Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
steffietumilar@2019 1
Detail Penulangan
● Seni menempatkan tulangan dalam beton untuk
memenuhi ketentuan desain dan spesifikasi
● Penempatan tulangan harus mengikuti ketentuan
code, SNI 2847, ACI 318, ACI 301, ACI SP66, ...
● Menunjukkan bagaimana struktur dibangun/dibuat
● Standard detail untuk Pelat,Balok, Kolom, Dinding,
Fondasi dan Starter bar
● Lokasi dan panjang penghentian, penyambungan
tulangan, kait dan splice termasuk tipe/jenis.
● Bar bending schedule
steffietumilar@2019 2
1. Ketentuan Umum
Detailing
- Material Beton
- Material Baja tulangan
steffietumilar@2019 3
SNI 2847-201X, ps.19.2.2.2
steffietumilar@2019 4
Maximum aggregate size
Ref. SNI 2847-201X ps. 26.4.2.1.(4) ,dan ACI 314R-16 ch. 5.7 p 33, 34
Maximum nominal coarse aggregate size should not be larger than Re(a), (b), or (c) (Fig. 5.7).
a) One-fifth (1/5) of the narrowest dimension between sides of forms
b) One-third (1/3) of the depth of slabs
c) Three-fourths (3/4) of the minimum clear spacing between parallel reinforcing bars
A maximum nominal size of 19 mm is recommended for columns, girders, beams, and joists. Except
for structural slabs, a larger size can be used if it meets the limits given in (a) through (c).
steffietumilar@2019 5
Ref. ACI 314R -16-Guide to Simplified Design for Reinforced Concrete Buildings
SNI 2847-201X , ps.26.4.2.1.(4)
steffietumilar@2019
Contoh aplikasi , lihat ACI 318M-14 Design Hanbook SP-17M(14),p.171 6
steffietumilar@2019 7
steffietumilar@2019 8
steffietumilar@2019 9
steffietumilar@2019 10
steffietumilar@2019 11
Ref. Iswandi I
steffietumilar@2019
Catatan: SNI 2847-201X, Table 19.3.1.1 dan Table 19.3.2.1 12
Ketentuan Baja Tulangan
SNI 2847-2013 pasal 3.5 p 25 atau ACI 318M-11, chapter 3.5. p 45
SNI 2847-201X. 20.2.2.5 Tulangan longitudinal ulir nonprategang yang menahan momen akibat beban gempa,
gaya aksial atau keduanya pada rangka momen khusus, dinding struktural khusus dan semua komponen dari
dinding struktural khusus termasuk balok kopel dan pilar dinding harus sesuai a) atau b):
steffietumilar@2019 15
SNI 2847-201X, ps.20.2.2.4
steffietumilar@2019 16
Penggunaan mutu baja tulangan sampai dengan fy 700 Mpa
khusus untuk tulangan kekang (confinement) diperkenenkan
steffietumilar@2019 17
2. Development Length (Panjang Penyaluran)
Karena tegangan lekatan (bond stress) yang tertanam dalam
daerah tarik (tension zone) sebenarnya bervariasi sepanjang
panjang batang, maka ACI/SNI-2847 menggunakan konsep
panjang penyaluran (development length) pada tegangan
lekatan. Panjang penyaluran ld ,adalah panjang terpendek
dari batang di mana tegangan dapat meningkat dari nol
sampai dengan kuat leleh fy
Panjang penyaluran berbeda untuk kondisi tarik (tension)
dan tekan (compression)
steffietumilar@2019 18
Kait Standar dan panjang penyaluran
SNI 2847-2013, ps.7.1 =
SNI 2847-201X, ps.25.3.1
steffietumilar@2019 19
lext
SNI 2847-201X.ps.25.3.1
a)
0.24 fy ΨeΨcΨr
db
𝑓𝑐′
b) 8 db
c) 150 mm
steffietumilar@2019 32
Untuk Ψe , Ψc , Ψr = 1.0
0.24 𝑓𝑦
ldh = ′
. 𝑑𝑏
𝑓𝑐
steffietumilar@2019
Lihat tabel pada slide berikut
33
Penyaluran kait standar ldh [mm] dalam kondisi tarik
kondisi tarik
ldh [mm]
Diameter fc’ [Mpa] , fy – 400 MPa
tulangan
20 25 30 35 40
Untuk nilai fy
10 224 200 183 169 158 lainnya, nilai ldh
13 291 260 237 220 206
pada tabel tersebut
16 358 320 292 270 253
dikalikan dengan
19 425 380 347 321 300
22 492 440 402 372 348
𝑓𝑦
besaran
25 559 500 456 423 395 400
29 648 580 529 490 459
32 716 640 584 541 506
36 805 720 657 609 569
43 962 860 785 727 680
steffietumilar@2019 34
57 1275 1140 1041 963 901
steffietumilar@2019 35
As,t / As,p
Tidak diperkenankan
untuk tulangan torsi atau
tulangan integrity
steffietumilar@2019 37
Ref. PCA Notes on ACI 318-
11.ch. 7.11.3 p 3-15, 3-16
steffietumilar@2019
Figure 3-13 Two-Piece Closed Stirrup Details 38
Recommended for Members Subject to High Torsion
steffietumilar@2019 39
steffietumilar@2019 40
SNI 2847-2013, ps.21.5.3 = SNI 2847-201X, 18.6.4
steffietumilar@2019 41
steffietumilar@2019 43
steffietumilar@2019 44
steffietumilar@2019 45
Pelat Satu Arah (One-way Slab)
steffietumilar@2019 46
steffietumilar@2019 47
Note. Tanpa balok tepi,
tebal minimum pelat akan
lebih besar
steffietumilar@2019
ln = bentang panjang bersih 48
steffietumilar@2019 49
Notes on ACI 318-11 Building Code Requirements for
Structural Concrete - PCA ch.9.5, fig.10.4, p.10-11.
steffietumilar@2019 50
l = bentang pkp tumpuan
steffietumilar@2019 59
steffietumilar@2019 60
steffietumilar@2019 61
steffietumilar@2019 62
Ketentuan tebal minimum pelat
Two-way slab, two-way joist dan waffle yang ditumpu pada semua sisinya,tebal
minimum pelat ditentukan oleh persamaan,
𝑙𝑛
h= dimana : h = tebal pelat
30+3β
ln = bentang panjang bersih
β = ratio bentang panjang bersih
terhadap bentang pendek bersih
Tebal pelat minimum 125 mm untuk ln > 3.00 m dan
100 mm untuk ln ≤ 3.00 m
(ACI 314R-16. ch.6.5.4, p.43)
Tinggi balok pemikul/pendukung > 3 X tebal pelat
(ACI 314R-16.ch. 7.9.1.c), p.51)
Tebal pelat minimum tanpa balok tanpa drop panel (flat-plate) = 150 mm
Tebal pelat minimum tanpa balok dengan drop panel (flat-slab) = 125 mm
steffietumilar@2019 (ACI 314R-16.ch. 6.5.5, p.43) 63
Pelat Satu Arah – SNI 2847-201X
Catatan:
Spasi maksimum tulangan dapat dilihat pada SNI 2847-2013 atau ACI 318M-11, ps 7.6.5 –
7.12.2.2 – 8.12.5.2 – 10.5.4 – 11.9.9.3 – 11.9.9.5 – 14.3.5) atau pada SNI 2847-201X, ps.
