Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh:
Tingkat IIA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang pengkajian keperawatan pasien
Tuberculosis (TBC).
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahuipengakajian pada pasien Tuberculosis.
.
BAB II
2.1 Definisi
Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkimparu–
paru, disebabkan oleh Mycobacterium tubercolosis. Penyakit ini dapat juga
menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dana nodus limfe.
Tubercolosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu :
A. Tubercolosis primer
Tuberculosis primer jika terjadi pada infeksi yang pertama
kali.Tuberkulosis primer merupakan infeksi bakteri TB dari penderita yang
belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB
terihirup dari udara melalu saluran pernafasan dan mencapai alveoli atau
bagian terminal saluran pernafasan, maka bakteri akan ditangkap dan
dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini,
bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang
biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan akan menghacurkan
makrofag. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang menarik
monosit (makrofag) dari aliran darah membentuk tuberkel. Sebelum
menghancurkan bakteri, makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh
limfokin yang dihasilkan oleh limfosit T.
Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama.
Ada makrofag yang berfungsi sebagai pembunuh, pencerna bakteri, dan
perangsang limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease, elastase,
kolagenase, serta colony stimulating factor untuk merangsang produksi
monosit dan granulosit pada sumsung tulang. Bakteri TB menyebar melalui
saluran pernafasan ke kelenjar getah bening regional (hilus) membentuk
epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat
timbulnya hipesensitivitas seluler (delayed hipersensivitas) terhadap bakteri
TB. Hal ini terjadi 2-4 minggu dan aka terlihat pada tes tuberkulin.
Hipesnsivitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan
makrofag.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentyk fokus lokal (fokus
Ghon), sedangkan fokus inisial bersama – sama dengan limdenopati
bertempat di hilus (kompleks primer ranks) dan disebut jugaTB primer.
Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral dengan subpleura terletak
diatas atau dibawah fisura interlobaris, atau dibagian basal dari lobus inferior.
Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan
akan tersangkut pada berbagai organ. Jadi, TB primer merupakan infeksi
yang bersifat sistemis.
B. Tubercolosis sekunder
Kuman yang dorma pada tuberkolosis primer akan aktif setelah bertahun –
tahun kemudian sebagian infeksi endogen menjadi tuberkolosis dewasa.
Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas, misalnya pada
malnutrisi, penggunaan alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal
ginjal.
Setelah terjadi dari resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB
masih hidup dalam keadaan dorman dijaringan parut.sebanyak 90%
diantaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB (TB pasca
primer/Tb sekunder) terjadi bila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme,
keganasan, silikosis, diabetes melitus, dan AIDS.
Berbeda dengan TB primer, TB sekunder kelenjar limfe regional dan
kelenjar lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi
imunologi terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip yang terjadi
dengan TB primer. Tetapi, nekrosis jaringan lebih menyolok dan
menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuberkuloma.
Protease yang dikeluarkan oleh makrofag atif akan menyebabkan pelunakan
bhan kaseosa. Secara umum, dapat dikatakan bahwa dapat terbentuknya
kavitas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder adalah akibat dari reaksi
nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler (delayed
hipersensivitas).
TB paru pascaprimer dapat disebabkan oleh infeksi lanjtan dari sumber
eksogen , terutama pada usia tua dengan riwayat semasa muda pernah
terinfeksi bakteri TB. Biasanya, hal ini terjadi pada daerah apikal atau
segemen posterior lobus superior (fokus simon), 10-20 mm dari pleura dan
segmen apikal lobus inferior. Hal ini mungkin disebabkan ole kadar oksigen
yang tinggi didaerah ini sehingga menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri
TB.
Lesi sekunder dapt berkaitan dengan kerusakan paru. Kerusakan paru
dapat diakibatkan oleh produksi sitokin (tumor necroting factor) yang
berlebihan. Kavitas yang terjadi diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan
berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan
fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada kavitas yang kronis adalah
kolonisasi jamur seperti aspergillus yang menumbuhkan mycetoma.
a. Klasifikasi tuberkulosis dari sistem lama
1. Pembagian secara patologis
- Tuberkolosis primer (Childhood tuberculosis)
- Tuberculosis post primer adult tuberculosis
2. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkolosis paru (koch
pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang
menyembuhkan)
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
- Tuberculosis minimal
- Moderately Advanced tuberculosis
- Far Advanced tuberculosis
b. Klasifikasi menurut American thoracic Society
1. Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat
kontak negatif, tes tuberkulin negatif.
