Sunteți pe pagina 1din 12

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.

ISSN : 2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Studi Karakter Morfometrik Dan Meristik Ikan Betok (Anabas


testudineus Bloch) Pada Lokasi Berbeda Di Kabupaten Kutai
Kartanegara
Morphometric and Meristic characteristics of Climbing Perch at Different
Locations in Kutai Kartanegara Regency
Akhmed Abidarda Azhmie 1), Asfie Maidie. 2) Dan Catur Agus Pebrianto. 2)

1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman
2)
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman
Jl.Gunung Tabur No.1 Kampus Gunung Kelua Samarinda.
E-mail: akhmed_aa@yahoo.com

ABSTRACT

One species of the family Anabantidae that is climbing perch (Anabas testudineus Bloch) is a
freshwater fish native in Borneo. The existence of the climbing perch important to be
developed as an alternative nutritious foods in the period in which the condition of the water
environment unfavorable to the development of aquaculture because of pollution and natural
water conditions are extreme. In terms of resource management of fish as broodstock for
culture required information on morphological characters (morphometric and meristic) to
identify the units of the population that is in the waters, in addition to the morphological
characters useful to identify type of fish. In the study sample was obtained of 76 fish at the
Melintang station, 86 fish at Liang station, and 83 fish at Mangkurawang station. To
understand the morphometric characters at different locations was used Principal Component
Analysis to obtain the correlation between the characters as well as the grouping of
individuals based on morphometric characters. Meristic character analysis using comparisons
with data from previous studies. According to the result shows that climbing perch at
Mangkurawang station relatively same to the fish at Melintang station, but with smallest
body. At Liang station has only 3 morphometric different with Melintang station that mean
the fish group was same group. The Meristic comparison among three group of climbing
perch shown the fins ray was DXVII.8-9; AXI.9-10; VI.5; P14-15.

Keywords :Anabas testudius Bloch, Morphometric and Meristic

1. LATAR BELAKANG Jenis ikan air tawar asli yang mendominasi


perairan Sumatera dan Kalimantan adalah
Perairan tawar mempunyai jenis dari Ordo Ostariophysi (Famili
keanekaragaman ikan yang cukup tinggi, di Cyprinidae dan Siluridae), Labyrinthici (Famili
Paparan Sunda terdapat 798 jenis ikan air Anabantidae dan Channidae), Percomorphi
tawar, Paparan Wallace terdapat 68 jenis ikan (Famili Nandidae), Opistomi (Famili
air tawar, dan Paparan Sahul terdapat 106 Mastacembelidae), danMalacopterygii (Famili
jenis ikan air tawar (Kottelat, et al., 1993). Notopteridae) (Ondara, 1993).

51
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Salah satu spesies dari famili (Anabas testudineus Bloch) di Indonesia


