Sunteți pe pagina 1din 15

HUBUNGAN FAKTOR SOSIOLOGIS DAN FAKTOR PSIKOLOGIS

TERHADAP PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT PADA PEMILIHAN


KEPALA DAERAH PELALAWAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN
BANDAR PETALANGAN
(Studi Kasus Desa Lubuk Keranji Timur dan Desa Kuala Semundam)

Chip Chexk Purba


Email : Chipchexk@yahoo.co.id

Pembimbing : Adlin S.Sos, M.Si

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


Universitas Riau

Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau


Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax 0761-63277

Abstract

The process of writing this research is based on a point of view the writer to
examine the phenomenon of society in Bandar Petalangan District in the local
election of 2015. Through Pelalawan Regency seeing the behavior characterictics
one district of two villages with different tendencies and their significant
participation in Deciding the selection of the cadidates. This research uses a
quantitative correlation a contingency approach to correlate the two approaches
in the school of Michigan, the Sociological and Psychological Approach to the
behavior of voters in the voting at the location of the object of research. Primary
Data were collected through a survey and analysis of documents. Data processing
was performed using the program Statistic Package For Social Science
(SPSS). Then the data is processed through the Crostabbulation by Chi-square
test to see relationships and correlations contingency to see the relationship
between the variables studied. The results of this study there was no significant
relationship between voting behavior of district community Bandar Petalangan on
the elections, Palalawan 2015 based on gender, age, religion, education
(Sociological factors) and the factor of the issues that developed, the image of the
personality and leadership experience (Psychological factors). While the
Researchers found no relationship between behavioral subsequently chose to
sociological factors, based on ethnic identity, income level and psychological
factors in the identification of party and candidate to the district community
programs in local elections Bandar Petalangan Palalawan, 2015.

Kata Kunci: Election, Participation, Voting Behaviour,

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 1


PENDAHULUAN Pemilihan kepala daerah
langsung secara serentak merupakan
Pelaksanaan pilkada secara
langsung pertama kali dipraktekkan mekanisme yang baru pertama kali
di Indonesia sejak 1 Juni 2005 dilaksanakan di Indonesia.
berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 Berdasarkan pada UU No. 10 tahun
tentang Pemerintah Daerah Adapun 2016 atas perubahan UU No. 8 tahun
landasan hukumnya berdasarkan 2015 tentang perubahan atas UU No.
pada pasal Pasal 18 ayat (4) UUD 1 tahun 2015 tentang penetapan
1945 yang berbunyi: "Gubernur,
peraturan pemerintah pengganti uu
Bupati, dan Walikota masing-masing
sebagai Kepala Pemerintah Daerah (Perppu) No 1 tahun 2014 tentang
Provinsi, Kabupaten, dan Kota‎ Pemilihan gubernur, bupati,
"eitirio ds ili es hilipid. Kemudin walikota pada pasal 201 dijelaskan
dilanjutkan dalam UU Nomor 8 penyelenggaraan pilkada serentak
Tahun 2015 pasal 1 ayat (1) tentang yang dibagi menjadi 7 (tahapan)
Pemilihan Kepala Daerah secara tahapan, yaitu pilkada serentak 2015,
langsung yang berbunyi: “Pemilihan
2017, 2018, 2020, 2022, 2023, dan
Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta 2027 yang ketentuannya diatur lebih
Walikota dan Wakil Walikota yang lanjut dalam UU tersebut.
selanjutnya disebut Pemilihan
adalah pelaksanaan kedaulatan Untuk Pilkada Serentak di
rakyat di wilayah provinsi dan Kabupaten Pelalawan diikuti dua
kabupaten/kota untuk memilih pasang kandidat yang bersaing dalam
Gubernur dan Wakil Gubernur, merebut suara masyarakat. Pasangan
Bupati dan Wakil Bupati, serta no urut 1 Harris-Zardewan yang
Walikota dan Wakil Walikota secara merupakan petahana (incumbent)
langsung dan demokratis”. didukung 9 partai politik yaitu,
Golkar, Gerindra, Pan, PPP, Nasdem,
Dengan tujuan untuk PKS, PKB, PBB, dan PKPI dengan
meminimalkan pengguanaan dukungan 25 Kursi (71,43%)
anggaran, maka pemerintah sedangan pasangan no urut 2, Zukri-
menetapkan pilkada secara serentak. Anas Badrun didukung koalisi tiga
Pemilihan gubernur/ wakil gubernur partai , PDIP, Hanura, dan Demokrat
dilaksanakan bersamaan dengan yang mendapat dukungan 10 kursi
pemilihan bupati/wakil bupati dan (28,57%) di DPRD Kab.Pelalawan.
walikota/wakil walikota. Pilkada
serentak ini dengan sendirinya akan Pasangan calon yang
mampu meningkatkan efesiensi memperoleh kemenangan dalam
terhadap penggunaan anggaran pilkada serentak kab. Pelalawan
negara dan ongkos politik yang adalah kandidat no urut 1, Harris-
dikeluarkan oleh pasangan calon Zardewan dengan perolehan suara
kepala daerah dalam pemilihan 68.618 (50,57%) unggul tipis dari
langsung.1 kandidat no 2, Zukri-Anas Badrun
yang memperoleh 67.080 (49,43%)
dengan selisih suara yang kecil. Dari
1
Irman Putra Sidin, Pilkada : Penuh 199.452 Daftar pemilih tetap (DPT)
Euforia, Miskin Makna (Jakarta : Bestari hanya 138.539 (69,46%) yang
Buana Murni, 2015),hlm.118

