Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Ikrima Asrori1*), Annisa Aryani Putri2), Jefri Wiranda WR3), Jihan Aprilia Nawawi4), Yella
Prastika Yuda5), Zalmi Sintia6)
1)
NIM 1710421021, Kelompok IV A, Praktikan Fisiologi Hewan, FMIPA, UNAND
2)
NIM 1710423017, Kelompok IV A, Praktikan Fisiologi Hewan, FMIPA, UNAND
3)
NIM 1710422013, Kelompok IV A, Praktikan Fisiologi Hewan, FMIPA, UNAND
4)
NIM 1710423027, Kelompok IV A, Praktikan Fisiologi Hewan, FMIPA, UNAND
5)
NIM 1710423031, Kelompok IV A, Praktikan Fisiologi Hewan, FMIPA, UNAND
6)
NIM 1710422001, Kelompok IV A, Praktikan Fisiologi Hewan, FMIPA, UNAND
*)
Koresponden : ikrimaasrori05@gmail.com
ABSTRACT
This experiment about Osmoregulation of Aquatic Animal applied on Friday, 11st Oktober 2019 in the 2nd
Teaching Laboratory, Biology Departement, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas
University, Padang. The aims of the experiment was to know the indicators of physiological changes and
behavior in aquatic animal due to osmoregulation and to identify the effect of increasing salinityon
osmoregulation of freshwater fish. The method used is experiment. The result shown that on control in
early treatment the fish movement normal 130 and frecuency of operculum is 115, meanwhile in final
treatment the fish movement normal and frecuency of operculum is 31. That concentration NaCl 0,5% in
early treatment the fish movement normal and frecuency operculum is 129, meanwhile in final treatment
the fish movement active and frecuency of operculum is 80. That concentration NaCl 5% in early
treatment the fish movement normal and frecuency of operculum is 137, meanwhile in final treatment the
fish movement passive and frecuency of operculum is 81. In concentration 0,5% in early treatment, fish
releases secretions in the form of dirt and in final treatment fish releases secretions in the form of dirt in all
of treatment. The conclusion is physiological in fish are influenced by the level of salinity.
Keywords: Aquatic animal, Operculum, Osmoregulation, Salinityon
PENDAHULUAN
Kehidupan makhluk hidup dipengaruhi oleh akan mengalami stres bahkan kematian
beberapa faktor yaitu faktor fisika, kimia (Witmann dan Ariani, 2000).
dan biologis. Salah satu faktor yang Perubahan salinitas juga dapat
mendukung kehidupan makhluk hidup mempengaruhi permeabilitas dinding sel
terutama sekali makhluk hidup yang hidup ketika salinitas mengalami perubahan. Pada
di air adalah kadar salinitas. Tinggi rendah saat itu ikan akan mengalami
salinitas di perairan tawar, payau ataupun kecenderungan untuk mampu atau tidaknya
laut akan mempengaruhi jenis-jenis atau ikan untuk melakukan keseimbangan
keberadaan makhluk hidup yang ada di osmotiknya dalam mengatur dan berfungsi
perairan tersebut. Terkait kadar salinitas, dengan normal sesuai dengan
tekanan osmotik dari ikan juga dapat kebutuhannya, salinitas dalam suatu
mempengaruhi kelangsungan hidupnya. perairan pada media yang berbeda juga
Ikan mempunyai ambang batas yang jika akan mempengaruhi proses metabolisme
telah melebihi batas dalam osmoregulasi untuk pertumbuhannya. Salinitas
merupakan salah satu faktor pembatas Untuk memelihara air dan
dalam kehidupan hewan akuatik. konsentrasi larutan cairan tubuh konstan
Osmoregulasi terjadi pada hewan perairan yang berbeda dengan lingkungannya, antara
karena adanya tekanan osmosis antara hewan air laut, air tawar, dan hewan darat
larutan di dalam tubuh dan di luar tubuh. sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang
Sehingga osmoregulasi adalah upaya yang berbeda menggunakan organ yang berbeda.
