Sunteți pe pagina 1din 14

Analisis Potensi.....

(Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

ANALISIS POTENSI GANGGUAN INTERFERENSI MICROWAVE LINK


TERHADAP OPERASI SATELIT LAPAN-A3
DI STASIUN BUMI RUMPIN
(THE ANALYSIS OF POTENTIAL MICROWAVE LINK INTERFERENCE
AGAINST LAPAN-A3 SATELLITE OPERATION AT RUMPIN GROUND
STATION)
Chusnul Tri Judianto1, Endar Wurianto
Peneliti Bidang Satelit Komunikasi, Pusat Teknologi Satelit, Lapan
1 e-mail: youdianto@yahoo.com

ABSTRACT

Preparation of ground station system for supporting the Lapan-A3 satellite


operation is a very importance, which is now being organized. Lapan-A3 satellite would
be the first 4-channel imagery experiment satellite developed by Lapan. The assembly
Integration and Test of the satellite was planned to be completed in early 2015 and to
be launched by the end of 2015. The satellite launch opportunities for LEO in Polar
Orbit are very open through India, refer to the existing MoU with Indonesia in space
exploration for peaceful purposes. Lapan-A3 will use frequency 8200 MHz with band-
width of 168 MHz. This frequency Band will be potentially disturbed by the terrestrial
microwave communication links commonly used between the Base Transceiver Station
(BTS) and the Base Station Controller (BSC) following the regulation by the Ministry of
Information and Telecommunications Rumpin Ground Station is one of the Lapan
Ground Station for Lapan-A3 satellite control and data acquisition and will be
established at new urban area between Tangerang and Bogor District. Pre-assessment
is therefore necessary in anticipating such conditions. Several approaches in preparing
well the Lapan-A3 satellite operations will be described in this paper.
Keyword: Satellite Operation, Frequency Interference and Lapan-A3

ABSTRAK

Penyiapan sistem stasiun bumi untuk mendukung operasi satelit Lapan-A3


yang merupakan satelit eksperimen ke tiga yang sedang dikembangkan Lapan adalah
hal penting yang sedang dilakukan saat ini. Satelit Lapan-A3 merupakan satelit imager
4 kanal eksperimen pertama yang dikembangkan Lapan. Proses Assembly Integration
and Test (AIT) Satelit Lapan-A3 direncanakan selesai pada awal tahun 2015 dan
diluncurkan pada akhir tahun 2015. Peluncuran ini sangat mungkin dilakukan karena
kesempatan peluncuran untuk satelit pada orbit polar sangat terbuka baik melalui
India sesuai dengan kerjasama pemanfaatan antariksa yang telah dibangun saat ini.
Lapan-A3 akan menggunakan frekuensi 8200 dan lebar BW 168 MHz. Pita frekuensi ini
akan sangat berpotensi terganggu dengan adanya komunikasi microwave antar Base
Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC) yang pada saat ini rentang
frekuensinya digunakan secara bersama untuk aplikasi satelit dan terestrial sesuai
peraturan Negara. Stasiun Bumi Rumpin merupakan salah satu stasiun bumi satelit
Lapan yang dipersiapkan untuk kendali dan akuisisi data satelit Lapan-3 dan berada
di daerah perkotaan antara Kabupaten Tangerang dan Bogor Oleh karena itu perlu
antisipasi terhadap kondisi gangguan frekuensi tersebut. Beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan dalam mempersiapkan operasi satelit Lapan-A3 akan dijelaskan
dalam makalah ini.
Kata Kunci: Operasi Satelit, Gangguan Frekuensi dan Lapan-A3
59
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

