Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
net/publication/296500599
CITATIONS READS
0 1,998
1 author:
Sik Sumaedi
Indonesian Institute of Sciences
45 PUBLICATIONS 312 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Sik Sumaedi on 02 March 2016.
INTISARI
Tulisan ini bertujuan untuk untuk merancang dan mengukur indeks kepuasan penumpang angkutan
umum bus kecil di Kota Bogor. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian
kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan survey melibatkan 277 penumpang angkutan umum bus
kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kepuasan penumpang angkutan umum terdiri atas
empat indikator. Instrumen Indeks ini telah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Selain itu, hasil
pengukuran menunjukkan bahwa indeks kepuasan penumpang angkutan umum bus kecil di Kota Bogor
adalah 48.42, yang berarti kurang memuaskan dan perlu untuk ditingkatkan.
ABSTRACT
This paper aims to design and measure the satisfaction index of paratransit passengers in Bogor. The
research methodology applied is quantitative research methodology. The data collection was performed
through survey involving 277 paratransit passengers. The research result showed that the satisfaction
index consists of four indicators. The validity and reliability of the instrument of the index have been
confirmed. In addition, the result of index measurement showed that the satisfaction index of paratransit
passengers in Bogor is 48.42, which means the passengers are not satisfied and their satisfaction need to
be improved.
1. PENDAHULUAN
Pada tingkat makro, kepuasan pelanggan juga memiliki makna penting bagi Pemerintah.
Selain produktivitas, kepuasan pelanggan dapat menjadi indikator kesehatan ekonomi
nasional [6]. Lebih lanjut, kepuasan pelanggan pada tingkat industri dapat dimanfaatkan
oleh Pemerintah sebagai input pembuatan kebijakan yang berorientasi pada peningkatan
daya saing [6]. Oleh karena itu, mengingat peran penting yang dimilikinya baik pada
264
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
level mikro maupun makro, mempelajari kepuasan pelanggan merupakan hal yang
penting untuk dilakukan.
Pada konteks jasa angkutan umum, kepuasan pengguna angkutan umum juga
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Hal ini mengingat tingginya angka
peralihan penumpang angkutan umum menjadi pengguna kendaraan pribadi [7]. Lebih
lanjut, fakta tersebut menunjukkan gejala rendahnya kepuasan pengguna angkutan
umum. Dengan kata lain, kepuasan pengguna angkutan umum perlu untuk selalu
dipantau untuk kemudian ditingkatkan. Dengan demikian, penelitian terkait pengukuran
kepuasan penumpang angkutan umum menjadi penting untuk dilakukan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk merancang dan
mengukur indeks kepuasan penumpang angkutan umum. Secara lebih spesifik,
penelitian ini dibatasi hanya untuk penumpang angkutan umum bus kecil di Kotamadya
Bogor.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35
Tahun 2003, angkutan umum bus kecil didefinisikan sebagai ”kendaraan bermotor
dengan kapasitas 9 s/d 16 dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk normal tidak
termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan 4 – 6,5 meter”. Angkutan
umum jenis bus kecil dipilih sebagai obyek penelitian karena jenis angkutan tersebut
melayani tipe jalan ranting, yang diduga akan digunakan oleh mayoritas pengguna
angkutan umum di Bogor.
265
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. DASAR TEORI
Dalam literatur, selama lebih dari 30 tahun, salah satu faktor yang mendapat banyak
perhatian adalah kepuasan pelanggan [1]. Banyak pakar telah berusaha mendefinisikan
kepuasan pelanggan. Meskipun para pakar tersebut mengungkapkan definisi kepuasan
pelanggan yang berbeda-beda, mereka bersepakat bahwa kepuasan pelanggan
merupakan kondisi perasaan senang atau tidak senang yang dimiliki oleh pelanggan
sebagai respon atas evaluasi antara kesesuaian kinerja produk dengan ekspektasi yang
dimilikinya [10]. Pada konteks angkutan umum, pandangan yang sama juga diadopsi.
Secara lebih spesifik, kepuasan penumpang angkutan umum didefinisikan sebagai
perasaan senang atau tidak senang penumpang angkutan umum yang didasari oleh
evaluasi kesesuaian antara kinerja angkutan umum dengan harapan yang dimilikinya
[11].
