Sunteți pe pagina 1din 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M DENGAN
BRONKOPNEUMONIA

1. Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma
paru yang
terjadi pada anak. (Astuti, 2010)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2001).

2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
 Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
 Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
 Pneumonia komunitas
 Pneumonia nosokomial
 Pneumonia rekurens
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonia pada gangguan imun
 Pneumonia hipostatik

1
c. Berdasarkan sindrom klinis
 Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal
yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
 Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :


a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan
umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme,
bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.

3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.

2
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001)

4. Pathways
Terlampir

5. Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif

3
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain
menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)

4
7. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.
Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat
dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik

8. Pengkajian
h. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
i. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

j. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
k. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor
buruk, penampilan malnutrusi
l. Neurosensori
Gejala : sakit kepala
Tanda : perubahan mental

5
m. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
n. Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi
pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
o. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubeda / varisela
p. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

6
II. Analisa Data
no Data Etiologi Masalah
1 S:  Inflamasi Bersihan jalan
-ibu mengatakan anaknya trakeobronkial, nafas tidak
sudah demam selama 1 minggu pembentukan efektif
-anaknya sesak,rewel,tidak oedema,
selera makan, peningkatan
-batuk dan berdahak. produksi sputum
O:  Nyeri
-TTV : RR:48x/m HR:150x/m pleuritik
SPO2:98%
Temp:38,8ᵒC
- takipnea
-Takikardi
-Pucat / sianosis (+)
-Auskultasi:terdengar bunyi
mengi
-batuk dan sputum kental,tak
bisa dikeluarkan
-tingkat kesadaran :delirium

2 S:
-Demam naik turun sudah 1 Proses infeksi Peningkatan suhu
minggu lamanya. tubuh (demam)
-anak rewel dan tak selera
makan
-Anak batuk batuk dan
terdengar adanya suara nafas
tambahan

7
O:
-Temp:38,8ᵒC
-demam tinggi (+)
-batuk dan bersekret (+)
-Kompres Hangat(+)
-Oksigen terpasang(+)
-Terpasang IVFD cairan 4;1
dengan kecepatan 20 tpm
(mikro set)
-Obat-obatan :
IVFD paracetamol 100mg
(T;39ᵒC)
Ij.Ampicillin 250mg/12 jam
Ij.Gentamicin 20mg/12 jam
Ij.Dexamethason ½ amp/12
jam
PCT drop 4x1 ml
Ventolin nebule 1 fial/12 jam
-Suction secret K/P
-hasil lab:
Hb : 11 gr
Eritrosit :5,0
Leukosit :1900/µl
Trombosit :400/µl
Hematoktrit :55 %

8
III. Diagnosa keperawatan dan intervensi
no Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 1. Bersihan  Menunjukkan  Berikan
jalan nafas tidak perilaku mencapai Oksigen 3-4 lt/m
efektif kebersihan jalan nafas (nasal canule).
 Menunjukkan  Kaji frekuensi
jalan nafas paten / kedalaman
dengan bunyi nafas pernafasan dan
bersih, tak ada dispnea gerakan dada
atau sianosis  Auskultasi
suara dan bunyi paru
catat bunyi nafas
tambahan (krakles,
mengi)
 Bantu pasien
untuk batuk efektif
dan nafas dalam
 Penghisapan
lendir sesuai intruksi
 Berikan cairan
sedikitnya 1500
ml/hari
 Bantu
mengawasi efek
pemasangan nebulizer
dan
chestpaint.(kolaborasi)
 Berikan obat
sesuai intruksi :
mukolitik, ekspetoran,

9
bronkodilator,
antibiotic,anti piretik
 Berikan ASI

2 Peningkatan suhu -Peningkatan suhu  Obeservasi


tubuh (demam) b/d tubuh teratasi (normal suhu tubuh (4 jam)
proses infeksi kembali 35-36ᵒC)  Kompres
-tidak demam dan hangat di
menggigil axilla,frontale,sela
-TTV normal paha anak
 Menganjurkan
memberi minum
banyak ±60cc/2jam
 Anjurkan agar
pemberian ASI
dilanjutkan
 Libatkan ibu
dalam pemberian
terapi oral
 Follow up
TTV
 Follow up
pemberian oksigen
 Awasi tanda
penurunan kesadaran
(GCS)
 Awasi
pemberian cairan
intravena
 Lanjutkan

10
terapi injeksi sesuai
intruksi medis.
 Awasi
hemodinamik klien
 Libatkan
keluarga dalam
tindakan cuci tangan
dan tindakan aseptik

