT. KAI Solo rancangan. Teknik stated preference
− PT. KAI Yogyakarta mendasarkan estimasi permintaan pada
sebuah analisis respon terhadap pilihan yang
Metode Pengumpulan Data sifatnya hipotetikal, misalnya sarana yang
Terdapat dua jenis data yang akan masih dalam perencanaan. Adapun tahapan-
dihimpun, data primer dan data sekunder. tahapan dalam penggunaan stated preference
Pengumpulan data primer dengan cara adalah sebagai berikut:
menyebarkan kuesioner yaitu kepada 1. Identifikasi atribut kunci dari setiap
pemangku kepentingan (stakeholders) yang alternatif dan membuat paket yang
terkait dalam mengembangkan program mengandung pilihan, seluruh atribut
kereta khusus di Bandara Adi Sumarmo dan penting harus direpresentasikan dan
data primer yang dihimpun dari preferensi pilihan harus dapat diterima dan realistis.
penumpang angkutan udara. Pengumpulan 2. Cara didalam memilih akan disampaikan
data primer melalui penumpang dimaksud kepada responden dan responden
untuk mengetahui preferensi penumpang diperkenankan untuk mengekspresikan
terhadap tersedianya fasilitas kereta bandara apa yang lebih disukainya. Bentuk
khusus. Sementara pengumpulan data penyampaian alternatif harus mudah
sekunder dilakukan melalui survei dimengerti, dalam konteks pengalaman
instansional ke PT. Angkasa Pura I dalam hal responden, dan dibatasi.
ini adalah Bandara Adi Sumarmo Solo dan 3. Strategi sampel harus dilakukan untuk
Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, Operator menjamin perolehan data yang
Penerbangan (Maskapai/Airline) yang representatif.
beroperasi di kedua bandara tersebut, dan PT.
KAI Daop VI (Stasiun Balapan Solo dan Stasiun Analisis Data
Tugu Yogyakarta). Data sekunder yang Metode survei yang digunakan adalah
dihimpun adalah informasi mengenai kondisi survei wawancara dengan teknik Stated
bandara eksisting, rute penerbangan, jenis Preference (SP) dan Servqual Analysis. Metode
pesawat, frekuensi penerbangan yang ini merupakan sebuah metode kuesioner
tersedia, dan informasi yang terkait dengan untuk mengetahui perilaku pelaku perjalanan
Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) di terhadap suatu fasilitas transportasi baru
Stasiun KA Balapan Solo dan Stasiun Tugu (yang belum beroperasi saat survei
Yogyakarta. Selain dengan menggali data dilakukan). Harapan yang diinginkan dari
primer maupun sekunder tersebut juga survei ini adalah untuk mengetahui
dilakukan desk research dengan maksud perubahan perilaku para pelaku perjalanan
untuk mereview penelitian-penelitian ilmiah dengan adanya fasilitas transportasi baru
di jurnal internasional yang telah dilakukan tersebut dan juga besarnya tarif yang
sebelumnya, serta untuk memperkaya teori- dianggap wajar, serta juga untuk mengetahui
teori terkait penelitian guna mempertajam harapan penumpang terhadap pelayan kereta
hasil analisis penelitian. api khusus bandara. Adapun tahapan survei
tersebut sebagai berikut:

