Sunteți pe pagina 1din 14

PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN, SUMBER DAYA MANUSIA, BIROKRASI

DAN PERATURAN TERHADAP PENYERAPAN ANGGARAN TERKAIT


PENGADAAN BARANG/JASA
Bramastyasa Gilang Pradata
Sultan Agung Islamic University
bram.gilang@gmail.com

Luluk M.Ifada
Sultan Agung Islamic University
lulukmi_msi@yahoo.co.id

Abstract
This study aims to investigate and examine the influence budget planning, human resources,
environmental bureaucracy, knowledge of regulatory on budget absoption related to the procurement of
goods/services. Institusional theory is used to explain the decision making in public organizations to
absorb the budgdet related to the procurement of goods/services. The samples in this study is employees
related to the procurement of goods/services at 50 SKPD in the area province of Central Java and
examined the regressional relationships of those five constructs. The results of quantitative analysis in
this study showed that budget planning, human resouces, environmental bureaucracy and knowledge of
regulatory have positive effect on the budget absorption related to the procurement of goods/services.
However, human resouces do not significantly influence the absorption of the budget related to the
procurement of goods/services. By analysing various literatures review on budget planning, human
resources, environmental bureaucracy, and knowledge of regulatory, the findings of this study offer a
unique analysis about budget planning, human resources, environmental bureaucracy, and knowledge of
regulatory as well as their impacts on budget absoption related to the procurement of goods/services on
SKPD in the area province of Central Java. Conceptual discussions and empirical results have extend
previous research about contextual factors such as knowledge of regulatory, management commitment,
and environmental bureaucracy on budget absorption related to the procurement of goods/services.

Keywords: Budget planning, human resources, environmental bureaucrac, knowledge regulatory and
budget absoption related to the procurement of goods/services.

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan menguji pengaruh perencanaan anggaran, sumber
daya manusia, lingkungan birokrasi dan pengetahuan peraturan terhadap penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa. Teori institusional digunakan untuk menjelaskan pengambilan keputusan dalam
organisasi publik untuk melakukan penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Sampel pada
penelitian ini adalah pegawai yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa di 50 SKPD di wilayah
provinsi jawa tengah dan menguji hubungan regresional kelima konstruk tersebut. Hasil analisis
kuantitatif menunjukkan bahwa perencanaan anggaran, sumber daya manusia, lingkungan birokrasi dan
pengetahuan peraturan berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.
Akan tetapi, sumber daya manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan anggaran
terkait pengadaan barang/jasa. Dengan memeriksa literatur beragam perencanaan anggaran, sumber daya
manusia, lingkungan birokrasi dan pengetahuan peraturan, temuan penelitian ini menawarkan analisis
yang unik tentang pengaruh perencanaan anggaran, sumber daya manusia, lingkungan birokrasi dan
pengetahuan peraturan serta dampaknya terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa
pada SKPD di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Diskusi konseptual dan hasil empiris memperpanjang
penelitian sebelumnya tentang pengaruh faktor-faktor kontekstual terhadap persepsian penyerapan
anggaran terkait pengadaan barang/jasa.

Kata kunci: Perencanaan anggaran, sumber daya manusia, lingkungan birokrasi, pengetahuan
peraturan dan penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa

