Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Patofisiologi
1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat pemaparan
allergen. Alergen yang masuk tubih melalui saluran pernafasan, kulit, saluran
pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya akan
merangsang pembentukan IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena
kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel
eosinofil ,makrofag dan trombosit juga memiliki resepotor untuk IgE tetapi
dengan afinitas yang lemah. Orangyang sudah memiliki sel-sel mastosit dan
basofil dengan IgE pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan
gejala.Orang tersebut sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah
ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan tersebut akan menimbulkan
influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel
.Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator
yang sudah terkandung dalam granul-granul(preformed ) di dalam sitoplasma
yang mempunyai sifat biologic,yaitu histamin, Eosinofil Chemotactic Factor
A(ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang
segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut
( konstriksi) bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang rendah yang
pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa, misalnya polusi,
asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan lainnya baik yang berupa iritan
maupun bukan iritan. Dewasa ini telah diketahui bahwa hiperaktifitas bronkus
disebabakan oleh inflamasi brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama
eosinofil ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien
asma bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas
berhubungan dengan derajat berat penyakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma dianggap secara klinik
sebagai penyakit bronkospasme yang reversible, secara patofisiologik sebagai
suatu hiperreaksi bronkus dan secara patologik sebagai suatu peradangan saluran
nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya ,infiltrasi sel
radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang menyebabkan getaran
silia dan mukus diatasnya sehingga salah satu daya pertahanan saluran nafas
menjadi tidak berfungsi lagi . Ditemukan pula pada pasien asma bronchiale
adanya penyumbatan saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang
bronkus.
Akibat dari bronkospasme, oedema mukosa dan dinding bronkus serta
hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkus dan percabangannya
sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas berbunyi (wheezing) dan batuk
yang produktif.
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu
keadaan stress yang akan merangsang HPA axis.HPA axis yang terangsang akan
meningkatkan adeno corticotropik hormone (ACTH) dan kadar kortisol dalam
darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA) . Penurunan IgA menyebabkan
kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang direspon tubuh sebagai
suatu bentuk inflamasi pada bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.
2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)
Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena pemaparan
allergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran
nafas atas ,olah raga atau kegiatan jasmani yang berat ,serta tekanan jiwa atau
stress psikologik. Serangan asma terjadi akibat ganguan saraf otonom terutama
gangguan saraf simpatis yaitu blockade adrenergic beta dan hiperreaktifitas
adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma aktifitas adrenergic alfa diduga
meningkat yang mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak
nafas.
Penyebab:
-Alergen
-Non allergen/idiopatik:
Common cold,infeksi
traktus Kontak terhadap tubuh
respiratorius,emosi,
latihan, dehidrasi,iritan
non spesifik Pembentukan antibody(IgE)
-Hipersensitif terhadap
penisilin
Ikatan antigen & antibody
Bersihan
jalan nafas Resiko
tidak efektif tinggi
infeksi
Kelemahan fisik
Intoleransi
aktivitas
2.1.5 Klasifikasi
A. Klasifikasi derajat asma
DERAJAT ASMA GEJALA GEJALA MALAM FUNGSI PARU
INTERMITEN -Gejala <1x /minggu < 2 kali sebulan APE > 80%
Mingguan -Tanpa gejala diluar serangan
-Serangan singkat
-Fungsi paru asimtomatik dan
normal luar serangan
PERSISTEN RINGAN -Gejala >1x minggu tapi <1x / > 2 kali seminggu APE > 80 %
Mingguan hari Normal
-Serangan dapat mengganggu
aktivitas dan tidur
PERSISTEN -Gejala harian > sekali seminggu APE >60 % tetapi < 80 %
SEDANG -Menggunakan obat setiap hari Normal
Harian -Serangan mengganggu aktivitas
dan tidur
-Serangan 2x / minggu, bisa
berhari-hari
PERSISTEN BERAT -Gejala terus menerus Sering APE < 80%
Kontinu -Aktivitas fisik terbatas Normal
-Sering serangan
2.1.7 Penatalaksanaan
Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas elrgi udara
dingin, dan factor pesikis gunakan obat local seperti aminofilin atau kortikosteroid
inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat anti asma modern umumnya
tidak berpengaruh negative terhadap janin selama di gunakan sesuai dengan
anjuran dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin
akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu
oksigenisasi pada janin tersebut.
Pada status asmatikus dengan dengan gagal nafas, jika setelah pengobatan
intensif selama 30-60 menit tidak terjadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi.
Berikan antibiotik bila terdapat dugaan terjadi infeksi.
Upayakan persalinan secara spontan. Namun, bila pada pasien berada dalam
serangan, lakukan ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesarea atas indikasi asma
jarang au tak pernah dilakukan. Teruskan pengobatan regular asma selama proses
kelahiran. Jangan diberikan analgesic yang mengandung histamine, tapi pilihlah
morfin atau analgesic epidural.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. Kaji
riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan, kaji riwayat
pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas. Adanya penurunan
kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan.
3. Aktivitas sehari-hari Tidur dalam posisi duduk tinggi.
4. Pernapasan.
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. Napas
memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. Menggunakan obat bantu
pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung. Adanya bunyi napas
mengi.Adanya batuk berulang.
5. Sirkulasi.
Adanya peningkatan tekanan darah. Adanya peningkatan frekuensi jantunng.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan atau
berkeringat.
6. Integritas ego berupa Ansietas, Ketakutan, Peka rangsangan, Gelisah
7. Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan, Penurunan berat
badan karena anoreksia.
8. Hubungan social
Keterbatasan mobilitas fisik, Susah bicara atau bicara terbata-bata, Adanya
ketergantungan pada orang lain.