1 PENDAHULUAN munculnya beberapa fasilitas


Stasiun Bumi Rumpin merupakan telekomunikasi terutama telekomunikasi
salah satu fasilitas dalam jaringan stasiun seluler. Sehingga untuk memenuhi
bumi yang dimiliki Pusat Teknologi kebutuhan telekomunikasi tersebut,
Satelit Lapan untuk mendukung kinerja beberapa provider telekomunikasi
satelit Lapan. Aktifitas utama stasiun mengoperasikan sejumlah Base
bumi rumpin adalah melakukan fungsi Transceiver Station (BTS) dan Base
operasi TT&C satelit Lapan untuk Station Controller (BSC) untuk menjangkau
menjamin ketersediaan data telemetri pelanggannya yang ada disekitar daerah
kesehatan satelit dan proses akuisisi tersebut. Stasiun Bumi Satelit Rumpin
data muatan satelit Lapan. Stasiun yang telah dibangun sejak tahun 2004
Bumi Rumpin disiapkan untuk dan berada di sekitar daerah tersebut
melakukan operasi satelit yang bekerja berpotensi terganggu interferensi
pada frekuensi S dan X Band. Salah frekuensi yang disebabkan karena
satu kanal frekuensi X-Band yang penggunaan frekuensi pita X untuk
digunakan adalah untuk menerima data komunikasi Terrestrial microwave antar
muatan satelit Lapan-A3 pada frekuensi BTS. Melihat kondisi tersebut, maka
8200 MHz dengan Bandwidth 168 MHz penyiapan sistem penerima data satelit
(8116 - 8284) MHz. dan kendali satelit di stasiun bumi
Kelangsungan operasi satelit yang Rumpin harus dilakukan sedini
dilakukan setiap hari menjadi sangat mungkin dengan melakukan beberapa
penting dalam mendukung program langkah teknis maupun administratif
pengembangan satelit Lapan dan yang berkaitan dengan proteksi
pemanfaatannya. Oleh karena itu penggunaan pita frekuensi X sesuai
gangguan penggunaan frekuensi regulasi frekuensi Nasional yang sudah
khususnya pada pita frekuensi operasi ditetapkan dan koordinasi penggunaan
satelit Lapan-A3 pada daerah operasi frekuensi yang sama atau berdekatan
stasiun bumi harus dapat diatasi dengan dengan yang akan digunakan oleh satelit
baik sesuai regulasi yang berlaku. Lapan-A3.
Gangguan Interferensi frekuensi ketika
melakukan operasi satelit merupakan 2 OPERASI SATELIT LAPAN-A3
salah satu kendala operasi yang sering Satelit Lapan-A3 merupakan satelit
terjadi. Interferensi frekuensi ini dapat produksi Pusteksat Lapan dalam rangka
berakibat fatal bagi operasi satelit membangun kemampuan teknologi
seperti; rusaknya data satelit yang satelit remote sensing di Indonesia.
diterima (data corruption), miss orientation Satelit Lapan-A3 memiliki muatan 4
tracking karena kuat sinyal menurun di band line imager dengan kecepatan
bawah nilai ambang (threshold) dan transfer data hingga 105 Mbps yang
kerusakan pada sistem penerima bekerja pada pita frekuensi X (8116-
(receiver) bila daya sinyal interferensi 8284 MHz). Satelit ini akan menjadi
melebihi sinyal transmisinya itu sendiri. satelit imager eksperimen pertama yang
Perkembangan daerah sekitar dikembangkan Indonesia untuk menuju
Rumpin yang awalnya merupakan pengembangan satelit imager operasional
daerah terpencil kini telah berkembang selanjutnya. Rencana pengembangan
sangat pesat menjadi salah satu daerah satelit Eksperimen Lapan sejak tahun
perkotaan baru di perbatasan Kabupaten 2005 termasuk pengembangan satelit
Bogor dan Tangerang. Perubahan Lapan-A3 yang sedang dikembangkan
menjadi daerah perkotaan ini berakibat dapat dilihat pada Gambar 2-1.

60
Analisis Potensi..... (Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

Gambar 2-1: Rencana Pengembangan Satelit Eksperimen Lapan (Suhermanto, Chusnul Tri Judianto,
2013)

Perancangan satelit Lapan-A3 Nilai parameter link budget


telah dilakukan sejak tahun 2009 diperoleh dengan menggunakan
(Concept Design Review) yang telah persamaan (2-1) untuk menentukan nilai
memikirkan tentang konsep satelit Eb/No, persamaan (2-2) untuk mencari
imager untuk menjadi komplemen data nilai EIRP sedangkan persamaan (2-3)
penginderaan jauh Nasional. Kegiatan untuk mendapatkan besaran nilai Daya
ini dilakukan dengan menggandeng yang diterima di stasiun bumi.
institusi pendidikan IPB Bogor yang
secara professional telah lama melakukan C/N = Eb/No + Rb – B [dB] (2-1)
kajian penggunaan dan pemanfaatan
C/N=EIRP+G/T-FSL-k–B–Lt [dB] (2-2)
data penginderaan jauh sehingga dapat
ditentukan misi imager yang benar- Pr = PtGtAe/4R2 Watts (2-3)
benar dibutuhkan pengguna, hingga = (Pt Gt) Gr (/4R) 2
proses ekstraksi data sesuai kebutuhan = EIRPs + Gr - Path Loss
pengguna. Proses AIT Lapan-A3 akan Pr = EIRPs + Gr – [32.5 + 20 log R (km)
dilakukan pada tahun 2014 dan bila + 20 log F (MHz)]
tidak mengalami kendala maka finalisasi C/N= Pr+G/T-k-B-Lt-Gr
AIT akan diselesaikan pada awal tahun Dengan:
2015 dan siap diluncurkan pada akhir
tahun 2015 sesuai kesiapan roket EIRP – Effective Isotropic Radiated Power
peluncur yang tersedia saat itu. C/N – Carrier to Noise Ratio
Parameter Down Link Budget sistem Eb/No – Energy per bit to Noise Density
transmisi S band Satelit Lapan-A3 dapat Ratio
dijelaskan pada Tabel 2-1. Pr – Power Receive at Ground Station
61
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