1
PENDAHULUAN
Penyerapan anggaran terkait dengan pengadaan barang/jasa yang terjadi di Indonesia menjadi
persoalan yang telah terjadi di setiap tahunnya. Berbagai macam upaya yang dilakukan pemerintah
guna mempercepat penyerapan anggaran terkait dengan pengadaan barang/jasa pun telah dilakukan.
Di awal tahun 2015, dikeluarkannya Perpres Nomor 4 tahun 2015 sebagai Perubahan atas Perpres
Nomor 54 Tahun 2010. Dikeluarkannya Perpres Nomor 4 tahun 2015 ini sebagai bentuk dari
penyempurnaan kembali terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 yang telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah proses penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa dengan menyederhanakan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Dampak percepatan penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa dapat dirasakan oleh masyarakat dengan menikmati hasil pembangunan lebih cepat,
pembangunan jalan lebih baik, rumah sakit yang lebih baik dan juga Net Present Value (NPV) dari
APBD yang lebih baik (UK4, 2012).
Agar terserapnya anggaran terkait pengadaan barang/jasa, diperlukan perhatian yang serius dari
pemerintah terhadap berbagai permasalahan yang menghambat terserapnya anggaran. Proses tender
yang lambat, terlambatnya pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD, kurangnya
sumber daya manusia yang berkualitas, kurangnya pembinaan dari pemerintah pusat, keengganan
pegawai yang ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan sulitnya mendapatkan
pegawai yang memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa (Tim Warta BPKP, 2011) merupakan
permasalahan yang terjadi dalam proses penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.
Permasalahan seperti penyerapan anggaran yang kurang maksimal dapat menciptakan idle cash
pada rekening pemerintah yang besar. Untuk mengatasi permasalahan terjadinya idle cash,
dibutuhkannya perencanaan kas pemerintah yang baik untuk memperoleh keseimbangan antara kas
yang tersedia dengan kebutuhan belanja Negara. Sehingga penggunaan dana yang ada di rekening kas
pemerintah dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat meningkatkan perekonomian Negara.
Hal ini juga diungkapkan oleh Halim (2014), yang mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor
yang mempengaruhi keterlambatan penyerapan anggaran daerah, yakni lemahnya perencanaan
anggaran, lamanya proses pembahasan anggaran di DPRD, lambannya proses tender dan ketakutan
menggunakan anggaran. Oleh karena itu, faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan anggaran
terkait pengadaan barang/jasa?
Faktor perencanaan anggaran apabila terjadi ketidaksesuaian antara program kerja yang
dilaksanakan dengan perencanaan anggaran yang ada dalam penentuan anggaran dapat berdampak
pada proses terserapnya anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Permasalahan yang timbul dalam
perencanaan anggaran disebabkan karena masih adanya anggapan bahwa tidak semua anggaran yang
diusulkan akan disetujui, sehingga anggaran yang diusulkan lebih besar dari yang dibutuhkan tanpa
memperhatikan faktor kemudahan implementasi dan kebutuhan rill di lapangan (Septianova dan
Helmy, 2013). Oleh karena itu, perencanaan anggaran mempengaruhi penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa.
Sumber daya manusia yang memiliki berbagai macam aspek kemampuan atas tanggung jawab
dan ketelitian dalam menjalankan deskripsi pekerjaan, merupakan faktor kunci keberhasilan dalam
pengelolaan anggaran yang memperlukan sumber daya manusia yang berpengalaman dan
mempunyai motivasi yang lebih dalam pekerjaannya. Di dalam organisasi publik, harus mempunyai
sumber daya manusia yang teliti dan tanggung jawab serta terlatih dalam kemampuan merealisasikan
tingkat penyerapan anggaran. Sumber daya manusia merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya
penyerapan anggaran (Halim, 2014). Oleh karena itu, faktor sumber daya manusia dapat
mempengaruhi penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.
Lingkungan birokrasi merupakan struktur organisasi di ruang lingkup pemerintahan yang
memiliki ruang lingkup tugas yang sangat luas serta memerlukan organisasi besar dengan sumber
daya manusia yang besar pula jumlahnya. Sehingga dalam menjalankan struktur organisasi dengan
sistem kerja yang stabil, dibutuhkan kejelasan dalam lingkungan birokrasi pada umumnya, seperti
suasana lingkungan kerja internal maupun lingkungan kerja eksternal. Jika lingkungan birokrasi tidak
mendukung kegiatan organisasi, maka akan menghambat kinerja organisasi (Juliani, 2014). Oleh
karena itu, lingkungan birokrasi akan sangat mempengaruhi penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa.
2
Pengetahuan peraturan yang kurang tentang proses pengadaan barang/jasa dapat menghambat
terserapnya anggaran khususnya dalam pengadaan barang/jasa. Pengetahuan peraturan merupakan
persepsi pengetahuan pegawai terkait peraturan yang berlaku agar memberikan kemudahan dalam
pembuatan keputusan dan pelaksanaan penyerapan anggaran (Juliani, 2014). Dikeluarkannya
berbagai macam peraturan dapat dijadikan sebagai bentuk khusus pemerintah dalam melakukan
pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum yang dijalankan selama kegiatan pengadaan
barang/jasa. Oleh karena itu, pengetahuan peraturan sangat mempengaruhi penyerapan anggaran
terkait pengadaan barang/jasa.
Penelitian ini merujuk penelitian Dian Juliani dan Mahfud Sholihin (2014) mengenai pengaruh
faktor-faktor kontekstual terhadap persepsi penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Hasil
penelitiannya menghasilkan 3 faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran, diantaranya adalah
Lingkungan Birokrasi, Pengetahuan Peraturan dan Komitmen Manajemen. Penelitian ini mencoba
mengeksplorasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses terserapnya anggaran terkait
pengadaan barang/jasa Penambahan faktor yang diteliti seperti faktor perencanaan anggaran dan
sumber daya manusia di tambahkan dalam penelitian ini. Alasan ditambahkannya perencanaan
anggaran dan sumber daya manusia dalam penelitian ini dikarenakan kedua faktor ini dapat menjadi
faktor penting dalam peningkatan penyerapan anggaran tiap pemerintah daerah.

TELAAH LITERATUR

DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Teori Institusional (Institusional Theory)
W. Richard Scott dalam rotich (2015) menjelaskan bahwa fokus teori institusional adalah
mempertimbangkan proses di mana struktur yang meliputi skema, aturan, norma, dan rutinitas
sebagai panduan untuk berperilaku. Dalam memahami organisasi sektor publik, teori institusional
dapat digunakan untuk menjelaskan tindakan dan pengambilan keputusan dalam organisasi publik.
Sejalan dengan tujuan organisasi sektor publik untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, melalui kegiatan yang dilakukan organisasi sektor publik sebagai pusat institusional
yang memiliki berbagai kebijakan dalam memajukan suatu daerah. Teori institusional merupakan
teori yang sangat relevan untuk memahami organisasi sektor publik (Bealing, et al. dalam Juliani
2014).