Anabantidae yaitu ikan betok (Anabas mencapai 9.545 ton denganrata-rata
testudineus Bloch) merupakan ikan asli kenaikan produksi sebesar 54,57%
perairan Kalimantan dan Sumatera.Ikan betok (www.dkp.co.id dalam Akbar, 2008).
di wilayah Kalimantan menurut Kottelat, et Keberadaaan ikan betok penting untuk
al., (1993) terdiri dari satu spesies, sedangkan dikembangkan sebagai alternatif bahan
untuk wilayah Sulawesi dimungkinkan pangan bergizi padaperiode dimana kondisi
ditemukan lebih dari satu spesies. lingkungan perairan kurang mendukung
Pengamatan terhadap kromosom spesimen terhadap pengembangan budidaya perikanan
dari India menunjukkan bahwa paling sedikit dikarenakan pencemaran maupun
dua jenis Anabas terdapat disana, dan hal ini kondisiperairan alami yang bersifat ekstrim.
didukung oleh data morfologi (Dutt dan Ikan betok di lingkungan Danau
Ramaseshaiah, 1982; 1983;1988 dalam Melintang (DAS Mahakam Tengah) ada
Kottelat, et al., 1993) seperti panjang total, kecenderungan terjadi penurunan populasi,
panjang baku, tinggi badan, tinggi batang hal ini diduga karena adanyaberbagai tekanan
ekor, jumlah sirip dan lainnya (Kottelat, et al., seperti tingginya usaha penangkapan ikan
1993). dan perubahankondisi lingkungan (Mustakim,
Karakter morfologi telah lama digunakan 2008). Untuk itu perlu upaya pengelolaan
dalam biologi perikanan untuk mengukur perikanan berdasarkan kajian terhadap stok
jarak dan hubungan kekerabatan dalam ikan untuk selanjutnya ditentukan model
pengkategorian variasi dalam taksonomi. pengelolaan yangtepat untuk kawasan
Karakter morfologi meliputi studi perairan tersebut.
morfometrik dan meristik dari ikan. Hal ini Penelitian ini bertujuan untuk
juga banyak membantu dalam menyediakan menganalisis kekerabatan ikan betok (Anabas
informasi untuk pendugaan stok ikan. testudineus Bloch) pada tiga lokasi berbeda di
Meskipun demikian pembatas utama dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
karakter morfologi dalam tingkat intra spesies Timur sebagai sumber daya indukan untuk
(ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu pembudidayaan ikan betok. Hasil penelitian
tepat dibawah kontrol genetik tapi ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. informasi maupun upaya pengelolaan
Pembentukan fenotip dari ikan perikanan di wilayah perairan darat (inland
memungkinkan ikan dalam merespon secara water) di Kabupaten Kutai Kartanegara,
adaptif perubahan dari lingkungan melalui Kalimantan Timur.
modifikasi fisiologi dan kebiasaan hidupnya
(Turan, 1998).
2. BAHAN DAN METODE
Penelitian kali ini dilakukan sebagai studi
karakter morfometrik-meristik ikan betok a. Waktu dan Tempat
pada tiga lokasi yang berbeda di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dari Pengambilan dan analisis sampel ikan
lokasi yang berbeda diduga dapat dilaksanakan dari bulan Januari hingga Maret
mempengaruhi karakter morfologi ikan 2014.Pengambilan sampel ikan dilakukan
tersebut. Jika ditemukan kesamaan karakter pada 3 lokasi berbeda yaitu di Kelurahan
morfologi pada ikan betok di ketiga lokasi Mangkurawang, Kec. Tenggarong, Desa Liang
tersebut maka hal ini dapat menunjukkan dan Desa Melintang Kec. Kota Bangun,
adanya kesamaan karakter fenotip dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
sebaliknya.Karakter fenotip dapat digunakan Timur.
untuk menentukan kekerabatan ikan. Pengambilan sampel ikan dilakukan
Berdasarkan data statistik kelautan dan dengan cara mengumpulkan ikan dari hasil
perikanan tahun 2005, produksiikan betok tangkapan nelayan setempat maupun

52
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62.
51 April 2016. ISSN : 2460-9226

menangkap sendiri. Analisis sampel ikan dilakukan di rumah.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel


Sampel ikan yang diperoleh dari nelayan
b. Alat dan Bahan maupun yang ditangkap sendiri dibawa dalam
keadaan hidupdan dipelihara dalam kolam
Adapun alat dan bahan yang digunakan terpal.
dalam penelitian kali ini meliputi; jangka
sorong, alat tulis, wadah plastik, camera • Penentuan ciri morfometrik - meristik
digital, dan ikan betok (Anabas
Anabas testudineus Karakter morfometrik yang diukur dan
Bloch) sebagai sampel penelitian.
penelitian karakter meristik yang dihitung (Priyanie,
2006 dan Julita, 2006) masing-masing
masing
c. Prosedur Penelitian disajikan pada Tabel 1 dan 2.

• Pengambilan sampel ikan

Tabel 1.. Karakter morfometrik


Karakter morfometrik Penjelasan
Panjang total Jarak antara
ara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip
caudal yang paling belakang
Panjang baku Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan
pelipatan pangkal sirip caudal
Panjang kepala Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung
terbelakang dari keping tutup insang
Panjang di depan sirip Jarak antara ujung hidung (antara bibir) hingga ke pangkal jari-jari
dorsal jari pertama sirip dorsal
Panjang batang ekor Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari
jari
tengah sirip caudal
Panjang hidung Jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan
rongga mata
Panjang ruang antar mata Jarak antara pinggiran dari kedua rongga mata
Panjang kepala di Jarak antara pinggiran belakang dari ronga mata sampai pinggir
belakang mata belakang selaput keping tutup insang
Panjang kepala di depan Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian
mata terdepan dari kepala
Panjang antara mata Jarak antara sisi rongga mata dengan sudut preoperculum
dengan preoperculum
Panjang rahang atas Diukur dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang
rahang atas
Panjang rahang bawah Diukur dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang

53
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

pelipatan rahang
Panjang dasar sirip dorsal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput
sirip di belakang jari-jari terkhir
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
keras sirip dorsal terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah sirip dorsal lemah terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang dasar sirip anal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput
sirip di belakang jari-jari terkhir
Panjang jari-jari keras Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
sirip anal terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang jari-jari lemah Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
sirip anal lemah terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
Panjang sirip pektoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip
pektoral
Panjang sirip ventral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip
ventral
Tinggi di bawah mata Jarak kecil antara pinggiran bawah rongga mata dengan rahang
atas
Tinggi badan Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal
dengan bagian ventral
Tinggi batang ekor Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah
Tinggi kepala Panjang garis tegak antara pertengahan pangkal kepala dengan
pertengahan kepala sebelah bawah
Tinggi pipi Jarak tegak antara rongga mata dan pinggiran bagian depan pre
operculum
Tinggi sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip
dorsal
Tinggi sirip anal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal
Lebar badan Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan
Lebar kepala Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada
kedua sisi kepala
Lebar mata Panjang garis tengah rongga mata (diameter)
Lebar bukaan mulut Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-
lebarnya
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
keras sirip ventral terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip
Panjang dasar jari-jari Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah sirip ventral lemah terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip

Tabel 2. Karakter meristik


Karakter meristic Penjelasan
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal
dorsal
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal
anal
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral
ventral

54
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari sirip pektoral


pektoral
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari sirip caudal
caudal
Jumlah sisik pada garis Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor
rusuk (LL)
Jumlah sisik di atas Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke
garis rusuk (LL) garis rusuk
Jumlah sisik di bawah Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan
garis rusuk sampai ke garis rusuk
Jumlah sisik di muka Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip
sirip dorsal dorsal sampai ke belakang kepala
Jumlah sisik pada pipi Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata
sampai ke sudut preoperculum
Jumlah sisik sekeliling Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat
badan didepan sirip dorsal
Jumlah sisik sekeliling Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor
batang ekor

d. Analisis Data P karakter baru (komponen utama) yang


• Analisis karakter morfometrik berdimensi lebih kecil daripada dimensi
Metode untuk menghitung perbedaan karakter asal (Karson, 1982; Kerlinger, 1990
karakter morfometrik dari ketiga lokasi dalam Rachmawati 1995).Selanjutnya
menggunakan analisis data yang dinamakan mencari indeks yang disebut komponen
Analisis Komponen Utama (AKU). Ciri utama ke-1 atau sumbu utama ke-1 yang
morfometrik yang diukur dari ketiga lokasi menunjukkan ragam individu
terdiri dari 33 karakter, dengan menggunakan maksimum.Kemudian dicari komponen
AKU. Dimensi pengukurannya direduksi utama atau sumbu ke-2 dengan syarat
dengan mencari nilai komponen utama berkorelasi nihil dengan yang pertama dan
minimal 2 komponen. Teknik analisis memiliki ragam individu terbesar setelah
multivarian ini digunakan untuk menganalisis komponen utama ke-1 proses ini berlanjut
data morfometrik yang telah ditransformasi. hingga memperoleh komponen utama ke-j.
Sebelum melakukan Analisis Komponen Pengolahan data Analisis Komponen
Utama (AKU) harus dinormalisasikan terlebih Utama (AKU) pada analisis data kali ini
dahulu melalui pemusatan dan pereduksian. menggunakan program computer statistika
Dengan demikian hasil Analisis Komponen versi 6. Apabila ditemukan koefisien
Utama (AKU) tidak direlisasikan dari nilai-nilai komponen memiliki tanda yang sama (positif
parameter inisial (Ludwig and Reynolds, semua atau negatif semua) hal ini
1988; Legendre and Legendre, 1998; Bengen, mengindikasikan adanya variasi ukuran dan
1998. dalam Irawan A. 2003). apabila ditemukan komponen memiliki
Pada prinsipnya Analisis Komponen kedua-duanya tanda positif dan negatif ini
Utama menggunakan pengukuran jarak menunjukkan adanya indikasi variasi bentuk
Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan antara dari ikan (Doherty dan McCarthy, 2004).
individu untuk variabel yang berkoresponden
pada data) (Lebart, et al., 1988 dalam • Analisis karakter meristik
Rachmawati 1995). Untuk menganalisis karakter meristik
Tahapan dasar dalam AKU adalah digunakan perbandingan dengan
mentransformasikan P karakter asal menjadi membandingkan jumlah dan kisaran karakter