Tabel 2-1: PARAMETER DOWN LINK BUDGET SATELIT LAPAN-A3

NO PARAMATER LINK NILAI SATUAN

1 Ketinggian Satelit di Orbit (Altitude) 650 km


2 Jarak Satelit ke SSP (slant Range)
2448 km
pd Elevasi 5 deg
3 Daya Transmisi satelit (transmit
7 dBW
power) 5 Watt
4 Frekuensi Transmisi 8200 MHz
5 Rugi-rugi waveguide transmisi
1 dB
satelit (transmit waveguide loss)
6 Gain antena transmisi satelit
5 dBi
(transmit antenna gain)
7 EIRP Satelit 11 dBW
8 Rugi-rugi ruang bebas (free space
178,5 dB
loss)
9 Rugi-rugi penyerapan atmosphere 0.1 dB
10 Gain antena penerima stasiun bumi 52,1 dBi
11 Rugi-rugi wave guide penerima
stasiun bumi (received waveguide 1 dB
loss)
12 Daya sinyal pembawa yang diterima
stasiun bumi (received carrier -35,4 dBm
power)
13 G/T stasiun bumi 29,5 dB/K
14 Boltzmann’s constant -228,6 dBW/Hz/K
15 Data Bandwidth (168 MHz) 82,3 dB Hz
16 Data Rate (105 MBPS) 81,8 dB
17 Perbandingan sinyal pembawa
8,3 dB
terhadap Noise (C/N)D
18 Eb/No 10,3 dB

Gambar 2-2: Grafik nilai Eb/No terhadap BER


62
Analisis Potensi..... (Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

Gambar 2-3: Jarak (Slant Range) satelit terhadap Stasiun Bumi (GS) (James R. Wertz, Wiley J. Larson, 1999)

Dari Tabel 2-1 dapat dijelaskan sebagai Union (ITU). Stasiun Bumi Rumpin
berikut: merupakan salah satu stasiun bumi
Dengan transmisi daya EIRP satelit 11 kendali satelit Lapan yang menggunakan
dBw, dan sistem antena stasiun bumi frekuensi S, X dan UHF untuk kendali
penerima yang digunakan berdiameter dan akuisisi data satelit (earth
6.1 meter dengan nilai G/T 29,5 dB/K observation). Sementara ada juga
maka diperoleh besar daya yang penggunaan pita frekuensi yang sama
diterima oleh stasiun bumi pada input untuk penggunaan komunikasi microwave
receiver adalah -35,4 dBm. Dengan terrestrial untuk komunikasi seluler.
threshold sistem receiver sebesar -70 dBm, Sehingga perlu pengaturan dan koordinasi
maka sistem penerima masih dapat untuk menghindari terjadinya interferensi.
terkunci (lock) untuk menerima sinyal
dari satelit pada elevasi 5° pada jarak 3.1 Sistem Operasi Stasiun Bumi
2448 km. Rumpin
Jarak D = RE (sin λ/sin ) (2-4) Dalam sistem jaringan stasiun
= 2448 km bumi satelit Lapan, stasiun bumi
Dengan; Rumpin merupakan salah satu stasiun
 = Elevasi Antena (5°) bumi pendukung operasi satelit Lapan.
RE = Jari-jari Bumi (6378,14 km) Untuk mendukung operasi satelit Lapan,
H = Ketinggian Satelit Lapan-A2 (650 saat ini telah dikembangkan dan
km) diimplementasikan 3 buah stasiun bumi
yang berada di Rancabungur, Rumpin
3 SISTEM OPERASI STASIUN BUMI dan Biak. Dengan posisi stasiun bumi
RUMPIN DAN KOMUNIKASI ini, maka operasi satelit baik untuk
TERRESTRIAL MICROWAVE kendali (TT&C) dan akuisisi data satelit
Pengoperasian stasiun bumi Lapan dapat dilakukan secara maksimal
untuk kendali dan akuisisi data satelit 24 jam sehari.
akan selalu berkaitan dengan penggunaan Dengan periode satelit 97,8 menit
frekuensi. Sistem komunikasi (data, dan berada pada orbit polar, maka
suara, video) akan menggunakan masing-masing stasiun bumi dapat
frekuensi tertentu yang sudah diatur mengakses satelit Lapan-A3 sebanyak 2-
baik secara nasional (Kemkominfo) 4 kali dalam satu hari (siang dan malam)
maupun Internasional Telecommunication bergantung pada elevasi minimum
63
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