Anggaran di Indonesia
Anggaran yang ada di Indonesia berisikan kumpulan dokumen yang menggambarkan kondisi
keuangan dari organisasi sektor publik yang meliputi informasi mengenai aktivitas, pendapatan dan
belanja. Menurut Anthony dalam Rozai dan Subagio (2015) Anggaran merupakan alat penting untuk
perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang sangat efektif dalam organisasi. Untuk
meningkatkan kesejahteraan pendudukan, anggaran dapat digunakan sebagai alat implementasi
kebijakan ekonomi, sosial dan politik. Sistem anggaran organisasi sektor publik yang ada di
Indonesia dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Penyerapan Anggaran terkait pengadaan barang/jasa


Dalam melakukan kegiatan penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa,
kementerian/lembaga harus mengatur segala pengeluarannya agar terciptanya keberhasilan
pencapaian dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Karena
masyarakat akan melihat kinerja kementerian/lembaga dengan keberhasilannya dalam melakukan
penyerapan anggaran yang ada. Tinggi rendahnya penyerapan anggaran pada kementerian/lembaga
menjadi tolak ukur kinerja kementerian/lembaga tersebut (Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, 2012).
Sangat penting bagi organisasi sektor publik untuk memastikan tingkat penyerapan anggaran
agar selalu tinggi dalam penyerapannya. Apabila antara program kerja dengan implementasi dalam
melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa tidak sesuai, maka pengalokasian belanja pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan pemerintah gagal memenuhi tujuan yang diharapkan. Kemampuan
penyerapan anggaran dianggap baik dan berhasil apabila realisasi penyerapan anggaran sesuai
dengan aktual fisik pekerjaan yang dapat diselesaikan, dengan anggapanbahwa fisik aktual pekerjaan
3
tersebut relatif sama dengan target penyelesaian pekerjaan yang direncanakan (Lusiana, 1997 dalam
Nugroho dan Ananda, 2013). Maka dari itu, kegiatan penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa ditujukan untuk merealisasikan anggaran pengadaan barang/jasa pemerintah.

Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan cara suatu organisasi dalam merancang dan menetapkan
tujuan dan sasaran organisasi selama satu periode. Ketika terjadinya lemahnya perencanaan anggaran,
dapat mempengaruhi tingkat efisensi dan efektifitas anggaran. Hal itu dapat menyebabkan realiasi
anggaran tertunda atau terlambat jika perencanaan anggaran tidak dapat terwujud. Perencanaan
meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan
asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan
aktivitas-aktivitas yang diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan (M.
Nafarin, 2012).
Perencanaan anggaran berisikan beberapa komponen item yang diharapkan dapat membantu
Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam merencanakan Anggaran yang dilaksanakan sesuai dengan
kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan. Berbagai macam dokumen perencanaan yang digunakan
dalam organisasi sektor publik guna terciptanya kegiatan proses penyerapan anggaran pun telah
dibuat. Hal ini ditujukan untuk mensukseskan kegiatan penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa.
Berdasarkan landasan teori dan uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis yang dapat diambil
sebagai berikut:
H1: Perencanaan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan
Anggaran terkait pengadaan barang/jasa
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Pengelolaan sumber daya manusia dalam instansi publik menjadi hal yang bersifat
sangat penting dan tidak mudah bagi suatu instansi publik. Akan tetapi, peningkatan kualitas sumber
daya manusia harus dilakukan supaya meningkatkan kinerja organisasi sektor publik. Sumber daya
manusia perlu dikelola, diatur dan dimanfaatkan agar dapat berfungsi secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi, karena merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap organisasi
(Suharto, 2012).
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 07 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Kompetensi Manejerial Pegawai Negeri Sipil, menerangkan bahwa kompetensi
adalah karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sesuai tugas dan fungsi jabatan. Seseorang yang memiliki kompetensi akan bekerja dengan
pengetahuan dan ketrampilannya sehingga dapat bekerja dengan mudah, cepat, intuitif, dan dengan
pengalamannya bisa meminimalisir kesalahan (Syarifudin, A. 2014). Jika sumber daya manusia
terstruktur dengan baik dalam organisasi sektor publik, maka proses penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa pun dapat berjalan sesuai tujuan yang telah direncanakan.
Berdasarkan landasan teori dan uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis yang dapat diambil
sebagai berikut:
H2 Sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan Anggaran
terkait pengadaan barang/jasa

Lingkungan Birokrasi
Menurut Weber sebagaimana dikutip Zaidan Nawawi (2013), rumusan birokrasi pada hakikatnya
mengandung makna pengorganisasian yang tertib, tertata dan teratur dalam hubungan kerja yang
berjenjang serta memiliki prosedur dalam tatanan suatu organisasi. Model birokrasi Weber
merupakan pembagian kerja yang teratur dan sistematis. Lingkungan birokrasi adalah keadaan atau
kondisi yang ada di dalam organisasi pemerintahan dengan seperangkat aturan dan prosedur yang
ditata untuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa (Juliani dan Sholihin, 2014).
Birokratisasi yang terstruktur dan sistematis pada suatu institusi menggambarkan keabsahan
suatu peraturan dan memastikan bahwa peraturan yang formal tersebut telah diterapkan secara efektif
(Bozeman, 2015). Keadaan lingkungan birokrasi dalam organisasi sektor publik dapat mempengaruhi
kegiatan penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Karena lingkungan birokrasi dapat
4
dijadikan sebagai suatu mekanisme yang dapat diciptakan untuk mendorong kesuksesan dalam
mencapai suatu tujuan organisasi sektor publik.
Berdasarkan landasan teori dan uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis yang dapat diambil
sebagai berikut:
H3 Lingkungan birokrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran
terkait pengadaan barang/jasa