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 2


menggunakan hak pilihnya, memang Desa Lubuk Keranji Timur
presentase partisipasi di kabupaten merupakan desa dengan tingkat
Pelalawan dapat dikatakan partisipasi tertinggi dengan total
meningkat jika dibandingkan dengan masyarakat yang memilih 78,60%
Pemilihan Legislatif (pileg) yang dengan kemenangan pasangan no (1)
hanya 64% atau Pemilihan Presiden Harris-Zardewan dengan suara 253
(pilpres) hanya 63% yang sementara kandidat no (2) Zukri-
berpartisipasi memberikan suara. Anas dengan perolehan 166 suara.
Desa Kuala Semundam merupakan
Tabel I desa dengan partisipasi terendah,
Rekapitulasi Suara di Kec. Bandar hanya 63,43% yang memilih,
Petalangan Pada Pilkada kemenangan diraih kandidat no urut
Kab.Pelalawan 2015 2, Zukri-Anas dengan 219 suara,
Desa Perolehan sementara pasangan no (1) kalah
Partisipasi
Suara tipis ,197 suara dari total suara sah.
(%)
No 1 No 2
1. Air 88,16 298 268 Terdapat fenomena yang
Terjun menarik dari kedua desa tersebut.
2.Angkasa 81,43 685 495 Diketahui bahwa Desa Lubuk
3. Kuala 63,83 197 219 Keranji Timur merupakan desa
Semundam dengan tingkat Partisipasi tertinggi
4. Lbk. 88,43 253 166 didalam beberapa kali
Keranji penyelenggaraan pemilihan umum
Timur sementara Desa Kuala semundam
5.Lubuk 79,79 308 202 merupakan Desa dengan partisipasi
Raja yang selalu terendah didalam lima
6.Lubuk 73,00 320 330 kali pemilihan umum terakhir yang
Terap dilaksanakan. Desa Lubuk Keranji
7.Rawang 76,55 315 268 Timur merupakan desa yang
Empat letaknya paling timur dengan lokasi
8.Sialang 85,93 298 256 paling jauh dari pusat pemerintahan,
Bungkuk akes yang susah dijangkau,
9.Sialang 67,36 344 382 sementara Desa Kuala Semundam
Godang berada pada posisi strategis, dimana
lokasinya merupakan jalur lintas
10.Tambun 87,80 218 252
menuju ibukota kecamatan,
11. 80,75 543 498
kabupaten dan provinsi serta
Terbangian
ketersediaan sarana yang telah
TOTAL 78,60 3.779 3.336
Sumber :data KPU Kab. Pelalawan 2015
memadai.
Peneliti tertarik untuk
Berdasarkan rekapitulasi
melakukan penelitian sehubungan
suara di tingkat kecamatan Bandar
dengan fenomena yang terjadi di
Petalangan, perolehan suara
Desa Lubuk keranji timur dan Desa
terbanyak diperoleh kandidat no urut
Kuala Semundam yang berada di
(1) Harris-Zardewan, dengan jumlah
Kecamatan Bandar Petalangan.
3.779 (60,38%) sedangkan pasangan
Dimana dalam beberapa kali
no (2) Zukri-Anas memperoleh 3.336
penyelenggaran pemilihan umum,
suara (39,62%) dari total suara sah.
dilihat dari partisipasinya konstan

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 3


selalu berada pada posisi tertinggi TUJUAN PENELITIAN
dan terendah dibandingkan dengan
desa-desa yang juga Adapun Tujuan penelitian ini
menyelengggarakan pemilihan di adalah :
Kecamatan Bandar Petalangan dan 1. Menjelaskan
kecendrungan perilaku memilih hubunganpengaruh faktor
masyarakat yang berbeda. Sementara Sosiologis terhadap perilaku
berdasarkan pada letak geografis memilih pada pemilihan
desa Kuala Semundam yang lebih Kepala daerah Pelalawan
dekat dengan jalan lintas dan tahun 2015 Desa Lubuk
merupakan akses utama menuju Keranji Timur dan Desa Kuala
ibukota provinsi, kabupaten dan Semundam Kecamatan Bandar
kecamatan berbanding terbalik Petalangan.
dengan desa Lubuk Keranji timur 2. Menjelaskan
yang jauh dari pusat pemerintahan hubunganpengaruh faktor
sementara jumlah masyarakat yang Psikologis terhadap perilaku
berpartisipasi dalam pemilu tinggi. memilih pada pemilihan
Kepala daerah Pelalawan
RUMUSAN MASALAH tahun 2015 Desa Lubuk
Keranji Timur dan Desa Kuala
Berdasarkan Latar belakang Semundam Kecamatan Bandar
yang dikemukan tersebut, maka Petalangan.
untuk membatasi ruang lingkup
pembahasan penelitian dapat
KERANGKA TEORI
dirumuskan pertanyaan penelitian
yaitu : 1. Perilaku Politik
1. Bagaimana hubungan faktor
Menurut Ramlan Surbakti,
Sosiologis terhadap perilaku
perilaku politik dirumuskan sebagai
memilih masyarakat pada
kegiatan yang berkenaan dengan
Pemilihan Kepala daerah
proses pembuatan dan pelaksanaan
Pelalawan tahun 2015 di
keputusan politik. Adapun yang
Desa Lubuk Keranji Timur
melakukan kegiatan politik tersebut
dan Desa Kuala Semundam
dibagi menjadi dua, yaitu2 :
Kecamatan Bandar
Petalangan?” 1. Pemerintah yang memiliki
2. Bagaimana hubungan faktor fungsi pemerintahan (pejabat
Psikologis terhadap perilaku pemerintahan)
memilih masyarakat pada 2. Warga negara biasa yang
Pemilihan Kepala daerah memiliki hak untuk
Pelalawan tahun 2015 di mempengaruhi orang yang
Desa Lubuk Keranji Timur memiliki fungsi
dan Desa Kuala Semundam pemerintahan (fungsi politik).
Kecamatan Bandar
Petalangan?”