55
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

meristik yang sudah ada dalam literatur atau Belakang Mata (PKBM), Panjang Kepala di
penelitian sebelumnya dengan jumlah dan Depan Mata (PKDM), Panjang Antara Mata
kisaran karakter meristik yang dihitung dari Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang
ketiga lokasi. Dari hasil perbandingan akan Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah
terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD),
yang dihitung dengan literatur. Literatur yang Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal
digunakan adalah dari Talwar dan Jhingran (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip
(1991) http://aquaworld.netfirms.com Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal
(Akbar, 2008), Bloch (1792) dan Kottelat, et (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
al., (1993). Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah
Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral
3. HASIL DAN PEMBAHASAN (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi
Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB),
a. Sebaran Karakteristik Morfometrik Ikan
Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Kepala (TK),
Betok
Tinggi Pipi (TP), Tinggi Sirip Dorsal (TSD),
Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB),
Berdasarkan hasil analisis data dengan
Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Lebar
menggunakan Analisis Komponen Utama
Bukaan Mulut (LBM), Panjang Dasar Jari-jari
(AKU) yang didasarkan pada matriks korelasi
Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), Panjang Dasar
untuk mendeskripsikan korelasi antara ciri
Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV) di
morfometrik ikan betok (Anabas testudineus
masing-masing stasiun menunjukkan adanya
Bloch) yaitu Panjang Total (PT), Panjang Baku
pemusatan informasi pada 2 sumbu utama
(PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan
yang masing-masing memberikan kontribusi
Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Batang Ekor
dari ragam total yaitu: F1 sebesar 99,57 %,
(PBE), Panjang Hidung (PH), Panjang Ruang
dan F2 sebesar 0,43 %.
Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di

Tabel 3. Koordinat dan Kontribusi ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada
dua sumbu utama (F1xF2).
Koordinat Kontribusi
MORFOMETRIK Kode
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2
Panjang Total PT -0,999637 0,026938 0,030413 0,005081
Panjang Baku PB -0,999988 -0,004814 0,030434 0,000162
Panjang Kepala PK -0,999587 0,028723 0,030410 0,005776
Panjang di Depan Sirip Dorsal PdDeSD -0,999846 0,017551 0,030425 0,002157
Panjang Batang Ekor PBE -0,968630 0,248508 0,028555 0,432384
Panjang Hidung PH -0,993933 0,109987 0,030067 0,084698
Panjang Ruang Antar Mata PRAM -0,999868 0,016251 0,030427 0,001849
Panjang Kepala di Belakang
PKBM -0,999995 -0,003258 0,030434 0,000074
Mata
Panjang Kepala di Depan Mata PKDM -0,996708 0,081070 0,030235 0,046016
Panjang Antara Mata Dengan
PAMDP -0,999909 -0,013467 0,030429 0,001270
Preoperculum
Panjang Rahang Atas PRA -0,999953 0,009653 0,030432 0,000652
Panjang Rahang Bawah PRB -0,997865 0,065304 0,030305 0,029859
Panjang Dasar Sirip Dorsal PDaSD -0,999150 -0,041232 0,030383 0,011903
Panjang Dasar Jari-jari Keras
PDJJKSD -0,998451 -0,055632 0,030341 0,021669
Sirip Dorsal

56
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Panjang Dasar Jari-jari Lemah