Pengetahuan Peraturan
Peraturan dalam menjalankan kegiatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah dibuat oleh
pemerintah. Para pegawai yang dibatasi oleh keterbatasan dalam memperoleh suatu informasi
mengenai peraturan, akan berdampak pada proses bagaimana cara mengetahui pengetahuan-
pengetahuan yang baru dalam melakukan penyerapan anggaran secara sempurna. Sebagai pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang bertujuan supaya proses pengadaan barang/jasa dilakukan
dengan lebih efektif dan efisen agar memperlakukan tindakan yang adil bagi semua pihak, serta
bersfat transparan, terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memperoleh barang/jasa yang
terjangkau.
Suatu kegiatan harus diketahui dan dipahami dengan cara tertentu yang akan diatur (Short 2013).
Menurut Mubarak (2011) dalam Heriati (2013) yang menyatakan jika kemudahan untuk memperoleh
suatu informasi dapat mempercecpat seseorang dalam memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang
baru. Dengan mengetahui pedoman pelaksanaan kegiatan penyerapan anggaran, maka kegiatan
penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan landasan teori dan uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis yang dapat diambil
yaitu:
H4 Pengetahuan peraturan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan Anggaran
terkait pengadaan barang/jasa

Perencanaan
Anggaran

Sumber daya
manusia
Penyerapan Anggaran

Lingkungan
Birokrasi

Pengetahuan
Peraturan

Gambar 1 Model Penelitian

5
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif biasanya digunakan dalam
penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan
statik, untuk menunjukkan hubungan antara variabel dan ada pula yang bersifat mengembangkan
konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal (Sugiyono, 2012). Penelitian
ini menggunakan pendekatan explanatory research dalam desain metode kuantitatif. Pendekatan
explanatory research digunakan untuk menguji hipotesis antar variabel yang dihipotesiskan (Sani
dan Vivin, 2013). Penelitian ini hendak menguji pengaruh perencanaan, sumber daya manusia,
pengetahuan peraturan dan lingkungan birokrasi terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa.

Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah di wilayah provinsi Jawa
Tengah dengan penggunaan kriteria yang diambil adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
bentuk badan, dinas, dan kantor yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan sampel
dalam penelitian ini berlandaskan pada purposive sampling dengan pertimbangan (judgement
sampling). Dengan adanya pertimbangan sampel yang diambil adalah pegawai yang berkaitan
dengan penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer dengan cara metode
survey. Teknik pengumpulan data dalam metode survey dengan cara menggunakan kuisioner yang
disesuaikan dengan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Kuisioner
didistribusikan kepada responden secara langsung atau menggunakan teknologi komputer. Apabila
memungkinkan, kusioner akan langsung diambil kembali jika telah diisi oleh responden atau
kuisioner akan diambil sesuai dengan waktu yang disepakati oleh responden. Sedangkan metode
pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder diperoleh peneliti melalui media perantara.

Definisi Operasional dan Pengukuran


Variabel Variabel Independen
Perencanaan Anggaran. Proses perencanaan anggaran merupakan salah satu langkah penting
dalam pengelolaan anggaran. Sejak dua belas bulan sebelum tahun anggaran dimulai, proses
perencanaan anggaran sudah mulai berjalan (BPKP, 2012). Perencanaan anggaran berisikan tentang
kegiatan dan program kerja, sehingga kegiatan dan program yang direncanakan diharapkan dapat
sesuai dengan kemampuan yang tersedia. Perencanaan anggaran membutuhkan beberapa persiapan
dokumen perencanaan anggaran yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun anggaran.

Sumber daya manusia. Sumber Daya Manusia berhubungan dengan kemampuan terhadap
detail tugas dan tanggung jawab pada tingkat: mempersiapkan deskripsi pekerjaan; jumlah dan
kualifikasi staf; dan terpenuhinya kebutuhan perekrutan (Zarinah, 2016). Sumber daya manusia
memiliki hubungan dengan perencanaan, karena terdapat tujuan dari perencanaan sumber daya
manusia yang diantaranya adalah untuk kepentingan individu, kepentingan organisasi dan
kepentingan nasional. Sumber daya manusia merupakan faktor kunci keberhasilan dalam pengelolaan
anggaran untuk menggerakan organisasi dalam mewujudkan terjalannya program kerja yang ada.

Lingkungan Birokrasi. Lingkungan birokrasi adalah keadaan atau kondisi yang ada di dalam
organisasi pemerintahan dengan seperangkat aturan dan prosedur yang ditata untuk pelaksanaan
pengadaan barang/jasa (Juliani dan Sholihin, 2014). Birokrasi merupakan suatu mekanisme yang
dibuat untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan operasional berjalan secara lancar dan efisien, sesuai
dengan tujuan suatu organisasi. Lingkungan birokrasi yang tidak mendukung dalam mewujudkan
pelaksanaan kegiatan operasional, dapat menjadikan hambatan kinerja organisasi dalam menjalankan
kegiatan operasional. Semakin baik koordinasi yang terjadi di lingkungan birokrasi pemerintahan
dalam melaksanakan program dan kegiatan di satuan kerja perangkat daerah, diharapkan penyerapan
anggaran terkait pengadaan barang/jasa dapat lebih cepat dilakukan.

6
Pengetahuan Peraturan. Pengetahuan peraturan merupakan persepsi pengetahuan pegawai
terkait peraturan yang berlaku agar memberikan kemudahan dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang akan berdampak langsung terhadap penyerapan anggaran
(Juliani dan Sholihin, 2014). Pengetahuan diperlukan untuk mengimplementasikan peraturan yang
ada dengan bagaimana cara pelaksanaan barang/jasa di Satuan Kerja Perangkat Daerah. Peraturan
dapat mengatur segala kegiatan operasional dengan berbagai langkah, seperti penegakan hukum,
pengawasan dan pemantauan atas segala kegiatan operasional suatu organisasi pemerintahan. Oleh
karena itu, pengetahuan peraturan diperlukan untuk terlaksananya pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa yang nantinya akan membantu proses penyerapan anggaran berjalan secara maksimal dan
lancar sesuai dengan rancangan penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.