2
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik
(Jakarta, Gramedia Widiasarana ,
2010),hlm.167

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 4


Menurut Jack C. Plano dkk, melakukan suatu kegiatan,
Perilaku Politik adalah :3 seperti cuaca, keadaan
keluarga, keadaan ruang,
“ Pikiran dan tindakan rasionalisasi, dan identifikasi
manusia yang berkaitan dengan aggressor.
dengan denga proses
memerintah. Yang termasuk Sementara menurut Max
5
perilaku politik adalah Weber , ada empat alasan utama
tanggapan-tanggapan yang menyebabkan seseorang
internal (pikiran, persepsi, melakukan aktivitas politik, yakni :
sikap, dan keyakinan) dan
juga tindakan-tindakan yang 1. Rasional nilai, yaitu alasan
nampak (pemungutan suara, yang didasarkan atas
gerak, protes, lobbying, penerimaan secara rasional
kampanye dan demokrasi).” akan nilai-nilai suatu
kelompok.
Menurut model perilaku 2. Emosional efektif, yaitu
politik tersebut, terdapat empat alasan yang didasarkan atas
faktor yang mempengaruhi perilaku kebencian atau sukacita
politik seorang aktor politik.4 terhadap suatu ide organisasi,
partai atau individu.
1 Lingkungan sosial politik yang 3. Tradisional, didasarkan atas
tidak langsung, seperti sistem penerimaan norma tingkah
politik, sistem hukum, sistem laku Individu atau tradisi
ekonomi, sistem budaya, dan tertentu dari suatu kelompok
sistem media massa. sosial
2. Lingkungan sosial politik 4. Rasional instrumental, yaitu
langsung yang mempengaruhi alasan yang didasarkan atas
dan membentuk kepribadian kalkulasi untung rugi secara
dari aktor politik; seperti ekonomi.
keluarga,agama,kelompok
pergaulan dan sekolah. Dimana 2. Perilaku Memilih
dari lingkungan sosial politik
langsung mereka mengalami Perilaku pemilih menurut
sosialisasi dan internalisasi Ramlan Surbakti adalah kegiatan
nilai-nilai dan norma-norma membuat keputusan untuk memilih
masyarakat atau tidak memilih sebagai bentuk
3. Struktur Kepribadian yang keikutsertaan warga negara dalam
tercermin dalam sikap Individu pemilihan. 6 Secara teoritis terdapat
4. Faktor lingkungan sosial politik teori yang menjelaskan mengapa
langsung , berupa situasi, yaitu seseorang ikut terlibat memilih
keadaan yang memberikan dalam suatu pemilihan.Penjelasan
pengaruh terhadap aktor politik pertama, bersumber dari teori-teori
secara langsung ketika hendak mengenai perilaku pemilih (vote
behavior).Penjelasan ini memusatkan
3
Jack C. Plano dkk, dalam Moh. Ridwan,
5
1997 (Skripsi Isabella Tarigan, 2010, USU), Damsar, Pengantar Sosiologi
Perilaku Politik NU Pasa Penyatuan Politik(Jakarta : Prenada Media,
Kembali Ke Khittah,1992.hlm,25 2010),hlm.193-197
4 6
Ramlan Surbakti, Ibid,hlm.169 - 170 Ramlan Surbakti, Loc.cit,hlm.185

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 5


perhatian pada individu.Besar Pendekatan ini pada dasarnya
kecilnya partisipasi pemilih (voting menjelaskan bahwa karakteristik
turnout) dipengaruhi pada sebab- sosial dan pengelompokkan-
sebab dari Individu pemilih. Perilaku pengelompokkan sosial, usia, jenis
memilih dapat dianalisa dengan kelamin, agama, pekerjaan, latar
menggunakan tiga pendekatan model belakang, kegiatan-kegiatan dalam
yaitu : kelompok formal dan informal dan
lainnya-memberi pengaruh yang
1. Pendekatan Sosiologis cukup signifikan dalam menentukan
perilaku memilih seseorang.
Pendekatan sosiologis
Kelompok-kelompok sosial itu
merupakan pendekatan perilaku
memiliki peranan besar dalam
pemilih yang berasal dari Eropa,
membentuk sikap, persepsi dan
yang kemudian dikembangkan oleh
orientasi seseorang. Dalam banyak
ilmuwan sosial yang berlatar
penelitian faktor agama, aspek
belakang pendidikan dari Eropa.
geografis (kedaerahan) dan faktor
Karena itu, Flannangan menyebutnya
kelas atau status ekonomi
sebagai model sosiologi politik
(khususnya di negara-negara maju)
Eropa. David Denver, ketika
memang mempunyai korelasi nyata
menggunakan pendekatan ini untuk
dengan perilaku pemilih.9
menjelaskan perilaku memilih
masyarakat Inggris, menyebut model Saiful Mujani menyebutkan
ini sebagai social determinism faktor-faktor yang mempengaruhi
approach.7 pemilih dalam pemilihan umum
yaitu, kelas sosial yang meliputi
Menurut pendekatan ini,
pendidikan, pekerjaan, tingkat
memilih sebenarnya bukanlah
pendapatan, agama, dan tingkat
sepenuhnya merupakan pengalaman
religiusitas, ras, etnik, atau sentiment
pribadi, melainkan suatu pengalaman
kedaerahan, domisili (antara
kelompok. Melihat perilaku memilih
pedesaan-perkotaan), jenis kelamin
seseorang cendrung akan mengikuti
dan usia.10
arah predisposisi politik lingkungan
sosial dimana dia berada. Dari 2. Pendekatan Psikologis
berbagai ikatan sosial yang ada
didalam masyarakat, sarjanawan Pendekatan psikologis pada
politik biasanya menunjung tiga awalnya berkembang di Amerika
faktor utama sebagai indeks paling Serikat berasal dari Eropa Barat.
awal pendekatan sosiologis ini, yaitu Pendekatan ini dikembangkan di
sosial-ekonomi, agama, dan daerah University of Michigan di Amerika
tempat tinggal.8 Serikat, sehingga kemudian
9
Adman Nursal, Political Marketing :
Strategi Memenangkan Pemilu, Sebuah
Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan
7
Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku DPR, DPD, Presiden,(Jakarta : Gramedia
Memilih ( Surabaya : Pustaka Euruka, Pustaka Utama, 2004),hlm.55-56
10
2006),hlm.137 Saiful Muljani, dkk.Kuasa Rakyat :
8
Dieter Roth, Studi Pemilu Empiris : Analisis Tentang Perilaku Memilih dalam
Sumber, Teori – Teori, Instrumen dan Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia
Metode, (Jakarta : Lembaga Survei Pasca-Orde Baru (Jakrta : Mizan Publika,
Indonesia, 2009),hlm.24-25 2012),hlm.6-21