PDJJLSD -0,999335 0,036469 0,030394 0,009312
Sirip Dorsal
Panjang Dasar Sirip Anal PDSA -0,999724 -0,023502 0,030418 0,003867
Panjang Dasar Jari-jari Keras
PDJJKSA -0,998415 -0,056280 0,030338 0,022177
Sirip Anal
Panjang Dasar Jari-jari Lemah
PDJJLSA -0,999452 0,033110 0,030401 0,007675
Sirip Anal
Panjang Sirip Pektoral PSP -0,998859 -0,047755 0,030365 0,015967
Panjang Sirip Ventral PSV -0,999986 -0,005313 0,030434 0,000198
Tinggi Dibawah Mata TdBM -0,998029 -0,062753 0,030315 0,027572
Tinggi Badan TB -0,998115 -0,061366 0,030320 0,026366
Tinggi Batang Ekor TBE -0,999988 0,004814 0,030434 0,000162
Tinggi Kepala TK -0,996787 -0,080098 0,030239 0,044919
Tinggi Pipi TP -0,994759 -0,102249 0,030117 0,073200
Tinggi Sirip Dorsal TSD -0,998421 0,056180 0,030339 0,022098
Tinggi Sirip Anal TSA -0,999925 0,012277 0,030430 0,001055
Lebar Badan LB -0,999652 -0,026391 0,030414 0,004876
Lebar Kepala LK -0,999122 -0,041906 0,030381 0,012295
Lebar Mata LM -0,999168 0,040781 0,030384 0,011644
Lebar Bukaan Mulut LBM -0,995820 -0,091332 0,030181 0,058404
Panjang Dasar Jari-jari Keras
PDJJKSV -0,999711 -0,024037 0,030417 0,004045
Sirip Ventral
Panjang Dasar Jari-jari Lemah
PDJJLSV -0,999242 -0,038939 0,030389 0,010616
Sirip Ventral

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)

1,0

0,5

PBE
Factor 2 : ,43%

PH
PKDM
PRB
TSD
LM
PDJJLSD
PDJJLSA
PK
PT
PdDeSD
PRAM
TSA
PRA
TBE
PKBM
PB
PSV
PAMDP
PDJJKSV
PDSA
LB
PDJJLSV
PDaSD
LK
PSP
0,0PDJJKSD
PDJJKSA
TB
TdBM
TK
LBM
TP

-0,5

-1,0

-1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0


Factor 1 : 99,57%

Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama (AKU) korelasi antara ciri morfometrik ikan betok
(Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama

57
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Tabel 4. Koordinat dan Kontribusi stasiun pada dua sumbu utama (F1xF2).
Koordinat Kontribusi
Stasiun
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2
Melintang -5,72565 -0,218932 49,88720 16,77947
Mangkurawang -0,01292 0,436389 0,00025 66,66641
Liang 5,73857 -0,217457 50,11255 16,55412

Gambar 4.Sebaran stasiun pada sumbu I dan sumbu II (F1xF2).

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata
bahwa sebaran ciri morfometrikikan betok (LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
(Anabas testudineus Bloch) tersebar pada Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari
Sumbu I dan Sumbu II (F1 x F2) yang Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV).
ditunjukkan oleh Gambar 3, bahwa di Sumbu Pada Sumbu II (F2) positif dicirikan oleh
I (F1) negatif dicirikan oleh Panjang Total (PT), Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung
Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), (PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata
Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), (PKDM), sedangkan pada Sumbu II (F2)
Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang negatif dicirikan oleh Tinggi Kepala (TK),
Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut
Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), (LBM).
Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Berdasarkan hasil analisis data dengan
Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal menggunakan Analisis Komponen Utama
(PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip (AKU) yang ditunjukkan oleh Gambar 4,
Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari diperoleh bahwa sebaran Stasiun
Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Mangkurang terletak pada Sumbu I (F1)
Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari positif, Stasiun Melintang terletak pada
Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari- Sumbu I (F1) negatif, dan Stasiun Liang
jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip terletak pada Sumbu II (F2) negatif.
Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Berdasarkan hasil analisis data tersebut
Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan di atas menunjukkan bahwa Stasiun
(TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Melintang dicirikan oleh ciri morfometrik Ikan
Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar betok (Anabas testudineus Bloch), yaitu

