Sunteți pe pagina 1din 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama untuk hidup,
karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak
semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai
masalah secara global diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial
ekonomi yang rendah yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan
kesehatan pendidikan dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan utama
merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada
tahun 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajad
kesehatan yang optimal. ( Depkes RI, 1992 ).
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan mampu mendorong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai
rujukannya. Hal ini merupakan Sistem Pelayanan Kesehatan yang dianut dan
dikembangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
Upaya untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan
dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah : Pelayanan Kesehatan dasar Puskesmas
khususnya Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi, Keluarga Berencana, Pemberantasan
Penyakit Menular, Penyuluhan Kesehatan, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Perawatan
Usia Lanjut, dan sebagainya.
Oleh karena itu layanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan dan alat
untuk mencapai kesehatan bagi semua pada 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal yang telah dicanangkan oleh pemerintah
pada pembukaan Rakernas Departemen Kesehatan RI pada tahun 1999.
Namun masih banyak perumahan warga yang ventilasi kurang memadahi dan
pencahaannya kurang. Perkampungan dengan kondisi jalan yang rata, saluran pembuangan
yang cukup lancar, pembuangan sampah yang cukup tertib yaitu dibuang dan dikumpulkan
di TPS dekat makam setempat, dan terdapat sumber polusi yaitu berupa air selokan
sehingga memungkinkan terjadinya penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti demam
berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue Hemorragi
Fever(DHF), sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 sampai sekarang, sering
menjadi penyebab kematian terutama pada anak remaja dewasa. Penyakit ini telah
menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan dari tahun ke tahun penderitanya
cenderung meningkat. (Christian Effendy, 1995)
Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya
pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh pada tahun 1970. kemudian
DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epidemiologi pertama di
luar jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, di susul oleh Riau,
Sulawesi Utara dan Bali.
Dengan masih tinggi nya kasus Demam Berdarah sampai saat ini, membuat penulis
tertarik untuk mengangkat kasus Demam Berdarah Dengue dengan alokasi :

1. Merupakan penyakit menular yang tampak menjangkit masyarakat terutama yang


berekonomi rendah dan tinggi di daerah yang kebersihannya kurang.
2. Kurangnya pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue dan cara pencengahanya
3. Keluarga tidak mengetahui arti kebersihan yang sesungguhnya
4. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan penulis tentang penyakit Demam berdarah
Dengue.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada keluarga An “A” dengan gangguan
Demam Berdarah Dengue di kelurahan kecamatan ilir timur II palaembang.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga dengan kasus Demam
Berdarah Dengue di kelurahan
Tujuan Khusus :

1. Mampu melakukan pengkajian terhadap keluarga An “A” dengan kasus Demam


berdarah Dengue
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap keluarga dengan kasus Demam
Berdarah dengue
3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga dengan Kasus Demam Berdarah
Dengue
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan Kasus Demam
Berdarah Dengue
5. Dapat melakukan pembahasan asuhan keperawatan pada kelurga dengan kasus Demam
Berdarah Dengue
6. Dapat melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang di berikan kepada
keluarga dengan kasus Demam Berdarah Dengue
1.4. Ruang Lingkup Masalah
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, ruang lingkupnya hanya terbatas pada hal-
hal yang tercakup dalam bagian yang diajukan terhadap klien ” A” dalam penulisan
membahas permasalahan pada klien ”A” dengan Demam Berdarah Dengue dalam bentuk
asuhan keperawatan di puskesmas kecamatan Ilir Timur II palembang dengan pedoman
pada :
1. Kegiatan di dalam gedung puskesmas seperti :
Merupakan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan dirunag jalur
puskesmas.
2. Kegiatan diluar gedung puskesmas seperti :

a. Pembinaan kesehatan terhadap sasaran puskesmas dalam wilayah kerja puskesmas


melalui binaan keperawatan
b. Pembinaan terhadap kesehatan terhadap kelompok kasus
c. Pelayanan keperawatan terhadap kasus resiko tinggi rumah klien termasuk
pembinaan terhadap keluarga.

