Sunteți pe pagina 1din 14

7

Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama


dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia
Religious Based Social Services
on Rehabilitation of Schizophrenic Patients

Soetji Andari
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS),
Jl. Kesejahteraan Sosial No.1, Sonosewu, DIY. Telpon (0274) 377265. HP. +6285643916275.
E-mail: soetjiandari@gmail.com. Diterima 6 Mei 2017, diperbaiki 17 Juli 2017, disetujui 21 Agustus 2017

abstract

Schizophrenia is a complex mental disorder in which a person experiences difficulties in thought processes leading
to hallucinations, delusions, thought disorder. Treatment committed on persons with schizophrenia after three months of
therapy at the rehabilitation center sufisti- psychiatric hospital, made their conditions become better, which was originally
their behavior unstable with often talking to himself, then gradually recovered. This research is a qualitative descriptive
through observation in one of the Boarding Schools in Demak which handles clients with schizophrenia. Interviews and
observations on 37 clients conducted with a wide range of backgrounds problems. Of the 255 clients who are in rehab
cottage “Nurussalam”. Healing Model conducted by boarding ngepreh is an alternative treatment method with Hydro
Therapy Method (religious therapy and herbal therapy) for clients with schizophrenia, the healing is still relatively rare
and worth replicated elsewhere. The family as a supporter of healing have a strong conviction to help heal patients with
psychotic disorders, other than that there is cooperation between the therapist and the client, the desire of the client to
heal, an atmosphere of togetherness with affection and kinship. The amount of family support clients, greatly help in the
smooth process of healing.

Keywords: support; family; schizophrenia patients

abstrak

Skizofrenia merupakan suatu gangguan kejiwaan kompleks saat seseorang mengalami kesulitan dalam proses
berpikir sehingga menimbulkan halusinasi, delusi, dan gangguan berpikir. Pengobatan yang dilakukan terhadap penyandang
skizofrenia setelah tiga bulan mendapat terapi sufistik di panti rehabilitasi sakit jiwa, kondisinya menjadi lebih baik, yang
semula tingkah-lakunya labil dengan sering bicara sendiri, kemudian berangsur-angsur pulih. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif, dilakukan melalui observasi di salah satu Pondok Pesantren di Demak, yang menangani
penderita skizofrenia. Wawancara dan observasi dilakukan terhadap 37 penderita dengan berbagai macam latar belakang
masalah, dari 255 orang penderita yang berada di panti rehabilitasi pondok “Nurussalam”. Model penyembuhan yang
dilakukan oleh pondok pesantren ngepreh adalah cara pengobatan alternatif dengan metode Hydro Therapy (terapi religi
dan terapi herbal) bagi penderita skizofrenia, tergolong masih langka dan layak direplikasi di tempat lain. Keluarga sebagai
pendukung penyembuhan memiliki keyakinan kuat untuk membantu menyembuhkan penderita gangguan psikosis, ada
kerja sama antara terapis dan penderita, adanya keinginan dari penderita untuk sembuh, suasana kebersamaan dengan
penuh kasih sayang dan kekeluargaan. Besarnya dukungan keluarga penderita, sangat membantu dalam kelancaran proses
penyembuhan.

Kata kunci: Dukungan; keluarga; Penderita skizofrenia

A. Pendahuluan persepsi dan perhatian yang keliru; afek yang


Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan
ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, aktivitas motorik yang bizarre. Pasien skizofre-
emosi dan perilaku pikiran yang terganggu, nia menarik diri dari orang lain dan kenyataan,
berbagai pikiran tidak berhubung secara logis; sering sekali masuk ke dalam kehidupan fan-

195
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

tasi yang penuh delusi dan halusinasi (Davison, timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia).
2006). Gangguan mental yang ditandai dengan Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi
gangguan proses berpikir yang menyimpang aki- pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat
bat beban berat yang tidak dapat diatasi oleh pen- antara gangguan parafrenia, paranoid dan ski-
derita (Ambari, 2010). Skizofrenia merupakan zofrenia. Parafrenia lambat (late paraphrenia)
masalah kesehatan yang dialami di seluruh dunia, digunakan oleh ahli di Eropa untuk penderita
dan memerlukan perhatian terutama dalam men- yang memiliki gejala paranoid tanpa gejala
jalani kehidupan sehari-hari. Skizofrenia adalah demensia atau delirium serta terdapat gejala
gangguan mental yang sering ditandai dengan waham dan halusinasi yang berbeda dari gang-
perilaku sosial abnormal dan kegagalan untuk guan afektif. Salah satu penanganan skizofrenia
mengenali yang nyata. Gejala umum ditandai dengan menggunakan pengobatan antipsikotik
dengan berpikir tidak jelas atau bingung, halusi- (Rubbyana, 2012). Hal tersebut terjadi kar-
nasi pendengaran, keterlibatan sosial berkurang ena keluarga dan masyarakat berupaya untuk
dan ekspresi emosional, dan kurangnya motivasi. menghi-langkan stigma pada penderita jiwa
Diagnosis tersebut berdasarkan pengamatan skizofrenia, berkaitan dengan hal tersebut diper-
pada perilaku dan pengalamanseseorang. lukan adanya penyuluhan dan sosialisasi tentang
Skizofrenia bukanlah penyakit jiwa yang gangguan jiwa skizofrenia, agar masyarakat
tidak dapat disembuhkan, dukungan keluarga awam mengetahui. Mengingat bahwa penyakit
sangat diperlukan guna penyembuhan penyakit- ini memang masih kurang populer di kalangan
nya. Peningkatan angka relapse pada penderita masyarakat awam dan belum juga ditemukan
Skizofrenia pascaperawatan dapat mencapai terapi yang manjur untuk menyembuhkannya
25 persen - 50 persen yang pada akhirnya dapat (Prinda Kartika Mayang Ambari, 2010)
menyebabkan keberfungsian sosialnya menjadi Data American Psychiatric Association
terganggu. Pada saat relapse peranan keluarga (APA) tahun 1995 menyebutkan satupersen
diperlukan untuk menekan sekecil mungkin ang- populasi penduduk dunia menderita skizofrenia,
ka relapse dan mengembalikan keberfungsian 75 persen penderita skizofrenia mulai mengidap
sosial. Keluarga dapat mewujudkannya dengan pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
memberi bantuan berupa dukungan emosional, muda memang berisiko tinggi karena tahap ke-
materi, nasehat, informasi, dan penilaian positif hidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita
yang sering disebut dengan dukungan keluarga. sering terlambat disadari keluarga dan lingku-
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa salah ngannya karena dianggap sebagai bagian dari ta-
satu faktor yang dapat meningkatkan keberfung- hap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi
sian sosial penderita Skizofrenia pascaperawatan dini berupa obat dan psikososial sangat penting
rumah sakit adalah dukungan keluarga (Suryani, karena semakin lama tidak diobati, kemungkinan
Komariah, & Karlina, 2014) kambuh semakin sering dan resistensi terhadap
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gang- upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang
guan jiwa yang berat dan gawat yang dapat mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera
dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut dibawa ke psikiater dan psikolog.
menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul Jumlah penderita penyakit ini cukup banyak
pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut karena menyerang 4 sampai 7 dari setiap 1000
perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial- orang (Saha et al, 2005). Skizofrenia merupakan
budaya (Irawan, 2013). Skizofrenia pada lansia gangguan kejiwaan yang harus ditangani secara
angka prevalensinya sekitar 1 persen dari ke- cermat dan seksama, jika tidak penderita akan
lompok lanjut usia (lansia). Banyak pembahasan mengalami kemunduran fungsi sebagai seorang
yang telah dikeluarkan ahli sehubungan dengan manusia pada umumnya. Penderita skizofrenia