Para peneliti berbeda pandangan terkait bagaimana cara mengukur kepuasan pelanggan
[12]. Lebih spesifik, terdapat dua paradigma pengukuran kepuasan pelanggan.
Pandangan pertama mengajukan bahwa kepuasan pelanggan haruslah diukur
berdasarkan transaksi tertentu (tingkat transaksi individual) [12]. Berdasarkan
pandangan ini, pengukuran kepuasan pelanggan diukur dengan variabel terukur yang
bersifat spesifik yang lebih merepresentasikan penilaian karakteristik pelayanan
ketimbang mencerminkan kondisi perasaan pelanggan secara keseluruhan. Pengukuran
kepuasan pelanggan menggunakan pandangan ini menggunakan indikator yang tidak
sedikit. Pandangan kedua berpendapat bahwa kepuasan pelanggan diukur berdasarkan
akumulasi pengalaman pelanggan (tingkat keseluruhan) [12]. Pengukuran berdasarkan
pandangan kedua ini lebih mencerminkan kondisi perasaan pelanggan secara
keseluruhan dan dianut oleh banyak model kepuasan pelanggan internasional, seperti
American Customer Satisfaction Index (ACSI) [6], Swedish National Customer
Satisfaction Barometer (SNCSB) [8], dan Norwegian Customer Satisfaction Barometer
(NCSB) [12]. Lebih lanjut, pengukuran kepuasan pelanggan dengan paradigma kedua
ini memerlukan indikator yang lebih sedikit. Lebih spesifik, pengukuran kepuasan
pelanggan pandangan kedua ini melibatkan kurang dari lima buah indikator [6,8,12].
Para peneliti kepuasan penumpang angkutan umum umumnya setuju dengan paradigma
kepuasan pelanggan yang kedua [11,13]. Mereka berargumen bahwa bahwa paradigma
kepuasan pelanggan yang pertama lebih cocok dipandang sebagai operasionalisasi dari
service quality, yang menekankan pada penilaian rasional (kognitif) pelanggan terhadap
suatu atribut pelayanan secara spesifik [11]. Pada sisi lain, kepuasan seharusnya
merepresentasikan penilaian pelanggan yang bersifat holistik dan lebih menekankan
pada penilaian emosional [11]. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini menilai
kepuasan penumpang angkutan umum dengan menggunakan paradigma kepuasan
pelanggan yang kedua.
3. METODOLOGI PENELITIAN
266
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
267
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Bobot kepentingan dari kedua jenis index ditentukan dengan menggunakan teknik
derived importance, yaitu dilihat berdasarkan nilai faktor loading [16].
268
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Persentase
Variabel Kategori
(%)
Jenis Kelamin Wanita 50.9
Pria 49.1
Pekerjaan Pengusaha 25.7
TNI/Polri .4
PNS 2.2
Pelajar/Mahasiswa 48.2
Buruh/Pegawai Swasta 15.2
Tidak Bekerja 8.3
Pendidikan S1 ke atas 18.7
D3 2.9
SMA 55.3
SMP 13.2
Lainnya 9.9
Usia 8.0
41-50 tahun 9.1
31-40 tahun 12.7
21-30 tahun 32.7
37.5
Tabel 3. Faktor loading dan koefisien cronbach alpha kepuasan penumpang angkutan umum
269
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Indikator Wi Xi Wi*Xi
CS1 .888 4.1123 3.651722
CS2 .904 3.9601 3.57993
CS3 .915 3.9928 3.653412
CS4 .897 3.5560 3.189732
(1) -
(2) (max-
Indeks Kepuasan [(1)/(2)] x 100
48.42
4.4. Pembahasan
1) Analisis Temuan
Tulisan ini membahas indeks kepuasan penumpang angkutan umum bus kecil di kota
Bogor. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, indeks kepuasan penumpang angkutan
umum bus kecil adalah sebesar 48.42. Dalam indeks yang dirancang dalam penelitian
ini, nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 100 sedangkan nilai minimum yang
mungkin diperoleh adalah 16.67. Berdasarkan keterangan tersebut, indeks kepuasan
penumpang angkutan umum di kota Bogor masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan.