2. Kategori 1 : Terpajan tuberkolosis, tapi tidak ada bukti infeksi.
Disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
3. Kategori 2 : Terinfeksi tuberkolosis, tetapi tidak sakit. Tes
tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif.
4. Kategori 3 : Terinfeksi tuberkolosis dan sakit.
c. Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis
dan makrobiologis:
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam:
- TB tersangka yang diobati sputum BTA (-) tetapi tanda-tanda lain
positif
- TB tersangka yang tidak diobati sputum BTA negatif dan tanda-
tanda lain juga meragukan
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycrobacterium tubercolosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan
sinar ultraviolet. ada dua macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human
dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di
udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi
bisa bila menghirupnya. (Wim De Jong).
Bakteri atau kuman mycrobacterium tuberculosis berbentuk batang. Sebagian
besar kuman berbentuk lemak/lipid, sehingga kuman tahan teradap asam dan
tahan terhadap bahan kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan
oksigen yang tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi
pada penyakit tubercolosis. Penuluran utama pada TB adalah oleh bakteri yang
terdapat dalam droplet yang dikeluarkan penderita sewaktu batuk, bersin, bahkan
bicara.
Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
sampai bertahun-tahun. (Patrick davey).
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat empat fase: (Wim De Jong)
1. Fase 1 (fase tuberkolosis primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten): fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun / seumur
hidup) dan reaktivitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,
dan bisa di tulang panjang, vertebra, Tuba Fallopi, otak, kelenjar limfe hilus,
leher dan ginjal.
4. Fase 4: dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke
organ yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru.
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 34th
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Umur : 42th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan Utama Datang ke RS
Pasien mengatakan batuk berdahak selama 3 bulan, sesak nafas.
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak
c. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk disertai sputum, keluar
keringat dingin pada malam hari, nafsu makan menurun dan panas,
kemudian pasien masuk ke rs di IRD pada tanggal 27 april 2010 dan
ditempatkan di ruang dahlia deengan tangan sebelah kiri dipasang
infus d 5 drip amiono 2 tetes.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan 3 bulan batuk disertai sesak dan pernah
menjalani pengobatan di puskesmas jeru kemudian dibawa ke rsud dr.
Koesma dan sebelumnya pernah menderita seperti yang di deritanya
saat ini.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita
penyakit seperti yang dideritanya seperti sekarang.
3. Pola Fungsi Kesehatan
f. Riwayat psikologi dan spriritual
Psikologi
- Rumah : hubungan pasien dengan keluarga, tetangga dan
masyarakat sekitanya baik.
- Rumah sakit : pasien berhubungan baik dengan keluarga yang
mendampinginya tetapi kurang tanggap terhadap informasi
yang diberikan
Spiritual
- Rumah : pasien beragama islam, rutin menjalankan solat 5
waktu
- Rumah sakit : pasien tidak melaksanakan solat 5 waktu karena
badannya masih lemah dan hanya berdo’a agar cepat sembuh
dari penyakit yang diderita sekarang.
g. Pola aktivitas sehari –hari
Pola Nutrisi
- Rumah : pasien mengatakan 3x sehari dan habis 1 porsi
dengan menu sayur mayur, nasi, dan lauk pauk serta tidak ada
pantangan, pasien minum 5-6 gelas air dalam 24 jam/hari
1200L.
- Rumah sakit : pasien hanya mengahabiskan ½ porsi makan
dari jatah rumah sakit karena nafsu makan menurun dan pasien
merasa sesak, pasien minum habis 4 gelas/hari kurang lebih
800L dan mendapat terapi infus D5 drip amino 21 tetes.
Aktivitas kerja dan latihan
- Rumah : pasien mengatakan pernah menjadi TKW dan pulang
kerumah sebagai IRT, biasanya pasien dirumah melakukan
aktivitas seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah
sebelum akhirnya masuk rumah sakit.
- Rumah sakit :
ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan/minum * 0: mandiri
Ambulasi *
Pola istirahat
- Rumah : pasien tidur 7-8 jam/hari dari jam 21.00 – 05.00
WIB dan sebelum tidur pasien mempunyai kebiasaan
menonton TV dan minum susu
- Rumah sakit : pasien tidur 5-6 jam/hari dari jam 23.00-05.00
WIB, terbangun jika pasien merasa haus dan mendengar suara
keluarga pasien lain.