196
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji Andari)

pada umumnya akan mengalami kesulitan dalam mengalami gangguan mental berat (Skizofrena)
proses berpikir sehingga menimbulkan halusi- atau secara absolute terdapat 400 ribu jiwa lebih
nasi, delusi, gangguan berpikir dan bicara atau penduduk Indonesia. Prevalensi tertinggi terda-
perilaku yang tidak biasa (dikenal sebagai gejala pat di Provinsi Yogyakarta dan Aceh, sedangkan
psikotik). Gejala tersebut mengakibatkan pen- yang terendah di Provinsi Kalimantan Barat.
derita mengalami kesulitan untuk berinteraksi Gambaran diatas juga menunjukkan kalau ada 12
dengan orang lain dan menarik diri dari aktivitas provinsi yang mempunyai prevalensi gangguan
sehari-hari dan dunia luar. jiwa berat melebihi angka nasional. Peringkat
Beban penyakit atau burden of disease pe- pertama yang menempati prevalensi gangguan
nyakit jiwa di tanah air masih cukup besar. Hasil jiwa berat Daerah Istimewa Yogyakarta diban-
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, dingkan provinsi lain dengan penderita skizofre-
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan men- nia sebesar 0,27 persen (Riskesdas, 2013).
tal emosional yang ditunjukkan dengan gejala 6 Penyandang skizofrenia dalam keluarga
persen untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar merupakan beban berat yang harus ditanggung
14 juta orang. Prevalensi gangguan jiwa berat, pada saat mengalami hingga menjalani kehidu-
seperti schizophrenia 1,7 per 1000 penduduk pan sehari-hari. Skizofrenia adalah masalah
atau sekitar 400.000 orang (Depkes, 2014). Ber- kesehatan yang dialami orang di seluruh dunia,
dasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3 persen dan memerlukan banyak perhatian terutama da-
di antaranya atau sekira 57.000 orang pernah lam menjalani kehidupan sehari-hari. Gangguan
atau sedang dipasung. Angka pemasungan di jiwa yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa
pedesaan sebesar 18,2 persen. Angka ini lebih psikotik/skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi
tinggi jika dibandingkan dengan angka di perko- dan penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat
taan, sebesar 10,7 persen. Skizofrenia bia-sanya adiktif (Napza) juga menjadi masalah keseha-
menyerang penderita dewasa yang berusia 15-35 tan jiwa. Jumlah jiwa di Indonesia, prevalensi
tahun. Diperkirakan terdapat 50 juta penderita di penderita Skizofrenia 0,3 persen-1 persen, dan
dunia, 50 persen dari penderita tidak menerima terbanyak pada usia sekitar 18–45 tahun, terdapat
pengobatan yang sesuai, dan 90persen dari pen- juga beberapa penderita yang mengalami pada
derita yang tidak mendapat pengobatan tepat umur 11–12 tahun. Apabila penduduk Indonesia
tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 200 juta jiwa, sekitar dua juta jiwa menderita
2011). skizofrenia (Arif, 2006).
Beberapa penderita skizofrenia paranoid
Grafik 1. Prevalensi Skizofrenia mengalami halusinasi suara, mereka mendengar
suara-suara yang tidak nyata. Umumnya, mereka
juga mengalami delusi bahwa diri mereka lebih
hebat, lebih kuat, serta punya pengaruh besar
daripada kenyataannya. Gejala utama yang
dirasakan oleh penderita skizofrenia paranoid
adalah:
1. Halusinasi suara.
2. Merasa cemas, curiga, berhati-hati, dan suka
Sumber: Riskesdas, 2013,www.litbang.depkes.go.id
menyendiri.
3. Gangguan persepsi.
Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat
4. Merasa dirinya lebih hebat dari kenyataan
(skizofrenia) secara nasional sebesar 0,17 persen.
(delusi kebesaran).
gambaran di atas terlihat, bahwa secara nasional
5. Delusi paranoid yang rutin dan stabil.
terdapat 0,17 persen penduduk Indonesia yang