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


130
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
1. Tahap penyaringan responden. sehingga dapat meningkatkan produktifitas
2. Tahap identifikasi profil responden. dan efisisensi biaya. Variabel indikator yang
3. Tahap identifikasi karakteristik/ digunakan dalam KPIs adalah: Boarding score
informasi perjalanan responden. yaitu rasio dari semua penumpang yang telah
4. Tahap identifikasi preference dan sampai di gate boarding; Waktu proses check-
harapan responden terhadap adanya in; Waktu proses pemeriksaan security
kereta api khusus bandara. bandara; Waktu proses keseluruhan yaitu
Setiap tahapan harus dilalui secara waktu yang digunakan penumpang dari
berurutan sehingga mendapatkan persepsi masuk stasiun kereta api hingga sampai pada
dari responden yang sesuai dengan kriteria boarding gate; dan Rasio antara waktu yang
yang diharapkan.
diperlukan untuk semua proses dan
scheduled process time yaitu waktu proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang ideal, dari waktu masuk ke dalam
Best Practice Optimasi Bandara stasiun KA hingga sampai ke boarding gate
Melalui Integrasi Moda Di Bandara termasuk buffer time untuk kedatangan
Eropa pesawat. Selanjutnya digunakan juga
Bandara-bandara besar di belahan benua indikator Key Control Parameters (KCPs)yang
Eropa telah mengembangkan Total Airport terdiri dari: Pengecekan proses check in;
Management (TAM) yaitu sekumpulan Key Pengecekan proses pemeriksaan security
Performance Indicators (KPIs) yang bandara; Perubahan jadwal penerbangan
ditetapkan untuk mengukur kinerja bandara. (mengoreksi waktu block-off apabila
Selanjutnya KPIs tersebut dijadikan data menunggu penumpang yang terlambat); dan
untuk melakukan simulasi menggunakan Perubahan jadwal kereta api artinya jadwal
program OPTIMODE yang merupakan extend kereta api dapat disesuaikan untuk
dari Airport Collaborative Decision Making mengambil penumpang yang mungkin gagal
(A-CDM). A-CDM sendiri ditujukan untuk dalam mengejar penerbangannya. Hasil
meningkatkan efisiensi secara menyeluruh simulasi secara visual dapat digambarkan
kegiatan operasional bandara dengan melalui Pax-Radar dimana konsep ini
sumberdaya yang ada dan melakukan merefleksikan kemampuan dalam
prediksi terhadap semua kejadian dalam mengumpulkan informasi posisi penumpang
operasional bandara. Prediksi dapat dalam suatu aplikasi.
memberikan manfaat secara signifikan
terhadap jaringan operasi dan bandara

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 131
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Gambar 3. Sistem program aplikasi “Pax-Radar” dalam sinergi integrasi antarmoda
Sumber: Milbredt, et al., 2017

Data real time dapat digunakan untuk Tengah yang diharapkan dapat menjadi
mendukung penjadwalan transportasi bandar udara dengan positioning untuk
antarmoda dan untuk memprediksi yang business maupun leisure (for cultural heritage
selanjutnya dapat diproses untuk mengukur tourism), lokasi yang tidak terlalu jauh dengan
utilitas infrastruktur. Sistem Pax-Radar juga kota Yogyakarta membuat Bandara Adi
menggambarkan informasi setiap Sumarmo menjadi layak untuk selalu
penerbangan yang ada dalam flight plan, yang dikembangkan. Kota Yogyakarta sendiri
selanjutnya dengan simulasi mikroskopik dikenal sebagai salah satu destinasi wisata
dapat digambarkan akibat keterlambatan favorit di Indonesia dengan berbagai tempat
pesawat, misalnya ketika pesawat terlambat wisata ditawarkan, baik wisata alam maupun
selama 1,5 jam akan berakibat pada wisata budaya. Hal ini menarik banyak minat
kedatangan empat rangkaian kereta api wisatawan baik domestik maupun asing
secara bersamaan, hal ini tentu saja akan untuk berkunjung ke tempat wisata di Kota
berdampak pada pelayanan di bandara yang Yogyakarta, baik dengan menggunakan
mengakibatkan banyaknya penumpang yang kendaraan pribadi maupun umum. Tabel 1
terlambat sampai di boarding gate. Program menggambarkan dimensi profile kedua
software ini juga dikembangkan dengan bandara yang saling berdekatan. Kedua
memadukan sistem manajeman kereta api bandara tersebut sama-sama merupakan
dengan sistem pengaturan pergerakan bandara dengan kategori Internasional
pesawat, sehingga memungkinan dalam dengan hierarki hub sekunder. Bandara Adi
menjadwal ulang kereta dan pesawat agar Sumarmo memiliki runway yang lebih
tidak berdampak terhadap keterlambatan panjang, kapasitas parking stand yang lebih
penumpang dalam mendapatkan besar, dan area terminal yang lebih luas
penerbangannya. dibanding Bandara Adi Sutjipto. Namun
demikian produksi penumpang maupun
Kinerja Bandara Internasional Adi pesawat di Bandara Adi Sumarmo masih
Sumarmo Solo Sebagai Penyangga terlalu jauh tertinggal dibandingkan dengan
Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta Bandara Adi Sutjipto.
Bandar Udara Adi Soemarmo Solo menjadi
salah satu bandara di wilayah Provinsi Jawa

