Sunteți pe pagina 1din 11

PENATALAKSANAAN UNTUK MENURUNKAN NYERI PASCA BEDAH PASIEN

BPH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah

Oleh:
Agnes Ita C.K (1912044)
Iwit Ratna Ari Dewi (1912045)
Samsiyah (1912048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Penatalaksanaan
untuk Menurunkan Nyeri Pasca Bedah Pasien BPH ” yang diajukan untuk memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Blitar, Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran progresif dari
kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua
komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika yang paling
banyak dijumpai pada pria lanjut usia.
Epidemiologi hiperplasia prostat jinak di Indonesia kurang tercatat dengan baik.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa benign prostatic hyperplasia mengenai hampir
50% laki-laki Indonesia di atas usia 50 tahun dan sebanyak 20% laki-laki dengan lower
urinary tract symptoms (LUTS) dinyatakan menderita benign prostatic hyperplasia.
Tingginya kejadian BPH di Indonesia telah menempatkan BPH ebagai penyebab
angka kesakitan no 2 terbanyak setelah penyakit batu pada saluran kemih. Tahun 2013 di
Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, diantaranya diderita pada pria berusia diatas 60
tahun (WHO,2013).
Gejala pada penyakit ini adalah sulit untuk buang air kecil (BAK). Gangguan
BPH terjadi karena kelenjar prostat membesar sehingga akhirnya menjepit saluran urine.
Tingkatanya bisa ringan hingga berat. Ada sejumlah tanda awal gangguan pembesaran
prostat, diantaranya pasca buang air kecil urine tidak habis, dan sering BAK. Penderita
gangguan prostat hyperplasia ini bisa menahan atau menunda BAK. Namun, ketika
sudah BAK arusnya lemah. Penderita juga sering bangun malam untuk BAK. Pada
akhirnya gangguan ini mengakibatkan urine tersumbat total (Hartono Prasetyo, 2009).
Penatalaksanaan jangka panjang yang terbaik pada pasien BPH adalah dengan
pembedahan, karena pemberian obat – obatan terapi non invasive lainya membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk melihat keberhasilan. Tindakan pembedahan pasien BPH
salah satunya dengan melalui melalui lubang dan saluran kencing dengan memotong
sebagian kecil kelenjar prostat yang menghalangi saluran kencing dikenal dengan nama
transurethral resection of the prostate (TURP) atau transurethral incision of the prostate
(TUIP). Keduanya dilakukan dengan cara memotong bagian kelenjar prostat yang
menyumbat saluran urine, lalu potongan tersebut akan keluar bersamaan dengan urine
pada saat pasien buang air kecil.
Prosedur pembedahan pada BPH menimbulkan luka bedah yang akan mengeluarkan mediator
nyeri dan akan menimbulkan nyeri pasca bedah. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial sehingga terjadi pelepasan mediator nyeri seperti histamin, bradikinin,
prostaglandin dan serotonin yang merangsang nosiseptor atau reseptor nyeri kemudian
menghantarkan serabut tipe A dan serabut tipe C menuju medulla spinalis, system aktivasi
retikular, hipotalamus dan system limbik ke otak (korteks somatosensorik) sehingga
terjadinya persepsi nyeri.
Nyeri post operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat profesional dalam merawat
pasien post operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan gangguan aktifitas-istirahat
pasien. Dan pada akhirnya berkontribusi pada komplikasi sehingga memperpanjang masa
perawatan pasien.
Pelaksanaan manejemen nyeri nonfarmakologi di lapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh
perawat dalam mengatasi nyeri, kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari
kolaborasi dengan dokter diantaranya adalah pemberian analgesik yang memang mudah dan
cepat dalam pelaksanaanya di bandingkan dengan penggunaan intervensi manejemen nyeri
nonfarmakologi. Intervensi non farmakologi merupakan terapi pelengkap dalam mengurangi
dan mengontrol nyeri, intervensi ini dapat mencakup intervensi fisik dan perilaku kognitif
dan merupakan terapi pelengkap bukan sebagai pengganti utama terapi analgesic.
Pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan factor keyakinan pasien yang
dapat menciptakan lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi
kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi. Teknik relaksasi merupakan kebebasan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi dan imajinasi salah satu teknik yang
digunakan dalam menurunkan nyeri pada pasien, Teknik relaksasi menciptakan imajinasi
mempengaruhi pikiran bawah sadar sehingga rangsangan nyeri teralihkan.
Tujuan dari manajemen atau intervensi nyeri adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri,
mengubah perilaku nyeri, dan memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar.