197
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

6. Mengalami perasaan cemburu tidak realistis dapat membuat orang di sekitar mereka takut
(delusi cemburu). (Rubbyana, 2012). (Gitasari & Savira, 2015). Dari uraian di atas
Skizofrenia merupakan salah satu jenis rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
gangguan mental, pemeriksaan harus dilakukan Bagaimanakah rehabilitasi yang dilakukan panti
oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. berbasis agama terhadap penderita skizofre-
Mereka mengalami halusinasi, delusi, bicara nia?
meracau, dan terlihat datar secara emosi. Mereka
mengalami penurunan secara signifikan dalam B. Penggunaan Metode Penelitian
melakukan tugas sehari-hari, termasuk penu- Jenis penelitian yang digunakan dalam pene-
runan dalam produktivitas kerja dan prestasi di litian ini penelitian deskriptif kualitatif,dilakukan
sekolah akibat gejala di atas. Gejala di atas bukan melalui observasi di salah satu Pondok Pesan-
disebabkan oleh kondisi lain, seperti gangguan tren di Demak yang menangani penderita ski-
bipolar atau efek samping penyalahgunaan obat- zofrenia. Wawancara dan observasi mengenai
obatan. Untuk memperbesar peluang sembuh, latar belakang penderita yang berada di pondok
pengobatan juga harus ditunjang oleh dukungan tersebut dilakukan dengan pengurus pondok
dan perhatian dari orang-orang terdekat, seperti dan keluarga penderita. Informan pada analisis
keluarga, saudara, teman hingga masyarakat di data kualitatif dimulai dari pengumpulan data
lingkungannya. Seringkali penderita skizofrenia terhadap 37 penderita dengan berbagai macam
mengalami beberapa gejala ringan: latar belakang masalah yang berbeda-beda, dan
1. Terobsesi dengan kematian, sekarat, atau mendapatkan terapi sufistik, untuk mengemba-
kekerasan. likan keseimbangan dan kesadarannya, dari 255
2. Merasa terperangkap atau putus asa. orang penderita yang berada di panti rehabilitasi
3. Mengucapkan salam perpisahan yang tidak pondok Nurussalam.Penelitian kualitatif bertu-
biasa. juan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai
4. Mendata orang-orang terdekat untuk mem- suatu hal menurut pandangan manusia yang
bagikan barang-barang pribadi. diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan
5. Meningkatnya konsumsi minuman keras atau ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang
obat-obatan. yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur
6. Berubahnya pola tidur dan makan (Rub- dengan angka. David Williams (1995) seperti
byana, 2012) yang dikutip Moleong (2013) mengemukakan
Pada beberapa kasus, penderita skizofrenia bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan
melihat dunia dengan cara yang berbeda dari data pada suatu latar alamiah, data di analisis
orang di sekitar mereka. Mereka bisa menden- untuk disajikan dalam narasi yang bermakna
gar, melihat, menghirup dan merasakan hal yang dengan menggunakan metode alamiah.
tidak dialami oleh orang lain (halusinasi), misal- Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:
nya mendengar suara-suara cenderung menjadi Wawancara, merupakan teknik pengumpulan
halusinasi yang paling umum.Mereka memiliki data untuk lebih mendalami memahami secara
keyakinan yang tak tergoyahkan dalam hal yang spesifik latar belakang penderita skizofrenia
tidak benar (delusi), misalnya bahwa orang mem- melalui pendamping, pengurus pondok dan
baca pikiran mereka, mengendalikan pikiran keluarga penderita. Pengumpulan data primer
mereka atau berencana menyakiti mereka. melalui wawancara yang diperoleh melalui infor-
Ketika dunia mereka tampak menyimpang man dan data sekunder diperoleh dari berbagai
akibat halusinasi dan delusi, orang dengan ski- hasil penelitian dan jurnal penelitian tentang
zofrenia dapat merasa takut, cemas dan bingung. pondok pesantren tersebut untuk memperkuat
Mereka bisa menjadi begitu kacau sehingga data primer yang telah diperoleh.
mereka dapat merasa takut sendiri dan juga

198
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji Andari)

Observasi yaitu teknik pengumpulan data Panti ini membantu pemerintah dalam hal pe-
melalui pengamatan langsung dan pencatatan nyembuhan gelandangan psikotik dan membantu
secara sistematis terhadap kelayan obyek yang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah termasuk Panti
diteliti seperti kondisi penderita skizofrenia dan Nurussalam, juga mengelola pondok pesantren
lingkungan di sekitar pesantren dengan cara dan sekolah Madrasah.
pengamatan. Telaah dokumen diperoleh mela- Dalam pelaksanaan dan pasca penyembu-
lui fakta yang tersimpan dalam catatan, arsip, han penderita, pihak panti menjalin kerja sama
foto dan berbagai kegiatan di dalam panti. yang kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah
dikerjakan secara prospektif dan hasil peneli- (Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Balitbang,
tian disajikan secara deskriptif. Observasi yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Or-
teknik pengumpulan data melalui pengamatan ganisasi Sosial (Orsos) “Lembaran Mas Murni”
langsung dan pencatatan secara sistematis terh- Jawa Tengah. Penderita yang telah berhasil
adap obyek yang diteliti seperti kondisi penderita disembuhkan dikembalikan kepada keluarganya
skizofrenia dan lingkungan di sekitar pesantren dan membaur dengan masyarakat, bekerja, dan
dengan cara pengamatan. berumah tangga. Namun, ada pula penderita
yang tidak mau kembali kepada keluarganya
C. Terapi Skizofrenia di Pondok Nurssalam karena malu dan memilih tetap tinggal di panti
1. Keberadaan Pondok Pesantren dan menjadi relawan sosial.
Panti rehabilitasi Nurussalam merupakan Panti rehabilitasi Nurussalam membangun
pondok pesantren yang mandiri dan dibentuk kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak,
berupa yayasan panti rehabilitasi cacat mental baik kepada instansi pemerintah, swasta maupun
dan gangguan jiwa Nurussalam yang diaktakan masyarakat. Antara lain, pada tahun 2008-2011
pada notaris dan PPAT Nurna Ningsih, SH., menjalin kerjasama penanganan gelandangan
M. KN. Jalan raya Buyaran nomor 36 Demak. psikotik dengan dinas sosial provinsi DKI Ja-
Dengan Akte terbaru adalah nomor 70 tahun karta. Pelaksanaan operasional lembaga sosial
2009. Dikuatkan dengan Surat Izin operasional dan lembaga swadaya masyarakat penyeleng-
dari Dinas provinsi Jawa Tengah Nomor: 662/ gara kegiatan usaha kesejahteraan sosial, diper-
Orsos/VI.2005 yaitu izin menekankan pada pajang pada tahun 2010 dengan nomor: 662/
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial orsos/2005/2010, Kantor sekretariat: dukuh
penderita dengan menggali dan memanfaatkan Ngepreh, desa Sayung RT 02 RW VI Kecama-
potensi, atau sumber keterampilan yang masih tan Sayung Kabupaten Demak Provinsi Jawa
dapat dipergunakan untuk kemandiriannya. Tengah. Gedung panti rehabilitasi Nurussalam
Sikap gotong royong diciptakan dengan mem- terdiri atas 14 gedung.
beri kegiatan kepada penderita yang bersifat
kebersamaan, keakraban, kesetiakawanan sosial, Grafik 2. Jenis Kelamin Responden
kepedulian sosial, dan tanggung jawab sosial,
saling menghormati dan menghargai mencintai
dan kasih sayang di antara mereka.
Saat ini Panti Rehabilitasi Cacat Mental
dan Sakit Jiwa Nurussalam, Ngepreh, Sayung,
Demak merawat 255 penderita gelandangan
psikotik hasil operasi Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) Kabupaten Demak dan kiriman dari Sumber: data sekunder 2014, N= 37
keluarga penderita. Sejak berdiri tahun 2005
telah berhasil menyembuhkan 368 penderita.