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 6


pendekatan perilaku memilih ini pemilih dapat menggologkan
dikenal dengan sebutan Mazhab posisinya terhadap isu tersebut, baik
Michigan yang diperkenalkan oleh positif maupun negatif.14
August Campbell. 11 Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang Pendekatan Psikologis ini
terbentuk sebagai respon dari dilandasi oleh konsep sikap dan
ketidakpuasan pendekatan sosiologis. sosialisasi. Sikap seseorang sangat
Karena kelemahan pendekatan mempengaruhi perilaku politiknya.
sosiologis antara lain terletak pada Sikap tersebut terbentuk melalui
sulitnya mengukur secara tepat sosialisasi yang berlangsung lama,
indikator kelas sosial, tingkat bahkan bisa jadi sejak berusia dini.
pendidikan, dan agama. Secara Pada usia dini, sesorang calon
materi patut dipersoalkan, apakah pemilih telah menerima “pengaruh”
benar variable-variabel sosiologis politik dari orang tuanya, baik dari
seperti status sosial-ekonomi, komunikasi langsung maupun dari
kelauarga, dan kelompok-kelompok pandangan-pandangan politik yang
primer ataupun sekunder itu diekspresikan orangtuanya. Sikap
memberi sumbangan pada perilaku tersebut menjadi lebih mantap ketika
pemilih.12 menghadapi pengaruh berbagai
kelompok acuan seperti pekerjaan,
Ada tiga pusat perhatian dari kelompok pengajian dan sebagainya.
pendekatan psikologis yaitu : (1) Proses panjang sosialisasi itu
Persepsi dan penilaian pribadi kemudian membentuk ikatan yang
terhadap kandidat, (2) Persepsi dan kuat dengan partai politik atau
pemilaian pribadi terhadap tema- organisasi kemasyarakatan lainnya.
tema yang diangkat dan (3) Ikatan tersebut diistilahkan sebagai
Identifikasi Partai (partisanship). identifikasi partai, sebagai variabel
Menurut pendekatan ini yang inti untuk menjelaskan Mazhab
berpengaruh langsung terhadap Michigan.15
pemilih bukan struktur sosial ,
melainkan faktor-faktor jangka 3. Pemilihan Kepala Daerah
pendek dan jangka panjang terhadap
Pemilihan umum (pemilu)
pemiih. 13 merupakan institusi pokok
Orientasi terhadap isu atau pemerintahan perwakilan yang
tema merupakan konseptualisasi demokratis, karena dalam suatu
pengaruh jangka pendek yang negara demokrasi, wewenang
diperkenalkan oleh pendekatan pemerintah hanya diperoleh atas
psikologis. Isu-isu khusus hanya persetujuan dari mereka yang
dapat mempengaruhi perilaku diperintah (legitimasi). Mekanisme
pemilih apabila memenuhi tiga utama untuk mengimplementasikan
persyaratan utama. Pertama, isu persetujuan tersebut menjadi
tersebut dapat ditangkap oleh wewenang pemerintah adalah
pemilih, kedua, isu tersebut dianggap melalui pelaksanaan pemilihan
penting oleh pemilih dan ketiga, umum yang bebas, jujur, adil,

11
Muhammad Asfar, Loc.cit,hlm.141
12 14
Adman Nursal, Op.cit, hlm.58 Ibid,hlm.40
13 15
Dieter Ruth, Loc.cit ,hlm.24-25 Adman Nursal , Ibid, hlm.59