Tabel 1
Pengukuran Variabel Independen
Perencanaan Anggaran
1. Revisi DIPA perlu persetujuan pejabat wewenang;
2. Pelaksanaan kegiatan/proyek tidak melihat rencana/jadwal yang tercantum dalam halaman 3 DIPA atau
Rencana Anggaran Belanja (RAB);
3. Anggaran tidak selaras RPJMD;
4. Mata anggaran tidak tersedia untuk kegiatan tertentu;
5. Persetujuan revisi DIPA dari pejabat wewenang terlambat diterima;
6. Proses revisi anggaran mengalami keterlambatan;
7. Perubahan petunjuk operasional kegiatan terlambat ditetapkan;
8. DIPA perlu revisi karena tidak sesuai dengan kebutuhan;
9. Anggaran kegiatan diblokir/tanda bintang karena belum ada data pendukung atau harus ada persetujuan
dahulu dari DPR.
Sumber daya manusia
1. Panitia pengadaan barang dan jasa melaksanakan tugas lebih dari satu (rangkap tugas);
2. Sumber daya manusia pelaksana pengadaan barang dan jasa kurang kompeten;
3. Keterbatasan pejabat/pelaksana pengadaan barang dan jasa yang bersertifikat.
Lingkungan Birokrasi
1. Prosedur pengadaan barang/jasa membuat sistem pengadaan menjadi lebih sulit dilaksanakan.
2. Koordinasi antar pegawai yang terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa tidak terjalin dengan baik.
3. Koordinasi antara atasan dan bawahan yang terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa terjalin dengan baik.
4. Prosedur pengadaan barang/jasa tidak dapat mempercepat pengadaan barang/jasa yang bersifat mendesak.
5. Pegawai yang terlibat pengadaan memahami dengan baik proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
6. Deskripsi pekerjaan pegawai yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa telah didokumentasikan secara jelas.
7. Arahan yang diberikan oleh atasan dilaksanakan dengan baik oleh bawahan.
8. Jumlah pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan barang/jasa mencukupi.
9. Pegawai satuan kerja bersedia menjadi pegawai yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa.

Pengetahuan Peraturan
1. Kepala SKPD dapat bertindak sebagai PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) walaupun tidak memiliki
Sertifikat Keahlian pengadaan barang/jasa.
2. Pengadaan langsung dapat dilakukan dengan nilai nominal maksimal Rp200.000.000,00.
3. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi yang penyedianya terbatas tidak dapat dilakukan dengan
pelelangan terbatas.
4. Satuan kerja memiliki departemen yang terpisah untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa.
5. Pengumuman pelelangan/seleksi dapat dilaksanakan sebelum tahun anggaran pengadaan dengan syarat
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui DPRD.
6. Pegawai yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa mengetahui peraturan perundang-undangan yang
berlaku terkait pengadaan barang/jasa.

7
Tabel 2

Pengukuran Variabel Dependen


Penyerapan Anggaran terkait Pengadaan Barang/Jasa
1. Perencanaan pengadaan barang/jasa disusun sesuai skala prioritas.
2. Realisasi anggaran pengadaan barang/jasa dilaksanakan tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai.
3. Penganggaran pengadaan barang/jasa disesuaikan dengan target yang ingin dicapai.
4. Penganggaran pengadaan barang/jasa disusun tidak sesuai dengan skala prioritas.
5. Perencanaan pengadaan barang/jasa disusun sesuai dengan target yang ingin dicapai.
6. Realisasi anggaran pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai skala prioritas.
7. Pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Target penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa menjadi tidak penting bagi satuan kerja.
9. Satuan kerja tidak melakukan evaluasi terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa tahun lalu untuk perbaikan penyerapan anggaran pengadaan barang/jasa tahun
berikutnya.

Variabel Dependen
Penyerapan Anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Penyerapan anggaran satuan kerja
adalah proporsi anggaran satuan kerja yang telah dicairkan atau direalisasikan dalam satu tahun
anggaran (Noviwijaya dan Rohman, 2013). Rendahnya tingkat penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa merupakan salah satu indikator kegagalan birokrasi dalam organisasi sektor
publik, karena penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Dilakukannya
rapat evaluasi secara rutin guna mengetahui kendala atau persoalan yang dihadapi oleh masing-
masing SKPD di wilayah pemerintah Provinsi Jawa Tengah digunakan untuk mengatasi
permasalahan atau kendala yang terjadi dalam penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa..

Metode Analisis Data


Pendekatan Kuantitatif
Analisis pendekatan kuantitatif menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan
program Statistical Package for Social Science (SPSS). Analisis regresi pada dasarnya studi
mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan
tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gurajati dalam Ghozali, 2013).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pendekatan Kuantitatif
Pengumpulan Data Kuantitatif
Instrumen pada penelitian ini menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Herriyanto
(2012), Carlin Tasya Putri (2014) serta Dian Julaini dan Mahfud Sholihin (2014) yang menyatakan
bahwa instrumen telah mewakili konsep-konsep yang diukur karena telah memenuhi uji validitas dan
reliabilitas. Sehingga, instrumen dapat digunakan untuk dilakukan pengujian di lapangan.
Data kuantitatif diperoleh dengan cara melakukan survey terhadap 50 SKPD yang berada di
wilayah Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan kriteria purposive sampling. Kriteria yang digunakan
yaitu pegawai yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa dan pelaksana teknis kegiatan
pengadaan barang/jasa, sehingga jumlah sampel menjadi 100 responden atas 50 SKPD yang ada di
Provinsi Jawa Tengah.