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


132
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Tabel 1. Perbandingan kinerja Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta dengan Bandara Adi Sumarmo Solo
Bandara
Dimensi
Adi Sutjipto Adi Sumarmo
Kategori Bandara Intl Intl/EmbarkHaji
Hirarki Hub Sekunder Hub Sekunder
Kelas I II A
Panjang Runway 2.200 m x 45 m 2.600 m x 45 m
Operated Aircraft B-737-900/800 B-767-300
Parking Stand Exist 9 (Narrow Body) 10 (Narrow Body)
Kapasitas Terminal
 Internasional 362.066 Pax 150.000 Pax
 Domestik 1.388.776 Pax 1.500.000 Pax
Rute Internasional 2 Penggal Rute 2 Penggal Rute
Rute Domestik 14 Penggal Rute 11 Penggal Rute
Airline Int 2 Operator 3 Operator
Airline Dom 10 Operator 8 Operator
Pax/tahun (2016) 7,2 Juta 2,2 Juta
Passenger Growth 12,5% 30,4 %
Luas Terminal 9.201 M2 13.000 M2

slot time penerbangan yang tidak dapat


dipenuhi mengingat keterbatasan kapasitas
PENUMPANG
runway. Hal ini tentu menjadi peluang bagi
2.500
2.190 Bandara Adi Sumarmo yang mempunyai
2.000 lokasi berdekatan. Saat ini produksi bandara
1.525
1.500 1.396 1.511 1.418 baik produksi penumpang maupun pesawat
1.196
1.000
di Bandara Adi Sumarmo menunjukkan pada
tahun 2015-2016 mengalami pertumbuhan
500
yang signifikan yaitu sebesar 30,4% untuk
- pergerakan penumpang dan 3,5% untuk
2011 2012 2013 2014 2015 2016
pergerakan pesawat, seperti terlihat dalam
grafik pada Gambar 4. Infrastruktur Bandara
PESAWAT
Adi Sumarmo baik dari sisi udara maupun sisi
35.000 darat juga sangat memungkinkan untuk
30.000 27.565 28.934
24.268 23.574 25.413 menampung perpindahan penumpang dari
25.000
20.000 Bandara Adi Sutjipto, dengan demikian solusi
16.872
15.000 untuk mengatasi kepadatan lalu lintas
10.000 Bandara Adi Sutjipto dengan mengalihkan
5.000 penumpang ke Bandara Adi Sumarmo adalah
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
layak dilakukan.
Stated Preference Perilaku Penumpang
Gambar 4. Pertumbuhan data traffic pergerakan Angkutan Udara
penumpang danpesawat 6 tahun
terakhir di Bandara Adi Sumarmo Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta
Solo. Pelaksanaan survei yang telah dilakukan
pada tanggal 24 hingga 27 Agustus 2017 di
Sementara Bandara Adi Sutjipto
terminal keberangkatan penumpang Bandara
berdasarkan data di lapangan telah
Adi Sutjipto Yogyakarta, dimaksudkan untuk
mengalami overdemand, banyak permintaan