199
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

Grafik 2 penderita yang berada di panti re- untuk mendampingi pengobatan medis yang
habilitasi Nurussalam berjumlah 255 orang pen- sedang dijalani atau upaya terakhir setelah gagal
derita yang direhabilitasi, terdiri dari penderita menjalani pengobatan secara medis. Besarnya
laki-laki 185 (73 persen) dan 70 (27 persen) pen- animo masyarakat terhadap pengobatan non-
derita wanita. Banyak faktor penyebab penderita medis, kemudian memunculkan berbagai-macam
skizofrenia baik laki-laki maupun perempuan jenis pengobatan alternatif. Ada yang mempro-
karena putus dari pacar, gagal masuk ke sekolah mosikan diri sebagai ahli pengobatan tradisional,
impian, kesulitan memenuhi tuntutan hidup, pengobatan herbal, pengobatan spiritual, pengo-
hingga kehilangan orang yang dicintai, bahkan batan ala Nabi, dan ada juga yang menggunakan
depresi karena di-bully teman-temannya. istilah sufi healing. Pengobatan sufi healing atau
Jumlah penderita yang menjadi informan dikenal juga dengan istilah terapi sufistik men-
pada penelitian ini 37 orang, responden adalah jadi fenomena tersendiri karena terbukti mampu
penderita skizofrenia dari yang ringan hingga menyembuhkan berbagai penyakit, baik fisik
berat tanpa melihat jenis kelamin, mendapat- maupun kejiwaan.
kan terapi pengobatan dan memiliki keluarga Sufi healing (pengobatan sufi) merupakan
yang dapat memberikan informasi. Asal daerah salah satu cara yang digunakan oleh sufi dalam
penderita berasal dari berbagai daerah tidak pengobatan dan penyembuhan, pengobatan dan
hanya berasal dari Kabupaten Demak, tetapi penyembuhan tersebut menggunakan metode
juga dari berbagai daerah lain di Jawa, bahkan yang berdasarkan keagamaan, yaitu dengan
ada beberapa dari luar Jawa. Untuk dapat masuk membangkitkan potensi keimanan kepada Tu-
menjadi kelayan di pondok ini ada beberapa per- han, lalu menggerakkannya ke arah pencerahan
syaratan. Khusus untuk penderita yang diantar batin atau pencerahan rohani yang pada akikat-
keluarga tidak diperbolehkan membawa barang nya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan
yang berlebihan, hanya pakain secukupnya untuk yang Maha Esa adalah satu-satunya kekuatan pe-
dikenakan di panti, karena dihawatirkan dapat nyembuh dari penyakit yang dideritanya (Gusti
mempengaruhi kenyamanan dan kebersihan. Abd. Rahman,2012). Terapi pengobatan yang
Hal tersebut untuk menghindari agar pen- dilakukan kepada penderita di panti rehabililitasi
derita mempunyai hak yang sama tanpa mem- Nurusslalam diklasifikasikan menjadi dua:
bedakan status sosial keluarganya. Penderita Penderita penderita skizofrenia berat atau
skizofrenia yang memiliki dukungan keluarga gangguan jiwa berat ditandai penderita yang sulit
mendapatkan keterampilan hidup (berfungsi) membedakan alam nyata dengan alam fantasi-
yang lebih baik dibandingkan mereka yang nya. Misalnya, penderitanya mengaku sebagai
terisolasi. Mereka yang hidup secara mandiri utusan Tuhan atau jenderal, padahal sebenarnya
perlu dukungan dari keluarga dan teman. Sebuah bukan. Penderita gangguan jiwa berat seringkali
lingkungan yang stabil dapat membantu pen- mengamuk, atau berteriak bahkan berontak tanpa
derita mempertahankan terapi dan tetap menjaga sebab, meraung ataupun marah. Terapi yang di-
komunikasi secara rutin dengan dokter mereka terima oleh penderita yang dikategorikan berat
dan tenaga kesehatan. meliputi:
1) Terapi pijat, untuk mengatasi penderita yang
2. Terapi dan Pengobatan bagi Penderita seringkali mengamuk biasanya diberikan pi-
Gangguan Jiwa jatan pada bagian syaraf tertentu yang dapat
Pengobatan yang dilakukan oleh panti reha- memberi ketenangan pada penderita. Hal
bilitasi pondok Nurussalam secara non-medis, tersebut dilakukan setiap hari pada minggu
hal itu dipilih karena pengobatan non-medis pertama dan apabila sudah tenang terapi
biasanya lebih terjangkau daripada pengobatan dilakukan tiga kali dalam seminggu.
medis. Selain itu, merupakan upaya tambahan

200
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji Andari)