7.2.2 , 7.6.1.1, 7.7.2.3, 7.7.2.4, 7.7.6.2.1, 11.7.2.1, 11.7.2.2, 11.7.3.1, 11.7.3.2 dan 24.4.3.3
steffietumilar@2019 64
Ref. PCA Notes on ACI 318-11, p 9-3
10.6 BEAMS AND ONE-WAY SLABS
10.6.4 Distribution of Tension Reinforcement
Catatan:
Spasi maksimum tulangan yang terkecil dari 3h (3 x tebal pelat) dan 450 mm
( SNI 2847-2013, ps.7.6.5 – 7.12.2.2 – 8.12.5.2 – 10.5.4 – 11.9.9.3 – 11.9.9.5
– 14.3.5) sebagai berikut: (SNI 2847-201X,ps. 7.7.2.3)
steffietumilar@2019 65
ACI 314R-16,ch.7, p.45
steffietumilar@2019 66
(ACI 314R-16,ch.5.11.4.2, p.35)
steffietumilar@2019 67
Penulangan pada pelat satu arah untuk bentang tunggal
ACI 314R-16, ch.7.7.3.1, p.50
steffietumilar@2019 68
Penulangan pada pelat satu arah untuk 2 bentang yang ditumpu
steffietumilar@2019 69
steffietumilar@2019 73
SNI 2847-201X, ps.8.10.2.7
llong = bentang panjang bersih
steffietumilar@2019 74
SNI 2847-2013.ps 13.3.6 = SNI 2847-201X. ps.8.7.3.1
,ACI 314R-16, ch.7.6.3.1, p.48
steffietumilar@2019 75
, ACI 314R-16, ch.7.6.3.4, p.49
steffietumilar@2019 76
Pelat Dua Arah – (lanjutan)
steffietumilar@2019 80
steffietumilar@2019 81
SNI 2847-2013, ps.21.3.6, atau SNI 2847-201X, ps. 18.4.5.2 dan 18.4.5.3
Detail tipikal dari koneksi pelat –kolom beton bertulang
ACI 352.1 R-11, “Guide for Design of Slab-Column Connections in Monolithic Concrete Structures” and
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015, ch.14.5.5, p.625
steffietumilar@2019 82
SNI 2847-201X
ps.8.5.4.2.(c)
steffietumilar@2019 83
steffietumilar@2019 89
Persyaratan integritas struktural untuk struktur lantai menerus dapat
dibagi menjadi persyaratan untuk balok-joist (balok berusuk), balok
perimeter, dan balok interior yang merangkai ke dalam kolom. Untuk
konstruksi balok-joist, sebagaimana didefinisikan dalam SNI 2847-
201X- ps.9.8.1.1 - 9.8.1.4. dan ps.9.8.1.6 mensyaratkan bahwa
paling tidak satu batang bawah harus kontinu pada keseluruhan
bentang dan harus diangkur untuk dapat mengembangkan tegangan
fy pada muka tumpuan exterior.
Kontinuitas tulangan harus dicapai dengan sambungan Class B
tension lap-splice atau sambungan mekanis atau sambungan las
sesuai SNI 2847-201X– ps. 25.5.7.1. Class B lap splices ditentukan
dalam SNI 2847-201X– ps. 25.5.2.1 mempunyai panjang 1.3ld (tapi
tidak kurang dari 300 mm.). Nilai untuk panjang penyaluran
(development length), ld, harus ditentukan sesuai dengan SNI 2847-
201X– ps. 25.4.2.
steffietumilar@2019 90
SNI 2847-201X.ps-9.7.7.1, 9.7.7.3, dan 9.7.7.4 menyatakan bahwa balok
perimeter harus memiliki tulangan atas dan bawah yang menerus yang
melewati atau diangkur di inti kolom. Tulangan atas yang menerus harus terdiri
dari sekurang-kurangnya 1/6 dari tulangan momen-negatif (atas) yang
diperlukan pada muka tumpuan, tetapi tidak boleh kurang dari dua batang
tulangan. Tulangan bawah yang menerus harus terdiri dari setidaknya 1/4 dari
tulangan momen positif (bawah) yang diperlukan di bagian tengah bentang,
tetapi tidak boleh kurang dari dua tulangan.
Pada tumpuan tidak-menerus (ujung/sudut), semua batang ini harus diangkur
untuk dapat mengembangkan tegangan sebesar fy di muka tumpuan. Juga,
semua tulangan longitudinal yang menerus harus dilingkup oleh tulangan
transversal/sengkang tertutup (SNI 2847-201X.ps.25.7.1.6), sebagaimana
ditentukan untuk tulangan torsi atau integrity transverse reinforcement, dan
harus ditempatkan pada seluruh rentang bentang bersih dengan spasi tidak
melebihi d/2.
Seperti sebelumnya, kontinuitas tulangan dapat dicapai baik melalui
penggunaan Class B tension lap splices atau sambungan mekanis atau las.
steffietumilar@2019 91
steffietumilar@2019 92
Untuk balok interior perangkai antara kolom, SNI 2847-201X.ps.9.7.7.2 hingga
ps.9.7.7.6 menentukan dua cara untuk memenuhi structural-integrity requirements
untuk tulangan longitudinal menerus. Jika tulangan transversal/sengkang tertutup
tidak ada, maka integritas struktural harus dicapai dengan pemasangan tulangan
bawah yang menerus seperti yang diperlukan untuk balok perimeter. Seperti
sebelumnya, tulangan ini harus melewati atau diangkur penuh di inti kolom, dan
kontinuitas tulangan dapat dicapai melalui sambungan Class B tension lap splice
atau sambungan mekanis atau las.