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 133
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
mengetahui preferensi penumpang dengan berikutnya berada pada usia 40-50 tahun dan
akan tersedianya kereta api bandara khusus sisanya 2 % berusia kurang dari 17 tahun.
yang menghubungkan Bandara Adi Sutjipto Sementara berdasarkan maksud perjalanan
Yogyakarta dengan Bandara Adi Sumarmo mayoritas responden berpergian dengan
Solo. Berikut hasil analisa mengenai profil dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
responden, perilaku perubahan penumpang, bisnis/pekerjaan. Selanjutnya profil
preferensi, dan prioritas harapan dengan responden berdasarkan tingkat pendapatan
akan tersedianya kereta api khusus bandara . responden Bandara Adi Sutjipto dengan
tingkat pendapatan ≤ Rp 3.000.000 lebih
dominan, yaitu sebesar 25%, diikuti oleh
tingkat pendapatan Rp 4.000.001-Rp
5.000.000 sebesar 23%. Untuk selanjutnya
pembagian proporsi pendapatan responden,
yaitu: Rp 5.000.001-Rp 6.000.000 sebesar
18%; Rp 3.000.001-Rp 4.000.000 sebesar
18%; sisanya >Rp 6.000.000 sebesar 15%.

Gambar 5. Karakteristik profil responden Bandara


Adi Sutjipto berdasarkan tingkat usia.

Maksud/Tujuan Perjalanan Responden

28%

60%

5% Gambar 7. Karakteristik profil responden Bandara


7% Adi Sutjipto berdasarkan tingkat
pendapatan.
Bisnis/pekerjaan
rekreasi/berbelanja
Pendidikan Karakteristik profil responden Bandara
Keluarga/Pribadi/Teman Adi Sutjipto menurut biaya yang harus
Gambar 6. Karakteristik profil responden Bandara dikeluarkan oleh responden dari tempat asal
Adi Sutjipto berdasarkan maksud ke Bandara Adi Sutjipto berturut-turut dari
perjalanan.
yang terbesar, yaitu: 20 – 40 ribu rupiah
Karakteristik profil responden Bandara (26%), biaya 40 – 60 ribu rupiah (19%), biaya
Adi Sutjipto berdasarkan tingkat usia 60 – 80 ribu rupiah (15%), biaya dengan >500
menunjukkan mayoritas responden berusia ribu dan < 20 ribu rupiah dengan presentase
produktif usia 20 hingga 30 tahun yaitu yang sama (13%) serta biaya yang besarnya
sebesar 46 %, mayoritas kedua 19 % 80 – 100 ribu rupiah (5%), biaya 150 – 300
responden berada posisi usia yang telah ribu rupiah (4%), dan biaya 100 -150 ribu
mapan 30 hingga 40 tahun, selanjutnya rupiah (3%) serta biaya dengan besar 300 –
masing-masing 12 % berada pada usia 17-20 500 ribu rupiah (2%).
tahun dan diatas 50 tahun , disusul 9 %

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


134
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
HASIL DAN PEMBAHASAN Keinginan Beralih ke Bandara Adisumarmo
Uraikan di bagian ini hasil yang diperoleh. Bila ada Kereta Bandara
Penulisan hasil bisa ditambahkan dengan
menyajikannya dalam bentuk tabel dan atau 9%
gambar. Tabel 1 menjelaskan bahwa
berdasarkan metode analisis A dan B, 91%
diperoleh hasil ini dan itu secara terfokus.
Ya Beralih
Tidak Beralih