58
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Pada Stasiun Liang dicirikan oleh ciri
Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip morfometrik, yaitu Panjang Batang Ekor
Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata (PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang
(PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata Kepala di Depan Mata (PKDM). Berdasarkan
(PKBM), Panjang Antara Mata Dengan ciri morfometrik tersebut dapat di pahami
Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas bahwa Ikan betok (Anabas testudineus Bloch)
(PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang yang terdapat di Stasiun Liang hanya memiliki
Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar 3 ciri morfometrik yang berbeda dengan ciri
Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang morfometrik pada Stasiun Melintang. Hal ini
Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), menunjukkan bahwa secara umum ciri
Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang morfometrik yang dimiliki Ikan betok (Anabas
Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), testudineus Bloch) di Stasiun Liang relatif
Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal sama dengan Ikan betok (Anabas testudineus
(PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Bloch) di Stasiun Melintang. Sedangkan ciri
Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah morfometrik berupa Tinggi Kepala (TK), Tinggi
Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM) tidak
Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), mencirikan morfometrik pada ketiga stasiun
Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), tersebut. Kemungkinan ikan di tiga lokasi
Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang tersebut memiliki keragaman bentuk namun
Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), persentasenya kecil sehingga tidak
dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip memberikan pengaruh yang signifikan untuk
Ventral (PDJJLSV). membuktikan bahwa ikan yang diteliti
Berdasarkan letak sebaran Stasiun memiliki keragaman bentuk. Diduga hal ini
Mangkurawang yang terletak Sumbu I (F1) disebabkan oleh faktor ketelitian alat yang
positif menunjukkan bahwa posisi ini digunakan berupa jangka sorong (caliver)
berlawanan dengan sebaran Stasiun dengan ketelitian 0,05 mm, nilai pengukuran
Melintang yang terletak di Sumbu I (F1) akan lebih teliti jika menggunakan jangka
negatif. Posisi ini menunjukkan ada sorong digital dengan ketelitian hingga 0,01
kecenderungan bahwa ciri morfometrik Ikan mm.
betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di
Stasiun Mangkurawang relatif sama dengan
ciri morfometrik Ikan betok (Anabas b. Karakter Meristik Ikan Betok
testudineus Bloch) yang ada di Stasiun
Kisaran karakter meristik yang dihitung
Melintang namun pada Stasiun
pada ketiga lokasi menunjukkan nilai yang
Mangkurawang memiliki ukuran morfometrik
sama. Pada tabel berikut di tampilkan
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang
karakter meristik yang dihitung.
lebih kecil atau lebih pendek dari pada
Stasiun Melintang.

Tabel 5. Kisaran karakter meristik yang dihitung.


Kottelat Talwar &
Karakter
Melintang Liang Mangkurawang (1995) & Jhingran
Meristik
Bloch (1792) 1991
Jumlah Jari-
DXVI-XVIII.
Jari Sirip DXVII.8-9 DXVII.8-9 DXVII.8-9 DXV-XIX. 7-9
8-10
Dorsal
Jumlah Jari- AVIII-XI.9-
AXI.9-10 AXI.9-10 AXI.9-10 AIX-XI.8-12
Jari Sirip 10

59
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Anal
Jumlah Jari-
Jari Sirip VI.5 VI.5 VI.5 VI.5
Ventral
Jumlah Jari-
Jari Sirip P14-15 P14-15 P14-15 P14-16 P.14-15
Pektoral
Jumlah Jari-
Jari Sirip 16 16 16
Caudal
Jumlah
Sisik Pada
30 30 30 26 - 31
Garis Rusuk
(LL)
Jumlah
Sisik di Atas
4 4 4
Garis Rusuk
(LL)
Jumlah
Sisik di
10 10 10
Bawah
Garis Rusuk
Jumlah
Sisik di
5 - 6. 5 - 6. 5 - 6.
Muka Sirip
Dorsal
Jumlah
Sisik Pada 77 – 88 77 – 88 77 - 88
Pipi
Jumlah
Sisik
32 32 32
Sekeliling
Badan
Jumlah
Sisik
Sekeliling 34 34 34
Batang
Ekor

Penghitungan karakter meristik berupa jari keras dan 8-9 jari-jari lemah hal ini
jumlah jari-jari sirip dorsal (D) pada ikan di mendekati rumus umum sirip dorsal menurut
ketiga lokasi menunjukkan kisaran hasil yang Kottelat 1995, DXV-XIX. 7-9 dan Talwar and
sama yaitu 26 sampai 27 buah dengan 18 jari- Jhingran, 1991, DXVI-XVIII.8-10.