Pola eliminasi
- Rumah : pasien mengatakan BAB 2x sehari dan BAK 3-4x
sehari
- Rumah sakit : pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 3x
sehari
Pola kebersihan diri
- Rumah : pasien mandi gosok gigi 2x sehari dan kramas 3x
sehari
- Rumah sakit : pasien hanya disasbun 1x/hari pagi mengganti
pakaian 2x/hari belum kramas dan gosok gigi
Pola seksualitas
- Rumah : pasien biasa melakukan hubungan seksual 2x
dalam seminggu dan tidak pernah mengalami gangguan
seksual.
- Rumah sakit : pasien tidak pernah melakukn hubungan
seksual, karena keadaan yang tidak memungkinkan .
Pola nilai keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan mneganut agama islam dab
mempunyai keeyakinan bahwa penyakitnya adalah cobaan dari
tuhan.
Manajemen koping
- Rumah : pasien biasanya menyelesaikan masalah dengan
anak dan isrinya dengan musyawarah
- Rumah sakit : masalah diselesaikan degn keluarga
Kognitif perceptual
- Rumah : pasien menganggap sembuh atau tidaknya
penyakit sudah ada yang ngatur
- Rumah sakit : pasien cemas terhadap penyakitnya yang tidak
sembuh – sembuh.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
GCS : 4-5-6
BB : 42 kg
TB : 165cm
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
RR : 32x/menit
Suhu : 38’C
b. Head To Toe
1) Kepala
Inspeksi : pertumbuhan rambut merata, bentuk kepala simetris,
rambut tidak beruban, kulit kepala kotor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala.
2) Mata
Inspeksi : kedua mata tampak simetris, konjungtiva merah muda,
anamnesis (-), pupil dapat merangsang cahaya, sklera putih jernih,
kulit disekitar mata kehitaman.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah mata, bulu mata bersih
dan tidak mudah rontok
3) Hidung
Inspeksi : kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, terpasang O2
kanul sebanyak 2 L/menit, tampak simetris, mukosa hiung
kemerahan, tidak ada tanda peradangan
4) Telinga
Inspeksi : tidak dapat serumen, kedua telinga tampak simetris
Palpasi : tidakada nyeri tekan
5) Mulut :
Inpeksi : mukosa bibir kering, lidah tidak kotor, ada gigi yang
berlubang, tidak ada pembengkakan tonsil.
6) Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tulang leher
tampak simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada keluhan nyeri
tekan
7) Thorax
- Paru – paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, terdapat penarikan interkosta saat
inspirasi, jumlah 32x/menit
Palpasi : saat vocal fremitus teraba sama pada semua lapang paru.
Tidak ada nyeri tekan + +
Tidak ada nyeri tekan + +
5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pada pemeriksaan mikroskopis dakhak ditemukan BTA +.
2. Pemeriksaan Radiologi
- Ditemukan tanda – tanda lendir dibagian atas paru (infiltrat)
- Carakan vaskuler meningkat disekitar branchus
- Kadang – kadang ditemukan rongga pada alveolus paru (cavitas)
3. Terapi Medik
Dosis obat antituberkulosis
Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu
Umur : 34 th
No. RM : 533267
Do : terdengar suara
tambahan whezing px
tampak lemas terdapat Infeksi saluran
TTV:
Frekuensi Pernapasan :
32x/menit
Suhu : 38,4oC
Penyempitan lumen
indo bronkus
wheezing
Do : Pasien tampak
lemah, kulit teraba
panas, mukosa kering. Filtrasi sel radang
TTV :
32x/menit
Suhu : 38,4oC
Do : Pasien mengatakan
nafsu makn menurun
Do : pasien tampak Perubahan status
lemah, bibir tampak
kering
kesehatan
Ansietas
Cemas
Peningkatan asam
lambung
Mual/muntah
Anoreksia
Intake in adekuat
3.3 Rencana keperawatan
Umur : 34 th
No.RM : 533267
5. Membantu
terapi yang tepat
Berat badan
bertambah.
Nafsu makan
meningkat
TTV :
- Tekanan Darah
= 120/80 mmHg
- Suhu = 36,5°C -
37,5°C
- Nadi =
80×/menit
Umur : 34th
No.RM : 533267
Bronkodilator
Antitusif
Kostikosterid
5. Menciptakan
lingkungan aman dan
nyaman
5. Memberikan hasil
kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
antipiretik
4. Menyelidiki anoreksia
atau mual muntah
3.5 CatatanPerkembangan
P : rencana dihentikan
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
P : Rencana dilanjutkan
3.5 Evaluasi Hasil
Umur : 34 th
No.RM : 533267
4.2 Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan
dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Yogyakarta: Mediactoin.
https://www.scribd.com/doc/308316948/Laporan-Kasus-TBC-dewasa