-Mengencerkan sekret.
-Mengetahui adekuatnya
suplai O2 ke paru-paru dan
-Observasi tanda vital, dan jaringan
warna membrane mukosa kulit
-Mempertahankan suplai O2
saat terjadi gagal nafas
-Kolaboratif tindakan intubasi
dan ventilasi mekanik bila perlu
3.Pola nafas tidak efektif b/d Setelah diberi tindakan -Observasi perubahan pada RR -Menentukan adekuatnya
bronkospasme perawatan selama 3x24 jam dan dalamnya pernafasan pola nafas yang berefek pada
pola nafas pasien efektif, suplai O2 yang masuk
dengan KE:
-Tanda-tanda vital dalam -Suplai O2 yang cukup akan
batas normal -Atur pemberian oksigen mengurangi kerja pernafasan
-Tidak terjadi sianosis dan
tanda hipoksia -Memfasilitasi pernafasan
-Bunyi nafas bersih yang dalam sehingga O2
-Dorong nafas dalam perlahan yang masuk lebih banyak
atau nafas bibir sesuai -Meningkatkan diameter jalan
kemampuan nafas sehingga mengurangi
kerja pernafasan
-Beri bronkodilator sesuai
therapy -Mengetahui adekuatnya
suplai O2 ke paru-paru dan
jaringan
-Mengoptimalkan kontraksi
-Observasi tanda vital, dan diafragma
warna membrane mukosa kulit
4.Intoleransi aktivitas b/d Setelah diberi tindakan -Evaluasi respon pasien terhadap -Menentukan kemampuan
kelemahan fisik perawatan selama 3x24 jam aktivitas pasien dalam melakukan
pasien menunjukkan aktivitas
peningkatan toleransi
terhadap aktivitas, dengan -Catat adanya dispnea, -Menentukan periode istirahat
KE: peningkatan kelelahan dan pasien dan aktivitas yang
-Pasien dapat dan mau perubahan tanda vital selama menimbulkan kelelahan
melakukan aktivitas sesuai dan setelah aktivitas. pasien.
kemampuannya
-Tanda tanda vital dalam -Berikan kepada pasien aktivitas
batas normal sesuai kemampuannya -Memenuhi kebutuhan pasien
tanpa menimbulkan kelelahan
7. Gangguan istirahat dan Setelah diberikan tindakan -Ciptakan lingkungan yang -Suasana tenang dan
tidur b/d sesak nafas perawatan 2x 24 jam nyaman dan batasi pengunjung pemakaian O2 ruangan tidak
kebutuhan istirahat dan tidur berbagi sehingga os bisa
pasien terpenuhi dengan KE : istirahat
-Os mengatakan sudah dapat
tidur -Beri KIE pentingnya tidur -Os mau untuk istirahat dan
-Os mengatakan sesak untuk pemulihan tidur
berkurang
-Retraksi otot dada -Delegatif pemberian teraphy -Melonggarkan jalan nafas
berkurang sesuai dosis dan sesak berkurang
-RR 16- 24 x/ menit
-Suplai O2 meningkat
-Delegatif pemberian O2 sehingga sesak berkurang
8.Kurang pengetahuan b/d Setelah diberikan tindakan -Beri KIE tentang pengertian -Os tahu tentang sakitnya dan
kurang informasi perawatan 2 x 30 menit dan penyebab / pencetus dari tahu faktor penyebab /
pengetahuan pasien penyakit pencetus penyakit
bertambah dengan KE :
-Os tahu tentang penyakitnya -Beri KIE cara menghindari - Os tahu dan bisa
-Os tahu penyebab/ pencetus kekambuhan seperti: menghindari faktor pencetus
penyakit menghindari cuaca dingin dan kambuh
-Os tahu cara menghindari debu, memakai baju penghangat
kekambuhan dan masker hidung, mengurangi
aktivitas / latihan berlebih.
9 Resiko tinggi infeksi b/d Setelah diberi tindakan -Kaji batuk dan pengeluaran -Mengetahui pengurangan
peningkatan produksi mukus perawatan 3 x 24 jam pasien dahak selama 24 jam produksi mukus
tidak mengalami infeksi
dengan KE: -Observasi perubahan warna -Dahak purulen tanda infeksi
-Batuk dan dahak berkurang dahak
-Tidak ada dahak purulen -Mengetahui tanda- tanda
- Vital sign dalam batas -Cek vital sign infeksi
normal
- Dahak encer sehingga
-Anjurkan minum air putih 2-3 mudah keluar
liter/ hari -Kuman penyakit tidak bisa
berkembang biak sehingga
-Delegatif pemberian antibiotika tidak terjadi infeksi.
3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Serelah melaksanakan
tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di
mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih
jarang telah disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-
1% dari seluruh kehamilan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri,
2008).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu
(smeltzer, suzanne c,2002).
Biasanya pada asma diagnosa yang pertama kali muncul adalah klien
merasakan sesak nafas yang berhubungan dengan proses penyakit. Sebab pada
saat pengkajian pada pasien asma ditemukan bahwa pasien merasa susah dalam
bernafas, berkeringat, anoreksia dan sulit dikeluarkan.
4.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/i Poltekkes
Kemenkes Aceh terutama jurusan keperawatan dapat memahami konsep teori
asuhan keperawatan dari asma.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif ,dkk (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta : Media
Aesculapius.
Silvia A Price ,(1995) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8. Jakarta :
EGC
Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Edisi Pertama.
Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu. Jakarta.
Media Aesculapius.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran.
Noer, Sjaifoellah. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
BAB 1
PENDAHULUAN