60
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Untuk jumlah jari-jari sirip anal memiliki bahwa ikan betok pada ketiga lokasi meliputi
jumlah yang sama untuk ikan di ketiga lokasi stasiun Melintang, Liang, dan Mangkurawang
yaitu berkisar antara 20-21 buah dengan di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan
jumlah jari-jari sirip keras 11 buah untuk jari- satu kerabat yang sama. Perbedaan lokasi
jari lemah berkisar antara 9-10 buah. (lingkungan) tidak memberikan pengaruh
Berdasarkan literatur dari Kottelat, 1995, AIX- yang nyata terhadap karakter morfometrik
XI.8-12 dan Talwar and Jhingran, 1991, AVIII- dan meristik ikan betok di ketiga lokasi
XI.9-11. tersebut. Sehingga kemungkinannya tidak
Untuk jumlah sirip pektoral terhitung akan bermasalah apabila digunakan sebagai
jumlahnya berkisar antara 14-15 buah untuk indukan yang berasal dari lokasi ini secara
ketiga lokasi yang ada, hal ini juga identik intensif.
dengan literatur dari Talwar and Jhingran, Perlu dilakukan studi karakter jenis atau
1991 yang menyatakan bahwa jumlah sirip varietas ikan betok (Anabas testudineus
pektoral sebesar 14-15 buah. Bloch) di Kalimantan Timur yang lebih
Untuk karakter meristik yang lain, jumlah intensif.
jari-jari sirip ventral 6 buah, jumlah jari-jari
sirip caudal 16-17 buah, jumlah sisik pada DAFTAR PUSTAKA
garis rusuk (LL) 30 buah, jumlah sisik di atas
garis rusuk 4 buah, jumlah sisik dibawah garis
Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo,
rusuk 10 buah, jumlah sisik di muka sirip
Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu
dorsal 5-6 buah, jumlah sisik pada pipi 77-88
pedoman kerja laboratorium. Institut
buah, jumlah sisik sekeliling badan 32 buah,
Pertanian Bogor, Bogor.
dan jumlah sisik sekeliling batang ekor 34
Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik-
buah. Hasil yang didapat dari ketiga lokasi
Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus
menunjukkan kesamaan jumlah karakter
Bloch) di DAS Mahakam Tengah Provinsi
meristik pada ikan betok.
Kalimantan Timur, Skripsi pada Fakultas
Adapun meristik adalah ciri yang
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari
Pertanian Bogor, Bogor.
ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk,
Doherty, D and T.K. Mccarthy. 2004.
jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip
Morphometric and Meristic
punggung (Affandi et al., 1992). Data yang
Characteristics Analyses of Two Western
dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete
Irish Populations of Arctic char,
data (Turan, 1998). Hasil perbandingan
Salvelinus alpinus (L). Jurnal of Biology
karakter meristik menunjukkan jumlah dan
and Environment: Proceedings of The
kisaran jumlah karakter meristik
Royal Irish Academy, 1 : 75-85.
menunjukkan nilai yang sama pada ketiga
Irawan A. 2003 Asosiasi Makrozoobentos
lokasi hal ini juga diperkuat dengan
Berdasarkan Letak Padang Lamun Di
perbandingan dengan literatur dari Kottelat,
Estuaria Bontang Kuala Kalimantan
1995 dan Talwar and Jhingran, 1991.
Timur,Tesis pada Program Pascasarjana
Identifikasi karakter meristik ini menguatkan
Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
dugaan bahwa ikan betok pada ketiga lokasi
Julita N. 2006 Ciri Morfometrik Meristik dan
merupakan satu kerabat yang sama.
Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam
(Panakol Bedug) Aprion Virescens,
Valenciennes di Perairan Palabuhanratu,
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada
Berdasarkan hasil Analisis Komponen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Utama terhadap karakter morfometrik dan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
perbandingan karakter meristik menunjukkan Kottelat, M, S.N. Kartikasari, J.W .Anthony,
and W. Soetikno. 1993. Freshwater

61
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226

Fishes of Western Indonesia and


Sulawesi. Periplus Editions Limited Press,
Singapura.
Mustakim, M. 2008. Kajian Kebiasaan
Makanan Dan Kaitannya Dengan Aspek
Reproduksi Ikan Betok (Anabas
testudineus Bloch) Pada Habitat
YangBerbeda Di Lingkungan Danau
Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan
Timur, Tesis pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ondara. 1993. Pemanfaatan dan pengelolaan
perikanan perairan lebak lebung.
Prosiding Puslitbangkan No. 26/1993.
Balitbang Deptan, Jakarta.
Priyanie, M.M. 2006. Pertumbuhan dan
Karakter Morfometrik – Meristik Ikan
Kurisi (Pristipomoides filamentosus,
Valenciennes 1830) Di Perairan Laut
dalam Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa
Barat, Skripsi pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Rachamawati, R. 1995. Karakter Morfologis
Beberapa Varietas Ikan Gurame,
Osphronemus goramy, Lacepede, Skripsi
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Turan, C. 1998. A Note on The Examination of
Morphometric Differentiation Among
Fish Population: the Truss System.
Journal of Zoology 23 : 259-263.

62

S-ar putea să vă placă și