3. Pengkajian asuhan keperawatan keluaga di mulai dari tanggal 14 September 2013.


1.5. Manfaat Penulisan
1. Untuk Dinas Kesehatan
Memberikan gambaran tentang cara, penyebab, dan tanggapan masyarakat atau
keluarga dalam menyikapi penyakit Demam Berdarah dengue sehingga ke depan
pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat perenncanan kesehatan.
2. Untuk Puskesmas
Untuk memberikan dan menambah informasi sebagai pedoman bagi perawat
tentang perkrmbangan program yang telah dijalankan sehingga kedepan dapat
meningkatkan kriteria yang baik.
3. Untuk Keluarga
Agar keluarga dapat mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang menderita
Demam Berdarah dan dapat memberikan pertolongan.
4. Untuk Mahasiswa
Adapun kegunaan laporan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk
mengikuti evaluasi Praktek Klinik keperawatan Akademi Perawata Pembina
Palembang. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam
memeberikan asuhan keparwatan khusunya pada klien An “A” atau keluarga dengan
Demam Berdarah
BAB II
TINJAUAN TEORI TENTANG
KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.1. Perawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan
dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas.
Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation
(ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan
kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan
penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas adalah:

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua
orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini
komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin
kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung
maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan
komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama


yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis
untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah satunya
adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986) keperawatan dikarakteristikkan oleh 4
(empat) konsep pokok, yang meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan
keperawatan. Paradigma keperawatan ini menggambarkan hubungan teori-teori yang
membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain
sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim, 1986).

2.2. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

2.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai


derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.

2.2.2 Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok


khusus dan msyarakat dalam hal:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi


2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care).
2.3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.

2.3.1 Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut


mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris
endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

2.3.2 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.

2.3.3 Kelompok Khusus

Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis


kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan


dan petumbuhannya, seperti: Ibu hamil, Bayi baru lahir, Balita, Anak usia
sekolah, Usia lanjut.
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a. Penderita penyakit menular, seperti: DBD, TBC, Lepra, AIDS, penyekit


kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

a. Wanita tuna susila


b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain

4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita

2.3.4 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.4. Peran Perawat Komunitas (PROVIDER OF NURSING CARE)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah:
1. Sebagai Pendidik (Health Education)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
3. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan
puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan
lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan
demikianpelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang
menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya.
4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan
pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi
dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam
kegiatan pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.
6. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat.
7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan
diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
8. Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
2.5. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan
adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif
dan resosialitatif.
2.5.1 Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat


2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks

2.5.2 Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan


terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil


2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

2.5.3 Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,


kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)


2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah
sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

2.5.4 Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-


penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah
tulang mapun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat

2.5.5 Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok


khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS.

2.6. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan
yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja
perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut:
1) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok
khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut
6) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
7) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan
menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
2.7. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara
keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang
dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi
yang dikatkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh
perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang
keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan
terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann
keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai
memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah
binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut
community approach.
2.8. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang
keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

2.8.1 Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji
masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
adalah:

1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC.
Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi;
nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan.
Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan
transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;
komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif
dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan
pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor
yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas.
Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke
(1987) maslah tersebut terdiri dari:

a. Masalah sehat sakit


b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan

3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan


Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko
atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:

a. Masalah yang ditetapkan dari data umum


b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang


lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan
masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:

a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat


b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat

Kriteria skala prioritas:


a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut
biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul
(Effendi Nasrul, 1995).

2.8.2 Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan


2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
2.8.3 Pelaksanaan

Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:

1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:


a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan
tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi
sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri,
yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.

2.8.4 Penilaian/Evaluasi

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-


hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil
akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu: Daya guna, Hasil guna,
Kelayakan, Kecukupan.

Fokus evaluasi adalah:

1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan


2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait


dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH

3.1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (betina) (Christian Effendy. Skp,1995)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri dengan
manifestasi pendarahan, dan bertendesi mengakibatkan renjatan yang dapat menyababkan
kematian. (Kapaita Selekta)
3.2. Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue sejenis virus Arovirus.
(Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, Skp, 2002: 57)
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu virus Dengue yang tergolong
dalam famili flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe di Indonesia, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. (Hendarwanto,1996)
3.3. Patofisiologi
Virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit(petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran
limpa(spenomengali)
Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan berkutangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
Hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit 20 %) menunjukkan adanya kebocoran
plasma leakage sehinnga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena
Renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis, dan kematian (Christian Effendy,1995)
3.4. Tanda dan Gejala
 Demam tinggi selama 2-7 hari
 Pendarahan pada kulit( petekie, ekimosis, hematom)
 Pendarahan lain efitaksis, hematemesis, hematuri, dan melana
 Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, tak ada nafsu makan (anoreksia),
diare, konstipasi
 Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, takanan darah menurun,
gelisah capillary refiul lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah( christantie effendy,
1995)
Adapun klasifikasi Demam Berdarah Dengue( WHO,1997) :
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif
Drajat II : Derajat 1 disertai pendarahan spontan di kulit atau pendarahan lain
Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulilt dingin, lembab
dan pasien menjadi gellisah
Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur
3.5. Penatalaksanaan Terapeutik
 Tirah baring
 Diet makan lunak
 Minum banyak ( 2-2,5 liter/ 24 jam)
 Pemberian cairan intra vena
 Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam ( suhu,nadi,tensi, pernafasan)
 Periksa HB, HT, dan tromosit setiap hari
 Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukini, atau dipiron
juga pemberian kompres dingin
 Pemberian obat antibiotik bila trdapat infeksi sekunder( kolaborasi dengan tim dokter)
 Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum dan hasil-hasil pemeriksaan
laboratorium yang memburuk
3.6. Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan
demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan
temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah
dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan
pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air
bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10 hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.
3.7. Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Pengartian
Perawatan kesehatan keluarga menurut Salivicin G. Balion dan Aracelis Maglaya
(1978): Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau di pusatkan pada keluargasebagai unit atau suatu kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai ssaran. Perawatan
kesehatan keluarga adalah suatu perawatan esensial yang berdasarkan kemanusiaan
atau cinta kasih untuk mempertahankan kesejah teraaan keluarga dari masing-masing
anggota keluarga.
2. Definisi Keluarga
Keluraga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1988)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan dan pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga berinteraksi satu sama lain didalam perananya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
3. Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga


sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga sehingga dapat meningkatkan
status kesehatan keluarga.

Tujuan Khusus :

a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan


yang di hadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemamouan keluarga dalam menangulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga

c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan


terhadap anggota keluarganya yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga
Sasaran :

Perawatan kesehtan keluarga adalah semua anggota keluarga baik yang sehat
mauun yn sakit serta lingkungan.
4. Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Kesehatan

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2. keluarga sebagai suatu kelompok masyarakat yang dapat menimbulkan, mencegah,
menggambakan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam keluarga
3. masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apa bila salah satu anggota
keluarga mempunyi masalah kesehatan dan berpengaruh terhadap anggota
keluarganya lain
4. dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu, klien keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan
5. keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbgai upaya
kesehatan masyarakat

Tugas-tugas keluarga :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada didalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya msing-
masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota-anggota keluarganya dalam masyarakat
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
BAB IV
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : An. “A”
Umur : 14 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : SISWA
Alamat : Jl. TMP Taruna No.56 Kota Tangerang
No Nama Umur JK AG PD PK HUB TB BB

1 Tn ”P” 26 L Islam Buruh Suami

2 Ny ”E” 24 P Islam IRT Istri

3 An ”A” 14 P Islam Pelajar Anak

22

KK :
NO N A M A UMUR JK AG PD PK HUB TB BB
1. Tn.”P” 26 L islam SLTA buruh suami 160 55

2. Ny.”E 24 P islam SLTA IRT istri 156 41

3. An.’’ A’’ 14 P islam SMP Siswa anak 150 39

Keterangan :

JK : Jenis kelamin

L : Laki-laki

P : Perempuan

AG : Agama
PD : Tingkat pendidikan terakhir yang telah dilulusi
PK : Jenis pekerjaan atau mata pencaharian utama yang ditekuni saat ini
BB :Berat Badan ditulis dalam ukuran kg (kilogram)
TB :Tinggi Badan ditulis dalam ukuran cm (centimeter)

1. Pola Kebiasaan sehari-hari


a. Pola Makan Kelurga

Makanan pokok keluarga ini adalah nasi putih dengan frekuensi makan 3-4 hari sehari. Menu
makanan setiap hari. Menu makanan setiap hari bervariasi yaitu sayur, lauk pauk, kebiasaan
makan protein hewani 1-2 kali seminggu, sedangkan makanan protein nabati dan sayuran
terpenuhi setiap hari jenisnya bervariasi sesuai selera.
b. Pola istirahat Keluarga

Kebiasaan tidur keluarga tidak teratur, keluarga jarang tidur siang, kebiasaan tidur keluarga
An”A “ pada malam hari sekitar 21.00 Wib.

c. Pola Rekreasi dan Hiburan

Keluarga jarang melakukan rekreasi, karena keterbatasan ekonomi dan juga dianggap tidak
begitu penting oleh keluarga An”A “

d. Kebersihan Diri

Kebiasaan keluarga An”A “ mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun mandi, pasta dan
sikat gigi, memakai handuk, sedangkan mencuci rambut tidak tentu. Kebiasaan mengganti
pakaian 2 kali sehari, keadaan kuku bersih.