stasiun bumi terhadap satelit tersebut. - Akuisisi data Satelit : 8160 MHz
Sehingga untuk kegiatan operasi TT&C Aqua (BW=30 MHz)
satelit dilakukan secara kontinyu setiap - Akuisisi data Satelit : 8212,5 MHz
hari pada siang dan malam hari pada Terra (BW=30 MHz)
jam 08.30 dan 20.30 sesuai equatorial - Akuisisi data Satelit : 8200,5 MHz
crossing time seperti yang dilakukan LANDSAT-8 (BW=375 MHz)
pada kendali satelit Lapan-TUBSAT.
Sedangkan akuisisi data muatannya
Lokasi stasiun bumi kendali dan
juga dilakukan pada siang dan malam
akuisisi satelit Lapan, Rumpin awalnya
hari sesuai fungsi muatan yang
berada di daerah pinggiran perbatasan
dibawanya.
antara kabupaten Tangerang dan
Untuk mendukung operasi akuisisi
Kabupaten Bogor yang sebenarnya jauh
data satelit Lapan maka pada stasiun
dari keramaian perkotaan. Seiring
bumi Rumpin disiapkan sistem antena
dengan pengembangan daerah yang
untuk bekerja pada pita frekuensi S dan
sangat cepat, maka saat ini Kecamatan
X. Pada pita S dimanfaatkan untuk
Rumpin telah menjadi daerah
akuisisi data satelit Lapan-TUBSAT,
pengembangan permukiman yang sangat
Lapan-A2 dan pada frekuensi pita X
pesat. Sehingga secara otomatis ikut
akan dimanfaatkan oleh satelit Lapan-
meningkatkan pembangunan fasilitas
A3 dst. Disamping itu juga digunakan
komunikasi terrestrial untuk pelayanan
untuk akuisisi data satelit observasi
komunikasi seluler yang dapat dilihat
bumi (resolusi sedang dan tinggi) seperti
dari banyaknya pembangunan Base
akusisi data satelit Terra dan Aqua (data
Transceiver Sistem (BTS). Oleh karena
MODIS) dan satelit LANDSAT pada pita
itu saat ini Rumpin tidak lagi
7700-8500 MHz. Beberapa pita frekuensi
merupakan daerah pinggiran tetapi telah
yang digunakan di stasiun bumi Rumpin
menjadi daerah semi perkotaan dengan
adalah:
fasilitas sistem komunikasi yang
- Kendali satelit Lapan : 437,325 MHz lengkap. Fasilitas operasi satelit Lapan
(TT&C) (UHF) yang berada di Rumpin saat ini terdiri
- Akuisisi data Satelit : 2220 MHz dari 2 sistem stasiun bumi (GS-1 dan
Lapan-TUBSAT (2206,5–233,5) GS-2) yang digunakan untuk mendukung
- Akuisisi data Satelit : 2220 MHz operasi satelit pada pita frekuensi S dan
Lapan-A2 (2206,5–233,5) X dapat dilihat pada Gambar 3-1.
- Akuisisi data Satelit : 8200 MHz
Lapan-A3 (8116 – 8284)

