Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman
2)
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman
Jl.Gunung Tabur No.1 Kampus Gunung Kelua Samarinda.
E-mail: akhmed_aa@yahoo.com
ABSTRACT
One species of the family Anabantidae that is climbing perch (Anabas testudineus Bloch) is a
freshwater fish native in Borneo. The existence of the climbing perch important to be
developed as an alternative nutritious foods in the period in which the condition of the water
environment unfavorable to the development of aquaculture because of pollution and natural
water conditions are extreme. In terms of resource management of fish as broodstock for
culture required information on morphological characters (morphometric and meristic) to
identify the units of the population that is in the waters, in addition to the morphological
characters useful to identify type of fish. In the study sample was obtained of 76 fish at the
Melintang station, 86 fish at Liang station, and 83 fish at Mangkurawang station. To
understand the morphometric characters at different locations was used Principal Component
Analysis to obtain the correlation between the characters as well as the grouping of
individuals based on morphometric characters. Meristic character analysis using comparisons
with data from previous studies. According to the result shows that climbing perch at
Mangkurawang station relatively same to the fish at Melintang station, but with smallest
body. At Liang station has only 3 morphometric different with Melintang station that mean
the fish group was same group. The Meristic comparison among three group of climbing
perch shown the fins ray was DXVII.8-9; AXI.9-10; VI.5; P14-15.
51
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
52
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62.
51 April 2016. ISSN : 2460-9226
53
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
pelipatan rahang
Panjang dasar sirip dorsal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput
sirip di belakang jari-jari terkhir
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
keras sirip dorsal terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah sirip dorsal lemah terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang dasar sirip anal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput
sirip di belakang jari-jari terkhir
Panjang jari-jari keras Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
sirip anal terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang jari-jari lemah Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
sirip anal lemah terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang sirip pektoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip
pektoral
Panjang sirip ventral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip
ventral
Tinggi di bawah mata Jarak kecil antara pinggiran bawah rongga mata dengan rahang
atas
Tinggi badan Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal
dengan bagian ventral
Tinggi batang ekor Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah
Tinggi kepala Panjang garis tegak antara pertengahan pangkal kepala dengan
pertengahan kepala sebelah bawah
Tinggi pipi Jarak tegak antara rongga mata dan pinggiran bagian depan pre
operculum
Tinggi sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip
dorsal
Tinggi sirip anal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal
Lebar badan Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan
Lebar kepala Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada
kedua sisi kepala
Lebar mata Panjang garis tengah rongga mata (diameter)
Lebar bukaan mulut Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-
lebarnya
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
keras sirip ventral terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah sirip ventral lemah terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip
54
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
55
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
meristik yang sudah ada dalam literatur atau Belakang Mata (PKBM), Panjang Kepala di
penelitian sebelumnya dengan jumlah dan Depan Mata (PKDM), Panjang Antara Mata
kisaran karakter meristik yang dihitung dari Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang
ketiga lokasi. Dari hasil perbandingan akan Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah
terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD),
yang dihitung dengan literatur. Literatur yang Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal
digunakan adalah dari Talwar dan Jhingran (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip
(1991) http://aquaworld.netfirms.com Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal
(Akbar, 2008), Bloch (1792) dan Kottelat, et (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
al., (1993). Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah
Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral
3. HASIL DAN PEMBAHASAN (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi
Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB),
a. Sebaran Karakteristik Morfometrik Ikan
Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Kepala (TK),
Betok
Tinggi Pipi (TP), Tinggi Sirip Dorsal (TSD),
Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB),
Berdasarkan hasil analisis data dengan
Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Lebar
menggunakan Analisis Komponen Utama
Bukaan Mulut (LBM), Panjang Dasar Jari-jari
(AKU) yang didasarkan pada matriks korelasi
Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), Panjang Dasar
untuk mendeskripsikan korelasi antara ciri
Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV) di
morfometrik ikan betok (Anabas testudineus
masing-masing stasiun menunjukkan adanya
Bloch) yaitu Panjang Total (PT), Panjang Baku
pemusatan informasi pada 2 sumbu utama
(PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan
yang masing-masing memberikan kontribusi
Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Batang Ekor
dari ragam total yaitu: F1 sebesar 99,57 %,
(PBE), Panjang Hidung (PH), Panjang Ruang
dan F2 sebesar 0,43 %.
Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di
Tabel 3. Koordinat dan Kontribusi ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada
dua sumbu utama (F1xF2).
Koordinat Kontribusi
MORFOMETRIK Kode
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2
Panjang Total PT -0,999637 0,026938 0,030413 0,005081
Panjang Baku PB -0,999988 -0,004814 0,030434 0,000162
Panjang Kepala PK -0,999587 0,028723 0,030410 0,005776
Panjang di Depan Sirip Dorsal PdDeSD -0,999846 0,017551 0,030425 0,002157
Panjang Batang Ekor PBE -0,968630 0,248508 0,028555 0,432384
Panjang Hidung PH -0,993933 0,109987 0,030067 0,084698
Panjang Ruang Antar Mata PRAM -0,999868 0,016251 0,030427 0,001849
Panjang Kepala di Belakang
PKBM -0,999995 -0,003258 0,030434 0,000074
Mata
Panjang Kepala di Depan Mata PKDM -0,996708 0,081070 0,030235 0,046016
Panjang Antara Mata Dengan
PAMDP -0,999909 -0,013467 0,030429 0,001270
Preoperculum
Panjang Rahang Atas PRA -0,999953 0,009653 0,030432 0,000652
Panjang Rahang Bawah PRB -0,997865 0,065304 0,030305 0,029859
Panjang Dasar Sirip Dorsal PDaSD -0,999150 -0,041232 0,030383 0,011903
Panjang Dasar Jari-jari Keras
PDJJKSD -0,998451 -0,055632 0,030341 0,021669
Sirip Dorsal
56
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
1,0
0,5
PBE
Factor 2 : ,43%
PH
PKDM
PRB
TSD
LM
PDJJLSD
PDJJLSA
PK
PT
PdDeSD
PRAM
TSA
PRA
TBE
PKBM
PB
PSV
PAMDP
PDJJKSV
PDSA
LB
PDJJLSV
PDaSD
LK
PSP
0,0PDJJKSD
PDJJKSA
TB
TdBM
TK
LBM
TP
-0,5
-1,0
Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama (AKU) korelasi antara ciri morfometrik ikan betok
(Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama
57
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
Tabel 4. Koordinat dan Kontribusi stasiun pada dua sumbu utama (F1xF2).
Koordinat Kontribusi
Stasiun
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2
Melintang -5,72565 -0,218932 49,88720 16,77947
Mangkurawang -0,01292 0,436389 0,00025 66,66641
Liang 5,73857 -0,217457 50,11255 16,55412
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata
bahwa sebaran ciri morfometrikikan betok (LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
(Anabas testudineus Bloch) tersebar pada Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari
Sumbu I dan Sumbu II (F1 x F2) yang Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV).
ditunjukkan oleh Gambar 3, bahwa di Sumbu Pada Sumbu II (F2) positif dicirikan oleh
I (F1) negatif dicirikan oleh Panjang Total (PT), Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung
Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), (PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata
Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), (PKDM), sedangkan pada Sumbu II (F2)
Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang negatif dicirikan oleh Tinggi Kepala (TK),
Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut
Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), (LBM).
Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Berdasarkan hasil analisis data dengan
Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal menggunakan Analisis Komponen Utama
(PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip (AKU) yang ditunjukkan oleh Gambar 4,
Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari diperoleh bahwa sebaran Stasiun
Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Mangkurang terletak pada Sumbu I (F1)
Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari positif, Stasiun Melintang terletak pada
Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari- Sumbu I (F1) negatif, dan Stasiun Liang
jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip terletak pada Sumbu II (F2) negatif.
Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Berdasarkan hasil analisis data tersebut
Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan di atas menunjukkan bahwa Stasiun
(TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Melintang dicirikan oleh ciri morfometrik Ikan
Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar betok (Anabas testudineus Bloch), yaitu
58
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Pada Stasiun Liang dicirikan oleh ciri
Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip morfometrik, yaitu Panjang Batang Ekor
Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata (PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang
(PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata Kepala di Depan Mata (PKDM). Berdasarkan
(PKBM), Panjang Antara Mata Dengan ciri morfometrik tersebut dapat di pahami
Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas bahwa Ikan betok (Anabas testudineus Bloch)
(PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang yang terdapat di Stasiun Liang hanya memiliki
Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar 3 ciri morfometrik yang berbeda dengan ciri
Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang morfometrik pada Stasiun Melintang. Hal ini
Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), menunjukkan bahwa secara umum ciri
Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang morfometrik yang dimiliki Ikan betok (Anabas
Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), testudineus Bloch) di Stasiun Liang relatif
Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal sama dengan Ikan betok (Anabas testudineus
(PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Bloch) di Stasiun Melintang. Sedangkan ciri
Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah morfometrik berupa Tinggi Kepala (TK), Tinggi
Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM) tidak
Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), mencirikan morfometrik pada ketiga stasiun
Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), tersebut. Kemungkinan ikan di tiga lokasi
Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang tersebut memiliki keragaman bentuk namun
Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), persentasenya kecil sehingga tidak
dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip memberikan pengaruh yang signifikan untuk
Ventral (PDJJLSV). membuktikan bahwa ikan yang diteliti
Berdasarkan letak sebaran Stasiun memiliki keragaman bentuk. Diduga hal ini
Mangkurawang yang terletak Sumbu I (F1) disebabkan oleh faktor ketelitian alat yang
positif menunjukkan bahwa posisi ini digunakan berupa jangka sorong (caliver)
berlawanan dengan sebaran Stasiun dengan ketelitian 0,05 mm, nilai pengukuran
Melintang yang terletak di Sumbu I (F1) akan lebih teliti jika menggunakan jangka
negatif. Posisi ini menunjukkan ada sorong digital dengan ketelitian hingga 0,01
kecenderungan bahwa ciri morfometrik Ikan mm.
betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di
Stasiun Mangkurawang relatif sama dengan
ciri morfometrik Ikan betok (Anabas b. Karakter Meristik Ikan Betok
testudineus Bloch) yang ada di Stasiun
Kisaran karakter meristik yang dihitung
Melintang namun pada Stasiun
pada ketiga lokasi menunjukkan nilai yang
Mangkurawang memiliki ukuran morfometrik
sama. Pada tabel berikut di tampilkan
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang
karakter meristik yang dihitung.
lebih kecil atau lebih pendek dari pada
Stasiun Melintang.
59
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
Anal
Jumlah Jari-
Jari Sirip VI.5 VI.5 VI.5 VI.5
Ventral
Jumlah Jari-
Jari Sirip P14-15 P14-15 P14-15 P14-16 P.14-15
Pektoral
Jumlah Jari-
Jari Sirip 16 16 16
Caudal
Jumlah
Sisik Pada
30 30 30 26 - 31
Garis Rusuk
(LL)
Jumlah
Sisik di Atas
4 4 4
Garis Rusuk
(LL)
Jumlah
Sisik di
10 10 10
Bawah
Garis Rusuk
Jumlah
Sisik di
5 - 6. 5 - 6. 5 - 6.
Muka Sirip
Dorsal
Jumlah
Sisik Pada 77 – 88 77 – 88 77 - 88
Pipi
Jumlah
Sisik
32 32 32
Sekeliling
Badan
Jumlah
Sisik
Sekeliling 34 34 34
Batang
Ekor
Penghitungan karakter meristik berupa jari keras dan 8-9 jari-jari lemah hal ini
jumlah jari-jari sirip dorsal (D) pada ikan di mendekati rumus umum sirip dorsal menurut
ketiga lokasi menunjukkan kisaran hasil yang Kottelat 1995, DXV-XIX. 7-9 dan Talwar and
sama yaitu 26 sampai 27 buah dengan 18 jari- Jhingran, 1991, DXVI-XVIII.8-10.