8
Tabel 3
Deskripsi Responden

Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)


Jenis kelamin
Pria 33 33%
Wanita 42 42%
75 100,00%

Pendidikan
S1 52 52%
S2 23 23%
75 100,00%

Lama Bekerja
1 – 15 Tahun 32 32%
16 – 25 Tahun 43 43%

75 100,00%

Kuesioner yang dikembalikan sebanyak 85 (85%), sebanyak 15 kuesioner tidak dapat diambil
oleh peneliti. Lalu dari kuesioner yang diterima, 75 (75%) kuesioner yang dapat diolah, 10 (10%)
kuesioner yang tidak dapat diolah karena kuesioner yang diterima kembali tidak diisikan secara
lengkap oleh responden.

Kisaran dan Bias Tidak Merespons (Nonresponse Bias)


Berdasarkan analisis 75 responden, dapat dilihat dari tabel 4 untuk data atas setiap konstruk yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstruk penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa yang memiliki 9 butir pertanyaan,
kisaran jawaban dari responden minimal 20 dan maksimal 36. Nilai rata-rata sebesar 27.83 yang
menunjukkan bahwa jawaban responden atas penyerapan anggaran terkait pengadaaan barang/jasa
cukup tinggi. Sedangkan untuk nilai deviasi standard sebesar 3.516 yang dapat menunjukkan
bahwa tingkat penyebaran jawaban responden mulai dari ragu-ragu (skala likert 3) sampai sangat
setuju (skala likert 5).
2. Konstruk perencanaan anggaran terdiri dari 9 butir pertanyaan dengan kisaran jawaban responden
minimal 12 dan maksimal 31. Nilai rata-rata sebesar 22.80 yang menunjukkan bahwa jawaban
responden atas proses pengadaan barang/jasa cukup tinggi. Dengan nilai deviasi standard sebesar
4.688 menunjukkan bahwa tingkat penyebaran jawaban responden mulai dari tidak pernah (skala
likert 1) sampai selalu (skala likert 5).
3. Konstruk sumber daya manusia terdiri dari 3 butir pertanyaan dengan kisaran jawaban responden
minimal 4 dan maksimal 12. Nilai rata-rata sebesar 6.93 yang menunjukkan bahwa jawaban
responden atas sumber daya manusia yang mendorong proses penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa cukup rendah. Dengan nilai standard deviasi standard sebesar 1.913 yang
menunjukkan bahwa tingkat sebaran jawaban responden mulai dari tidak pernah (skala likert 1)
sampai selalu (skala likert 5).
4. Konstruk lingkungan birokrasi yang terdiri dari 9 butir pertanyaan dengan kisaran jawabn
responden minimal 19 dan maksimal 33. Dengan nilai rata-rata sebesar 26.23 yang menunjukkan
bahwa lingkungan birokrasi yang berada dalam SKPD cukup tinggi. Nilai devisiasi standar
sebesar 4.002 yang menunjukkan bahwa tingkat sebaran jawaban responden mulai dari kadang-
kadang (skala likert 3) sampai selalu (skala likert 5).
5. Konstruk pengetahuan peraturan yang terdiri dari 6 butir pertanyaan memiliki kisaran jawaban
responden minimal 16 dan maksimal 28. Dengan nilai rata-rata sebesar 21.36 yang menunjukkan
bahwa jawaban responden terhadap pengetahuan peraturan dalam proses pengadaan barang/jasa
cukup tinggi. Nilai deviasi standard sebesar 2.623 menunjukkan bahwa tingkat sebaran jawaban
responden mulai dari tidak setuju (skala likert 2), sampai sangat setuju (skala likert 5).

9
Analisis Data Kuantitatif dan Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian dengan model analisis regresi linier dengan menggunakan program Statitistical
Package for the Social Sciences, menunjukkan bahwa beberapa indikator yang digunakan telah
memenuhi uji validitas, reliabilitas, normalitas, homoskedastisitas, dan tidak adanya
multikolonieritas. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5, 6, 7, 8 dan 9.

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R-Square) dari model yang digunakan
sebesar 0.503 atau sebesar 50.3% yang menunjukkan bahwa variabel penyerapan anggaran dapat
dijelaskan oleh variabel perencanaan anggaran, sumber daya manusia, lingkungan birokrasi dan
pengetahuan peraturan. Sedangkan sisanya sebesar 49.7% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model
ini.

Tabel 11 menunjukkan tingkat signifikansi simultan untuk kebaikan model fit yang digunakan.
Hasil uji F pada tabel 8, nilai signifikansi sebesar 0.000 yang menunjukkan bahwa model regresi
linier berganda dalam penlitian ini dapat digunakan. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05,
maka model regresi dapat digunakan (Ghozali, 2013).