Gambar 3-1: Fasilitas Stasiun Bumi Satelit Lapan Rumpin


64
Analisis Potensi..... (Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

3.2 Sistem Komunikasi Terrestrial Support System (OSS) Dalam sistem


Microwave jaringan GSM ini dapat dilihat bahwa
Secara umum microwave link seluruh fungsi radio terjadi di BSS
merupakan sistem komunikasi yang dimana terjadi komunikasi antara
menggunakan frekuensi antara 1-60 GHz. Mobile Station (MS) dan Base Transceiver
Dalam pembahasan dan kaitannya System (BTS) dan dari BTS ke Base
dengan potensi interferensi sinyal Station Controller (BSC).
satelit, sistem komunikasi terrestrial Komunikasi radio antara MS ke
microwave dibatasi pada sistem BTS (GSM900, GSM1800 dll) sedangkan
komunikasi yang dipergunakan dalam komunikasi radio (suara, data, gambar,
kaitan pelayanan komunikasi seluler video) antara BTS ke BSC menggunakan
antara Central, BTS dan BSC karena kanal Microwave Link yang bekerja pada
menggunakan pita frekuensi yang sama pita frekuensi 7700-8500 MHz sesuai
dengan pita frekuensi yang dialokasikan yang diatur dan dialokasikan Negara
untuk penggunaan komunikasi satelit (Kemenkominfo). Karena posisi MS
observasi bumi pada pita frekuensi X dapat berada dilokasi manapun dan
antara 7700 - 8500 MHz. Arsitektur selalu bergerak, maka BTS dan BSC
sistem komunikasi seluler dapat dilihat juga dibangun hampir di seluruh lokasi
pada Gambar 3-2. hingga di daerah pelosok (remote area).
Dalam arsitektur jaringan Dengan ketinggian BTS antara 19-92
komunikasi seluler seperti yang meter dengan jarak minimal 5-20 km
diperlihatkan pada Gambar 3-2, jaringan dan maksimum daya pancar 100 watt,
GSM dibagi menjadi 3 sistem utama maka potensi gangguan interferensi
yaitu Switching System (SS), Base penggunaan frekuensi yang sama dan
Station System (BSS) dan Operation and berdekatan akan sangat tinggi.

Gambar 3-2: Arsitektur Jaringan Seluler


(Digital Library Telkom Institute of Technology; http://digilib.ittelkom.ac.id/)

Tabel 3-1: RENCANA PENGKANALAN FREKUENSI MICROWAVE LINK, LEBAR PITA DAN JARAK MINIMUM

(Denny Setiawan, 2010)


65
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN frekuensi 7700 – 8500 MHz dan


Dalam melakukan analisis mengamati sinyal interferensi yang
potensi interferensi ini, pengukurannya masuk dalam pita frekuensi tersebut.
menggunakan antena Axyom- 51 Menganalisis datanya berdasarkan
dengan diameter 6,1 meter di stasiun regulasi Kominfo (PERMENKOMINFO
bumi Rumpin dengan melakukan No.29/PERM/M.KOMINFO/07/2009).
monitoring sinyal pada pita frekuensi X Selanjutnya melakukan survey
dari azimuth 0° - 360° (interfal 10°) Lapangan terkait sumber sinyal
dengan sudut elevasi antena 5°. Interferensi dengan mengamati posisi
Sedangkan sweeping frekuensi dilakukan BTS dan BSC di sekitar stasiun bumi
dari 7700 – 8500 MHz. Rumpin yang menjadi sumber gangguan
Metode analisis yang dilakukan Interferensi tersebut. Diagram alir
adalah dengan mengukur level sinyal proses monitor dan analisis data sinyal
yang diterima sistim antena pada pita interferensi dijelaskan pada Gambar 4-1.

Gambar 4-1: Gambar flowchart Analisis Interferensi Frekuensi Pita 7.7-8.5 GHz
66
Analisis Potensi..... (Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

4.1 Analisis Hasil Pengukuran tinggi (> -60 dBm) yang sangat
Dari hasil pengukuran level berpotensi mengganggu frekuensi sinyal
sinyal interferensi pada lebar pita 7700- satelit. Frekuensi-frekuensi tersebut
8500 MHz, ada beberapa sinyal adalah:
frekuensi dengan level sinyal cukup

Tabel 4-1: HASIL PENGUKURAN FREKUENSI INTERFERENSI

AZIMUTH AXIS SIGNAL STRENGTH FREQUENCY INTERFERENCE

(deg) (dBm) (MHz)


0 -63,9 8179.3
10 -53,16 8177.3
20 -47,67 8177.3
30 -53,23 8177.3
40 -61,57 8177.3
50 -62,73 8177.3
60 -63,13 8177.3
70 -66,35 8177.3
80 -65,45 8177.3
90 -64,24 8263.3
100 -62,78 8234.9
110 -66,67 8177.3
120 -61,72 8177.3
130 -64,34 8177.3
140 -67,12 8177.3
150 -69,48 8177.3
160 -68,03 8177.3
170 -67,06 8177.3
180 -68,71 8177.3
190 -66,37 8177.3
200 -65,78 8177.3
210 -66,49 8177.3
220 -65,22 8177.3
230 -65,57 8177.3
240 -67,08 8177.3
250 -64,22 8177.3
260 -65,04 8177.3
270 -65,62 8177.3
280 -65,87 8177.3
290 -66,77 8177.3
300 -63,23 8177.3
310 -60,31 8177.3
320 -63,27 8177.3
330 -55,92 8177.3
340 -59,24 8177.3
350 -64,34 8177.3
360 -64,7 8177.3
67
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