2) Terapi air atau terapi mandi dilakukan pada membuat penderita nyaman, memba-
malam hari bagi penderita yang masih da- ngun keakraban terhadap terapis sehing-
lam kondisi berat. Tujuan dari terapi mandi ga mempermudah dalam menghadapi
malam mengembalikan kebiasaan penderita penderita dengan tingkat emosional
seperti manusia pada umumnya yang sehat yang berbeda-beda. Kenyamanan yang
secara jasmani dan rohani. Proses terapi diberikan kepada penderita mengurangi
biasanya mandi dilakukan pada pukul 23.00 ketegangan dalam diri. Pendekatan
WIB, dilakukan selama kurang lebih satu terapis yang sabar, sayang dan penuh
jam, yang bertujuan untuk mengendorkan keikhlasan membentuk suasana kondusif
syaraf yang tegang. Sesekali dilakukan pemi- dalam proses pengobatan tersebut. Hal
jatan di kepala, setelah penderita menunju- tersebut memperbaiki kondisi penderita
kan perubahan yang lebih baik kemudian yang saat pertama kali sering menga-
dikeluarkan dari kamar mandi. muk dan sulit diatasi setelah mendapat
3) Terapi zikir, setelah dilakukan terapi di atas terapi menjadi lebih tenang dan mampu
diberikan terapi mujahadah atau terapi zikir memelihara kondisi badannya sendiri
selama dua minggu pertama, setelah berubah seperti, makan, membersihkan paka-
lebih baik akan dikurangi jumlah mandi ian, menggunakan pakaian yang bersih
malamnya menjadi dua kali seminggu. hingga mampu membersihkan lingku-
4) Terapi herbal dilakukan dengan meminum ngan sekitar ruangannya.
ramuan dari daun-daun herbal yang sudah
di sediakan ketika terapis selesai membaaca Grafik 3. Dampak Terapi
zikir dan doa, penderita diberi ramuan hingga terhadap Penderita Skizofrenia
memiliki kesadaran dalam diri untuk menca-
pai kesembuhan, dan setelah semua selesai
minum ramuan mereka menyalami terapis.
a. Penderita yang mengalami gangguan
jiwa ringandan sedang, bisa hidup
normal seperti layaknya orang lain
dalam kesehariannya. Penderita yang
mengalami gangguan jiwa sedang dapat
menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi
disertai keluhan yang berkepanjangan, Sumber: Hasil Wawancara, N=37
misalnya selalu merasa cemas, depresi.
Penanganan terapi terhadap penderita Dari grafik 3 di atas diketahui bahwa pen-
gangguan jiwa dengan kategori ringan derita yang berontak setelah dilakukan terapi se-
dan sedang mendapatkan terapi yang lama seminggu berjumlah 11 persen. Hal tersebut
samadengan yang dijalani penderita karena penderita belum mengenal terapis secara
gangguan berat, sama-sama memperoleh lebih dekat sehingga ada pemberontakan meski-
empat terapi, dari pijat syaraf, terapi pun lebih tenang dibandingkan saat pertama kali
mandi malam, zikir dan ramuan herbal. datang. Penderita yang merasa takut 22 persen,
Akan tetapi terapi pijat syaraf dan mandi artinya ketakutan dibawa ke kamar mandi pada
malam tidak diperoleh setiap hari, hanya malam hari dan air di semprotkan adalah air
satu kali dalam seminggu. dingin sehingga ketakutan kedinginan setelah
b. Terapis melakukan pengamatan terhadap menjalani terapi. Penderita merasa mengantuk
penderita satu persatu, sikap tersebut setelah menjalani terapi sejumlah 33 persen,

201
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

hal tersebut karena dilakukan pada jam tidur masih sering menangis, melamun dan menarik
dan setelah dilakukan terapi biasanya penderita diri dari lingkungan sekitar. Data terakhir pen-
langsung tidur. Penderita yang merasa nyaman derita yang menderita gangguan skizofrenia di
34 persen, pada saat terapi penderita menurut panti rehabilitasi sakit jiwa Nurussalam ada 37
apa yang diperintahkan oleh terapi hingga selesai penderita dengan berbagai macam latar bela-
tanpa perlawanan dan menikmati proses terapi kang masalah yang berbeda-beda, mereka harus
hingga berlangsung selama satu jam pada malam mendapatkan terapi sufistik, untuk mengemba-
hari. Setiap terapis dibekali dengan pengetahuan likan kesadaran sehingga dapat kembali hidup
yang berkaitan dengan sistem pengobatan bagi secara normal.
penderita gangguan jiwa,baik tradisional mau- Pandangan yang diperdebatkan tentang
pun spiritual dan pengetahuan terapi sufistik. skizofrenia, ketika orang dipandang sebagai si
Penderita gangguan jiwa berat seringkali ‘sakit’ atau si ‘sehat’. Namun, pandangan telah
mengalami kondisi berbicara sulit dimengerti, bergeser ke konsep spektrum ‘kesehatan’ dari
isi pikiran yang tidak sesuai realita (delusi atau sakit akut, melalui berbagai tingkat dalam fungsi
waham), disertai gangguan persepsi pancaindera, sampai ‘sehat’.Ini berarti bahwa orang dengan
yaitu halusinasi, dan disertai tingkah laku yang skizofrenia dapat mengalami gangguan yang
aneh, seperti berbicara atau tertawa sendiri. cukup besar dalam kehidupan mereka. Keluarga
Gangguan jiwa ini kerap muncul di usia produk- dan teman juga bisa sangat terpengaruh akibat
tif yaitu 15-25 tahun, sehingga perlu mengenali penderitaan melihat efek dari kondisi dan per-
gejala, serta terapi sedini mungkin, agar dapat masalahan dalam mendukung penderita. Hal
meningkatkan probabilitas pemulihan sempurna ini menjadi masalah yang pelik bagi anggota
(recovery). Konsep recovery masih dianggap keluarga, khususnya ketika mereka mengingat
terlalu jauh, padahal sangat diperlukan untuk seseorang sebelum mereka menderita skizofre-
kehidupan orang dengan skizofrenia (ODS) nia.
dalam jangka panjang. Meskipun skizofrenia dapat menyusahkan
Hasil wawancara dengan salah satu pen- dan menakutkan, hal tersebut tidak berarti bahwa
derita melalui pendamping, penderita menderita orang dengan penyakit ini tidak dapat memiliki
gangguan psikosis akibat tekanan dari orang kualitas hidup yang baik dan mungkin untuk
tua yang ingin anaknya masuk jurusan IPA dipekerjakan. Sama seperti orang lain yang
atau paspal pada saat SMA, tetapi karena tidak memiliki penyakit jangka panjang atau berulang,
mampu akhirnya menekan sendiri perasaan dan orang dengan skizofrenia dapat belajar untuk
pikirannya, dan dia tidak bisa menerima ke- mengelola kondisi dan melanjutkan kehidupan
nyataan hidup, hingga akhirnya dia mengalami mereka.
gangguan jiwa yang akhirnya pada taraf psikosis.
Pengobatan yang dilakukan setelah tiga bulan Grafik 4. Tingkat Kehadiran Keluarga
mendapat terapi sufistik di panti rehabilitasi sakit Menjenguk Penderita Skizopfrenia
jiwa kondisinya menjadi lebih baik, yang se-
mula tingkah-lakunya labil dengan sering bicara
sendiri, berangsur-angsur mengalami perubahan
menuju kondisi normal.
Secara psikologis penderita yang mulai
sembuh dan mampu menyadari yang menimpa
pada dirinya dan lambat laun mampu dapat
menerima kenyataan hidupnya. Penderita yang
mulai memahami diri, pada kondisi sadar dengan
kenyataan yang dihadapi dan keadaan dirinya, Sumber: data primer, N=37

202
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji Andari)

