Sunteți pe pagina 1din 2

Keberagaman Sosial & Budaya di Banten

Goodenough (dalam kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa


kebudayaan adalah suatu sistem kognitif yaitu suatu sistem yg terdiri dari
pengetahuan, kepercayaan dan nilai yg berada dalam pikiran anggota-
anggota individual masyarakat.
Dalam masyarakat setiap daerah memiliki kegiatan sosial dan
budaya. seperti halnya Banten yang merupakan provinsi kaya akan
keanekaragaman warisan budaya lokalnya .
Dibanten terdapat peninggalan warisan leluhur yang sangat
dihormati seperti masjid agung banten lama, makom keramat panjang,
masjid raya al-ahzom dan beberapa peninggalan budaya lainnya yang
sampai saat ini masih terjaga. kondisi sosial budaya masyarakat banten
diwarnai oleh potensi dan kekhasannya budaya masyarakat yang sangat
variatif, mulai dari seni bela diri pencak silat, debus, rudat, umbruk, tari
topeng dan palitung. disini hampir semua seni tradisonalnya kental dengan
etika islam, maka tak heran kalau banten disebut dengan kerajaan-kerajaan
islam.
Masyarakat banten juga dikenal dengan masyarakat tradisonalnya
yang memegang teguh adat tradisi, baik cara berpakaian maupun pola hidup
lainnya. mereka dikenal dengan suku baduy yang tinggal di desa kanekes,
kecamatan leuwidamar, kabupaten lebak. perkampungan masyarakat baduy
umumnya terletak dialiran sungai ciujung dipagunungan kendeng, daerah ini
dikenal sebagai titipan nenek moyang yang harus dipelihara dan dijaga
dengan baik dan tidak boleh diakui sebagai hak milik pribadi. Suku ini
memiliki sejarah dan kebudayaan sosial yang sangat tinggi sehingga
menjadikan banten primadona wisata baik domestik maupun mancanegara,
dengan tujuan wisata alam maupun untuk kegiatan penelitian ilmiah. adapun
kegiatan sosial masyarakat baduy yang terselenggara setiap tahunnya yaitu
disebut dengan "Seba Baduy"
Dalam bahasa baduy "Seba" memiliki arti seserahan maka dari itu
Seba Baduy adalah ritual seserahan hasil bumi serta melaporkan kejadian
selama satu tahun tersebut kepada Ibu Gede dan Bapak Gede, yang
dimaksud dengan Ibu Gede dan Bapak Gede adalah Bupati Lebak yaitu Ibu
Iti Octavia Jayabaya dan Bapak Wahidin halim. Seba Baduy ini merupakan
ungkapan rasa syukur masyarakat baduy atas hasil panen yang telah mereka
tuai dan merupakan keinginan masyarakat baduy untuk berbagi dengan
sesama. ritual ini sudah diselenggarakan sejak lama yaitu sebelum zaman
kesultanan banten.
Saat Seba Baduy berlangsung, biasanya ribuan masyarakat baduy
baik baduy luar maupun baduy dalam berbondong-bondong datang ke kota
Serang dengan membawa hasil panen mereka untuk diserahkan kepada
Bapak Gede dan Ibu Gede, mereka menggunakan pakaian serba putih dan
berjalan kaki mulai dari pedalaman baduy sampai ke pendopo Serang,
sebelum diadakan Seba Baduy masyarakat baduy luar maupun baduy dalam
sudah terlebih dahulu melakukan ritual adat ditempat tinggalnya yang
dinamakan dengan Ngawalu dan Ngalaksa. Ngawalu ialah ritual tepat pasca
musim panen selama tiga bulan. pada masa ngawalu ini kawasan wisata
baduy ditutup. usainya priode Ngawalu ditandai dengan ritual Ngalaksa.
pada saat Ngalaksa inilah masyarakat baduy dalam maupun baduy luar
mengadakan syukuran dengan berbagi dan berkunjung ke sesama tetangga
bersilaturahmi serta mengirimkan makanan sebagai rasa syukur. mungkin
itulah keberagaman sosial & budaya yg ada dibanten hingga saat ini masih
tetap terjaga.

S-ar putea să vă placă și