Sunteți pe pagina 1din 8

BAB I

A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan
ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine
fibroid. (Prawirohardjo,1996:281) Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas
yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa. (Sy/lvia A.P, 1994)

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),
submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)
1. Miomasubmukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.

2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor.
Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intraligamenter.

B. Etiologi
1 Faktor terbentuknya tumor

1. Faktor Internal

Terjadi kesalahan replikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang baru.
Merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Bila seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami
kesalahan genetik harus mengalami kerusakan lebih dulu sebelum berubah menjadi sel kanker.
Hanya saja individu pembawa sel genetika yang salah, memang lebih beresiko terkena kanker
daripada yang tidak memiliki mutasi gen yang salah.

Faktor mutasi gen secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat
dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%,
disebabkan oleh faktor eksternal. Jadi, sekalipun tidak 100%, sebenarnya kanker dapat kita cegah
atau hindari dangan menghindari faktor eksternal.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak gen adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi,
dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan, maupun bahan
kimia yang berasal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan, seperti
pengawet dan pewarna makanan. Cara memasak juga dapat mengubah makanan menjadi
senyawa kimia yang berbahaya. Daging atau ikan yang dipanggang hingga gosong, mengandung
zat kimia seperti benzo-a-piren, amin heterosoklik, dioxin, dan lain-lain. Kuman yang hidup
dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya racun aflatoksin pada kacang-
kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.

1. Estrogen.

Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari
payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada
miometrium normal.

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat


pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3. Hormon pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan
hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
C. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam
korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding
depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong
kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri
yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu
masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga
kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
(Sastrawinata S: 151)

D. Manifestasi klinik
Kebanyakan mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul
rutin ataupun saat pemeriksaan ultrasonogafi (USG). Gejala yang timbul bergantung pada lokasi
dan besarnya tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah :

1. Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid.


2. Penekanan organ di sekitar tumor oleh mioma uteri seperti kandung kemih, saluran
kemih (ureter), usus besar (rektum) atau organ rongga panggul lainnya sehingga
menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah
vena dalam panggul, gangguan ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter).
3. Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya reaksi
peradangan steril di dalam rahim.
4. Teraba benjolan pada bagian bawah perut dekat rahim yang terasa kenyal.
5. Gangguan sulit hamil (infertilitas) karena terjadi penekanan pada saluran indung telur
ataupun menyebabkan keguguran berulang (recurrent pregnancy loss).
6. Rasa nyeri biasanya diakibatkan oleh perubahan mioma uteri yang disebut degenerasi
atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim.
Gejala sulit hamil ataupun keguguran berulang dapat disebabkan gangguan sumbatan
pada saluran telur (tuba fallopi) dan gangguan implantasi sel telur yang telah dibuahi
pada endometrium.

E. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya


mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain
pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat
untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.

b. Hiteroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya
kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis
dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang
diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
F. Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil


yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah
mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian
GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada
tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti
kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak
mengurangi ukuran mioma uteri (Hadibroto, 2005).

Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and
Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah

a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif


b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius

1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan
uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi reproduksinya
dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan kerana
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%
(Prawirohardjo, 2007).
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan
laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma
dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih
luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan
miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko
terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien,
disamping masa penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4-6 minggu.

2. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih
(Prawirohardjo, 2007).Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus.
Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi
pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto,
2005).
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang
lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan
timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada
tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di
mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak melalui
insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur
operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang
mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat
parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan
terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat
dibandng histerektomi abdominal.

G. Komplikasi

1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari semua
sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause. Ada kalanya
tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak,
tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak
gambaran klinik dari abdomen akut. Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada
kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. (Prawiroharjo,
1996)

H. Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang
extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharuskan SC (Sectio caesarea) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali
(rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan
lebih lanjut.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan inflamasi karena penambahan
massa dalam uterus
2. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh mioma
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi Histerektomi

S-ar putea să vă placă și