Gambar 9. Preferensi responden Bandara Adi


Sutjipto terhadap alternatif moda
transportasi Kereta Api Khusus
Bandara

Untuk preferensi tarif, jika dibandingkan


dengan tarif/biaya moda yang bisa menjadi
pesaing KA Bandara (misalnya: kereta
Gambar 8. Karakteristik profil responden Prameks, Sidomukti, kereta jarak jauh Argo
berdasarkan biaya yang Wilis, bus, dan taksi), sebagian besar
dikeluarkan untuk sampai Bandar responden tidak keberatan dengan harga
Udara Adi Sutjipto. yang ditawarkan asalkan beberapa kriteria
kebutuhan konsumen KA terpenuhi. Dari data
Ketika ditanyakan kepada responden
yang didapat, diketahui bahwa sebagian besar
tentang preferensinya terhadap alternatif
dari responden bersedia membayar tarif
moda transportasi baru dari/menuju bandara
maksimal sebesar Rp 20.000-Rp 40.000
Adi Sutjipto ternyata mayoritas responden
(65%), gambar 10 berikut menampilkan
(91%) menyatakan setuju dengan alternatif
persepsi responden terhadap tarif KA khusus
KA Bandara sebagai alat transportasi
Bandara.
dari/menuju Bandara Adi Sutjipto (Gambar
9). Pilihan ini dapat dimengerti karena faktor
padatnya lalu lintas udara dan keterbatasan
luas bandar udara Adi Sutjipto, sedangkan
sebaliknya Bandara Adi Sumarmo masih
sangat memungkinkan untuk lebih
dioptimalkan. Dalam mengoptimalkan
Bandara Adi Sumarmo melalui kereta api
khusus bandara tentu saja faktor ketepatan
waktu menjadi hal yang penting bagi
masyarakat, serta diiringi dengan integrasi
yang baik secara sistem fisik, jadwal, maupun Gambar 10. Preferensi responden Bandara Adi
Sutjipto terhadap alternatif moda
pembayaran antar moda ( moda pesawat dan
transportasi Kereta Api Khusus
kereta api) . Bandara

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 135
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Sementara preferensi penumpang Tabel 2. Harapan Responden terhadap kualitas
terhadap letak bagasi kereta api khusus pelayanan Kereta Api Khusus Bandara
bandara, menunjukkan bahwa keamanan dan
Service Quality
kenyamanan bagasi merupakan kriteria yang Resp
juga dianggap penting bagi calon penumpang 1 2 3 4 5 6 7 8

Kereta api khusus Bandara Adi Sumarmo – 1 2 2 1 1 2 2 2 2


Adi Sutjipto. Berdasarkan data kuesioner,
2 2 1 1 1 1 2 2 2
mayoritas responden memilih gambar
3 2 1 1 1 1 2 2 1
gerbong 1 (sebanyak 54%) dengan desain
bagasi dengan posisi di atas dan tertutup ... ... ... ... ... ... ... ... ...
seperti kabin pesawat. Tempat duduk dari ... ... ... ... ... ... ... ... ...
gerbong ini semuanya menghadap ke depan dst 1 1 1 1 2 2 2 2
seperti kereta api komersial dan tidak rrat 1,3 1,4 1,1 1,3 1,5 1,5 1,2 1,5
berhadap-hadapan seperti umumnya kereta a 6 5 8 6 7 1 8 4
KRL. Gambar 10 menampilkan persepsi rank 3 4 1 3 7 5 2 6
responden terhadap pilihan gerbong dan
loker KA Bandara. Alasan pemilihan desain Dari hasil pengolahan data tersebut
gerbong ini umumnya adalah karena diperoleh hasil bahwa urutan prioritas
pertimbangan keamanan terhadap barang harapan penumpang terhadap pelayanan
bawaan yang masih takut tertukar jika letak kereta api khusus bandara adalah:
bagasi barang terdapat di depan, serta desain
yang mewah seperti pesawat sehingga dinilai 1. Ketepatan waktu keberangkatan dan
nyaman dan eksklusif. kedatangan kereta
2. Informasi jadwal kereta dan pelayanan
Letak Bagasi Pada Kereta Bandara self check-in:
10%
diatas/ Kursi RC 3. Penanganan dan keamanan bagasi
36% 54% disamping/ kursi RC 4. Kemudahan mendapatkan tiket
disamping/Kursi 5. Kenyaman dalam perjalanan
memanjang
6. Kesopanan dan keramahan petugas
7. Kebersihan fasilitas kereta api
8. Kelengkapan fasilitas kereta api

Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel


waktu tetap menjadi prioritas bagi pengguna
Gambar 11. Preferensi responden Bandara Adi jasa angkutan udara yang ingin melakukan
Sutjipto terhadap letak bagasi alih moda dan prioritas berikutnya adalah
Kereta ApiKhusus Bandara
dalam hal penangan bagasi.
Selanjutnya dari sisi operator
Selanjutnya berdasarkan survei yang telah
penerbangan yang beroperasi di Bandara Adi
dilakukan pada bulan Agustus 2017, prioritas
Sutjipto dan Adi Sumarmo, langkah yang akan
terpenting variabel kualitas pelayanan yang
ditempuh ketika Kereta Api khusus bandara
diharapkan oleh pengguna jasa angkutan
beroperasi, semua operator penerbangan
udara terhadap pelayanan Kereta Api Khusus
yang beroperasi di kedua bandara tersebut
Bandara adalah seperti yang tersaji dalam
mau mengalihkan penerbangan dari dan
Tabel 2 berikut.
menuju Kota Yogyakarta melalui Adi
Sumarmo. Gambar 12 dan 13 berikut adalah
gambaran prosentase operator penerbangan
yang beroperasi di kedua bandara tersebut.

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


136
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Skenario Shifting Penumpang Ter A + Ter B Domestik
Jumlah Penerbangan dari dan menuju Bandara
Adi Sutjipto
SKENARIO 3 (70%) 4.760.998

7%
10% SKENARIO 2 (50%) 3.400.713
30% PT.Garuda Indonesia
PT. Sriwijaya Air SKENARIO 1 (30%) 2.040.428
PT. Lion Air
11%
42% EKSISTING 6.801.425
Air Asia
PT. Citilink
- 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000

Gambar14. Skenario Shifting Penumpang


Domestik Bandara Adi Sutjipto
Gambar 12. Operator airline yang beroperasi di Yogyakarta
Bandara Adi Sutjipto

Skenario Shifting Penumpang Ter A + Ter B


Jumlah Penerbangan dari & menuju Bandara Internasional
Adi Sumarmo
SKENARIO 3 (70%) 289.058
SKENARIO 2 (50%) 206.470
9%
45% PT.Garuda Indonesia SKENARIO 1 (30%) 123.882

41%
PT. Sriwijaya Air EKSISTING 412.940
PT. Lion Air
- 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
5% PT. Citilink
Gambar 15. Skenario Shifting Penumpang
Internasional Bandara Adi
Sutjipto Yogyakarta

Gambar 13. Operator airline yang beroperasi di


Pada skenario 1 penumpang domestik
Bandara Adi Sumarmo
yang bersedia menggunakan kereta api
bandara khusus dan berpindah melalui
Skema Skenario Optimalisasi Bandara
Bandara Adi Sumarmo adalah sebesar
Internasional Adi Sumarmo Solo
2.040.423 penumpang per tahun, dengan
Untuk mengetahui berapa besar skenario 2 jumlah penumpang yang
penumpang Adi Sutjipto yang akan berpindah sebesar 3.400.713 penumpang per
menggunakan kereta api khusus bandara dan tahun dan dengan skenario 3 maka
bersedia menggunakan Bandara Adi perpindahan penumpang akan mencapai
Sumarmo, selanjutnya disimulasikan dalam 4.760.998 penumpang per tahun. Sementara
tiga (3) skenario yaitu skenario 1 (30 %), untuk penumpang internasional pada
skenario 2 (50 %), dan skenario 3 (70%). skenario 1 terdapat 123.882 penumpang per
Gambar 14 dan 15 berikut adalah hasil tahun yang berpindah melalui Bandara Adi
simulasi menggunakan tiga skenario tersebut Sumarmo, dengan skenario 2 terdapat
yang disimulasikan berdasarkan jumlah 206.470 penumpang per tahun dan dengan
pergerakan penumpang di terminal A dan B skenario 3 maka perpindahan penumpang
pada penumpang domestik dan internasional internasional akan mencapai 289.058
Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. penumpang per tahun. Merujuk pada jenis