B. Tujuan
1. Pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang Penatalaksanaan
untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi BPH.
2. Pembelajaran meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman tentang
penatalaksanaan untuk menurunkan nyeri pada pasien pasca operasi BPH seperti
afirmasi positif, relaksasi benson dan relaksasi progresif.
BAB 2
PEMBAHASAN

Nyeri operasi merupakan efek klinis dari tindakan pembedahan dan tanda peringatan
bahwa terjadi kerusakan jaringan yang harus menjadi pertimbangan utama dalam pemberian
asuhan keperawatan. Nyeri post operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat
profesional dalam merawat pasien post operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan
gangguan intake nutrisi dan aktifitas serta istirahat pasien. Dan pada akhirnya berkontribusi
pada komplikasi sehingga memperpanjang masa perawatan pasien.
Intervensi non farmakologi merupakan terapi pelengkap dalam mengurangi dan
mengontrol nyeri, intervensi ini dapat mencakup intervensi fisik dan perilaku kognitif. Tujuan
dari manajemen atau intervensi nyeri adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri,
mengubah perilaku nyeri, dan memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar.

Ada beberapa intervensi yang digunakan dalam mengurangi nyeri dengan terapi non
farmakologi, diantaranya dengan latihan nafas dalam, distraksi dan imajinasi terbimbing,
seperti yang diungkapkan dalam relaksasi benson.. Relaksasi merupakan kebebasan mental
dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi meliputi meditasi,yoga,zen,teknik
imajinasi dan latihan relaksasi progresif. Serta pemberian afirmasi positif yang bertujuan
untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar sehingga rangsangan nyeri teralihkan

Terdapat 3 Jurnal yang kami review tentang penatalaksanaan non farmakologi untuk
menurunkan nyeri pada pasien post operasi BPH.

1. Penurunan nyeri pasca bedah pasien tur prostat melalui relaksasi benson
Analisis lebih lanjut menunjukan perbedaan bermakna rasa nyeri pasca bedah tur prostat
antara kelompok control dengan kelompok intervensi(p=0,019,a=0,05).Mean rank
kelompok control(9,50) lebih besar dari mean rank kelompok intervensi(5,50). Hal ini
menunjukan rasa nyeri pada kelompok intervensi lebih kecil dibandingka dengan
kelompok control. Hasil analisis budaya tidak ada kontribusi budaya terhadap rasa nyeri
pasca bedah.Variabel kecemasan kelompok control dengan mean rank cemas ringan 3,60
dan cemas sedang 5,00.sedangkan kelompok intervensi mean rank cemas ringan 4,08 dan
cemas sedang 3,50. Artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan
nyeri pada kelompok intervensi dengan menggunakan relaksasi benson, dengan cara
nafas dalam, distraksi dan imajinasi terbimbing.
2. Pengaruh Relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri post operasi BPH
( benigna prostat hyperplasia )
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di kemukakan rata rata
intensitas nyeri pada post operasi BPH (BENIGNA PROSTAT HYPERPALASIA)
sebelum diberikan terapi relaksasi progresif adalah 5.20
Rata-rata intensitas nyeri pada post operasi BPH ( BENIGNA PROSTAT
HYPERPALASIA) setelah diberikan terapi relaksasi progresif ialah 3.60
Terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
progresif pada post operasi BPH (BENIGNA PROSTAT HYPERPALASIA) di dapatkan
hasil uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai pvalue 0.000(𝜌 −
𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒. 000 < 𝛼0.05)
Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri pasca Post op BPH mendapatkan pengaruh
pada penurunan intensitas nyeri setelah dilakukan terapi relaksasi progresif hal ini
dikarenakan terapi relaksasi progresif merupakan gabungan antara antara relaksasi
pernafasan dan latihan otot yang dapat menimbulkan relaksasi pada pasien sehingga
pasien merasa nyaman dan nyeri yang dirasakan berkurang.
3. Pengaruh afirmasi positif terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi bph
Pemberian afirmasi positif dilakukan 1 kali selama 5 hari pada kelompok intervensi
kemudian evaluasi dilakukan di hari ke 5. Sugesti yang ditanamkan menggunakan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti dan spesifik serta menggunakan kata “bayangkan”
atau “rasakan”.Afirmasi positif yang diberikan yaitu mengulang kata “Saya yakin nyeri
berkurang”. Afirmasi positif ini dilakukan selama 10 menit dengan waktu ketika bangun
tidur, setelah istirahat atau meditasi dan sebelum tidur agar pernyataannya lebih sugestif
karena berada pada saat gelombang otak sedang reseptif, kondisinya dengan penuh
harapan seperti dalam doa.
Hasil uji time series nilai mean absolute persentage error (MAPE) yaitu hari ke 1 pre
afirmasi positif (5,582), hari ke 1 post afirmasi positif (10,014), hari ke 2 post afirmasi
positif Nilai mean absolute percentage error (MAPE) dan nilai mean absotule error
(MAE) mendekati 1 yang artinya nilai model peramalan terdapat penyesuaian yang besar
untuk setiap kesalahan yang terjadi pada nilai model ramalan sebelumnya sehingga hasil
perlakuan afirmasi positif mempengaruhi secara signifikan terhadap penurunan nyeri.
Hasil literatur review dari 3 jurnal yang kami dapatkan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. 1 jurnal menerangkan bahwa dengan menggunakan tehnik nafas dalam dan imajinasi
terbimbing sebagai distraksi dapat mengurangi nyeri pada pasien post operasi BPH.
2. 2 jurnal menerangkan bahwa dengan mengulang kata – kata. Sugesti yang ditanamkan
menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan spesifik seperti contoh
“saya yakin nyeri saya berkurang” dan kata – kata sesuai dengan keyakinan pasien,
seperti dalam doa. Kekuatan sugesti sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri
pasien post operasi BPH.
Dari hasil 3 jurnal menjelaskan bahwa ketiganya hampir mempunyai kesamaan, yaitu
kekuatan sugesti dalam pelaksanaan nya.
BAB 3
KESIMPULAN

Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran progresif dari kelenjar


prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua komponen
prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika yang paling banyak
dijumpai pada pria lanjut. Penatalaksanaan jangka panjang yang terbaik pada pasien BPH
adalah dengan pembedahan, karena pemberian obat – obatan terapi non invasive lainya
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melihat keberhasilan.
Nyeri post operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat profesional dalam
merawat pasien post operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan gangguan
aktifitas-istirahat pasien. Dan pada akhirnya berkontribusi pada komplikasi sehingga
memperpanjang masa perawatan pasien. Penatalaksanaan nyeri bisa dilakukan baik
dengan farmakologis maupun non farmakologi.
Berdasarkan uraian di atas, penatalaksanaan non farmakologi yang bisa dilakukan
untuk menurunkan nyeri pasien post operasi BPH antara lain:
1. Menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam dan imajinasi terbimbing dalam
mengurangi rasa nyeri.
2. Sugesti dengan kata – kata sederhana dan mudah dimengerti serta kata – kata sesuai
dengan keyakinan pasien yang dilakukan berulang, dapat menstimulasi penurunan
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Gad Datak, Krisna Yetty, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume, 12 No 3, November2008,


Penurunan nyeri pasca bedah TUR Prostat melalui Relaksasi Benson

Aprina, Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, Relaksasi Progresif
terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi BPH

Sukesih, Elsye Maria Rosa / Indonesia Jurnal erawat. Vol.2 No.1 (2017) 30–34, Pengaruh
Afirmasi Positif Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi BPH
LAMPIRAN 1: Tabel Review Jurnal
NO Judul Penelitian Variabel, Sampel dan Instrumen (Alat ukur) Desain Hasil
Teknik Sampling Penelitian
1 Penurunan nyeri Variabel: relaksasi benson Skala numeric ratting Kuasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pasca bedah pasien Jumlah sampel sebanyak scale (NRS) 0 – 10mm eksperimen pada responden yang menggunakan
TUR Prostat melalui 14 pasien dan skala kecemasan atau kombinasi relaksasi benson dan terapi
relaksasi benson. Tehnik pengambilan visual analoque scale eksperimen analgesic penurunan rasa nyeri pasca
sampling adalah dengan (VAS) 0 – 100mm semu dengan bedah tur prostat lebih tajam
consecutive sampling dengan pre test dibandingkan dengan pasien yang hanya
and post tes. memperoleh terapi analgesik.
Design with
control group.
2 Relaksasi progresif Variabel: relaksasi Alat pengumpul data quasy Menunjukkan adanya pengaruh pada
terhadap intensitas progresif dalam penelitian ini experiment penurunan intensitas nyeri setelah
nyeri post operasi Jumlah sampel sebanyak nadalah lembar NRS yang diperluas dilakukan terapi relaksasi progresif hal
Bph (benigna prostat 20 responden. dengan menggunakan dengan ini dikarenakan terapi relaksasi progresif
hyperplasia ) Teknik sampling yang skala nyeri 0-10 dan rancangaan merupakan gabungan antara relaksasi
digunakan dalam lembar observasi. one group pernapasan dan latihan otot yang dapat
penelitian ini adalah teknik Instrumen yang pretest- menimbulkan relaksasi pada pasien
Accidental Sampling digunakan dalam terapi posttest. sehingga pasien merasa nyaman dan
progresif adalah nyeri yang dirasakan berkurang.
menggunakan SOP
relaksasi progresif
dengan cara mengukur
skala nyeri sebelum dan
sesudah diberikan
relaksasi progresif.
3 Pengaruh afirmasi Variabel: afirmasi positif Alat ukur nyeri Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
positif terhadap Besar sampel adalah 30 menggunakan Visual menggunakan nilai mean absolute percentage error
penurunan nyeri pasien post operasi BPH Analoque Scale (VAS) desain quasi (MAPE) dan nilai mean absotule error
pada pasien post yang terdiri dari 15 dan afirmasi positif eksperiment (MAE) mendekati 1 artinya adanya
operasi bph kelompok intervensi dan menggunakan buku dengan analisis pengaruh afirmasi positif terhadap
15 kelompok kontrol.15 kerja. data penurunan nyeri pada pasien post
orang. menggunakan operasi BPH.
Teknik sampling yang uji time series.
digunakan adalah total
sampling.

S-ar putea să vă placă și