2. Data Kesehatan Keluarga

a. Dalam rumah keluarga An”A “ yang menderita Demam Berdarah Dengue dan dalam
anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit serupa seperti An”A “ saat ini.

b. Pada keluarga An”A “ jika ada keluarga yang sakit, kebiasaan keluarga ini langsung
dibawa ke puskesmas terdekat.

3. Data Kesehatan Lingkungan

a. Perumahan

Rumah yang di tempati oleh keluarga An”A “ adalah rumah milik sendiri, semi permanen yang
berukuran 6 x 10 m2.

Dimana keadaan ventilasi kurang baik, lantai semen, mempunyai 1 kamar mandi, 2 kamar tidur,
1 ruang tamu, 1 ruang dapur. Penerangan dari listrik PLN, penataan ruangan dan kebersihan
rumah keluarga An”A“ kurang, kasur dirumah kadang-kadang saja di jemur, pakaian rumah
bergantungan di sembarangan tempat.

b.Sumber Air Bersih

Sumber air minum keluarga diperoleh dari PAM, yang juga digunakan untuk mandi,
mencuci pakaian, BAB/BAK. Bak penampungan air minum, air untuk mencuci pakaian tersebut
jarang dibersihkan ataupun dikuras.

c. Tempat Pembungan Tinja


Keluarga An”A “menggunakan WC leher angsa, tetapi bak di WC ini jarang dikuras oleh
keluarga An”A “

d. Tempat Pembuangan Air Limbah

Keluarga An”A “membuang air limbah keluarga melalui selokan kemudian dialirkan disuatu
lobang tempat limbah yang dibuat sendiri oleh An”A “

e. Tempat Pembuangan Sampah

Tempat pembuangan sampah keluarga An”A “ yaitu sampah dibuang pada tempatnya yang tidak
jauh dari rumah dan sampah jarang dibakar, sehingga pada musim penghujan barang-barang
bekas yang dapat menampung air tersebut menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak.

f. Fasilitas Kesehatan

Bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga An”A “ sering ke puskesmas yang jaraknya dekat
dengan rumah

4 Data KIA dan KB

a. Imunisasi

Keluarga An”A“ mengatakan bahwa An”A“ tidak pernah diimunisasi

5. Data Sosial Ekonomi

a. Penghasilan

Penghasilan keluarga An”A“ perbulan kira-kira Rp. 500.000-750.000 dengan pendapatan


tersebut dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan menentukan pengeluaran belanja keluarga
adalah ibu.

b. Pendidikan

Anggota keluarga berpendidikan sebatas SMA dan tidak melanjutkan keperguruan tinggi
dikarenakan keterbatasan biaya.

c. Hubungan Keluarga dengan Masyarakat


Hubungan antara keluarga An”A“ dengan masyarakat sekitar cukup baik, karena sikap
kekeluargaan tempat tinggalnya masih kuat, saling menghargai satu sama lain juga tolong
menolong.
B. Penentuan Masalah Kesehatan dan Keperawatan
1. Penjajakan I

No Data Masalah Keperawatan

1 An”A“ menderita
- Tidak/
DBD kurang
dengansehat
panas yang - tinggi
Penyakitsecara
DBD pada An”A“
mendadak, menggigil, pegal-
pegal seluruh tubuh, adanya ruam
atau bintik-bintik merah pada
kulit ( petecia)

2 Nn” ” menderita DBD sejak 3 - Ancaman Kesehatan


hari yang lalu, bak penampungan - Pontensial terjadinya penularan
air minum, bak untuk mencuci penyakit DBD pada anggota keluarga
pakaian, bak di WC jarang yang lain
dikuras ataupun dibersihkan,
adanya pakaian yang
bergelantungan disembarangan
tempat.

2. Penjajakan II
No Data Masalah Keperawata

1 An”A“ menderita DBD dengan - Ketidakmampuan mengenal masalah


panas tinggi secara mendadak, DBD sehubungan dengan kurang
menggigil, pegal-pegal seluruh pengetahuan keluarga tentang penyakit
tubuh, adanya ruam atau bintik- DBD
bintik merah pada kulit (petecia)

- Keluarga An”A“ menanyakan


tentang penyakit DBD.