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 137
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
kereta api khusus bandara seperti Raillink di melalui survei preferensi penumpang
Kualanamu dengan kapasitas sebesar 308 angkutan udara di Bandara Adi Sutjipto.
penumpang/set kereta, dan tingkat Kereta api bandara juga akan dapat
perjalanan kereta api sebesar 60 -90 menit memainkan peran penting sebagai
sekali dalam 1 hari, maka load factor rata-rata penghubung kedua bandara apabila dapat
harian kereta api khusus bandara telah dikelola secara tepat melalui integrasi fisik,
mencapai 80%, artinya menggunakan integrasi jaringan, integrasi tarif, integrasi
skenario 1 dengan perpindahan jumlah informasi dan integrasi institusi. Pengenaan
penumpang 2.164.310 penumpang/tahun tarif yang terjangkau dimana 65% responden
atau 5.930 penumpang perhari telah menyatakan bersedia membayar tarif
mencapai titik optimal. maksimal sebesar Rp 20.000-Rp 40.000juga
Perpindahan tersebut dimungkinkan menjadi atribut penting selain atribut waktu,
terjadi apabila ada kereta bandara dari Adi yang akan mendorong penumpang (91%
Sumarmo menuju Adi Sutjipto dengan responden) untuk menggunakan alternatif KA
penambahan tarif terusan dalam tiket Bandara sebagai alat transportasi dari atau
pesawat pada range harga Rp 20.000 hingga menuju Bandara Adi Sutjipto. Sementara
Rp 60.000. Selain itu perpindahan berdasarkan simulasi menggunakan tiga (3)
dimungkinkan karena faktor lebih murahnya skema, dengan menggunakan skenario 1
tiket pesawat melalui Bandara Adi Sumarmo, yaitu perpindahan jumlah penumpang
dimana selisih tarif rata-rata penerbangan mencapai 2.164.310 penumpang/tahun atau
Jakarta – Solo dan Jakarta Yogyakarta 5.930 penumpang per hari, load factor rata-
mencapai Rp. 214.631 – 278.800 dengan rata harian kereta api telah mencapai 80 %
penambahan waktu ± 60 menit untuk artinya kereta api bandara khusus dapat
menggunakan moda lanjutan kereta api dioperasikan untuk mendukung konektivitas
Bandara. Penyediaan kereta api bandara Bandara Adi Sutjipto dengan Adi Sumarmo.
khusus ini dapat menjadi solusi dalam Dengan padatnya lalu lintas pergerakan
mengurangi beban pergerakan pesawat pesawat dan penumpang di Bandara Adi
maupun penumpang di Bandara Adi Sutjipto, Sutjipto dapat teratasi dan optimalisasi
dan hal tersebut juga akan meningkatkan Bandara Adi Sumarmo sebagai bandara
utilitasi runway dan terminal di Bandara Adi terdekat dengan Adi Sutjipto juga dapat
Sumarmo. Selain itu perubahan perilaku terwujud.
pengguna angkutan udara ini juga akan
memberikan dampak terhadap makin SARAN (Optional)
dinamisnya sektor transportasi kedua Untuk menentukan tarif yang sesuai
wilayah tersebut. Konektivitas menjadi faktor dengan kemampuan penumpang perlu
penting karena dengan adanya konektivitas dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
memudahkan keterhubungan kedua wilayah willingness to pay pengguna kereta api
dengan waktu dan biaya yang relatif bandara khusus. Selain itu perlu dilakukan
terjangkau, dengan demikian sasaran penelitian lebih mendalam tentang sistem
kebijakan SISTRANAS yaitu memberikan integrasi antarmoda seperti dalam best
pelayanan transportasi yang efisien dan practice di bandara-bandara besar Eropa
efektif melalui indikator aksesibilitas, yang telah diuraikan dalam penelitian ini,
terpadu, tarif terjangkau, dan dengan utilitas sehingga dapat disinergikan antara
tinggi dapat tercapai dan diimplementasikan. kedatangan penumpang angkutan udara yang
dari dan ke Yogyakarta dengan kedatangan
KESIMPULAN dan frekwensi kereta api bandara khusus.
Atribut waktu menjadi faktor penting Dengan demikian variabel ketepatan waktu
dalam penentu perubahan perilaku pengguna yang merupakan variabel penentu dalam
angkutan udara. Hal tersebut dibuktikan preferensi penumpang untuk beralih moda

