Sunteți pe pagina 1din 2

 Hukum ibadah bagi orang sakit

 Ibadah artinya menghambakan diri kepada Allah, yaitu tunduk dan patuh serta berserah
diri kepada-Nya.
 Ibadah terdiri dari ibadah khusus (mahdhah) dan Ibadah umum (ghairu mahdhah). Macam-
macam ibadah mahdhah diantaranya adalah shalat termasuk didalamnya thaharah sebagai
syaratnya, puasa, zakat dan haji. Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah bentuk hubungan
antara manusia dengan manusia atau manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah.
Seperti senyum kesesama muslim.
 Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat pada waktunya dan melaksanakannya
menurut kemampuannya , sebagaimana diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
firman-Nya:
 ‫ط ْعت ُ ْم‬ َ َ ‫َّللاَ َما ا ْست‬
َّ ‫فَاتَّقُوا‬
 “Maka bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut kesanggupanmu” [at-
Taghâbun/ 64:16].
 Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Imran Bin Husain Radhiyallahu
‘anhu :
 ‫ص ِل قَائِ ًما فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْستَطِ ْع فَقَا ِعدًا فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْستَطِ ْع فَ َعلَى َج ْنب‬
َ ‫ص ََلةِ فَقَا َل‬ َ ‫سلَّ َم‬
َّ ‫ع ْن ال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫سأ َ ْلتُ النَّ ِب‬
َ َ‫ِير ف‬
ُ ‫كَانَتْ ِبي بَ َواس‬
 “Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang cara shalatnya. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu, maka duduklah dan bila tidak mampu juga
maka berbaringlah” [HR al-Bukhari no. 1117]
 Apabila melakukan shalat pada waktunya terasa berat baginya, maka diperbolehkan
menjamâ’ (menggabung) shalat , shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan ‘Isya` baik dengan
jamâ’ taqdîm atau ta’khîr, dengan cara memilih yang termudah baginya. Sedangkan shalat
Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan
sesudahnya. Di antara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas Radhiyallahu ‘anhuma
yang berbunyi :
 َ ‫غي ِْر خ َْوف َو ََل َم‬
‫طر قَا َل‬ َ ‫ب َو ْال ِعشَاءِ بِ ْال َمدِينَ ِة فِي‬ ِ ‫ص ِر َو ْال َم ْغ ِر‬
ْ َ‫الظ ْه ِر َو ْالع‬
ُّ َ‫سلَّ َم بَيْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫)أَب ُْو ُك َريْب( َج َم َع َر‬
ُ ‫ي ََل يُحْ ِر َج أ ُ َّمتَه‬ َ ‫قُ ْلتُ َِلب ِْن‬
ْ ‫عبَّاس ل َِم فَ َع َل ذَلِكَ قَا َل َك‬
 “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjama’ antara Zhuhur dan Ashar,
Maghrib dan Isya’ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib rahimahullah
berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abas Radhiyallahu ‘anhu : Mengapa beliau berbuat
demikian? Beliau Radhiyallahu ‘anhu menjawab: Agar tidak menyusahkan umatnya.” [HR
Muslim no. 705
 Cara bersuci bagi orang sakit
 Dalam perkara bersuci untuk mengangkat hadats, apabila tidak dimungkinkan bagi orang
yang sedang sakit untuk menggunakan air, baik untuk berwudhu' atau mandi janabah,
karena dikhawatirkan akan semakin parah sakitnya atau terlambat kesembuhannya oleh
sebab air itu. maka para ulama menetapkan kebolehan bertayammum caranya yaitu
seseorang memukulkan kedua telapak tangannya kepada tanah yang suci cukup satu kali,
kemudian mengusap wajahnya, lalu memukul kembali tanah yang suci satu kali dengan
kedua telapak tangannya, lalu telapak tangan yang kiri mengusap tangan kanan sampai
sikunya dan telapak tangan kanan mengusak tangan kiri sampai sikunya.
 Bila tidak mampu bersuci sendiri maka ia bisa diwudhukan, atau ditayamumkan orang
lain.
 Jika pada sebagian anggota badan yang harus disucikan terluka, maka ia tetap dibasuh
dengan air. Jika hal itu membahayakan maka diusap sekali, caranya tangannya dibasahi
dengan air lalu diusapkan diatasnya. Jika mengusap luka juga membahayakan maka ia
bisa bertayamum.

S-ar putea să vă placă și