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 7


khususnya untuk memilih berkonflik menahan diri dan
presiden/kepala daerah.16 memanfaatkan pemilu sebagai sarana
berkonflik. Para pihak yang
Sistem pemilihan umum berkepentingan akan lebih
(electoral system) merupakan salah berkonsentrasi dalam menghadapi
satu instrument kelembagaan yang pemilu daripada menggunakan
paling penting didalam sebuah kekerasan fisik dalam berkonflik
negara yang demokrasi untuk dengan penguasa. 18
mewujudkan tiga prasyarat menuju
demokrasi hakiki, (1) Kompetisi Kegiatan Pilkada langsung
dalam memperebutkan dan sebagiamana yang termaktub dalam
mempertahankan kekuasaan. (2) peraturan perundangan, pilkada
partisipasi masyarakat, dan (3) dilaksanakan melalui masa persiapan
adanya jaminan hak-hak sipil dan dan tahap pelaksanaan masing-
politik. Melalui mekanisme masing tahap dilakukan berbagai
pemilulah komepetisi, partisipasi dan kegiatan yang merupakan proses
jaminan hak politik dapat dilihat pilkada langsung. Tahap pelaksanaan
(empiris). 17 Pelaksanaan pilkada terdiri dari rangkaian kegiatan yang
langsung merupakan momen untuk yang saling terkait, meliputi 19 :
memilih kepala daerah yang 1. Penetapan daftar pemilih
berkualitas dan pertama kali (DPT)
diterapkan pada tahun 2005 , sejak 2. Pendaftaran dan penetapan
diberlakukannya UU No. 32 tahun calon kepala daerah /wakil
2004 tentang Pemerintah Daerah kepala daerah
mengubah mekanisme pemilihan 3. Kampanye
kepala daerah dari perwakilan 4. Pemungutan suara
menjadi secara langsung. 5. Penghitungan suara
6. Penetapan, pengesahan dan
Pemilihan umum sangat pelantikan pasangan calon kepala
penting dalam suatu negara karena daerah/wakil kepala daerah
dua alasan, yaitu : Pertama, pemilu terpilih
memungkinkan suatu komunitas
politik melakukan transfer kekuasaan METODE PENELITIAN
secara damai dikarenakan
pemerintah/penguasa perlu diganti Teknik Pengumpulan Data
secara periodik untuk memberikan
kesempatan kepada pihak lain untuk Teknik pengumpulan data
mendudukinya. Kedua, melalui yang digunakan penulis dalam
pemilu akan tercipta kelembagaan mengumpulkan data yang diperlukan
konflik, karena dari pemilulah dalam penulisan ini adalah sebagai
memungkinkan pihak-pihak yang berikut :
18
Muhammad Asfar, Model – Model
16
Marzuki, Pengaruh Sistem Pemiu Pemilihan Di Indonesia ( Surabaya :
terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat Pushedam, 2002),hlm.8
19
Pada DPR-DPRD Di Provinsi Sumatera Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2016,
Utara, Studi Konstitusional Peran DPRD Tentang Perubahan kedua atas UU No. 1
Pada Era Reformasi Pasca Pemilu 1999, tahun 2015 tentang penetapan perppu
Disertasi, (Medan : Program Pasca Sarjana Nomor. 1 tahun 2014 Tentang Pemilihan
USU, 2007),hlm.43 Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi
17
Kacung Marijan, Loc.cit, hlm.83 Undang – Undang.

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 8


1. Kuesioner dengan melakukan analisis tabel
Kuesioner disini merupakan frekuensi, tabulasi silang (cross
serangkaian atau diistilahkan daftar- tabulation) dan kemudian melakukan
daftar pertanyaan yang disusun uji korelasi dengan analisis melalui
secara sistematis, kemudian dikirim pengujian antara variabel.
untuk diisi oleh responden.20
Data yang telah terkumpul
2. Wawancara kemudian akan diolah (editing,
Wawancara adalah proses coding, tabulating data).22
memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan tanya jawab, 1. Editing, yaitu pengecekan
sambil bertatap muka antara atau pengkoreksian data yang
sipenanya atau pewawancara dengan telah dikumpulkan untuk
sipenjawab atau responden dengan menghilangkan kesalahan
menggunakan alat interviuguide pada saat pencatatan
(panduan wawancara). Wawancara dilapangan (koreksi).
merupakan proses pengumpulan data 2. Coding, yaitu memberikan
kode-kode pada tiap-tiap data
untuk suatu penelitian.21
yang termasuk dalam
3. Dokumentasi kategori yang sama sebagai
Teknik dokumentasi adalah identitas pada suatu informasi
usaha untuk mendapatkan data data yang akan dianalisis.
dengan mengambil dokumen. 3. Tabulating,
Dokumen yang dimaksud adalah mengelompokkan data yang
data beruba data monografi desa telah diberi kode sesuai
yang terdiri dari profil desa, analisis yang dibutuhkan.
demografis desa dan geografis desa.
Adapun data tersebut termasuk Analisisis data yang digunakan
jumlah penduduk menurut jenis dalam penelitian ini adalah :
kelamin, usia, agama, pendidikan, Analisis Bivariat, metode
dan data terkait daftar pemilih tetap yang digunakan ketika hendak
yang memilih dilokasi penelitian. membandingkan variable-variabel
TEKNIK ANALISIS DATA dengan tujuan mengetahuinya
23
hubungannya. Dalam artian untuk
Teknik analisis data yang menguji.hubungan variabel terikat
digunakan dalam penelitian ini dengan uji statistic Chi Square (X2)
menggunakan metode Kuantitatif untuk mengetahui hubungan yang
Korelasional. Untuk data primer signifikan antara masing-masing
penelitian ini menggunakan variabel bebas dengan terikat. Uji chi
kuesioner yang akan diolah dengan square dilakukan dengan
menggunakan program SPSS menggunakan bantuan perangkat
(Statitistic Package for Social lunak (SPSS) berbentuk computer
Science). Hasil olahan data tersebut dengan signifikan p>0,05% (dengan
akan dinalisis secara deskriptif taraf kepercayaan 95%).
20 22
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian M Iqbal Hasan,Op.cit, hlm.89-92
23
Kuantitatif,(Jakarta: Kencana,2005)., 133. Lisa Harrison, Metodelogi Penelitian
21
Moh Nazir. Metode Penelitian, (Bogor: Politik, (Jakarta : Kencana Pranada, 2009),
Gralia Indonesia, 2005)., 193-194. hlm.37