dilakukan hewan air untuk mempertahankan Variasi zat-zat yang diregulasi sangat
kondisi air dan ion-ion yang terdapat dalam banyak dan juga melibatkan senyawa-
tubuh dan lingkungannya melalui sel yang senyawa seperti hormon, vitamin dan
bersifat permeabel. Pengaturan larutan yang signifikan terhadap perubahan
osmoregulasi ini sangat mempengaruhi nilai osmotik. Pada dasarnya untuk
metabolisme tubuh hewan perairan dalam regulator hiperosmotik menghadapi dua
menghasilkan energi (Nicol, 1967). masalah fisiologik, pertama air cenderung
Menurut Gross, Zeeuw dan Simpao masuk ke dalam tubuh hewan, sebab
T (2001), mengatakan bahwa proses konsentrasi zat terlarut dalam tubuh hewan
osmoregulasi yang terjadi adalah lebih tinggi dari pada dalam mediumnya,
pengaturan konsentrasi ion-ion bukan kedua zat terlarut cenderung keluar tubuh
konsentrasi cairan tubuh, dimana proses ini sebab konsentrasi di dalam tubuh. Di
membutuhkan energi. Bila ikan air tawar samping itu pembuangan air air sebagai
dimasukkan dalam medium air laut maka penyeimbang air masuk juga membawa zat
yang akan terjadi adalah pemasukan air terlarut di dalamnya. Lebih tinggi dari pada
dalam tubuh ikan dari medium dan juga di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas
berusaha mengeluarkan sebagian garam- dinding tubuh) atau mengeluarkan
garam dari dalam tubuhnya. Bila ikan tidak kelebihan air yang ada dalam tubuh
dapat melakukan proses ini, maka sel-sel (melalui urin dan feses) sebaliknya terhadap
ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi zat terlarut, hewan harus melakukan dua hal
sebaliknya ikan akan kekurangan cairan berikut. Pertama, mengurangi jumlah air
atau biasa disebut dehidrasi. Sedangkan yang masuk ke dalam tubuhnya. Kedua,
menurut Fujaya (2004), menyatakan bahwa memasukkan garam-garam kedalam
organ-organ yang berperan dan berfungsi tubuhnya (lewat makan dan minum) atau
pada proses osmoregulasi yaitu insang, pada mempertahankan zat terlarut dalam
insang sel-sel yang berperan dalam tubuhnya (Lesmana, 2002).
osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang Adapun tujuan dari praktikum ini
terletak pada dasar lembaran-lembaran adalah untuk mengetahui indikator-
insang, yang kedua adalah ginjal, ginjal indikator dari perubahan fisiologis hewan
melakukan dua fungsi utama. akuatis akibat gangguan osmoregulasi dan
Pertama, mengekskresikan sebagian besar untuk mengidentifikasi efek peningkatan
produk akhir metabolisme tubuh, salinitas terhadap osmoregulasi ikan air
dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tawar.
tubuh dan yang ketiga adalah usus.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami 2. Semakin tinggi konsentrasi salinitas
peroleh dari praktikum ini adalah : maka semakin cepat laju respirasi
1. Perubahan fisiologis yang terjadi ikan, namun ikan juga memiliki batas
pada ikan terhadap peningkatan toleransi.
salinitas
DAFTAR PUSTAKA
Amri dan Khaeruman. 2002. Boyd CE. 1982. Water Quality Management
Menanggulangi Penyakit pada Ikan for Fish Culture. Elsevier
Mas dan Koi. AgroMedia Scientific Publishing Co.,
Pustaka.Jakarta. Amsterdam.
Brett JR. 1979. Enviromental Factors and
Growth, Fish Physiology Vol. VIII.
Academic Press, New York. hlm. Schmidt-Nielsen, K. 1990. Animal
559679. Physiology – Adaptation and
Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Environment Fourth Edition.
Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan Cambridge: Cambridge University
dan Ilmu Press.
Kelautan. Universitas Hasanuddin. Susilo, U., dan S. Sukmaningrum. 2010.
Makassar. Osmoregulasi Ikan Sidat
Gross. C. De zeeuw J. dan Simpao T. 2001. Anguillabicolor McCelland Pada
Awesome Osmosis. Marine Media Dengan Salinitas Berbeda.
Discovery. University of Arizona Sains Akuatik 10 (2):111-119,
Haryasaputra. 2000. Fisiologi Hewan. Purwokerto.
Fakultas Peternakan Unud. Denpasar. Witmann K.J dan Ariani A.P. 2000.
Nicol,J.A.C. 1967. The Biology of Marine Limnomysis benedeni Czerniavsky : a
Animals 2nd Ed. Wiley interscience. pontocaption
New York. missed new for the freshwater of
Rismunandar, A. 1999. Perikanan Darat. France. Vie et milieu 50: 117-122.
Sinar Baru. Bandung. France.
LAMPIRAN
Gambar 1. Ikan dengan konsentrasi garam 0,5% Gambar 2. Ikan dengan kontrol