Untuk balok interior yang bukan merupakan bagian dari sistem utama
penahan beban lateral, tulangan bawah tidak perlu menerus melalui tumpuan
interior atau diangkur penuh pada tumpuan eksterior, dan integritas struktural dapat
dicapai dengan melakukan kombinasi tulangan bawah dan atas yang dilingkup oleh
tulangan sengkang tertutup. Tulangan atas harus memenuhi persyaratan SNI 2847-
201X-ps.9.7.3.1 dan ps.9.7.3.8.4, dan harus menerus melintasi inti kolom dari
tumpuan interior atau diangkur penuh di inti kolom dari tumpuan eksterior. Tulangan
bawah harus memenuhi SNI 2847-201X.ps.9.7.3.8.1 dan ps.9.7.3.8.2. Tulangan
sengkang tertutup harus dipasang sesuai SNI 2847-201X.ps.25.7.1.6 dan harus
dipasang pada seluruh rentang bentang bersih dengan spasi tidak melebihi d/2.
steffietumilar@2019 93
steffietumilar@2019 94
steffietumilar@2019 95
steffietumilar@2019 96
steffietumilar@2019 97
Ref. Reinforced Concrete Design of Tall Buildings,
by.B.S Taranath, CRC Press, 2010, ch.6.3, p.531
steffietumilar@2019 98
Ref. Reinforced Concrete Design of Tall Buildings,
steffietumilar@2019 by.B.S Taranath, CRC Press, 2010, ch.6.3, p.531 99
6. Ketentuan Detailing pada
Perencanaan Bangunan
Tahan Gempa
steffietumilar@2019 100
FEMA
steffietumilar@2019 101
San Andreas Fault, CA
steffietumilar@2019 102
Hindari daerah
patahan
(fault rupture)
steffietumilar@2019 103
FEMA
steffietumilar@2019 104
steffietumilar@2019
Reduksi – penanggulangan terhadap Tsunami
105
Tsunami Barrier in Taro, Japan
steffietumilar@2019 106
FEMA
steffietumilar@2019 107
steffietumilar@2019 108
FEMA
steffietumilar@2019 109
Liquefaction Damage, Niigata, Japan, 1964
steffietumilar@2019 110
steffietumilar@2019
Gempa Palu 2018 - Liquefaction 111
FEMA
steffietumilar@2019 112
Ketentuan Dasar Perencaan Struktur Tahan Gempa
Tujuan utama perencanaan bangunan tahan gempa adalah untuk
mencapai kekuatan dan daktlitas yang cukup yang memastikan
tercapainya Life Safety, yaitu mencegah terjadinya keruntuhan
terhadap gempa kuat (expected) dalam kurun waktu hidup struktur
tersebut.
Perencanaan struktur terhadap gempa sedang sampai gempa kuat
adalah tidak ekonomis untuk berespons elastis dalam memikul gaya
inersia akibat gempa.
Perencanaan struktur yang ekonomis adalah dengan mengijinkan
terjadinya pelelehan (yielding) pada beberapa elemen struktur, kecuali
pada jenis struktur tertentu seperti pada bangunan nuklir yang tetap
harus direncanakan elastis tanpa mengijinkan terjadinya pelelehan.
steffietumilar@2019 113
Khusus untuk bangunan-bangunan yang vital seperti hospitals, fire
stations, power plants dan pusat-pusat komunikasi lainnya pencapaian
Life safety saja tidak cukup, tetapi harus tetap bisa beroperasi pasca
gempa. Jadi disamping life safety harus juga direncanakan terhadap
tingkat kerusakan ( damage control)
Pada umumnya Peraturan Perencanaan Bangunan Tahan Gempa
mensyaratkan bahwa tidak ada kerusakan struktur pada gempa kecil, ada
kerusakan kecil dan kerusakan non-struktur yang tidak berarti pada
gempa sedang, dan terjadi kerusakan-kerusakan non-struktural dan
struktural pada gempa besar/kuat tanpa runtuh.
Struktur yang diijinkan mengalami pelelehan tersebut diharapkan dapat
berdeformasi cukup besar pada gempa kuat, artinya struktur harus
memiliki inelastic deformability yang cukup untuk bertahan tanpa
runtuh terhadap gaya siklik dalam rentang inelastik
steffietumilar@2019 114
Berbagai pengalaman pada gempa-gempa yang lalu dan berbagai
pengujian yang dilakukan dilaboratorium telah menunjukkan bahwa
berbagai struktur beton yang direncanakan dan di-detail sesuai
ketentuan (code) yang berlaku saat ini dapat bertahan dengan
baik terhadap gempa kuat tanpa kehilangan kekuatan yang
berarti.
Tingkat resiko seismik (seismic risk level) secara tradisional
diklasifikasikan sebagai gempa kecil/rendah (low), sedang
(moderate) dan kuat/tinggi (high). Dalam code yang sekarang telah
dilakukan pembagian yang lebih rinci yang disesuaikan dengan
system struktur dan seismic design category seperti ditunjuk pada
tabel berikut dibawah ini.
steffietumilar@2019 115
steffietumilar@2019 116
Performance Level
Earthquake Immediate Collapse
Intensity Operational Occupancy Life Safety Prevention
Service Level
Earthquake (SLE)
Design Level
Earthquake (DLE)
Maximum Considered
Earthquake (MCE)
steffietumilar@2019
Performance Levels of Code-Based Buildings at Various Risk Category Levels
117
steffietumilar@2019 119
steffietumilar@2019 120
Elastic
Fu
Lateral Force
Elastic Inelastic
FE Idealisasi Bilinear
hubungan Force –
Displacement
δE δu
steffietumilar@2019
Lateral Displacement 121
Hindari Stuktur yang Getas
steffietumilar@2019 Buat Stuktur yang Daktail 122
How to make Buildings
ductile for Good Seismic
Performance?