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 9


HASIL PENELITIAN jenis kelamin pemilih terhadap
pilihan politiknya. Temuan peneliti
1. Hubungan Faktor Sosiologis menemukan bahwa, pemilih laki-laki
Terhadap Perilaku Memilih memiliki orientasi dengan proporsi
Masyarakat Kecamatan Bandar yang sama terhadap dua kandidat
Petalangan Kabupaten Pelalawan yang bertarung pada pilkada.
(Studi Kasus Desa Lubuk Keranji Sementara untuk pemilih perempuan
Timur dan Desa Kuala terdapat kecendrungan memutuskan
Semundam). pilihannya pada pasangan Harris-
Zardewan. Tidak ada hubungan yang
Dalam landasan Teori yang signifikan antara jenis kelamin
telah dibahas pada bab sebelumnya, terhadap perilaku memilih
bahwa perilaku memilih seseorang masyarakat kecamatan Bandar
cendrung mengikuti arah predisposisi Petalangan pada tahun 2015.
politik lingkungan sosial dimana dia
berada, karakteristik sosial dan B. Hubungan Usia Terhadap
pengelompokkan-pengelompokkan Perilaku Memilih
sosial, usia, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, latar belakang, kegiatan- Apabila dilihat dari faktor
kegiatan dalam kelompok formal dan usia dari pemilih terhadap pilihan
informal, dan lainnya-memberi politiknya, adapun penemuan
pengaruh yang cukup signifikan peneliti, responden diklasifikasikan
dalam menentukan perilaku memilih menjadi tiga kelmpok usia. Pertama,
seseorang. 17-35 tahun, kedua, 36-55 tahun dan
ketiga kelompok usia 56 tahun
Dalam banyak penelitian keatas. Dari semua lini usia, ternyata
faktor agama, aspek geografis pasangan Harris-Zardewan (1) lebih
(kedaerahan), dan faktor kelas atau banyak dipilih dibandingkan
status ekonomi (khususnya di pasangan Zukri-Anas. Adapun test
negara-negara maju) memang Chi-Square menunjukkan tidak ada
mempunyai korelasi nyata dengan hubungan yang signifikan antara usia
perilaku pemilih 24 Kemudian pemilih terhadap perilaku memilih
menurut Saiful Mujani, faktor-faktor pada pilkada Pelalawan 2015
yang mempengaruhi pemilih dalam dikecamatan Bandar Petalangan.
pemilihan umum yaitu, kelas sosial
yang meliputi pendidikan, pekerjaan, C. Hubungan Agama Terhadap
tingkat pendapatan, agama, dan Perilaku Memilih
tingkat religiusitas, ras, etnik, atau Berdasarkan dari karakteristik
sentiment kedaerahan, domisili agama pemilih, terdapat tiga agama
(antara pedesaan-perkotaan), jenis yang dianut responden berdasrkan
kelamin dan usia. angket yang peneliti sebarkan.
A. Hubungan Jenis Kelamin Pemilih Agama islam cedrung
Terhadap Perilaku Memilih memilih pasangan Harris-Zardewan,
meskipun banyak juga memilih
Dalam penelitian yang telah Harris-Zardewan, sementara pemilih
dilakukan tidak ada pengaruh dari agama Kristen protestan dan Buddha
condong ke pasangan Zukri-Annas.
Tidak ada hubungan yang signifikan
24
Adman Nursal,Loc.cit,hlm.55-56

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 10


terhadap perilaku memilih dari segi peneliti menemukan adanya korelasi
agama pemilih. dari hubungan perilaku memilih
masyarakat. Dengan tingkat
D. Hubungan Identitas Kesukuan hubungan yang cukup kuat dengan
Terhadap Perilaku Memilih nilai p value sebesar sebesar 0,026.
Sementara nilai koefisien
Berdasarkan identitas
kontingensi adalah 0,261. Dalam
kesukuan peneliti menemukan
penelitian ini orientasi pemilih
adanya hubungan terhadap perilaku
terhadap kandidat diukur dari tingkat
memililih. Hal tersebut dibuktikan
pendapatan dapat dilihat dalam tabel
dengan uji output Chi-Square Tests
berikut :
Asymp.Sig. (2-sided), Kecendrungan
pemilih suku melayu, minang dan Tabel II
sunda lebih banyak memilih Harris- Pilihan Politik Berdasarkan
Zardewan berbanding dengan suku Tingkat Pendapatan Responden
jawa, batak, dan tionghoa lebih
berorientas pada Zukri-Anas. Orientasi Suara
Tingkat
Kesimpulannya ada hubungan Harris- Zukri-Anas
Pendapatan
identitas kesukuan terhadap perilaku Zardewan
memilih masyarakat kecamatan ≤ Rp. 1.000.000 37 20
Bandar Petalangan pada pemilihan Rp 1.000.000 – 11 19
kepala daerah kabupaten Pelalawan Rp 3.000.000
tahun 2016. ≥ Rp. 3.000.000 9 4
Jumlah 57 43
E. Hubungan Tingkat Pendidikan Sumber : Diolah dari data primer melalui
Terhadap Perilaku Memilih output SPSS 17.0

Adapun dilihat dari Berdasarkan data pada tabel


pendidikan masyarakat, pemilih yang II, kelompok pertama dengan tingkat
tidak pernah sekolah dan pemilih pendapatan ≤ Rp. 1.000.000
dengan pendidikan tamat sekolah berjumlah 57 responden, 37 memilih
dasar, sekolah menengah atas Harris-Zardewan dan 20 memilih
cendrung lebih banyak memilih Zukri-Anas. Kemudian kelompok
pasangan. Kandidat Harris- kedua, responden dengan pendapatan
Zardewan. Sementara Pasangan Rp. 1.000.000 sampai Rp. 3.000.000
Zukri-Anas unggul di pemilih dengan jumlah 30 responden, 11
dengan pendidikan tamatan sekolah memilih Harris-Zardewan dan 19
menengah pertama dan tamatan responden memilih Zukri-Anas.
sarjana serta diploma. Tidak ada Terakhir kelompok responden
signifikasi hubungan Pendidikan dengan tingkat pendapatan ≥ Rp.
Terhadap Perilaku memilih di 3.000.000 dengan jumlah 13
kecamatan Bandar Petalangan. responden, 9 memilih Harris-
Zardewan dan 4 memilih Zukri-
Anas.
F. Hubungan Tingkat Pendapatan
Pada uji output Chi-Square
Terhadap Perilaku Memilih
Tests Asymp.Sig. (2-sided), diperoleh
Berdasarkan klasifikasi nilai p value sebesar 0,026. Oleh
tingkat pendapatan pemilih, ternyata karena itu Ho diterima karena