Dari data tersebut diketahui frekuensi satelit Lapan-A3 yang sangat


bahwa sinyal dengan level di atas -70 berpotensi mengganggu proses operasi
dBm yang dapat mengganggu sinyal akuisisi data muatannya. Sebagai
satelit di stasiun bumi Rumpin terjadi perbandingan, dari hasil pengamatan
pada frekuensi 8177,3 MHz, 8179,3 yang dilakukan terhadap proses
MHz, 8234,9 MHz dan 8263,4 MHz yang penerimaan data satelit observasi bumi
terdeteksi pada sudut elevasi 5° dan lainnya (Landsat-8) memperlihatkan
rentang azimuth 0°-90° seperti yang bahwa terjadi gangguan yang berakibat
diperlihatkan pada Gambar 4-2. rusaknya data yang diterima (data
corrupted). Hasil penerimaan sinyal pada
4.2Alokasi Frekuensi Microwave Link spektrum frekuensi dan penerimaan
Dari hasil pengukuran interferensi data pada High Data Rate Demodulator
frekuensi yang terjadi di Stasiun Bumi (HDRM) memperlihatkan gangguan
Rumpin khususnya gangguan pada interferensi tersebut seperti yang
frekuensi kerja satelit Lapan-A3, 8200 diperlihatkan pada Gambar 4-3. Pada
MHz dengan Bandwidth 168 MHz (8116 – spektrum frekuensi dan HDRM terlihat
8284 MHz) dapat dijelaskan sebagai bahwa sinyal interferensi pada frekuensi
berikut: 8177,3 MHz memiliki level sinyal
tertinggi sebesar -47,7 dBm. Frekuensi
tersebut masuk dalam pita frekuensi
satelit Lapan-A3 juga beberapa satelit
observasi bumi lainnya yang
menggunakan frekuensi pita X.
Frekuensi 8177.3, 8179.3, 8234.9
dan 8263.4 MHz berada dalam pita

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-10

-20
Signal Strength

8117,3 MHz
-30

-40
-47,67
-50
-53,23
-60 -53,16
-70
Azimuth Axis

Gambar 4-2: Sinyal Interferensi terkuat yang terdeteksi pada arah azimuth 0°- 90°

Gambar 4-3: Gangguan Interferensi Saat Akuisisi Data Satelit Landsat-8


68
Analisis Potensi..... (Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

Sesuai PERMENKOMINFO No.29/ penyelenggaraan frekuensi gelombang


PERM/M.KOMINFO/07/2009, alokasi mikro (microwave Link) terrestrial yang
frekuensi 7300-8500 MHz digunakan tertuang dalam foot note INS30 pada
untuk Meteorologi Satelit (bumi ke tabel alokasi frekuensi yang diatur di
angkasa) dan Eksplorasi Bumi-Satelit wilayah Indonesia. Regulasi alokasi
(angkasa ke bumi). Sedangkan pada frekuensi pita X dijelaskan pada Tabel
alokasi frekuensi 7725-8500 MHz juga 4-2.
diijinkan penggunaannya untuk

Tabel 4-2: ALOKASI PENGGUNAAN FREKUENSI PITA X

MHz
7.300 – 8.500
Alokasi untuk Dinas

Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Alokasi untuk Indonesia

7.300 – 7.450 TETAP 7.300 – 7.450


TETAP-SATELIT (angkasa-ke-Bumi) TETAP
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan TETAP-SATELIT (angkasa-ke-Bumi)
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
5.461 5.461 INS 30
7.450 – 7.550 TETAP 7.450 – 7.550
TETAP-SATELIT (angkasa-ke-Bumi) TETAP
METEOROLOGI-SATELIT (angkasa-ke-Bumi) TETAP-SATELIT (angkasa-ke-Bumi)
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan METEOROLOGI-SATELIT (angkasa-ke-Bumi)
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
5.461A 5.461A INS 30
7.550 – 7.750 TETAP 7.550 – 7.750
TETAP-SATELIT (angkasa-ke-Bumi) TETAP
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan TETAP-SATELIT (angkasa-ke-Bumi)
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
INS 30
7.750 – 7.850 TETAP 7.750 – 7.850
METEOROLOGI-SATELIT (angkasa-ke-Bumi) 5.461B TETAP
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan METEOROLOGI-SATELIT (angkasa-ke-
Bumi) 5.461B
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
INS 30
7.850 – 7.900 TETAP 7.850 – 7.900
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan TETAP
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
INS 30
7.900 – 8.025 TETAP 7.900 – 8.025
TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa) TETAP
BERGERAK TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa)
BERGERAK
5.461 5.461 INS 30
8.025 – 8.175 EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke Bumi) 8.025 – 8.175
TETAP EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke
TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa) Bumi)
BERGERAK 5.463 TETAP
TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa)
BERGERAK 5.463
5.462A 5.462A INS 30
8.025 – 8.175 EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke Bumi) 8.025 – 8.175
TETAP EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke
Bumi)
INS 30

