Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akut pada diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka
ditemukan baik pada mereka dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.
dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian
akibat KAD.
kriteria yaitu ringan, sedang dan berat yang dibedakan menurut pH serum.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko
kondisi keluarga yang sulit (termasuk status sosial ekonomi rendah dan
yang menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang
luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia, kadar
keasaman darah yang rendah. Kematian pada pasien ketoasidosis usia muda,
pasien kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh
dalam tubuh, pada sistem respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya
gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap.
a. Tujuan Umum
Tahun 2017
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
Hiperosmolalitas
Penipisan Ketoasidosis
Kehilangan Defisit volume cairan
Hipotonik Volume tubuh
Koma Ketidakefektifan jalan napas Syok Ketidakefektifan pola Asidosis Metabolik
napas
F. Pemeriksaan Penunjang Ketoasidosis Diabetikum (Kad)
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah
dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000
mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan
dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami
asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200
mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan
ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai
400-500 mg/dl.
2. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler.
Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat
natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa
turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
3. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem
di tingkat potasium.
4. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0-15 mEq/L dan pH
yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10-30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton
dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya
dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
5. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau
ditandai pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
6. Gas darah arteri (AGD).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH
measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada
tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah
dari pH 0,03 pada AGD.
7. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu,
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang
mendasarinya.
8. ß-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat ß kapiler dapat digunakan untuk mengikuti
respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol
/ L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan
kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN
(mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada
dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg
H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka
pasien jatuh pada kondisi koma.
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
12. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga
dapat terjadi pada dehidrasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan
dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan
dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
6. Aseton plasma: Positif secara mencolok
7. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat
8. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat serum Fosfor
turun
9. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
10. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik)
dengan kompensasi alkalosis respiratorik
11. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis,
hemokonsentrasi
12. Ureum/creatinin: meningkat/normal
13. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. S
NO. RM : 00.50.64.74
Agama : Islam
Alergi :-
Umur : 40 tahun
Status : Menikah
BB : 60 kg
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Masuk RS
C. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Kardiovaskuler
tidak teratur.
2. Pernafasan
3. Muskuluskeletal
22222 22222
6. Nutrisi
7. Genitaurinaria
8. Integumen
Warna kulit pucat terutama bagian wajah, akral hangat, turgor kulit
kering.
9. Endokrin
IWL : 500
Omz 40 mg/hari
Novarapid 15-15-15 ui
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal : 20/5/2017
NO HEMATOLOGI HASIL NILAI RUJUKAN
1 Hemoglobin 16,0 L : 14,0 -18,0 g/dL
2 Leukosit 11.300 4.800 -10.800 /uL
3 Eritrosit 5,1 L : 4,7 – 6,1
4 Hematokrit 46 L : 42 – 52
5 Trombosit 235.000 150.000 – 450.000
6 MCV 90 79 – 99
7 MCH 32 27 – 31
8 MCHC 35 30 – 35
9 Hitung jenis
- Basofil 0 0–1
- Eusonofil 0 2–4
- Batang 0 3–5
- Segmen 87 50 – 70
- Limfosit 9 25 – 40
- Monosit 4 2-8
Tanggal 28/5/2017
NO PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
1 pH 7,31 7,35 -7,45 mmHg
2 PCO2 34,3 35,0 – 48,0 mmHg
3 PO2 81,0 80 – 108 mmHg
4 HCO3 16,5 23 – 29 mmol/L
Kesan : Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian
Tanggal : 28/5/2017
NO PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
1 Ureum 52 13 – 43 mg/dL
2 Creatinine 0,50 0,72 – 1,18 mg/dL
3 Natrium 152 135 -145 mmol/L
4 Kalium 3,5 3,5 – 5,0 mmol/L
5 Calcium 7,4 8,6 - 10,8 mg/dL
6 Chlorida 116 96 – 106 mmol/L
II. ANALISA DATA
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DM akibat defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak
KAD adalah insulin tida diberikan dengan dosis yang kurang, keadaan
sakit, atau infeksi pada DM, manifestasi pertama pada penyakit diabetes
Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
B. Saran
klien dengan KAD, sebaiknya selalu control pemberian insulin dan cairan
elektrolit sehingga meminimalkan terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management
of Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.