Untuk pengujian hipotesis yang diajukan, dapat ditinjau berdasarkan model analisis regresi linier
dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences yang dapat dilihat pada
tabel 12. Pengujian hipotesis dilakukan dengan batas nilai probabilitas signifikansi 0.05. Apabila
tingkat signifikansi < 0.05, maka hipotesis diterima. Sedangkan bila nilai tingkat signifikansi
konstruk > 0.05, maka hipotesis ditolak

Tabel 4
Deskripsi Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
Perencanaan Anggaran (X1) 75 12 31 22.80 4.688
Sumber Daya Manusia (X2) 75 4 12 6.93 1.913
Lingkungan Birokrasi (X3) 75 19 33 26.23 4.002
Pengetahuan Peraturan (X4) 75 16 28 21.36 2.623
Penyerapan Anggaran (Y1) 75 20 36 27.83 3.516

Tabel 5
Uji reliabel
Variabel Cronbach Alpha Keterangan

Penyerapan Anggaran (Y1) 0,767 Reliabel


Perencanaan Anggaran (X1) 0,764 Reliabel

Sumber Daya Manusia (X2) 0,729 Reliabel

Lingkungan Birokrasi (X3) 0,721 Reliabel

Pengetahuan Peraturan (X4) 0,723 Reliabel

10
Tabel 6
Uji Validitas
Variabel Butir Pertanyaan Pearson r-square Keterangan
Correlation
Penyerapan Y.1 0,248 0,227 Valid
Anggaran (Y) Y.2 0,664 0,227 Valid
Y.3 0,608 0,227 Valid
Y.4 0,573 0,227 Valid
Y.5 0,607 0,227 Valid
Y.6 0,577 0,227 Valid
Y.7 0,513 0,227 Valid
Y.8 0,762 0,227 Valid
Y.9 0,715 0,227 Valid
Perencanaan X1.1 0,319 0,227 Valid
Anggaran (X1) X1.2 0,481 0,227 Valid
X1.3 0,565 0,227 Valid
X1.4 0,559 0,227 Valid
X1.5 0,728 0,227 Valid
X1.6 0,724 0,227 Valid
X1.7 0,758 0,227 Valid
X1.8 0,596 0,227 Valid
X1.9 0,551 0,227 Valid
Sumber Daya X2.1 0,788 0,227 Valid
Manusia (X2) X2.2 0,854 0,227 Valid
X2.3 0,772 0,227 Valid
Lingkungan X3.1 0,718 0,227 Valid
Birokrasi (X3) X3.2 0,535 0,227 Valid
X3.3 0,615 0,227 Valid
X3.4 0,451 0,227 Valid
X3.5 0,578 0,227 Valid
X3.6 0,364 0,227 Valid
X3.7 0,762 0,227 Valid
X3.8 0,453 0,227 Valid
X3.9 0,527 0,227 Valid
Pengetahuan X4.1 0,702 0,227 Valid
Peraturan (X4) X4.2 0,579 0,227 Valid
X4.3 0,663 0,227 Valid
X4.4 0,666 0,227 Valid
X4.5 0,566 0,227 Valid
X4.6 0,687 0,227 Valid

Tabel 7
Uji Normalitas

Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa ᵅ.ᵇ Mean .0000000
Std. Deviation Deviation 2.40966762
Most Extreme Absolute .098
Differences Positive .067
Negative -.098
Test Statistic .098
Asymp. Sig. (2-tailed) .071ᶜ

Tabel 8
Uji Multikolonieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Perencanaan Anggaran (X1) 0,735 1,361 Bebas Multikolonieritas
Sumber Daya Manusia (X2) 0,976 1,024 Bebas Multikolonieritas
Lingkungan Birokrasi (X3) 0,657 1,523 Bebas Multikolonieritas

11
Pengetahuan Peraturan (X4) 0,855 1,170 Bebas Multikolonieritas

Tabel 9
Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Keterangan
Perencanaan Anggaran (X1) 0,778 Bebas Heteroskedastisitas
Sumber Daya Manusia (X2) 0,058 Bebas Heteroskedastisitas
Lingkungan Birokrasi (X3) 0,056 Bebas Heteroskedastisitas
Pengetahuan Peraturan (X4) 0,695 Bebas Heteroskedastisitas

Tabel 10
Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .728 .530 .503 2.478

Tabel 11
Uji Signifikansi Simultan

ANNOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 485.066 4 121.266 19.756 .000
Residual 429.681 70 6.138
Total 914.747 74

Tabel 12
Ringkasan Hasil Regresi

Coefficients (a)
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
Β Std.Error Beta
(Constant) 4.244 2.891 1.468 .147
Perencanaan Anggaran (X1) .294 .072 .392 4.100 .000
Sumber Daya Manusia (X2) .271 .152 .148 1.781 .079
Lingkungan Birokrasi (X3) .264 .089 .300 2.967 .004
Pengetahuan Peraturan (X4) .379 .119 .283 3.190 .002