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 11


Asymp.Sig. (2-sided) lebih kecil dari pada pilkada Pelalawan tahun 2015.
0,05. Kemudian nilai koefisien Adapun nilai p valuenya 0,01 dan
kontingensi adalah 0,261. Karena nilai koefisien kontingensinya 0,450
dalam hal ini nilai koefisien menujukkan tingkat keeratan yang
kontingensi mendekati 1 maka kuat.
menunjukkan hubungan adanya
hubungan. Kesimpulannya adalah Adapun hubungan
ada hubungan tingkat pendapatan identifikasi kepartaian terhadap
terhadap perilaku memilih pilihan politik responden
masyarakat kecamatan Bandar digambarkan pada gambar berikut :
Petalangan pada pemilihan kepala
Gambar I
daerah kabupaten Pelalawan tahun
Pilihan Politik Menurut Pilihan
2016.
Partai Responden
2. Hubungan Faktor
Psikologis Terhadap Perilaku
Memilih Masyarakat Kecamatan
Bandar Petalangan Kabupaten
Pelalawan (Studi Kasus Desa
Lubuk Keranji Timur dan Desa
Kuala Semundam).

Adapun kajian utama dalam


pendekatan psikologis adalah ikatan
emosional terhadap partai politik
atau calon kepala daerah, orientasi
terhadap isu dan orientasi terhadap
kandidat. Kegiatan sosialisasi dalam
hal ini sangat menentukan pilihan
politik seseorang. 25 Dalam sub-bab
ini akan menganalisa Hubungan
faktor Psikologis terhadap perilaku
memilih masyarakat kecamatan Dukungan suara responden
Bandar Petalangan pada pilkada yang memilih partai pendukung
Pelalalawan tahun 2015, dengan Harris-Zardewan yakni pemilih
studi kasus di desa Lubuk Keranji partai Nasdem dengan jumlah 1
Timur dan desa Kuala semundam. responden cendrung memilih calon
yang didukung partai tersebut secara
A. Hubungan Identifikasi keseluruhan. Dukungan suara
Kepartaian Terhadap Perilaku pemilih PKB berjumlah 2 responden
Memilih berbanding terbalik justru memilih
pada pasangan Zukri-Anas. Adapun
Menurut kriteria identifikasi partai Golkar yang memiliki pemilih
kepartaian, peneliti menemukan yang paling dominan di lokasi obyek
adanya hubungan antara partai yang penelitian (47%) dengan responden
dipilih pada pemilihan legislative yang memilih 47 responden
dengan pilihan politik masyarakat terpolarisasi terhadap dua kandidat
yang bertarung meskipun dukungan
25
Sulaisi, Op.cit. hlm.80 suara untuk Harris-Zardewan lebih

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 12


banyak yakni 33 responden yang menyatakan ada pengaru dalam
memilih atau setara dengan 70 % menentukan pilihan. Sedangkan
suara pemilih partai golkar. untuk pemilih Harris-Zardewan hal
Sementara suara pemilih golkar yang tersebut tidak berlaku. Melalui uji
memilih kandidat Zukri-Anas Chi-Square test, tidak ada perdeaan
berjumlah 14 responden atau setara yang siginifikan antara perilaku
dengan 30% suara pemilih golkar. memilih dengan isu-isu yang
Kemudian pemilih partai Gerindra berkembang pada pilkada pelalawan
yang berjumlah 9 responden 2015 di kecamatan Bandar
memiliki kecendrungan memilih Petalangan.
Harris-Zardewan dengan 6
responden atau setara dengan 67 % C. Hubungan Citra Personalitas
pemilih partai gerindra dan sisanya 3 Kandidat Terhadap Perilaku
responden (33%) memilih Zukri- Memilih
Anas. Partai Amanat Nasional (PAN)
Citra Personalitas dari
dipilih oleh 17 responden dengan
kandidat ternyata juga tidak begitu
distribusi suara 12 responden (71%)
mempengaruhi masyarakat Bandar
memilih Harris-Zardewan dan 5
Petalangan dalam menentukan
responden memilih Zukri-Anas
keputusan politik dalam pilkada
setara dengan 29 % pemilih PAN. pelalawan 2015. Hal tersebut dapat
Pemilih partai PDI-P dilihat dari tiga indikator yang
berjumlah 11 responden, dengan diujikan peneliti pada uji Chi-Square
kecendrungan mutlak memilih Zukri- test yaitu, gaya berbicara, pesonak
Anas atau 100%. Kemudian pemilih fisik dan gaya penampilan.
partai Demokrat berjumlah 12
D. Hubungan Program Kandidat
responden dengan persebaran suara
Terhadap Perilaku Memilih
untuk Zukri-Anas berjumlah 7 suara
(58%) dan pemilih demokrat yang Terkait Program Kandidat,
memilih Harris-Zardewan 4 suara peneliti menemukan adanya
(42%), melihat data tersebut suara hubungan terhadap perilaku memilih.
pemilih partai demokrat sangat Berdasarkan uji Chi-Square test
tampak terpecah pada dua pasangan didapat nilai p value sebesar 0,001
calon. Terakhir partai pengusung dan nilai koefisien kontingensi
ketiga, Hanura hanya 1 responden adalah 0,310 maka menunjukkan
yang memilih dan pilihannya sesuai hubungan yang cukup kuat.
dengan yang diusung partai, yaitu Kesimpulannya ada hubungan
memilih Zukri-Anas. Program terhadap perilaku memilih
masyarakat kecamatan Bandar
B. Hubungan Isu yang
Petalangan.
Berkembang Terhadap Perilaku
Memilih E. Hubungan Pengalaman
Kepemimpinan Terhadap Perilaku
Berdasarkan pada faktor isu-
Memilih
isu yang berkembang ternyata faktor
isu yang berkembang hanya Pengalaman Kepemimpinan
berpengaru bagi pemilih Zukri-Anas, dari seorang kandidat tidak memiliki
dengan presentase sebesar 51% dari pengaruh untuk dijadikan pertimbang
total pemilih pasangan tersebut yang seorang pemilih dalam memutuskan