69
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

8.175 – 8.215 EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke Bumi) 8.175 – 8.215


TETAP EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke
TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa) Bumi)
METEOROLOGI-SATELIT (Bumi ke angkasa) TETAP
BERGERAK 5.463 TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa)
METEOROLOGI-SATELIT (Bumi ke angkasa)
BERGERAK 5.463
5.462A 5.462A INS 30
8.215 – 8.400 EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke Bumi) 8.215 – 8.400
TETAP EKSPLORASI BUMI-SATELIT (angkasa ke
TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa) Bumi)
TETAP
TETAP-SATELIT (Bumi-ke-angkasa)
BERGERAK 5.463
5.462A 5.462A INS 30
8.400 – 8.500 TETAP 8.400 – 8.500
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan TETAP
PENELITIAN RUANG ANGKASA (angkasa-ke-Bumi) 5.465 BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
5.466 PENELITIAN RUANG ANGKASA (angkasa-ke-
Bumi) 5.465
5.466 INS 30

INS 30 Pita-pita frekuensi 4400-5000 MHZ, 6425-7110 MHz, 7125-7425 MHz, 7425-7725 MHz,
7725-8275 MHz, 8275-8500 MHz, 10700-11700 MHz, 12750-13250 MHz, 14400-15350
MHZ dan 21200-23600 MHz dialokasikan untuk penggunaan frekuensi gelombang
mikro (microwave link)

Dari foot note INS30 ini dapat juga diijinkan penggunaannya untuk
dijelaskan sebagai berikut: penyelenggaraan frekuensi gelombang
Tabel alokasi tersebut di atas mikro (microwave link) Terrestrial yang
mengacu pada Radio Regulation (RR) frekuensinya sama dengan pita frekuensi
yang dikeluarkan oleh ITU. Pada tabel satelit observasi bumi (EOS) juga satelit
tersebut jelas dituliskan bahwa alokasi Lapan-A3 (8116-8284 MHz). Dengan
frekuensi pita X untuk Region 1 (USA), Band width 29 MHz yang dimanfaatkan
Region 2 (Eropa) dan Region 3 (Asia) untuk komunikasi microwave dalam
peruntukannya sama yaitu Tetap mendukung sistem komunikasi seluler,
(Fixed), Tetap Satelit (Fixed Satellite), maka sangat dimungkinkan terjadi
termasuk untuk peggunaan Meteorologi interferensi antara frekuensi operasi
Satelit dan Satelit Eksplorasi Bumi. satelit dengan frekuensi microwave Link
Penulisan huruf kapital pada Terrestrial tersebut. Dari kondisi yang
peruntukkan band frekuensi tersebut dihadapi saat ini maka perlu segera
bermakna sama-sama PRIMER (Utama). dilakukan koordinasi bersama antara
Oleh karena sama-sama primer maka Lapan, Kemkominfo beserta operator
berlaku aturan “First come First Serve”. telekomunikasi seluler dalam
Lapan sebagai pengguna frekuensi pita mengantisipasi terjadinya interferensi
X untuk satelit Lapan-A3 diberikan sinyal karena alokasi frekuensi untuk
alokasi pada rentang frekuensi (8116 – operasi satelit dan terrestrial microwave
8284)MHz. Penggunaan frekuensi link berada pada pita frekuensi yang sama.
tersebut telah didaftarkan sesuai aturan Bila melihat lokasi BTS/BSC
ITU sebagai Filing Satelit Lapan-A3. Filing sebagai sumber sinyal interferensi yang
satelit Lapan-A3 masih berlangsung berhasil dilacak disekitar stasiun bumi
dalam proses koordinasi satelit dengan Rumpin, ada sekitar 10 buah dengan
seluruh jaringan satelit di dunia yang posisi berada di sebelah utara dan
merasa terjadi overlapping dengan selatan dengan jarak antara 690 – 5490
frekuensi Satelit Lapan-A3. Tetapi pada meter. Hasil survey Lapangan posisi
PERMENKOMINFO No. 29/ PERM/ M. BTS/BSC dan polar plot kuat sinyalnya
KOMINFO/07/2009 memberikan fote note dapat dilihat pada Gambar 4-4.
bahwa alokasi frekuensi 7725-8500 MHz
70
Analisis Potensi..... (Chusnul Tri Judianto dan Endar Wurianto)