Tabel 12 menunjukkan bahwa secara statistik perencanaan anggaran menunjukkan bahwa


perencanaan angaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa dengan diperoleh nilai β sebesar 0.294 dan tingkat signifikansi sebesar
0.000. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan anggaran yang sudah dibuat sudah dijalankan
dengan baik agar mempercepat proses terserapnya anggaran khususnya dalam pengadaan barang/jasa
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di wilayah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Sumber daya manusia berpengaruh secara positif terhadap penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa. Akan tetapi, sumber daya manusia tidak memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.dengan nilai β sebesar 0.271 dan
tingkat signifikansi sebesar 0.079. Hal ini menunjukkan bahwa faktor sumber daya manusia yang
ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah di wilayah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dibutuhkan
berbagai macam cara untuk meningkatkan kualitas kompetensi sumber daya manusia.
Lingkungan Birokrasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Penyerapan Anggaran
terkait pengadaan barang/jasa dengan nilai nilai β sebesar 0.264 dan tingkat signifikansi sebesar
0.004.. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan birokrasi yang telah tercipta sangat mempengaruhi
12
penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di wilayah
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Lingkungan Birokrasi yang baik dapat digunakan sebagai wadah
para pegawai yang bekerja di Organisasi Publik agar dapat menjalankan tugasnya sebagai penyedia
jasa kepada masyarakat.
Pengetahuan Peraturan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Penyerapan Anggaran
terkait pengadaan barang/jasa dengan nilai Pengaruh Pengetahuan Peraturan terhadap Penyerapan
Anggaran terkait pengadaan barang/jasa diperoleh nilai β sebesar 0.379 dan tingkat signifikansi
sebesar 0.002.. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan peraturan sangat diperlukan dalam hal
penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di wilayah
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Jika pegawai yang berada di lingkungan sektor publik
mengetahui, memahami, dan menerapkan peraturan yang berlaku pada kondisi yang sedang terjadi,
maka masyarakat dapat memberikan penilaian tentang kinerja pegawai yang ada.

KESIMPULAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Hasil analisis kuantitatif secara
statistik menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di wilayah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dapat
dipengaruhi dengan perencanaan anggaran, pengetahuan peraturan, dan lingkungan birokrasi.
Sedangkan sumber daya manusia yang berada di SKPD wilayah pemerintah provinsi jawa tengah
dibutuhkan berbagai macam cara untuk meningkatkan kualitas kompetensi sumber daya manusia
dengan berbagai macam pertimbangan tidak melaksanakan tugas lebih dari satu rangkap dan
peningkatan kualitas dalam pengadaan barang/jasa. Teori institusional dapat menjelaskan bahwa
pelaksanaan pengadaan barang/jasa dibatasi atas institusional yang berada di wilayah pemerintah,
maka teori ini dapat digunakan.

SARAN
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu diperlukan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan penelitian dengan topik penelitian yang sama yaitu. Pertama,
Penelitian ini belum mengeksploitasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyerapan anggaran
terkait pengadaan barang/jasa di Satuan Kerja Perangkat Daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian yang selanjutnya diharapkan agar mengeksploitasi faktor-faktor lain di luar model ini yang
mempengaruhi penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Kedua, Penelitian yang
selanjutnya diharapkan agar dapat memperluas sampel penelitian, sehingga hasil penelitian dapat
merepresentasi penyerapan anggaran di Indonesia. Ketiga, Penelitian selanjutnya diharapkan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki instrumen penelitian yang dibangun, sehingga dapat lebih
mengetahui substansi dalam penelitian ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al Weshah, M. A. F. 2013. Transparency in Application of Scientific Principles and Rules in


Government Procurement to Improve Effectiveness of Service and Cost Reduction in The
Public Sector. Far East Journal of Psychology and Business, 10 (3), 9-26.
Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ketujuh.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gudono. 2012. Teori Organisasi. Yogyakarta: BPFE
Halim, A. dan S. Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik dari Anggaran hingga Laporan
Keuangan, dari Pemerintah hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.
Herriyanto H. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran
Belanja pada Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta, Tesis. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Juliani, Dian dan Mahfud, Sholihin. 2014. Pengaruh Faktor-Faktor Kontekstual terhadap
Persepsian Penyerapan Anggaran Terkait Pengadaan Barang/Jasa. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia. Vol. 11, No. 2, Hal: 177-199.
Rozai, M A. dan Subagio L. 2015. Optimalisasi Penyerapan Anggaran Dalam Rangka
Pencapaian Kinerja Organisasi. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 9 No. 1:
72-89.
Noviwijaya, A. & A. Rohman. 2013. Pengaruh Keragaman Gender dan Usia Pejabat
Perbendaharaan Terhadap Penyerapan Anggaran Satuan Kerja (Studi Empiris pada
Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Semarang I).Diponegoro Journal of
Accounting. Vol. 2 (3): 1-10.
Nugroho, M. A., dan Ananda, C.F. 2013. Analisis faktor-faktor yang Menyebabkan
Penumpukkan Pencairan Dana APBN di Akhir Tahun di KPPN Malang. Jurnal FE dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
Putri, C.T 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Panggaran Pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi Bengkulu. Skripsi. Fakultas Ekonomu dan
Bisnis. Universitas Bengkulu.
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
M.Nafarin. 2012. Penganggaran Rencana Kerja perusahaan. Edisi Kesatu. Jakarta : Salemba
Empat.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Republik Indonesia
Republik Indonesia. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas
peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Jakarta: Republik Indonesia
Republik Indonesia. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah. Jakarta: Republik Indonesia
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah. Jakarta: Republik Indonesia
Septianova, R.dan Helmy,A. 2013. Pengaruh Kualitas DPA dan Akurasi Perencanaan Kas
terhadap Kualitas Penyerapan Anggaran pada Satker Wilayah KPPN Malang.JRAK.
Vol.4,No. 1,Hlm 75-
Short, J. L. 2013. Self-Regulation in the Regulatory Void: ‘’Blue Moon’’or ‘’Bad Moon’’?. The
ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, 649 (1), 22-34
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.CV
Wibisono, Tri. 2012. Tantangan antara Pertumbuhan dan Value For Money. Warta Pengawasan,
Maret 2012
14

S-ar putea să vă placă și