Sunteți pe pagina 1din 3

Sampul indah yang tak berisi pikiran ku mengenai derita yang sedang kujalani,

melangkahkan kaki sedikit demi sedikit membayangkan segala hal yang kulalui nantinya
dengan sebuah buku yang masih ada di meja belajarku. Aku masih mengingat saat orang itu
memberikannya kepadaku.

Lelah memang lelah saat melihat kembali ke atas, bodoh tak ubahnya kata hina yang
selalu menamparku. Tak ku rasakan sakit itu lagi, bahkan tak ada kata sakit karena sangat
pedih jika mengingat dulu sakit yang ku alammi membuatku peka dan hambar dengan rasa
sakit hati.

Awal untaian dengan seribu kata menggambarkan diriku yang sangat menghargai cinta
namun tidak di hargai oleh cintanya. Sesosok gadis yang tengah menyapu segala isi ruang di
kelas itu adalah aku. Diriku yang terbiasa memperhatikan setiap orang dari jauh, hingga
kejauhan membuat sepasang tangan mendekatiku.

“balik tdk yah... balik..tidak..balik..tidak.!!!

Sontak bola mataku tidak bergerak saat melihat wajahnya berbalik dihadapanku. Sebuah
kalimat kecil yang ku ucapkan terus menerus membuatku tersenyum melihatnya. Tingkahnya
dari jauh saat itu ku anggap sama saja, hingga saat mata indah itu terus menatapku dalam, dia
mulai terlihat berbeda meski yang dia lakukan sama dengan orang sekitarku.

Dia.. dia adalah ketua osis di sekolahku dulu saat aku masih SMP. Dia adalah orang yang
telah lama didekatku, dia teman kecilku meskipun umurnya lebih tua dari aku. Dia yang
selalu ku puji-puji dengan temanku. Saat masih berada di sekolah dasar, dia adalah sosok
yang selalu ku bangga-banggakan dengan teman-temanku. Dia yang menjadi sosok yang tak
pernah putus dari pandanganku. Walaupun sebenarnya dia tidak mengetahui bahwa ada sosok
yang menyukainya.

Suatu hari, dia menyapaku di luar kelasku.

“ hai milda...”

Kata tak bermakna namun berarti untuk diriku. Tak tau kenapa setiap kata yang terdengar
di telingaku selalu membuatku tersenyum. Tersenyum sendiri mendengar kata-kata nya.
Kami sudah saling kenal namun dia tetap menganggapku seorang adik baginya. Hanya
seorang tak lebih dari itu. Dan bodohnya diriku tetap merasa bahagia meski hanya menjadi
sesosok adik baginya.

Pada saat SMP, kami pun saling bertemu lagi. Dan pada suatu masa saat rapat osis di
sekolahku. Kebetulan aku adalah anggota osis pada saat itu. Dan ketika dia berbicara di
depan anggota osis lainnya serasa dunia hanya milik ku dan dia. Aku selalu menatapnya,
melihat senyumannya yang begitu terpancar di mataku.
Ingin ku beritahukan segalanya. Tapi tak tau megapa segala hal mulai berputar di otakku.
Di mulai dari hal apakah kamu bisa tetap seperti ini setelah ku ungkapkan segalanya ataukah
malah akan berbalik mencaciku sendiri. Membuat hubungan ini hancur meskiini adalah
hubungan tanpa status yang jelas sedikitpun.

“wahyudi... “

Ku mulai mengatakan segalanya

“ada yang ingin aku beritahu!”

“iyya, apa?” tanya nya kepadaku

Tidak ada, aku hanya iseng saja.

Aku menghancurkan segalanya dengan satu kalimat itu. Membuat diriku yang selalu
mempertimbangkan segalanya menjadi orang yang putus asa.

“oke deh” katanya

Satu kata yang membuatku frustasi. Apakah dia tak pernah menganggapku. Atau hanya
aku yang merasakan segalanya.

Hampir setiap hari kami terus seperti itu. Terus bertemu namun dia tetap menganggapku
biasa saja, bahkan untuk memalingkan wajahnya kepadaku saja serasa ada yag menahannya.
Sesulit itukah senyum untukku. Akumulai berpikir apa memang hanyalah mainan
untuknyaatau apalah yang di sebut orang.

Kemudian suatu hari pada bulan ramadhan sekolahku mengadakan acara buka puasa. Aku
tetap sibuk mngerjakan makanan yang akan di hidangkan nantinya. Dan pada saat itu,
temanku berbisik kepadaku

“ ada yang mau aku katakan kepadamu” katanya

“apa itu?” tanya ku

“nanti saja, setelah ini selesai “

“oke deh” ucapku dengan simpel. Namun aku juga penasaran hal apasih yang akan di
beritahukannya.

Dan saat makanannya sudah jadi, temankupun mengajakku pergi. Dan berkata kepadaku
bahwa wahyudi sudah memiliki pacar.

Hatikupun seperti pecah, tak bisa lagi ku ungkapkan dengan kata-kata. Sembari menangis
dan sangat terpukul akan kabar itu. Ditinggalkan olehnya tanpa kata daripada bersamanya
tanpa senyuman sedikitpun. Dulu aku tak mengubahnya sebuah udara yang berharap di
genggam namun tak akan pernah bisa. Sesuatu yang sangat mustahil selalu kuinginkan
namun sekarag aku mulai berpikir jika dia bukanlah orang yangpantas untukku dan
mengambil perasaan sayang yang tulus dari diri ini.
Lama kami tak bersama lagi,lama kami tak berbincang kagi baik itu secara langsung
maupun tidak langsung. Aku mulai terbiasa dengan semua itu walau hampir setiap hari aku
melihatnya namun aku mulai berusaha untuk membuat itu biasa saja. Meski sulit namun aku
tetap berusaha. Berusaha membuatnya menjadi hal yang biasa-biasa saja.

Aku akan terus mengingatmu, meski sakit namun seribu untaian kata akan selalu
menggambarkan dirimu yang telah menjadi pelajaran berharga untuk ku.

S-ar putea să vă placă și