Gambar 4-4: Posisi BTS/BSC dan kuat sinyal interferensi disekitar Stasiun Bumi Rumpin

5 KESIMPULAN DAN SARAN memiliki jarak terdekat adalah 690


Dari hasil pengukuran dan meter dan jarak terjauh adalah 5490
pengamatan sinyal interferensi yang meter.
terjadi di stasiun bumi Rumpin, maka  Perkembangan teknologi telekomunikasi
dapat dijelaskan sebagai berikut: (terrestrial, wifi, wimax, seluler) yang
sudah merambah ke daerah pinggiran
KESIMPULAN perkotaan untuk memenuhi kebutuhan
 Gangguan interferensi terjadi pada masyarakat akan sangat berdampak
frekuensi 8177.3, 8179.3, 8234.9 dan pada posisi strategis stasiun bumi
8263.4 MHz, dengan level sinyal yang kendali satelit yang semula secara
berbeda dan berada dalam pita perencanaan memang ditempatkan di
frekuensi satelit Lapan-A3 antara 8116 - daerah pinggiran yang jauh dari
8284 MHz. Berdasarkan regulasi perkotaan.
pemerintah yang diberlakukan saat
ini, ternyata penggunaan frekuensi pita SARAN
X untuk komunikasi satelit observasi  Untuk melaksanakan persiapan
bumi dan terrestrial microwave link kegiatan operasi satelit Lapan-A3 saat
berada pada pita yang sama dan diluncurkan nanti, maka perlu
berdekatan sehingga mengakibatkan penataan kembali dan dilakukan
terjadi gangguan Interferensi. koordinasi dalam penggunaan frekuensi
 Sinyal interferensi tertinggi terjadi yang sama bagi Stasiun Bumi Rumpin
pada level -47,67 dBm pada frekuensi dan BTS/BSC untuk pelaksanaan
8177,3 MHz dengan arah sudut fungsi yang berbeda.
azimuth 20° yang mengarah langsung  Bila merujuk pada UU No.21/2013
pada BTS-3 dengan jarak 1500 meter. tentang Keantariksaan pada pasal 102,
 Dari hasil survey memperlihatkan ayat 3 menyatakan bahwa Menteri
bahwa dari 10 BTS/BSC yang berada yang menyelenggarakan urusan
di sekitar stasiun Bumi Rumpin pemerintahan di Bidang komunikasi
71
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2014:59-72

dan informatika wajib memprioritaskan Menteri Kominfo No.29/ PER/ M.


penggunaan frekuensi radio untuk KOMINFO/07/2009, Tabel Alokasi
kegiatan keantariksaan. Sehingga harus Spektrum Radio Indonesia,
diatur penggunaan radio frekuensi Jakarta.
untuk kegiatan keantariksaan di James R. Wertz, Wiley J. Larson, 1999.
wilayah Indonesia karena menjadi Space Mision Analisys and Design,
tugas utama Negara melindungi dan Microcosm Press, El Segundo CA.
mendukung kegiatan keantariksaan Rainbow harmony, 2010. Teknologi GSM,
Nasional. Digital Library Telkom Institute of
 Perlu segera penerbitan Ijin Stasiun Technology; http://digilib.ittelkom.
Radio (ISR) untuk beberapa stasiun ac.id/).
bumi kendali dan akuisisi data satelit Raja Rao, K.N, 2004. Fundamentals of
Lapan agar dapat memproteksi Satellite Communication, Prentice-
penggunaan frekuensi operasi satelit Hall of India, New Delhi, India.
Lapan khususnya pada pita frekuensi X. Suhermanto, Chusnul Tri Judianto, 2013.
Penyiapan Stasiun Pengendali
DAFTAR RUJUKAN Satelit Pita-S untuk Misi Satelit
Denny Setiawan, 2010. Alokasi Frekuensi: Eksperimental dan Operasional
Kebijakan dan Perencanaan Orbit LEO, Pengembangan
Spektrum Nasional, Departemen Teknologi Satelit Di Indonesia:
Komunikasi dan Informatika Sistem, Subsistem dan Misi
dirjen Postel, ISBN 978-979- Operasi, IPB Press, ISBN:978-
37478-1-1, Jakarta. 979-493-587-3, Bogor.
Departemen Komunikasi dan
Informatika RI, 2009. Peraturan

72

S-ar putea să vă placă și