Rumah tampak kotor,


kasur
- Ketidakmampuan keluarga dalam
2 kadang-kadang dijemur, banyak
memelihara lingkungan rumah yang
sampah yang berserakan
dapat mempengaruhi kesehatan
dihalaman sekitar rumah karena
sehubungan dengan ketidaktahuan
jarang dibakar, ventilasi kurang.
keluarga tentang pentingnya sanitasi
- Keluarga An”A“ mengatakan lingkungan.
bahwa keadaan seperti itu biasa
saja.

An”A“ menderita DBD sejak 3


hari yang lalu, bak penampungan - Ketidakmampuan memelihara

air minum, bak unuk mencuci lingkungan rumah yang dapat


3
pakaian, bak di WC jarang mempengaruhi kesehatan anggota

dikuras ataupun dibersihkan, keluarga sehubungan dengan

adanya pakaian yang ketidakmampuan keluarga tentang


bergelantungan disembarangan usaha pencegahan penularan penyakit
tempat. DBD.

- Keluarga An”A“ mengatakan


tidak mengetahui cara pecegahan
penyakit DBD
29

C. Prioritas Masalah

1. Penyakit DBD pada Nn’ ”

No Kriteria Perhitungan skore Pembenaran

1 Sifat Masalah ; 2/3 x 1 2/3 Rumah tampak kotor,

- Ancaman Kesehatan kasur kadang-kadang


dijemur, banyak
sampah yang
berserakan
dihalaman rumah
karena jarang
dibakar, ventilasi
kurang.

Keluarga mampu
membersihkan
2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 rumah, menjemur
dapat diubah kasur setiap hari,

- Dengan mudah sampah dibakar,


menambah ventilasi
rumah, bila ia
mengerti manfaatnya

Keluarga mampu
membersihkan
rumah, menjemur
kasur setipa hari,
3 Pontesial masalah dapat 3/3 x 1 1
sampah dibakar,
dicegah
menambah ventilasi
- Timggi dirumah, jika
keluarga diberi
pengertian

Keluarga
membiarkan keadaan
rumah kotor, kasur
sehari-hari tidak
dijemur, sampah

Menonjolnya masalah berserakan


4 0/2 x 1 0
dihalaman rumah,
- Masalah tidak dirasakan
ventilasi kurang.

Total 3 2/3

3. Pontensial terjadinya penularan penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain.

No Data perhitungan skore Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 An”A“ menderita

- Ancaman Masalah DBD sejak 3 hari


yang lalu, bak
penampungan air
minum, bak untuk
mencuci pakaian,
bak di WC jarang
dikuras ataupun
dibersihkan,
adasnya pakaian
yang
bergelantungan
disembarangan
tempat.

2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2


Keluarga mampu
dapat diubah
membersihkan bak-
- Dengan mudah
bak, penampungan
dan mengubur
barang-barang
bekas.
3 Pontensial masalah dapat 3/3 x 1 1
dicegah

- Tinggi Keluarga mampu


membersihkan dan
menguras bak-bak
penampungan juga
mengubur barang-
barang bekas yang
ada disekitar rumah.

Menonjolnya Masalah
4 0/2 x 1 0
Keluarga belum
- Masalah tidak dirasakan
mengerti
pentingnya
pencegahan
penularan penyakit
Demam Berdarah
Dengue

Total Skore 3 2/3

Prioritas masalah kesehatan berdasarkan skore tertinggi :

1. Penyakit DBD pada An”A“

Skore : 4 1/3

Pontensial terjadinya penularan penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain

kore : 3 2/3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn “P” DENGAN KASUS DEMAM


BERDARAH DENGUE PADA An.’’ A’’
DIKELURAHAN SUNGAI BUAH JL.SERDA KKO USMAN ALI RT.8C NO.56
KECAMATAN ILIR TIMUR II PALEMBANG

Nama :An “A” Tanggal Pengkajian :

Umur :14 Tahun Diagnostik :DEMAM


BERDARAH DENGUE

Alamat :Jl.Serda KKO Usman Ali RT.8c No.56

Kelurahan :Sungai buah

Kecamatan :Ilir Timur II Palembang

N PERENCANAAN
O. Masalah Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Rencana
kesehatan keperawatan keperawatan

1 15 september
2013

Penyakit DBD Ketidakmampua Setelah Agar supaya Setelah Keluarga An -Jelaskan


pada n mengenal dilakukan keluarga diberikan “A” mampu kepada

An “A” masalah DBD penyuluhan mengetahui penyuluhan menjelaskan keluarga


sehubungan tentang DBD dan mengerti keluarga tentangngerti tentang
dengan kurang keluarga akan tanda, gejala dapat an, tanda, pengertian
pengetahuan mengerti dan dan menjelaskan gejala dan DBD tanda,
keluarga tentang mengetahui penyebab tentang penyebab gejala dan
penyakit DBD tentang tanda, penyakit tanda, gejala penyakit penyebab
gejala dan DBD dan DBD penyakit
penyebab penyebab
penyakit DBD penyakit
DBD