steffietumilar@2019 123
Pasal 18 - Struktur Tahan Gempa
Pasal 18.1 Ruang lingkup, 18.2 Umum
18.2.1 Sistem Struktur 18.3 - Sistem rangka pemikul
18.2.2 Analisis dan desain komponen momen biasa
struktural 18.4 - Sistem rangka pemikul
18.2.3 Pengangkuran pada beton momen menengah
18.2.4 Faktor reduksi kekuatan 18.5 - Dinding struktural pracetak
18.2.5 Beton pada sistem rangka pemikul momen menengah
khusus dan dinding struktural khusus
18.6 - Balok sistem rangka pemikul
18.2.6 Tulangan pada sistem rangka pemikul
momen khusus
momen khusus dan dinding struktural
khusus 18.7 - Kolom sistem rangka pemikul
18.2.7 Sambungan mekanis pada sistem rangka momen khusus
pemikul momen khusus dan dinding 18.8 - Joint sistem rangka pemikul
struktural khusus momen khusus
18.2.8 Sambungan las pada sistem rangka pemikul 18.9 - Sistem rangka pemikul
momen khusus dan dinding struktural momen khusus beton pracetak
khusus
steffietumilar@2019 124
1. Stiffness and Strength
Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, dari sisi keamanan perlu direkomendasikan stffness
(kekakuan) dan strength (kekuatan) vertikal dan lateral yang memadai
2. Regularity
Karakteristik ini memperhatikan pergerakan gedung ketika didorong kearah lateral. Perencanaan berkeinginan
3. Redundancy
Bangunan Tahan Gempa
Redundansi merupakan salah satu sifat yang harus diperhatikan dalam memastikan sistem keamanan pada
struktur. Jadi, jika ada bagian dari struktur mengalami kerusakan maka struktur tidak langsung gagal atau
runtuh, karena akan terjadi redistribusi
4. Foundations
Struktur fondasi harus lebih kuat dari struktur atasnya. Perencanaan fondasi sangat tergantung pada seismic
design category, jenis tanah dan karakter gempanya
5. Jalur-Lintasan Beban
Seluruh komponen struktur harus saling terkoneksi dan hindari lintasan beban yang diskontinu yang
mengganggu
steffietumilar@2019 stabilitas bangunan. 125
Moment resisting frame Braced frame
steffietumilar@2019 127
Hindari Bangunan yang
mempunyai
Flexible first floor karakteristik
Heavy superstructure
Soft Story
Three types of
soft first story
Catatan : Soft first story bisa terjadi pada lantai-
lantai atas juga (tidak harus pada lantai dasar saja)
Discontinuity: indirect load path
steffietumilar@2019 128
Olive View Hospital.
San Fernando, California Earthquake, Feb.09.1971
steffietumilar@2019 Kegagalan kolom disebabkan oleh soft story configuration. 129
steffietumilar@2019
Animasi - Soft Story Effect 130
steffietumilar@2019
Simulation - Soft Story Effect 131
Joint failure
Column-Foundation
Joint Failure
Soft Story Effect
steffietumilar@2019 132
(Tingkat atas jauh lebih kaku dari tingkat bawah)
Lantai atas sangat kaku kalau dibandingkan
dengan lantai dasar
steffietumilar@2019
Soft Story Effect 133
1. Stiffness and Strength
Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, dari sisi keamanan perlu direkomendasikan stffness
(kekakuan) dan strength (kekuatan) vertikal dan lateral yang memadai
2. Regularity
Karakteristik ini memperhatikan pergerakan gedung ketika didorong kearah lateral. Perencanaan berkeinginan
agar bangunan dapat bergerak bersamaan sehingga pendisipasian energi terjadi tanpa perlu membebani salah
satu sisi atau yang lainnya.
Bagian tekukan
Solution diperkuat
Ditambah elemen
tahanan yang
Struktur bentuk L kaku seperti Shear
steffietumilar@2019 wall138
(Re-entrant corner )
steffietumilar@2019 139
Strong Column-Weak
Beam Concept
SCWB
(Sway Mechanism)
steffietumilar@2019 140
Strong Column – Weak Beam Concept
steffietumilar@2019 141
steffietumilar@2019
Plastic Hinges pada kolom 142
Perencanaan lentur dan geser pada kolom
Beban Seismik
Mn-cb Mn-cb
Mnb-ka Mnb-ki
Mnb-ki Mnb-ka
Momen-momen nominal
yang bekerja pada muka
kolom dan muka balok.
Mn-ca Mn-ca
(Mn-ca + Mn-cb) ≥ 1.20(Mnb-ki + Mnb-ka)
dimana: Mn-ca = Momen nominal kolom atas pada muka bawah balok
Mn-cb = Momen nominal kolom bawah pada muka atas balok
Mnb-ki = Momen nominal balok kiri pada muka kolom
steffietumilar@2019 143
Mnb-ka = Momen nominal balok kanan.pada muka kolom.
steffietumilar@2019 144
steffietumilar@2019 145
1. Stiffness and Strength
Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, dari sisi keamanan perlu direkomendasikan stffness
(kekakuan) dan strength (kekuatan) vertikal dan lateral yang memadai
2. Regularity
Karakteristik ini memperhatikan pergerakan gedung ketika didorong kearah lateral. Perencanaan berkeinginan
agar bangunan dapat bergerak bersamaan sehingga pendisipasian energi terjadi tanpa perlu membebani salah
satu sisi atau yang lainnya.
3. Redundancy
Redundansi merupakan salah satu sifat yang harus diperhatikan dalam memastikan sistem keamanan pada
struktur. Jadi, jika ada bagian dari struktur mengalami kerusakan maka struktur tidak langsung gagal atau
runtuh, karena akan terjadi redistribusi
4. Foundations
Struktur fondasi harus lebih kuat dari struktur atasnya. Perencanaan fondasi sangat tergantung pada seismic
design category, jenis tanah dan karakter gempanya
steffietumilar@2019 146
Statically determinate and indeteminate structures
(Struktur statis tertentu dan statis tak tentu)
1. Pada Struktur statis tertentu (determinate/isostatic) : Untuk
mendapatkan reaksi dan gaya-gaya dalam cukup dari
persamaan keseimbangan saja (equilibrium equation).
2. Pada Struktur statis tak tentu (indeterminate/hyperstatic
/redundant) : Untuk mendapatkan reaksi dan gaya-gaya
dalam tidak cukup dari persamaan keseimbangan saja, tetapi
masih dibutuhkan persamaan kondisional lain seperti
persamaan kompatibilitas (yang diperoleh dari kondisi
geometrik struktur).
steffietumilar@2019 147
Redundansi pada struktur tahan gempa
Redundant didefinisikan oleh kamus sebagai: "memiliki lebih dari cukup,
berlebih atau berlebihan" Ketika diterapkan pada suatu struktur, itu berarti tata
letaknya (layout) diatur sedemikian rupa hingga memiliki sejumlah tumpuan, atau
komponen atau keduanya, yang lebih dari yang diperlukan untuk keseimbangan. Oleh
karena itu, redundant identik dengan statis tak tentu.
Dari sudut pandang desain tahan gempa, struktur yang redundant adalah struktur yang
memiliki banyak jalur resistansi. Jalur lintasan beban yang kontinu, atau jalur yang
memiliki kekuatan dan kekakuan yang memadai yang harus disediakan untuk
mentransfer semua gaya dari titik aplikasi awal ke titik resistensi terakhir.
Untuk struktur yang berespons dalam rentang nonlinier, redundansi memungkinkan
terjadinya distribusi ke elemen pendukung lainnya.
Ketentuan khusus redundansi pertamakali dikemukakan pada UBC 1997. Selanjutnya
penetapan faktor redundansi ρ dapat dilihat pada ASCE 7-16, 12.3.4-p.98.
steffietumilar@2019 148
Redundansi adalah karakteristik mendasar untuk menghasilkan kinerja yang baik
terhadap gempa, termasuk kinerja komponen struktur. Adanya redundansi pada
struktur bangunan tidak akan banyak mempengaruhi stabilitas lateral struktur
bila terjadi kegagalan pada sebagian koneksi atau komponen.