Grafik4 dapat dilihat tentang penerimaan ke- dapat menghilangkan rasa jenuh dari penderita.
luarga terhadap penderita skizofrenia dapat di- Beberapa orang menganggap bahwa olahraga
lihat dari tingkat kehadiran keluarga untuk men- sangat penting untuk menjaga badan tetap bu-
jenguk pasien, dari seluruh pasien di panti ini gar, kombinasi obat dengan pendekatan lain
terdapat 58 persen keluarga yang sering menje- memungkinkan mereka untuk memulai proses
nguk atau lebih dari lima kali dalam setahun perbaikan agar tetap sehat.
menjenguk pasien dalam pondok. Artinya lebih Keluarga mempunyai tanggung jawab yang
dari setengah keluarga penderita memberi perha- penting dalam proses perawatan di rumah sakit
tian kepada penderita, biasanya mereka menjen- jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah
guk dengan memberi keperluan sandang, pangan agar adaptasi penderita berjalan dengan baik.
dan keinginan bertemu dengan penderita. Kualitas dan efektivitas perilaku keluarga akan
Penderita yang sering dijenguk lebih te- membantu proses pemulihan kesehatan penderita
nang dan stabil dalam melaksanakan aktivitas sehingga status penderita meningkat. Beberapa
keseharian, kebanyakan mampu berkomunikasi peneliti menunjukkan bahwa salah satu faktor
dengan baik dan dapat melaksanakan kegiatan penyebabkambuh gangguan jiwa adalah peri-
sehari-hari tanpa bantuan terapis dan pendam- laku keluarga yang tidak tahu cara menangani
ping, 23 persen penderita yang dijenguk tiga kali penderita di rumah (Yosep, Puspowati dan Sriati,
dalam setahun kondisinya hampir sama dengan 2009)
penderita yang dijenguk lima kali setahun. Du- Pada pelaksanaan proses penyembuhan ada
kungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu faktor pendukung dan faktor penghambat, antara
keadaan yang bermanfaat bagi individu yang lain:
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. 1. Faktor pendukung terdapat media penunjang
Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui dalam pelaksanaan proses terapi, antara lain
bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, model terapi, sumber daya manusia terapis,
dan mencintainya (Shindy,2014). Berbeda pada pendamping dan penderita yang akan dio-
penderita yang dijenguk satu kali dalam setahun bati. Model Penyembuhan yang dilakukan
(10 persen), biasanya penderita lebih gelisah, oleh pondok pesantren, Ngepreh adalah
tidak bisa tenang, pandangan kosong, sulit ber- cara pengobatan alternatif dengan metode
sosialisasi dengan teman. Demikian juga dengan hydro therapy (terapi religi dan terapi herbal)
penderita yang tidak pernah dijenguk (9 persen) bagi penderita skizofrenia, tergolong masih
biasanya mengalami skizofrenia berat. Mereka langka dan layak direplikasi di tempat lain.
berada di panti karena diserahkan oleh orang Tanpa media tersebut mustahil proses terapi
lain atau masyarakat yang merasa terganggu, dapat terlaksana dengan baik dan dapat
selain dari keluarganya. Penderita ini seringkali dikatakan bahwa media merupakan unsur
mengalami halusinasi berat, seringkali berbicara terpenting untuk pencapaian tujuan. Untuk
sendiri, tertawa sendiri bahkan mengamuk apa- membantu proses terapi harus memiliki
bila terjadi hal yang tidak diinginkan. terapis yang berkompeten, yang selalu siap
Proses pemulihan penderita bervariasi seba- memberi terapi penderita. Keluarga sebagai
gai alat fundamental untuk membantu mereka pendukung penyembuhan harus memiliki
mendapatkan kembali keseimbangan dalam keyakinan yang kuat untuk membantu me-
hidup. di Pondok ini pengalihan agar tidak sering nyembuhkan penderita gangguan psikosis,
tertawa atau berbicara sendiri dengan melakukan kerja sama antara terapis dan penderita, ke-
kegiatan antara lain beternak ayam, beternak inginan dari penderita untuk sembuh, suasana
lele bahkan membantu pekerjaan se-perti mem- kebersamaan dengan penuh kasih sayang dan
perbaiki bangunan, pagar dan kegiatan yang kekeluargaan. Besarnya dukungan keluarga