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


138
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
dan menggunakan penerbangan melalui cross border Upper Adriatic multi-airport
Bandara Adi Sumarmo dapat terealisasi region. Journal Air Transport Management
secara optimal. Selanjutnya untuk 57(2016) pages 143-154.
mengintegrasikan menjadi suatu sistem
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM
integrasi moda yang baik, perlu dibuat 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Regulasi terkait Fare Box Collection untuk Kebandarudaraan Nasional.
menampung dan membagikan hasil dari tarif
penumpang baik ke maskapai penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan, 2005.
Angkasa Pura selaku pengelola bandara dan Sistem Transportasi Nasional, KM 49
Operator Kereta Api Khusus bandara, Tahun 2005.
sehingga jaminan pengelolaan akan sistem
Pikiran Rakyat, 2017. KA Bandara Adi
integrasi dapat berjalan secara professional. Sumarmo Stasiun Balapan Solo untuk
tingkatkan layanan turis ke Joglosemar.
UCAPAN TERIMAKASIH [online] www.pikiran-rakyat.com/
Penulis mengucapkan terima kasih kepada wisata/2017/04/09/ka-bandara-
PT. Angkasa Pura I khususnya kepada adisumarmo-stasiun-solo-balapan-untuk-
tingkatkan-layanan-turis-ke-Joglosemar.
Bandara Adi Sumarmo Solo dan Bandara Adi
Sutjipto Yogyakarta yang telah mendukung Riley, P., Bührmann, S., Hoenninger, P.,
dalam penyediaan data primer maupun Christiaens, J., 2010. Passenger
sekunder, PT. KAI dalam hal ini adalah DAOP intermodality from A to Z: Intermodal
VI yaitu Stasiun KA Balapan Solo dan Stasiun passenger transport in Europe.The
KA Tugu Yogyakarta, serta kepada Pusat European forum on intermodal passenger
Litbang Transportasi Udara yang telah travel. Link-consortium. Europe.
Retrievedfrom:
mendukung dalam pendanaan penelitian ini.
http://www.mobiel21.be/sites/default/fi
les/publications/Brochure%20link%20kl
DAFTAR PUSTAKA einer.pdf.
Bao Danwen, Hua Songyi and Gu Jiayu, 2016.
Relevance of airport accessibility and Saliara, 2014. Public transport integration:
airport competition. Journal of Air The case study of thessaloniki, Greece.
Transport Management 55(2013) pages Transportation Research Procedia (4),
52-60. 535-552

Jones W.B., Cassady C.R., & Bowden R.O., Usami Munekatsu, Manabe Masashi, Kimura
(2000). Developing a standard definition Shin, 2017. Airport choice and flight
of intermodal transportation. connectivity among domestic and
Transportaion Law Journal, (vol. 27). international passengers-Empirical
analysis using passenger movement
Luk, J., Olsewski, P., 2003. Integrated public survey data in Japan. Journal of Air
transport in Singapore and Hongkong. Transport Management 58 (2017) pages
Road & Transport Research. Vol. 12 No. 4 15-20.
Proquest Central. pp.41.
Vespermann,. and Wald. 2011. Intermodal
Milbredt, Rudolp, Grunewald and Christ, integration in air transportation: status
2017. Evaluating condition and impact of quo, motives and future developments.
intermodal traffic management involving Journal of Transport Geography9 (6):
airports and raiways. Transportation 1187-1197.
Research Procedia 25 (2017) pages 1735-
1744. Wei Wenbin, Gosling Geoffrey D., 2013.
Strategies for collaborative funding of
Paliska D, Drobne S, Borruso G, Gardina M, and intermoda airport groundaccessprojects.
Fabjan D., 2016. Passenger’s airport choice Journal of Air Transport Management 32
and airport’s catchment area analysis in (2013) pages 78-86.

Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 139
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Zhang, Y., and Hansen, M., 2008. Real-time
intermodal substitution: strategy for
airline recovery from schedule
perturbation and for mitigation of airport
congestion. Transport Research Record:
Journal of Transportation Research Board
2052, 90-99

Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 125-140


140
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140

S-ar putea să vă placă și