Apabila dikaitkan dengan konteks angkutan umum Kota Bogor, rendahnya indeks
kepuasan penumpang angkutan bisa dijelaskan dengan beberapa penyebab. Pertama,
Bogor dicitrakan sebagai kota “sejuta angkot” [17]. Hal ini terjadinya karena banyaknya
jumlah angkutan umum bus kecil yang beroperasi di Bogor. Banyaknya jumlah
angkutan umum bus kecil ini menimbulkan banyak persoalan seperti jumlah angkutan
yang menunggu penumpang secara sembarangan dan menyebabkan kemacetan. Kondisi
ini mungkin menimbulkan impresi buruk bahwa angkutan umum merupakan sumber
masalah ketimbang sebuah pelayanan di memori masyarakat yang menjadi responden
penelitian ini. Impresi tersebut mempengaruhi kepuasan yang mereka miliki terhadap
angkutan umum. Secara teoritis, penelitian telah mengkonfirmasi adanya fenomena
devil effect, dimana impresi yang buruk terhadap suatu obyek mungkin dapat berakibat
timbulnya penilaian yang buruk terhadap obyek tersebut [18]. Lebih lanjut, secara
empiris memang telah terbukti bahwa citra berpengaruh terhadap kepuasan [19].
Kondisi banyaknya angkutan umum bus kecil di Bogor juga menimbulkan faktor-faktor
yang menjadi penyebabnya rendahnya kepuasan penumpang angkutan umum. Sebagai
contoh, kebiasaan “mengetem” angkutan umum untuk menunggu penumpang membuat
penumpang yang sudah ada harus mengorbankan waktu lebih lama ketika menggunakan
angkutan umum. Secara empiris, semakin banyak pengorbanan yang harus dilakukan
oleh penumpang angkutan umum, semakin rendah nilai pelayanan angkutan umum yang
dirasakannya [11,13]. Hal ini berakibat pada semakin rendah kepuasan yang ia miliki
[11,13].
Banyaknya jumlah angkutan umum yang beredar juga membuat para pengemudi
angkutan umum bus kecil mungkin akan lebih berorientasi pada jumlah “setoran” yang
harus dicapai ketimbang kepentingan pengguna. Hal ini berimplikasi pada buruknya
pelayanan yang diberikan. Lebih lanjut, kondisi ini mungkin akan membuat kinerja
angkutan umum tidak mampu melebihi harapan para penggunanya. Pada sisi lain,
270
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Hasil penelitian ini telah menyediakan tata cara mengukur indeks kepuasan penumpang
angkutan umum. Indeks dalam penelitian ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
indeks ini disusun dengan paradigma kepuasan pelanggan sebagai akumulasi
pengalaman pengguna. Hal ini membuat indeks dapat diukur hanya dengan jumlah
indikator yang sangat ringkas. Kondisi ini akan memudahkan proses pengumpulan data
kepuasan pengguna angkutan umum. Kedua, dengan menggunakan paradigma kepuasan
pelanggan sebagai akumulasi pengalaman, indeks ini dapat digunakan untuk menjadi
sarana benchmarking kinerja antar angkutan umum meskipun angkutan tersebut
berbeda-beda jenisnya. Dengan demikian, indeks ini amat berguna bagi Pemerintah
Daerah untuk memantau kinerja angkutan umum. Ketiga, hasil akhir indeks ini berupa
angka kuantitatif. Hal ini memudahkan untuk menentukan apakah kepuasan pengguna
angkutan umum perlu ditingkatkan atau tidak.
5. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikerjakan, diperoleh beberapa kesimpulan.
Pertama, penelitian ini telah merancang indeks kepuasan penumpang angkutan umum
untuk kota Bogor. Indeks tersebut terdiri atas empat indikator. Instrumen indeks ini
telah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Kedua, hasil pengukuran menunjukkan
bahwa indeks kepuasan penumpang angkutan umum bus kecil di Kota Bogor adalah
48.42, yang berarti kurang memuaskan dan perlu untuk ditingkatkan.
271
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[1] Akbar, M. M. dan Parvez, N. (2009). “Impact of service quality, trust, and
customer satisfaction on customer loyalty”. ABAC Journal, Vol. 29 No.1, pp.