203
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

penderita, sangat membantu dalam kelan- untuk kemajuan proses terapi sufistik untuk
caran proses penyembuhan. Keadaan yang keperluan rehabilitasi. Upaya mengurangi
aman dan nyaman sangat membantu dalam hambatan dalam proses terapi dan reha-
proses terapi juga berbagai sarana dan prasa- bilitasi untuk penderita gangguan psikosis
rana yang sudah dipersiapkan dalam proses di pondok ini memerlukan hubungan timbal
terapi yang antara lain: asrama, tempat pe- balik antara terapis dan penderita, diperlukan
mandian, aula atau ruangan terapi, mushola keyakinan, kesabaran dan kasih sayang yang
dan kantor. akan juga membantu proses penyadaran
2. Kendala yang dihadapi antara lain panti reha- penderita gangguan psikosis, perawatannya
bilitasi ini merupakan panti swasta, sehingga juga lebih intensif.
tidak mendapatkan dana dari pemerintah se- Pengobatan skizofrenia berlangsung dalam
cara rutin. Untuk memenuhi kebutuhan biaya jangka waktu lama, meski gejalanya sudah mere-
operasional yang sangat besar, selain dari da. Hal tersebut dikarenakan gejala skizofrenia
para donatur, panti ini berusaha mengem- masih dapat kambuh sewaktu-waktu. Skizofrenia
bangkan agribisnis ternak ayam potong ditangani dengan kombinasi obat-obatan dan
(broiler), kebun sayur dan membudidayakan terapi (pengobatan psikologis). Selama periode
perikanan darat ikan lele. Kendala lainnya, gejala akut, rawat inap di rumah sakit jiwa diper-
adalah kiriman gelandangan dari hasil opera- lukan untuk menjamin nutrisi, kebersihan, dan
si yang dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten istirahat penderita, serta menjamin keamanan diri
Demak tidak disertai dengan biaya hidupnya, penderita dan orang-orang di sekitarnya. Dalam
sehingga sangat membebani panti. Kuantitas mengatasi penderita dengan skizofrenia memer-
serta keragaman pangan dan keseimbangan lukan terapi obat dan terapi dalam memainkan
gizi yang diberikan kepada pasien belum bisa peran, serta terapi wicara untuk membantu meng-
memenuhi standar yang diperlukan, mereka ingatkan kembali daya ingat yang dimiliki, agar
menjadi bosan apabila terus-menerus diberi dapat mengalami perbaikan, dalam hal belajar
lauk pauk, misalnya telur. Hal ini semata- untuk mengatasi gangguan, dan mencapai atau
mata karena keterbatasan dana operasional mendapatkan kembali tingkat fungsi sehari-hari
yang sangat tinggi yang dialami oleh panti. yang sesuai.
3. Faktor Penghambat dalam proses terapi Para pembimbing dan terapis dalam mena-
untuk penderita gangguan psikosis antara ngani penderita skizofrenia merupakan sese-
lain:Penderita susah dikendalikan atau yang orang yang sudah diberi tugas oleh pihak panti
belum kooperatif sehingga masih sulit untuk untuk memberikan bimbingan dan terapi kepada
didekati terutama penderita yang mengalami klien. Pengalaman yang sudah dimiliki oleh para
skizofrenia berat dan sudah stadium lanjut pembimbing dan terapis Panti Rehabilitasi Nu-
sehingga sulit diatur sering mengamuk dan russalam telah membuktikan atas penyembuhan
bertindak semauanya sendiri. Kurangnya para penderita. Upaya rehabilitasi bagi penderita
tenaga terapis yang profesional, karena min- skizofrenia di panti berbasis agama melalui terapi
imnya tenaga profesional yang mau bekerja sosial dengan mempelajari perilaku yang sesuai,
dengan pendapatan rendah, dukungan dana untuk menguatkan perilaku dengan memberikan
yang terbatas sehingga yang bertindak seba- tanggung jawab tertentu bila penderita berhasil
gai terapis santri yang membantu proses tera- melakukan suatu perilaku tertentu maka dapat
pi. Hal tersebut karena terbatasnya sumber ditukar dengan hadiah (reward), seperti melaku-
dana dan dukungan baik dari dari masyarakat kan sholat, mengaji, menggunakan metode
maupun pemerintah,selain masih kurang dzikir dan mendengarkan bacaan Alquran untuk
sarana dan prasarana yang dapat membantu menyembuhkan penyakit jiwa. Selain dengan

204
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji Andari)

metode dzikir, ada tiga metode penyembuhan baran dan ketelatenan yang besar, bahkan tidak
yang dilakukan. Yakni ramuan herbal buatan jarang menimbulkan konflik dalam keluarga.
pondok untuk merevitalisasi jaringan syaraf yang Oleh karena itu, keluarga perlu mempersiapkan
rusak, pijat untuk melancarkan sirkulasi darah, diri dengan matang agar tidak menimbulkan
dan mandi malam untuk membersihkan kotoran masalah baru dalam diri penderita.
di jasmani dan rohani. Faktor dukungan keluarga merupakan salah
Pelayanan diberikan oleh panti ini rata- satu faktor penting dalam menentukan keparahan
rata dalam waktu tiga bulan pasien mengalami dan kambuh (relapse) atau tidaknya penderita
perkembangan. Dari semula parah dapat menjadi gangguan Skizofrenia. Berdasarkan kasus yang
lebih nyaman bahkan beberapa orang mendekati ditemukan ketika praktek, keluarga seringkali
kesembuhan. Penderita yang diberikan pelayanan terlambat membawa penderita ke tenaga medis
memiliki tingkatan, yaitu parah, menengah dan (dokter, psikiater, perawat atau psikolog). Mere-
mendekati kesembuhan. Pondok juga memisah- ka juga kurang paham tentang gangguan skizof-
kan laki-laki dan perempuan. Terkait biaya, renia dan penanganannya sehingga penderita
pondok tak mempersoalkan. Bisa gratis, juga yang dibawa ke tempat praktek seringkali telah
bersedia menerima titipan dari keluarga pasien. menurun fungsi sosial dan kognitifnya.
Untuk meningkatkan pendapatan panti dalam Untuk menangani penanganan terhadap
merehabilitasi penderita skizofrenia memiliki penderita skizofrenia:
usaha peternakan ayam, lele dan pertanian untuk 1. Keluarga banyak yang kurang mengetahui
biaya terapi. Sedangkan pemberian makanan tentang terapi farmakologis. Artinya tidak
sehari-hari bagi penderita skizofrenia menggu- semua keluarga mengetahui pentingnya
nakan menu jawa, terkadang diambil dari hasil terapi farmakologis berkaitan dengan pengo-
peternakan dan pertanian. batan antipsikotik yang dapat mengurangi
Terapi lain yang diberikan kepada penderita keresahan dalam diri penderita dan dapat
dengan memberikan ketrampilan, seperti ke- membantu untuk meningkatkan fungsi sosial
mampuan percakapan, yang dapat membantu dan kognitif. Keluarga dapat mendorong pen-
dalam beradaptasi dengan masyarakat di ling- derita agar segera mendapatkan pengobatan.
kungannya. Bentuk terapi seperti ini sering Bagi masyarakat yang kurang mampu, obat-
digunakan dalam panti rehabilitasi psikososial obatan antipsikotik ini bisa didapatkan di
berbasis agama untuk membantu penderita agar beberapa puskesmas atau rumah sakitdengan
bisa kembali berperan dalam masyarakat. Mere- kartu jamkesmas. Hanya dokter (psikiater)
ka dibantu dan didukung untuk melaksanakan yang dapat memberikan resep ini. Dokter
tugas harian seperti dzikir, mengaji, melakukan akan menjelaskan tentang jenis dan dosis
sholat wajib maupun sunah serta berkomunikasi, obat antipsikotik tersebut. Hal lain yang perlu
bersahabat, dan sebagainya. Meskipun terapi diketahui adalahpentingnya memberi atau
ini cukup berhasil, namun masih ada persoalan meminum obat secara teratur. Keluarga perlu
bagaimana mempertahankan perilaku karena mengetahui tips dan trik dalam memberikan
situasi tertentu yang tidak diajarkan secara lang- obat kepada penderita.
sung. Keluarga diberi penjelasan tentang cara 2. Kurangnya pengetahuan tentang gejala dan
untuk mendampingi, mengajari, dan melatih gangguan Skizofrenia keluarga seringkali
penderita dengan sikap penuh penghargaan. beranggapan, bahwa penderita sedang di-
Penanganan terhadap penderita tidak selesai ganggu oleh”makhluk halus” dan perlu diba-
hanya dengan memberikan obat, tetapi perlu di- wa ke “orang pintar” agar sembuh,bahkan
sertai dengan intervensi psikologis. Penanganan ada penderita yang dipasung atau dirantai
bagi penderita skizofrenia membutuhkan kesa- karena kurang pengetahuan tentang gejala