2 17 september
2013

Potensial Ketidakmampua Setelah Keluarga Setelah Keluarga An -Berikan


terjadinya n memelihara dilakukan mengetahui diberikan “A” mampu penyuluhan
penularan lingkungan penyuluhan dan penyuluhan menjelaskan kepada
penyakit DBD rumah yang dengan memahami selama 30, tentang cara keluarga
dengan anggota dapat keluarga akan cara keluarga pencegahan tentang cara
keluarga yang mempengaruhi memahami pencegahan mampu penularan pencegahan
lain kesehatan dan dan penularan menjelaskan penyakit penularan
perkembangan mengetahui penyakit dan DBD pada penyakit DBD
pribadi anggota tentang cara DBD dengan memahami anggota pada anggota
keluarga pencegahan anggota tentang keluarga keluarga yang
sehubungan penularan keluarga pencegahan yang lain lain
dengan penyakit DBD yang lain penularan
ketidaktahuan dengan penyakit
keluarga tentang anggota DBD dengan
usaha keluarga yang anggota
pencegahan lain keluarga
penyakit DBD yang lain

Diagnosa komunitas tentang penyakit demam berdarah

1. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn.


A d e n g a n ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami
DHF( Dengue Haemorragic Fever ).
2. P e r u b a h a n n u t r i s i k u r a n g d a r i k e b u t u h a n t u b u h p a d a A n . L d i k e l u a r g a T n .
A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami
DHF( Dengue Haemorragic Fever)
3. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
4. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
5. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuank e l u a r g a d a l a m m e n g e n a l m a s a l a h A n . L y a n g
m e n g a l a m i D H F ( Dengue Haemorragic Fever ).
6. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik behubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya sanitasi lingkungan yang baik
7. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentag
usaha pencegahan penyakit DBD
8. Ketidaktahuan tentang penyakit sehubungan kurangnya informasi tentang penyakitnya
9. Kurang pengetahuan warga b.d kurangnya informasi tentang DBD.
10. Kurang Pengetahuan warga tentang tanda dan gejala DBD b.d. kurangnya informasi tentang
DBD.
11. Kurang pengetahuan warga tentang pencegahan DBD b.d kurang mendapat informasi tentang
DBD.
12. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentag
usaha pencegahan penyakit DBD
13. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik behubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya sanitasi lingkungan yang baik
14. Resiko terjadi peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan kurangnya kemampuan
masyarakat dalam memelihara lingkungan
15. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan belum adanya pembinaan kesehatan
16. Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
berhubungan dengan tingginya kepadatan vector
17. Risiko tinggi terkena DBD b.d kurang pengetahuan warga

18. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d Lingkungan yang
kurang memadai
19. Resiko terjadinya penyakit infeksi akibat lingkungan yang kurang sehat (Diare, DBD) pada
masyarakat di RT 12,13,14 dan 15 b.d pemeliharaan lingkungan yang tidak adekuat

20. Resiko terjadinya penyakit ( DBD ) pada anggota keluarga Tn kadir sehubungan dengan
lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

21. Potensial peningkatan pencegahan penyakit infeksi pada masyarakat di RT 12,13,14 dan 15
b.d Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya maka dapat kami simpulkan
sebagai berikut :
Masalah keperawatan komunitas yang muncul pada keluarga An “A”

1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d


Lingkungan yang kurang memadahi, ditandai dengan Pembuangan sampah yang
masih dekat dengan pekarangan
2. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain
adalah memberikan penyuluhan kesehatn tentang DBD dan pemeriksaan jentik –
jentik nyamuk di sekitar rumah yang ada disekitar rumah tersangka DBD
3. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat
sekitar

5.2 SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :

1. Masyarakat
Peran serta dari keluarga dan masyarakat, ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin. Antara lain warga
aktif mengadakan kerja bakti bersih lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk
2. Puskesmas dan Kelurahan
Diharapkan adanya bantuan dana dan prasarana, serta supervisi dari pihak puskesmas dan
kelurahan yang berkesinambungan untuk memantau kegiatan kesehatan yang dilakukan oleh
warga

S-ar putea să vă placă și