24 – 38.
[2] Clemes, M D, Gan, C, Kao, T H dan Choong M (2008) “An empirical analysis
of customer satisfaction in international air travel”. Innovative Marketing, Vol.
4, pp. 50-62
[3] Omar, N.A. et al., (2009). “Parents Perceived Service Quality, Satisfaction and
Trust of a Childcare Centre: Implication on Loyalty”. International Review of
Business Research Papers, Vol. 5 No. 5, pp. 299-314
[4] Gustafsson, A., Johnson, M. D., dan Roos, I. (2005), “The Effects of Customer
Satisfaction, Relationship Commitment Dimensions, and Triggers on Customer
Retention”, Journal of Marketing, Vol. 69, pp. 210-218.
[5] Yoo, M. dan Bai, B. (2013), “Customer loyalty marketing research: A
comparative approach between hospitality and business journals”, International
Journal of Hospitality
[6] Fornell, C., Johnson, M.D., Anderson, E.W., Cha, J. dan Bryant, B.E. (1996),
“The American customer satisfaction index: nature, purpose and findings”,
Journal of Marketing, Vol. 60, pp. 7-18.
[7] Sumaedi, S., Bakti, I.G.M.Y., Astrini, N.J., Rakhmawati, T., Widianti, T., dan
Yarmen, M. (2014), Public Transport Passengers’ Behavioural Intentions:
Paratransit in Jabodetabek Indonesia. SpringerBriefs in Business. Springer.
[8] Fornell, C. (1992) “A national customer satisfaction barometer: The Swedish
experience”, Journal of Marketing, Vol. 56 No.1, pp. 6–21
[9] Diamantopoulos, A., Sarstedt, M., Fuchs, C., Wilczynski, P. dan Kaiser, S.
(2012). “Guidelines for choosing between multi-item and single-tem scales for
construct measurement: A predictive validity perspective”, Journal of the
Academy of Marketing Science, vol. 40, no. 3, May, pp. 434-449.
[10] Sumaedi, S., Bakti, I.G.M.Y., Astrini, N.J., Rakhmawati, T., Widianti, T., dan
Yarmen, M. (2014) "The empirical study on patient loyalty: The role of trust,
perceived value, and satisfaction (a case study from Bekasi, Indonesia)",
Clinical Governance: An International Journal, Vol. 19 No. 3, pp.269 – 283
[11] Lai, Wen-Tai dan Chen, Cing-Fu.(2011),“Behavioral intention of public transit
passenger – the role of service quality, perceived value, satisfaction and
involvement”, Transport Policy, Vol.18. pp. 318-325.
[12] Johnson, M.D., Gustafsson, A., Andressen, T.W., Lervik, L. dan Cha, J. (2001),
“The evolution and future of national customer satisfaction index models”,
Journal of Economic Psychology, Vol. 22 No. 2, pp. 217-245.
[13] Wen,Chieh-Hua. Lan, Lawrence W. dan Cheng, Hsiu-Ling. (2005),“Structural
equation modelling to determine passenger loyalty toward intercity bus
services”, Journal of the Transportation Research Board, Vol.1927, pp.249-255.
[14] Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. dan Black, W.C. (2006) Multivariate
Data Analysis, 6th edition, New Jersey: Prentice Hall.
[15] Sekaran, U. dan Bougie, R. (2010) Research Methods for Business: A Skill
Building Approach, 5th edition, Wiley.
[16] Chu, Ray. (2002). "Stated-importance versus derived-importance customer
satisfaction measurement", Journal of Services Marketing, Vol. 16 Iss: 4, pp.285
– 301
272
ISSN 1907-7459
10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
DISKUSI
Penanya : Hermawan
Instansi : PTKMR-BATAN
Pertanyaan :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
Puskesmas pada penelitian ini?
2. Apakah dalam penelitian bapak juga dilakukan analisis risiko tentang angkutan
umum?
Jawaban :
1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Secara
umum, faktor-faktor tersebut dapat berhubungan dengan kinerja Puskesmas,
karakteristik individual dari pengguna puskesmas, hingga faktor sosiologis.
2. Tidak
273
ISSN 1907-7459