11
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal No.DX Implementasi Evaluasi
8/10 1  Memberikan S:klien sudah lebih
Oksigen 3-4 lt/m (nasal tenang,tidak rewel lagi,sudah
canule). bisa tidur,mau minum
 Mengkaji frekuensi ASI.demam berkurang.
/ kedalaman pernafasan O:
dan gerakan dada -Oksigen terpasang 2-3lt/m
 Mengauskultasi -IVFD terpasang RL 20tpm
suara dan bunyi paru catat -TTV: Temp;38ᵒC
bunyi nafas tambahan RR : 40x/m
(krakles, mengi) SPO2 : 100%
 membantu pasien HR ; 150X/m
untuk batuk efektif dan -Batuk masih,secret ada (+)
nafas dalam -Suction dilakukan K/P
 melakukan -Sudah bias menetek.
Penghisapan lendir sesuai -obat-obatan diberikan sesuai
intruksi dosis dan intruksi (kolaborasi)
 Memberikan cairan A: Masalah Bersihan jalan
sedikitnya 1500 ml/hari nafas teratasi sebagian.
 Membantu P: dilanjutkan implementasi
mengawasi efek
pemasangan nebulizer dan
chestpaint.(kolaborasi)
 Memberikan obat
sesuai intruksi : mukolitik,
ekspetoran, bronkodilator,
antibiotic,anti piretik
 Menyarankan agar
ibu tetap memberikan ASI

12
2  MengObservasi S:anak sudah tidak demam
suhu tubuh (4 jam) lagi,tidak rewel lagi
 Melakukan O:
Kompres hangat di TTV: Temp;38ᵒC
axilla,frontale,sela paha RR : 40x/m
anak SPO2 : 100%
 Menganjurkan HR ; 150X/m
memberi minum banyak -menetek (+)
±60cc/2jam - Oksigen terpasang 2-3lt/m
 Anjurkan agar -IVFD terpasang RL 20tpm
pemberian ASI -Obat-obatan :
dilanjutkan IVFD paracetamol 100mg
 MeLibatkan ibu (T;39ᵒC)
dalam pemberian terapi Ij.Ampicillin 250mg/12 jam
oral Ij.Gentamicin 20mg/12 jam
 Melakukan Follow Ij.Dexamethason ½ amp/12
up TTV jam
 Follow up PCT drop 4x1 ml
pemberian oksigen Ventolin nebule 1 fial/12 jam
 mengawasi tanda -Suction secret K/P
penurunan kesadaran -hasil lab:
(GCS) Hb : 11 gr
 MengAwasi Eritrosit :5,0
pemberian cairan Leukosit :1900/µl
intravena Trombosit :400/µl
 Melanjutkan terapi Hematoktrit :55 %
injeksi sesuai intruksi A:Peningkatan suhu tubuh
medis. teratasi namun masalah infeksi
 Awasi belum teratasi.
hemodinamik klien P:Lanjutkan Intervensi.dan
 Meliibatkan

13
keluarga dalam tindakan implementasi
cuci tangan dan tindakan
aseptic,dalam proses
penyembuhan klien

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata


: EGC.
2. Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume I, Jakarta : EGC
3. Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
4. Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
Salemba Medica.
5. Lackman’s (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical
Nursing, Philadelpia : WB Saunders Company.
6. Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
7. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
8. Pasiyan Rahmatullah.(1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Editor : R. Boedhi Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI
9. Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan
Gangguan Sistem

15
Jamur, bakteri, protozoa
Resti terhadap
penyebaran
Masuk alveoli infeksi

Peningkatan
suhu tubuh
Kongestif ( 4-12 jam )
Nyeri
Eksudat dan seruos masuk
alveoli pleuritik

Hepatisasi merah (48 jam)


Penumpukan
Paru-paru tampak merah dan cairan dalam
bergranula karena SDM dan
alveoli
leukosit DMN mengisi alveoli

Hepatisasi kelabu (3-8 hari) Resolusi 7-11


Paru-paru tampak kelabu karena hari
leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi didalam alveoli

PMN Konsolidasi
jaringan paru Gangguan
pertukaran gas

Berkeringat Metabolisme
meningkat Compliance paru
menurun

Resti
Resti nutrisi
kekurangan Gangguan pola Suplay O2
kurang dari
volume cairan nafas menurun
kebutuhan tubuh

16 Intoleransi
Sputum kental
aktivitas
17

S-ar putea să vă placă și