Redundansi dalam struktur tahan gempa berarti bahwa ada lebih dari satu jalan
untuk memikul tahanan (resistance) terhadap gaya lateral.
steffietumilar@2019 151
1. Stiffness and Strength
Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, dari sisi keamanan perlu direkomendasikan stffness
(kekakuan) dan strength (kekuatan) vertikal dan lateral yang memadai
2. Regularity
Karakteristik ini memperhatikan pergerakan gedung ketika didorong kearah lateral. Perencanaan berkeinginan
agar bangunan dapat bergerak bersamaan sehingga pendisipasian energi terjadi tanpa perlu membebani salah
satu sisi atau yang lainnya.
3. Redundancy
Redundansi merupakan salah satu sifat yang harus diperhatikan dalam memastikan sistem keamanan pada
struktur. Jadi, jika ada bagian dari struktur mengalami kerusakan maka struktur tidak langsung gagal atau
runtuh, karena akan terjadi redistribusi
4. Foundations
Struktur fondasi harus lebih kuat dari struktur atasnya. Perencanaan fondasi sangat tergantung pada seismic
design category, jenis tanah dan karakter gempanya
5. Jalur-Lintasan Beban
Seluruh komponen struktur harus saling terkoneksi dan hindari lintasan beban yang diskontinu yang
mengganggu
steffietumilar@2019 stabilitas bangunan. 152
Beam-Column Joint
Salah satu unsur yang sangat
penting agar tercapai interkoneksi
yang baik yang dapat menyatukan
seluruh komponen struktur
steffietumilar@2019 153
Rusak pada Beam-Column Joints
steffietumilar@2019 154
2 3
Beam-Column
Joint Failure
4
1
Tidak ada
sengkang pada
pertemuan
balok-kolom
steffietumilar@2019 156
3 3
Tidak ada
sengkang pada
pertemuan
balok-kolom
steffietumilar@2019 157
Short Column Effect
Salah satu unsur yang sering
terabaikan / diabaikan
steffietumilar@2019 158
Jenis kerusakan seperti ini
sering dijumpai pada
gedung parkir, gedung
sekolah, rumah sakit dan
gedung lain dimana
dipasang tembok pada
sebagian tinggi kolom.
Kerusakan jenis ini selalu
dijumpai pada setiap
kejadian gempa.
steffietumilar@2019 159
Short Column Effect
steffietumilar@2019 160
steffietumilar@2019 161
Soft Story, Short Column Effect and
Overturning
Parapet
Lihat slide
berikutnya
steffietumilar@2019 162
Parapet
steffietumilar@2019 163
Perencanaan Detailing pada Struktur Rangka
Penahan Gaya Lateral
steffietumilar@2019 167
SNI 2847-201X, Pasal 9.7.6.4 = SNI 2847-2013.ps.7.10.5
9.7.6.4 Dukungan lateral tulangan tekan (lateral support of compression reinforcement)
9.7.6.4.1 Tulangan transversal harus disediakan sepanjang bentang dimana tulangan tekan
longitudinal diperlukan. Dukungan lateral tulangan tekan longitudinal harus
disediakan sengkang tertutup atau sengkang tertutup sesuai 9.7.6.4.2 hingga
9.7.6.4.4.
9.7.6.4.2 Ukuran tulangan transversal harus sekurang-kurangnya a) atau b). Kawat ulir atau
jaring kawat las dengan luasan yang sama diperbolehkan.
a) D10 untuk tulangan longitudinal dengan diameter D32 atau lebih kecil
b) D13 untuk tulangan longitudinal dengan diameter D36 dan lebih besar dan
untuk bundel tulangan longitudinal.
9.7.6.4.3 Spasi tulangan transversal harus tidak melebihi sekurang-kurangnya a) hingga c):
a) 16db tulangan longitudinal
b) 48db tulangan transversal
c) Dimensi terkecil balok
9.7.6.4.4 Tulangan tekan longitudinal harus diatur sedemikian hingga tiap sudut dan
tulangan tekan bergantian harus dikelilingi oleh sudut tulangan transversal dengan
sudut tekuk tidak lebih dari 135 derajat, dan jarak bersih antar tulangan sengkang
tidak boleh melebihi 150 mm.
steffietumilar@2019 168
SNI 2847-201X, Pasal 25.7.2
25.7.2 Sengkang ikat
25.7.2.1 Sengkang ikat harus terdiri dari tulangan ulir berbentuk sengkang tertutup dengan spasi
sesuai ketentuan a) dan b):
Spasi bersih minimum (4/3)dagg
Spasi pusat ke pusat sengkang tidak melebihi nilai terkecil dari 16db tulangan
longitudinal, 48db sengkang ikat, dan dimensi terkecil komponen struktur
25.7.2.2 Diameter tulangan sengkang ikat harus memenuhi a) atau b):
a) D10 yang melingkari tulangan longitudinal D32 atau yang lebih kecil
b) D13 yang melingkari tulangan longitudinal D36 atau yang lebih besar atau bundel
tulangan longitudinal
25.7.2.2.1 Sebagai alternatif batang ulir, kawat ulir atau jaring kawat dengan luas tulangan yang
ekuivalen yang disyaratkan dalam 25.7.2.1 boleh digunakan selama memenuhi
persyaratan Tabel 20.2.2.4a.
25.7.2.3 Sengkang ikat persegi harus memenuhi a) dan b):
a) Setiap sudut dan tulangan longitudinal bersebelahan harus mempunyai tumpuan
lateral oleh sudut sengkang dengan sudut ujung sengkang ikat tidak lebih dari 135
derajat.
b) Tulangan yang tidak ditumpu harus berjarak lebih kecil dari 150 mm sepanjang
steffietumilar@2019 169
sengkang dari tumpuan lateralnya
SNI 2847-201X, ps.9.7.6.4.1-
ps.9.7.6.4.3 = ACI 318M-11,
ch, 7.10.5, p. 99-100 atau
SNI 2847-2013
R7.10.5 —………. TiesThe 1956 Code required “lateral support equivalent to that provided by
a 90-degree corner of a tie,” for every vertical bar. Tie requirements were liberalized in
1963 by increasing the permissible included angle from 90 to 135 degrees and
exempting bars that are located within 150 mm clear on each side along the tie from
adequately tied bars (see Fig. R7.10.5). ………. Since spliced bars and bundled bars
were not included in the tests of Reference 7.15, it is prudent to provide a set of ties at
each end of lap spliced bars, above and below end bearing splices, and at minimum
spacings immediately below sloping regions of offset bent bars. Standard tie hooks are
intended for use with deformed bars only, and should be staggered where possible. See
steffietumilar@2019 170
also 7.9.