60
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
Untuk jumlah jari-jari sirip anal memiliki bahwa ikan betok pada ketiga lokasi meliputi
jumlah yang sama untuk ikan di ketiga lokasi stasiun Melintang, Liang, dan Mangkurawang
yaitu berkisar antara 20-21 buah dengan di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan
jumlah jari-jari sirip keras 11 buah untuk jari- satu kerabat yang sama. Perbedaan lokasi
jari lemah berkisar antara 9-10 buah. (lingkungan) tidak memberikan pengaruh
Berdasarkan literatur dari Kottelat, 1995, AIX- yang nyata terhadap karakter morfometrik
XI.8-12 dan Talwar and Jhingran, 1991, AVIII- dan meristik ikan betok di ketiga lokasi
XI.9-11. tersebut. Sehingga kemungkinannya tidak
Untuk jumlah sirip pektoral terhitung akan bermasalah apabila digunakan sebagai
jumlahnya berkisar antara 14-15 buah untuk indukan yang berasal dari lokasi ini secara
ketiga lokasi yang ada, hal ini juga identik intensif.
dengan literatur dari Talwar and Jhingran, Perlu dilakukan studi karakter jenis atau
1991 yang menyatakan bahwa jumlah sirip varietas ikan betok (Anabas testudineus
pektoral sebesar 14-15 buah. Bloch) di Kalimantan Timur yang lebih
Untuk karakter meristik yang lain, jumlah intensif.
jari-jari sirip ventral 6 buah, jumlah jari-jari
sirip caudal 16-17 buah, jumlah sisik pada DAFTAR PUSTAKA
garis rusuk (LL) 30 buah, jumlah sisik di atas
garis rusuk 4 buah, jumlah sisik dibawah garis
Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo,
rusuk 10 buah, jumlah sisik di muka sirip
Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu
dorsal 5-6 buah, jumlah sisik pada pipi 77-88
pedoman kerja laboratorium. Institut
buah, jumlah sisik sekeliling badan 32 buah,
Pertanian Bogor, Bogor.
dan jumlah sisik sekeliling batang ekor 34
Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik-
buah. Hasil yang didapat dari ketiga lokasi
Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus
menunjukkan kesamaan jumlah karakter
Bloch) di DAS Mahakam Tengah Provinsi
meristik pada ikan betok.
Kalimantan Timur, Skripsi pada Fakultas
Adapun meristik adalah ciri yang
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari
Pertanian Bogor, Bogor.
ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk,
Doherty, D and T.K. Mccarthy. 2004.
jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip
Morphometric and Meristic
punggung (Affandi et al., 1992). Data yang
Characteristics Analyses of Two Western
dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete
Irish Populations of Arctic char,
data (Turan, 1998). Hasil perbandingan
Salvelinus alpinus (L). Jurnal of Biology
karakter meristik menunjukkan jumlah dan
and Environment: Proceedings of The
kisaran jumlah karakter meristik
Royal Irish Academy, 1 : 75-85.
menunjukkan nilai yang sama pada ketiga
Irawan A. 2003 Asosiasi Makrozoobentos
lokasi hal ini juga diperkuat dengan
Berdasarkan Letak Padang Lamun Di
perbandingan dengan literatur dari Kottelat,
Estuaria Bontang Kuala Kalimantan
1995 dan Talwar and Jhingran, 1991.
Timur,Tesis pada Program Pascasarjana
Identifikasi karakter meristik ini menguatkan
Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
dugaan bahwa ikan betok pada ketiga lokasi
Julita N. 2006 Ciri Morfometrik Meristik dan
merupakan satu kerabat yang sama.
Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam
(Panakol Bedug) Aprion Virescens,
Valenciennes di Perairan Palabuhanratu,
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada
Berdasarkan hasil Analisis Komponen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Utama terhadap karakter morfometrik dan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
perbandingan karakter meristik menunjukkan Kottelat, M, S.N. Kartikasari, J.W .Anthony,
and W. Soetikno. 1993. Freshwater
61
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226
62