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 13


pilihannya berdasarkan pada uji
korelasi yang telah dilakukan pada DAFTAR PUSTAKA
sampel masyarakat keamatan Bandar
Petalangan pilkada Pelalawan tahun Buku
2015.
Asfar,Muhammad. 2006. Pemilu dan
KESIMPULAN Perilaku Memilih .Surabaya :
Dalam studi Hubungan Pustaka Euruka
Faktor Sosiologis (jenis kelamin, Asfar,Muhammad. 2002. Model-
usia, agama, suku, pendidikan, dan Model Pemilihan Di
pendapatan) dan Faktor Psikologis Indonesia. Surabaya:
(identifikasi kepartaian, isu-isu yang Pushedam
berkembang, citra personalitas
kandidat, program kandidat dan Budiardjo,Miriam.2008. Dasar-
pengalaman kepemimpinan) Dasar Ilmu Politik. Jakarta:
terhadap perilaku memilih PT Gramedia Pustaka Utama.
masyarakat kecamatan Bandar
Petalangan Kabupaten Pelalawan Bungin,Burhan.2005.Metodologi
pada Pemilihan Kepala Daerah PenelitianKuantitatif, Jakarta:
Pelalawan Tahun 2015 (Studi kasus Kencana.
Desa Lubuk Keranji Timur dan Desa
Kuala Semundam) ditemukan Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi
beberapa relasi dari teori yang Politik. Jakarta: Kencana
digunakan. Menurut Prof. Dieter
Harrison, Lisa. 2009. Metodelogi
Roth terdapat tiga faktor utama
Penelitian Politik. Jakarta :
sebagai indeks paling awal
Kenacana Pranada
pendekatan sosiologis ini, yaitu
sosial-ekonomi, agama, dan daerah Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok
tempat tinggal. Sementara menurut Metodologi Penelitian dan
beliau lagi, ada tiga pusat perhatian Aplikasinya, Jakarta: Ghalia
dalam pendekatan psikologis yaitu : Indonesia.
(1) Persepsi dan penilaian pribadi
terhadap kandidat, (2) Persepsi dan Irmawan,Riswandadan Affan Gaffar.
pemilaian pribadi terhadap tema- 1993. Analisa Pemilihan
tema yang diangkat dan (3) Umum 1992 di Indonesia.
Identifikasi Partai (partisanship). Yogyakarta: Universitas
Dari 11 variabel yang diuji, terdapat Gajah Mada, Laporan
4 variabel yang signifikan Penelitian FISIPOL
mempengaruhi perilaku memilih
masyarakat kecamatan Bandar Marijan,Kacung.2011. Sistem Politik
Petalangan pilkada Pelalawan tahun Indonesia (Konsolidasi
2015. Adapun variabel yang Demokrasi Pasca-Orde
mempengaruhi adalah faktor Baru). Jakarta: Kencana
pendapatan dan identitas kesukuan
dalam pendekatan sosiologis serta Muljani,Saiful dkk.2012. Kuasa
identifikasi kepartaian dan program Rakyat: Analisis Tentang
kandidat dalam pendekatan Perilaku Memilih dalam
psikologis. Pemilihan Legislatif dan

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 14


Presiden Indonesia Pasca- Nasution, Fera Hariano , 2009.
Orde Baru. Jakarta: Mizan Perilaku Pemilih Pada
Publika Pemilihan Gubernur
Sumatera Utara Secara
Nursal,Adman.2004.PoliticalMarketi Langsung Di Kabupaten
ng: Strategi Memenangkan Labuhan Batu(Studi Kasus :
Pemilu, Sebuah Pendekatan di Kelurahan Bakaran Batu ,
Baru Kampanye Pemilihan Kabupaten Labuhan Batu),
DPR, DPD, Presiden. Jakarta Medan : Skripsi Program
: Gramedia Pustaka Utama Studi Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Nazir. Muhammad. 2005. Metode
Penelitian . Bogor: Gralia Sulaisi. 2015.Perilaku Memilih
Indonesia Masyarakat Kecamatan
Tlanakan Kabupaten
Roth,Dieter.2009. Studi Pemilu Pamekasan Dalam Pemilihan
Empiris: Sumber, Teori-teori, Bupati Pamekasan Tahun
Instrumen dan Metode. 2008. Jakarta : Tesis,
Jakarta: Friedrich-Naumann- Program Pasca Sarjana
Stiftung-fur die Freiheit. Universitas Indonesia
Tarigan, Isabella. 2010.Partisipasi
Sidin, Irman Putra. 2015. Pilkada, Politik Dan Pemilihan Umum
Penuh Euforia, Miskin (Studi Kasus Kelurahan
Makna.Jakarta : Bestari Dataran Tinggi Kecamatan
Buana Murni. Binjai Timur Pada Pemilihan
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Presiden 2009. Medan :
Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Skripsi Program Studi Ilmu
Politik, Universitas Sumatera
Jurnal dan Skripsi Utara.

Marzuki. 2007. Pengaruh Sistem Undang – Undang


Pemiu terhadap
Keterwakilan Politik Undang – Undang Dasar 1945
Masyarakat Pada DPR-
DPRD Di Provinsi Sumatera
Utara, Studi Konstitusional Undang – Undang Nomor 10 Tahun
Peran DPRD Pada Era 2016, Tentang Perubahan kedua atas
Reformasi Pasca Pemilu UU No. 1 tahun 2015 tentang
1999:Medan : Disertasi, penetapan perppu Nomor. 1 tahun
Program Pasca Sarjana 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Universitas Sumatra Utara Bupati, dan Walikota Menjadi
Undang-Undang.

JOM FISIP Vol. 4 No.2 – Oktober 2017 Page 15

S-ar putea să vă placă și