SNI 2847-201X, ps.9.7.6.4.1- ps.9.7.6.4.3 = ACI 318M-11, ch, 7.10.5,
p. 99-100 atau SNI 2847-2013
steffietumilar@2019 171
6.2. Sistem Struktur Rangka Pemikul
Momen Menengah
(SRPMM)
Intermediate Moment Resisting Frame -
(IMRF)
steffietumilar@2019 175
SNI 2847-2013 ps.21.5.2.1
= SNI 2847-201X, ps.9.6.1.2,
steffietumilar@2019 176
SNI 2847-201X, ps.18.4.2.4 = SNI 2847-2013, ps.21.3.4.2
steffietumilar@2019 177
SNI 2847-201X, ps.9.6.1.2
= SNI2847-2013, ps.21.5.2.1
steffietumilar@2019
steffietumilar@2019 179
SNI 2847-201X– ps.15.2.2, ps.15.4.2.2) =
SNI 2847-2013, ps.21.3.5.5 ps.18.4.4.1
- 300 mm
steffietumilar@2019 181
S2 tidak melebihi:
- 16 X diameter
tul.longitudinal
- 48 X diameter tul.
Sengkang
- dimensi terkecil
penampang
steffietumilar@2019 184
Ref. The Reinforced Concrete
Design Handbook, 9th edition, SP
17-(14), Vol-1,p.359, ACI, 2015
steffietumilar@2019 185
steffietumilar@2019 186
Notes on ACI 318-11 Building Code Requirements for Structural Concrete, p.3-12
SNI 2847-201X. ps.18.4.5.2
steffietumilar@2019 187
ACI 318M-14. ch.18.4.5.3, p.274
steffietumilar@2019 188
6.3
Sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK)
Special Moment Resisting Frame
(SMRF)
steffietumilar@2019 193
SNI 2847-201X. ps. 18.6.3.1 =
SNI 2847-2013, ps.21.5.2.1
steffietumilar@2019 194
SNI 2847-201X ,ps.18.6 – Balok -
SRPMK
steffietumilar@2019 195
SNI 2847-201X,ps.18.6.4 – Balok
SRPMK
steffietumilar@2019 196
SNI 2847-201X,ps.18.6.4 –
Blok SRPMK
steffietumilar@2019 197
SNI 2847-201X,ps.18.6 – Balok - SRPMK
steffietumilar@2019 198
135° 135° 135° 90°
6db 6db
6db 6db
db
steffietumilar@2019
Detail sengkang dan kait untuk perencanaan seismik 199
SNI 2847-201X,ps.18.6.4 – Balok - SRPMK
Smax ≤ d/4
≤ 6db S ≤ d/2
≤ 150 mm Smax ≤ d/4
≤ 100 mm
≤ 50mm
≤ 50mm
≤ 50mm
≥2d Splice ≥2d ≥2d Splice
hoops Seismic hoops Seismic hoops hoops Seismic hoops
strirrups strirrups strirrups
≥2h ≥2h
steffietumilar@2019 205
(SNI 2847-201X– ps.9.7.6.4.4, ps.23.6.3.3, ps.25.7.2.3)
6.4 Pengekangan Kolom SRPMK
(ACI 318-14)
18.7.5.2.(f)
Ketika Pu > 0.3Agfc' atau fc’ > 70 MPa pada kolom dengan sengkang
pengekang, setiap batang atau bundel tulangan longitudinal di
sekeliling inti kolom harus memiliki tumpuan lateral yang diberikan
oleh sudut dari sengkang pengekang ataupun oleh kait gempa, dan
nilai hx tidak boleh lebih dari 200 mm. Pu harus merupakan gaya
tekan terbesar yang konsisten dengan kombinasi beban terfaktor
termasuk E.
steffietumilar@2019 206
steffietumilar@2019 207
“Seismic Design of Reinforced Concrete
Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015,
ch.12.6.4, p.501
steffietumilar@2019 208
SNI 2847-201X, ps.18.7.5.3
18.7.5.3 Spasi tulangan transversal tidak melebihi nilai terkecil dari
(a) hingga (c):
a) Seperempat (1/4) dimensi terkecil penampang kolom
b) Enam (6) kali diameter tulangan longitudinal terkecil
c) so, yang dihitung dengan
Nilai so tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu kurang dari 100
mm.
steffietumilar@2019 209
SNI 2847-201X, ps.18.7.5.4
ACI 318M-14, ch.18.7.5.4, p.283
18.7.5.4 Jumlah tulangan transversal harus sesuai Tabel 18.7.5.4.
Faktor kekuatan beton kf dan faktor keefektifan pengekangan kn
dihitung berdasarkan Pers. 18.7.5.4a dan 18.7.5.4b.
steffietumilar@2019 211
SNI 2847-201X, ps.18.7.5.4
nl = 10
′
Pakai yang lebih besar dari 0.45 𝑨𝒈 𝟏 𝒇𝒄 (𝒅)
𝑷𝒖 ≤ 𝟎. 𝟑𝟎𝑨𝒈 𝒇′𝒄 𝒅𝒂𝒏 𝑨𝒄𝒉 𝒇𝒚𝒕
(d) dan (e)
ρs 𝒇′𝒄 ≤ 𝟕𝟎 𝑴𝑷𝒂
0.12
𝒇′𝒄
(e)
Untuk sengkang lingkar 𝒇𝒚𝒕
atau sengkang spiral 𝑷𝒖 > 𝟎. 𝟑𝟎𝑨𝒈 𝒇′𝒄 𝒂𝒕𝒂𝒖 Pakai yang lebih besar dari 𝟎. 𝟑𝟓𝒌𝒇 𝑷𝒖 (f)
𝒇𝒚𝒕 𝑨𝒄𝒉
𝒇′𝒄 > 𝟕𝟎 𝑴𝑷𝒂 (d), (e) dan (f)
steffietumilar@2019 213
h
(SNI 2847-201X.ps.18.7.4.3,
s/2 ps.18.7.5.2)
ℓ0 ≥ h
≥ Hn /6
s ≥ 450 mm
≤ 150 mm
tension
s Splice Hn
Class A
s ≤ h/4
≤ 100 mm bengkokan ujung
tulangan 90 derajat
dipasang berseling
ℓ0
s/2
steffietumilar@2019 214
Persyaratan lokasi, jenis dan jarak dari berbagai jenis tulangan
transversal pada kolom untuk perencanaan seismik.