205
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

skizofrenia. Oleh karena itu, keluarga perlu hydro therapy (terapi religi dan terapi herbal)
mencaridan mendapatkan pengetahuan yang bagi penderita skizofrenia, yang tergolong masih
lengkap tentang skizofrenia sehingga tidak langka dan layak direplikasi di tempat lain. bagi
terperangkap pada keyakinan atau “belief” penderita skizofrenia. Keluarga sebagai pendu-
yang salah. Keluarga juga perlu memahami kung penyembuhan memiliki keyakinan yang
adanya istilah “kekambuhan gangguan” dan kuat untuk membantu menyembuhkan penderita
“penundaan dalam mendapatkan layanan gangguan psikosis ada kerja sama antara terapis
medis” yang dapat memperburuk kondisi dan penderita, adanya keinginan dari penderita
penderita. untuk sembuh, suasana kebersamaan dengan
3. Mempertahankan situasi kondusif dan nya- penuh kasih sayang dan kekeluargaan. Besarnya
man dalam keluarga. Keluarga perlu menge- dukungan keluarga penderita, sangat membantu
tahui peristiwa rentan yang dapat menimbul- dalam kelancaran proses penyembuhan. Secara
kan kekambuhan penderita. Dengan menge- psikologis penderita yang mulai sembuh dan
tahui peristiwa tersebut, keluarga dapat me- mampu menyadari yang menimpa dirinya lambat
nanggulangi peristiwa kurang menyenang- laun mampu dapat menerima. Keluarga sebagai
kan dan memunculkan peristiwa positif pendukung penyembuhan memiliki keyakinan
yang dapat mendukung kondisi penderita. yang kuat untuk membantu menyembuhkan pen-
Keluarga perlu berlatih komunikasi dan pe- derita gangguan psikosis, ada kerja sama antara
nyelesaian masalah secara positif. Mereka terapis dan penderita, adanya keinginan dari
juga dapat menerapkan latihan tersebut pada penderita untuk sembuh, suasana kebersamaan
penderita yang masih dapat berfungsi dengan dengan penuh kasih sayang dan kekeluargaan.
baik. Keluarga perlu mengetahui kegiatan Perlu menjaga dan mempertahankan situasi kon-
yang dapat dilakukan penderita. Misalnya, dusif dan nyaman dalam keluarga agar penderita
olah raga, mendengarkan musik, berdoa, tidak kambuh kembali.
menonton tv, menulis dan menggambar. Rekomendasi penanganan terhadap pen-
Hal lain yang perlu diketahui oleh keluarga derita tidak selesai dengan memberi intervensi
adalah harus disadari bahwa gangguan ini secara psikologis namun juga secara medis se-
merupakan gangguan jangka panjang. Artinya, cara terintegrasi. Untuk meningkatkan pelayanan
penderita membutuhkan perhatian dan perawatan dalam merehabilitasi penderita skizofrenia me-
yang sifatnya komprehensif dan berkelanjutan merlukan sarana dan prasarana yang memadai
dalam jangka waktu yang panjang. Penanganan sehingga proses rehabilitasi dapat berhasil
terhadap penderita tidak selesai hanya dengan dengan baik. Perlu ada kerjasama pemerintah
memberikan intervensi psikologis. Penanganan daerah, masyarakat dan keluarga untuk mence-
ini juga membutuhkankesabaran dan ketelaten- gah dan mengatasi penderita skizofrenia agar
an yang besar, bahkan, tidak jarang menimbulkan tidak mengalami stigma dan diskriminasi serta
konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga mengajak orang lain peduli.
perlu mempersiapkan diri dengan matang agar
tidak menimbulkan masalah baru dalam diri Ucapan Terimakasih
penderita maupun keluarga. 1. Kepada Pimpinan Panti Pondok Nurus-
salam di Dukuh Ngepreh Desa/Kecamatan
D. Kesimpulan dan Rekomendasi Sayung.
Proses pemulihan penderita skizofrenia 2. Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
melalui panti berbasis agama dan dilakukan
melalui pengobatan alternatif dengan Metode Pustaka Acuan

206
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji Andari)

Bungin, Burhan, (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kes-
Jakarta : Raja Grafindo Persada. ehatan Mental, 1(2), 59–66.
Burhani, Ahmad Najib, (2001). Sufisme Kota; Berpikir Shindy, O. W. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial
Jernih Menemukan Spiritual Positif,. Jakarta : Se- Keluarga Terhadap Tingkat Self Esteem pada Pend-
rambi Ilmu Semesta. erita Pasca Stroke. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Compton, M. T., Chien, V. H., Liener, A. S., Goulding, S. Perkembangan, 3, 110–118. Retrieved from journal.
M., Wiess, P. S. (2008). Mode on fonset of psychosis unair.ac.id/download-fullpapers-jppp1b5b31dac4full.
and family involvement in help-seeking as determi- pdf
nants of duration of untreated psychosis. Journal Suryani, Komariah, M., dan Karlina, W. (2014). Persepsi
Social Psychiatry Epidemiology. 43:975-982. keluarga terhadap skizofrenia di Rumah Sakit
Ambari. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga X. Retrieved from https://www.researchgate.net/
Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizof- publication/273866851_Persepsi_Keluarga_Terh-
renia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit.Fakultas adap_Skizofrenia_Di_Rumah_Sakit_X
Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Yosep, I., Puspowati, N. L. N. S., & Sriati, A. (2009).
Gitasari, N., & Savira, S. I. (2015). Pengalaman Family Pengalaman Traumatik Penyebab Gangguan Jiwa
Caregiver Orang Dengan Skizofrenia. Novia Gitasari (Skizofrenia) Pasien di Rumah Sakit Jiwa Cimahi
Siti Ina Savira Abstrak. Character, 3(2), 1–8. Traumatic Experiences of Mental Disorder Client
Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. (Schizophrenia) at Mental Health Hospital Cimahi.
Cermin Dunia Kedokteran, 40(11), 815–819. Mkb, 41(4), 194–200.
Rubbyana, U. (2012). Hubungan antara Strategi Koping
dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia

207
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

208

S-ar putea să vă placă și