S2 tidak melebihi:
SNI 2847-201X - 6 X diameter
ps.18.7.4.3, ps.18.2.7, tul.longitudinal
ps.18.2.8, - 150 mm
S1 tidak boleh
melebihi: 6 X diam.
tul.lapangan
terkecil
- 1/4 dimensi terkecil
penampang
- 100 <S0<150mm
SNI 2847-201X,
ps.18.7.4.3,
ps.18.2.7,
ps.18.2.8
steffietumilar@2019 220
Ref. The Reinforced Concrete Design
Handbook, 9th edition, SP 17-(14), Vol1,
steffietumilar@2019 221
steffietumilar@2019 222
Sesuai SNI 2847-201X,
ps.18.7.5.2,ps.18.7.5.3, ps.18.7.5.4,
= ACI 318M-11, ch.21.6.4.2,
ch.21.6.4.3, ch.21.6.4.4,p.348,
steffietumilar@2019 223
Notes on ACI 318-11 Building Code Requirements
for Structural Concrete - PCA ch.21.6.4, p.29-27.
steffietumilar@2019 224
SNI 2847-201X, ps.25.5.1.3
steffietumilar@2019 226
18.10.6.2 Dinding atau pilar-pilar dinding dengan hw/ℓw ≥ 2,0 yang secara
efektif menerus dari dasar struktur hingga sisi paling atas dinding
dan didesain untuk mempunyai penampang kritis tunggal untuk
lentur dan beban aksial harus memenuhi (a) dan (b) atau harus
didesain sesuai 18.10.6.3.
a) Daerah tekan harus ditulangi dengan elemen batas khusus bila
steffietumilar@2019 228
Gambar R18.10.6.4.1 – Panjang penyaluran tulangan horizontal dinding dalam
steffietumilar@2019 229
elemen batas yang terkekang
(SNI 2847-201X- ps.18.10.2.1.)
steffietumilar@2019 231
(SNI 2847-201X-18.10.8.1)
(SNI 2847-201X-18.10.8.1)
steffietumilar@2019 232
(SNI 2847-201X- ps.18.10.4.1.)
(SNI 2847-201X-11.6.2)
(SNI 2847-201X-11.7.3.1
& 11.7.3.2)
(SNI 2847-201X- 18.10.4.3)
steffietumilar@2019 235
steffietumilar@2019
(SNI 2847-201X-18.10.6.2) 236
(SNI 2847-201X-18.10.6.4
& 25.4.10.2)
≤ Acvλ(1/12) 𝑓𝑐′
Tulagan
(MPa)
deformed atau
Precat wwR Any Any 0.0010 0.0010
(welded wire
reinforcement)
steffietumilar@2019 242
Gambar – Tulangan diagonal pada balok perangkai, sesuai SNI 2847-
steffietumilar@2019 201X, ps. R.18.10.7, detail-1 dan detail-2 243
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”,
J. Moehle, McGraw-Hill, 2015, ch.13.12.1, p.580
steffietumilar@2019 245
SNI 2847-201X, ps. R.18.10.7,
steffietumilar@2019 246
“Seismic Design of Reinforced Concrete
Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015,
ch.13.12.1, p.580
steffietumilar@2019 247
Page-☺☺ SNI 2847-201X, ps. R.18.10.6.4.2(a)
𝑨𝒔,𝒃𝒆 𝟐. 𝟖𝟎
≤ , 𝑴𝑷𝒂
𝑨𝒈,𝒃𝒆 𝒇𝒚
𝑨𝒔,𝒃𝒆 𝟐. 𝟖𝟎
> , 𝑴𝑷𝒂
𝑨𝒈,𝒃𝒆 𝒇𝒚
𝑙𝑤 Sepanjang tinggi:
𝐴 ≥ max 𝑀𝑢,𝑝𝑘
ℎ𝑤 𝑐 3
4 𝑉𝑢,𝑝𝑘 b ≥ 300 𝑚𝑚 𝑗𝑖𝑘𝑎 ≥ 2 𝑑𝑎𝑛 𝑙 ≥
𝑙𝑤 𝑤 8
steffietumilar@2019 248
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”, J. Moehle,
McGraw-Hill, 2015, ch.13.8,4, p.570
steffietumilar@2019 249
𝜎 > 0.2𝑓𝑐′ 𝜎 < 0.15𝑓𝑐′
elemen pembatas 𝑨𝒔,𝒃𝒆 𝟐. 𝟖𝟎
≤ , 𝑴𝑷𝒂
khusus dibutuhkan 𝑨𝒈,𝒃𝒆 𝒇𝒚
ties tidak dibutuhkan
𝜎 < 0.15𝑓𝑐′
𝑨𝒔,𝒃𝒆 𝟐. 𝟖𝟎
> , 𝑴𝑷𝒂
𝑨𝒈,𝒃𝒆 𝒇𝒚
elemen pembatas
biasa dibutuhkan
𝜎 ≤ 0.2𝑓𝑐′
𝑨𝒔,𝒃𝒆 𝟐. 𝟖𝟎 2
𝑨𝒈,𝒃𝒆
>
𝒇𝒚
, 𝑴𝑷𝒂𝐴 = 𝜋𝑟 𝜎 > 0.2𝑓𝑐′ sepanjang tinggi:
elemen pembatas
elemen pembatas
khusus dibutuhkan
biasa dibutuhkan
“Seismic Design of Reinforced Concrete
SNI 2847-201X, ps. R.18.10.6.4.2(a) Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015,
ch.13.9, p.572
Catatan: Elemen pembatas khusus dibutuhkan bila 𝜎 > 0.2𝑓𝑐′ ,dan diteruskan sampai 𝜎 < 0.15𝑓𝑐′
Kebutuhan elemen pembatas dinding yang direncanakan berdasarkan Stress-Based method. Sketsa diatas untuk
squat wall, tetapi ketentuan yang sama juga berlaku untuk dinding langsing (slender walls). Untuk tulangan
extension ke fondasi dapat dilihat pada slide sebelumnya diatas ( Page-☺☺ ). Untuk detail tulangan elemen
steffietumilar@2019 250
pembatas dinding biasa dan khusus dapat dilihat pada slide sebelumnya diatas ( Page-☺ )
Detail penulangan konvensional dari balok perangkai
steffietumilar@2019 251
6.6. Joint pada Frame
steffietumilar@2019 252
steffietumilar@2019 253
Gempa Palu 2018 – Hotel
Mercure Palu, Kegagalan
pada Beam-Column Joint
Tidak terlihat sengkang
pengekang
steffietumilar@2019 254
Gempa Palu 2018 –
Hotel Mercure Palu,
Kegagalan pada Beam-
Column Joint
Tidak terlihat sengkang
pengekang
steffietumilar@2019 255
• Kegagalan pada Beam-Column Joint
• Tidak terdapat sengkang Pengekang
steffietumilar@2019 256
SNI 2847-201X, ps.18.8.2.3
Lokasi dan ketentuan dimensi untuk tulangan lurus, kait dan berkepala
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015, ch.9.6.4, p.367
steffietumilar@2019 257
Requirements dari ASTM A970,
Class HA headed bars.
steffietumilar@2019 258
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015, ch.9.6.4, p.368
steffietumilar@2019 259
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”, J. Moehle, McGraw-Hill, 2015, ch.9.6.4, p.366
steffietumilar@2019 260
Gempa Palu 2018, RSUD
Kegagalan pada perencanaan Anutapura, Beam-Column Joint
tulangan kolom, konsep SCWB tanpa tulangan sengkang
tidak tercapai pengekang
steffietumilar@2019 261
7. Diaphragma
steffietumilar@2019 262
Diaphragma dan kolektor
1. Material beton dan baja tulangan
Kuat tekan beton untuk diaphragma dan kolektor penahan
gaya lateral minimum adalah fc’-17 MPa (SNI 2847-201X,
ps. 19.2.1.1) dan untuk baja tulangan longitudinal dan
transversal dibatasi maksimum 420 MPa (SNI 2847-201X,
ps.12.5.1.5).
2. Tebal minimum pelat diaphragma harus mengikuti
ketentuan SNI 2847-201X, ps.7.3.1 untuk pelat satu arah
dan SNI 2847-201X, ps.8.3.1 untuk pelat dua arah. Tebal
diaphragma tersebut harus mampu menahan in-plane
moment, shear(geser), dan gaya aksial (SNI 2847-201X,
ps.12.5.2, dan ps.12.5.2.3).
steffietumilar@2019 263
steffietumilar@2019 264
steffietumilar@2019 265
steffietumilar@2019 266
steffietumilar@2019 267
steffietumilar@2019 268
steffietumilar@2019 269
steffietumilar@2019 270
steffietumilar@2019 271
steffietumilar@2019 272
steffietumilar@2019 277
SNI 2847-201X-ps 18.13-Fondasi
(SNI 2847-201X-ps.18.7.5.2,
ps.18.7.5.4)
(SNI 2847-201X-ps.18.13.2.2)
steffietumilar@2019 278
“Seismic Design of Reinforced
Concrete Buildings”, J. Moehle,
McGraw-Hill, 2015, ch.16.6.5,
p.696
steffietumilar@2019 279
“Seismic Design of Reinforced
Concrete Buildings”, J. Moehle,
McGraw-Hill, 2015, ch.
steffietumilar@2019 280
SNI 2847-201X-ps.18.7.5.6
steffietumilar@2019 281
“Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”,
steffietumilar@2019 J. Moehle, McGraw-Hill, 2015, ch.16.7.3, p.701. 282
ρ𝑖 ≥ 0.005
steffietumilar@2019 283
Daftar Pustaka:
1. SNI 2847:2013, “Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung” ICS
91.080.40, Badan Standardisasi Nasional, 2013
2. Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318M-11) An ACI
Standard and Commentary, ACI (American Concrete Institute), 2011
3. Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318M-14) and
Commentary (ACI 318RM-14), ACI (American Concrete Institute), 2015
4. Notes on ACI 318-11 Building Code Requirements, PCA (Portland Cement
Association), 2013
5. ACI SP 66-04, “Detailing Manual-2004”, ACI (American Concrete Institute),
2004
6. ACI SP 17 (14) , “An ACI Handbook The Reinforced Concrete Design
Handbook A Companion to ACI 318-14, Vol-1”, ACI (American Concrete
Institute), 2015
7. ACI 314R-16, “Guide to Simplified Design for Reinforced Concrete Buildings
(For Buildings of Limited Size and Height, based on ACI 318-14 and ACI
IPS-1, “Essential Requirements for Reinforced Concrete Buildings”), 2016
steffietumilar@2019 284
Daftar Pustaka - Lanjutan:
8. David A Fanella, “Seismic Detailing of Concrete Buildings” - PCA (prtland
Cement Association), 2nd Edition, 2007
9. David A Fanella, “Reinforced Concrete Structures Analysis and Design”,
McGraw-Hill, 2011
10.Bungale S Taranath, “Reinforced Concrete Design of Tall Buildings”, ICC,
CRC Press, CRSI, 2010
11.M N Hassoun and A A Manaseer,” Structural Concrete Theory and Design”,
6th Edition, John Wiley & Sons, Inc. 2015
12.CRSI Design Handbok 2008, 10th Edition. CRSI (Conrete Reinforcing Steel
Institute), 2008
13. James K Wight, “Reinforced Concrete Mechanics and Design”, 7 th Edition,
Pearson Education, Inc, 2016
14. Jack Moehle, “Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings”, McGraw-
Hill, 2015
15. Neal S. Anderson, “The Reorganized ACI 318 14 Code - Are You Ready?
16. The Reorganized ACI 318-14 Code, Benefits, Rationale and Availability
steffietumilar@2019 285
Louisiana Civil Eng. Conference & Show, September 25, 2013
steffietumilar@2019 286
Topik Tambahan – Brick Masonry Houses Performance
During Earthquakes
steffietumilar@2019 287
Reading Material :
Paulay,T., and Priestley,M.J.N., (1992), Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings, John Wiley & Sons, USA
steffietumilar@2019 288
Brick Masonry Houses harus memiliki konfigurasi
struktur yang sederhana (simple)
steffietumilar@2019 289
Reading Material :
IS 1905, (1987), Indian Standard Code of Practice for Structural Use of
Unreinforced Masonry, Bureau of Indian Standards, New Delhi IS 42326,
(1993),
Indian Standard Code of Practice for Earthquake Resistant Design and
Construction of Buildings, Bureau of Indian Standards, New Delhi IS
13828, (1993),
Indian Standard Guidelines for Improving Earthquake Resistance of Low-
strength Masonry Buildings, Bureau of Indian Standards, New Delhi
steffietumilar@2019 290
Tomazevic,M., (1999), Earthquake Resistant Design of Masonry Buildings,
Imperial College Press, UK
Horizontal Bands Diperlukan pada
Masonry Buildings
steffietumilar@2019 291
steffietumilar@2019 292
Reading Material: IAEE, (1986), Guidelines for Earthquake Resistant Non-Engineered Construction, International
Association for Earthquake Engineering, Tokyo, available on www.nicee.org
Pada Masonry buildings yang
baik dibutuhkan tulangan vertikal
steffietumilar@2019 293
steffietumilar@2019 294
Reading Material :
Amrose,J., (1991), Simplified
Design of Masonry Structures,
John Wiley & Sons, Inc., USA