Sunteți pe pagina 1din 18

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)

P-ISSN : 2460-2582 , E-ISSN : 2407-795X


Sekretariat : Lt. 1 Gedung B FKIP Universitas Mataram
Telp./Fax : (0370) 634918
Email : magipa@unram.ac.id
Website : http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP HASIL


BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Patmah1, Agus Abhi Purwoko2, Muntari3
Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Mataram
Email: ummubilal0@gmail.com

Key Words Abstract


Learning This study aimed to: (1) determine the effect of Learning Cycle 7E model
cycle 7E and conventional model towards student’s learning outcomes of
model, Chemistry, (2) determine the effect of the critical thinking skills towards
critical student’s learning outcomes of Chemistry, and (3 ) determine the
thinking interaction between the learning model (learning Cycle 7E-Conventional)
skills, with the critical thinking skills (High - Low) towards student’s learning
chemistry outcomes of Chemistry. This research is a Quasi Experiment with the 2 x
learning 2 factorial design and variables in this research consists of independent
outcomes variables, moderator variables and the dependent variable. Learning
Cycle Model 7E and conventional learning models used as independent
variables, critical thinking skills students used as the moderator variable,
and the learning outcomes used as the dependent variable. Analysis of
the research’s results using by Two Way ANACOVA at the level 5% of
significance. According to the results of analysis, it was concluded that
the critical thinking skills significantly influence on chemistry student
learning outcomes, where the average of high group of critical thinking
skills, significantly higher than lower group.
Kata Kunci Abstrak
Model Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pengaruh penerapan
pembelajaran model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 7E dan model
Learning pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Kimia siswa, (2) untuk
Cycle 7E, mengetahui pengaruh kemampuan bepikir kritis (KBK) terhadap hasil
kemampuan belajar Kimia siswa, dan (3) untuk mengetahui pengaruh interaksi antara
berpikir model pembelajaran (Learning Cycle 7E-Konvensional) dengan
kritis, hasil kemampuan berpikir kritis (Tinggi – Rendah) terhadap hasil belajar kimia
belajar kimia siswa. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan
rancangan desain faktorial 2 x 2. Variabel dalam penilitian ini terdiri dari
variable bebas, variabel moderator, dan variabel terikat. Model
pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran konvensional
dipergunakan sebagai variabel bebas, KBK siswa dipergunakan sebagai
variable moderator, dan hasil belajar dipergunakan sebagai variable
terikat. Analisis hasil penelitian menggunakan uji Two Way ANACOVA
pada taraf signifikasi 5%. Sesuai hasil analisis, disimpulkan bahwa KBK
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa, dimana rata-
rata hasil belajar siswa kelompok KBK tinggi, lebih tinggi secara
signifikan dibanding kelompok KBK rendah

69
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

PENDAHULUAN semuanya mengembangkan pemahaman


Pembelajaran kimia memerlukan awal dari siswa untuk membangun
pemahaman yang baik untuk dapat pengetahuannya sendiri. Lebih lanjut
memahami konsep-konsep dengan baik Hanafiah (2008) menyatakan bahwa model
yang berawal dari pemahaman konsep- pembelajaran siklus merupakan suatu
konsep sebelumnya yang juga harus tahapan dari suatu kegiatan yang disusun
dipahami dengan baik. Pengetahuan yang secara sistematis, agar siswa dapat
diperoleh siswa dibangun atau dikonstruksi menguasai materi yang dipelajarinya
menurut pengalaman belajar masing- dengan jalan berperan aktif disetiap
masing sesuai tahap perkembangan dan tahapannya. Pada setiap tahapan dalam
pengaruh lingkungan sekitarnya. model pembelajaran tersebut
Pembelajaran yang menerapkan menitikberatkan pada keaktifan siswa.
pengalaman langsung adalah proses Model pembelajaran siklus mengalami
pembelajaran yang memberikan perkembangan, dari 3 fase, tipe 4E, tipe 5E
kesempatan kepada siswa untuk sampai dengan pembelajaran siklus tipe 7E.
mengkonstruksi pengetahuan dengan cara Model pembelajaran siklus tipe 7E
menemukan dan mengalami sendiri secara (Elicit, Engage, Explore, Explain,
langsung. Sehingga berdasarkan Elaborate, Exted dan Evaluate) diantaranya
hakekatnya pembelajaran kimia tidak hanya dapat merangsang siswa untuk mengingat
membentuk konsep yang dimiliki oleh kembali materi pembelajaran yang mereka
siswa melainkan keterkaitannya dalam dapatkan sebelumnya, memberikan
memecahkan masalah dalam kehidupan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih
sehari-hari dan dalam menghubungkan aktif dan menambah rasa ingin tahu
keterkaitan antara satu konsep dengan (Lorsbach, 2006). Fajaroh & Dasna (2004)
konsep yang lainnya. mengemukakan bahwa kelebihan model
Salah satu cara untuk memperoleh siklus jika dibandingkan model
keberhasilan dalam pembelajaran adalah pembelajaran lainnya antara lain
dengan mengaitkan pemahaman lama pembelajaran berpusat pada siswa (student-
dengan pemahaman baru. Proses tersebut centered) sehingga proses pembelajaran
mengacu pada pandangan konstruktivisme menjadi bermakna karena adanya
yang merupakan salah satu pandangan yang pengalaman nyata dari siswa. Pengalaman
lebih berfokus kepada peserta didik untuk nyata inilah yang menyebabkan siswa dapat
belajar berfikir inovatif dan membentuk keaktifannya dalam belajar,
mengembangkan potensinya secara optimal sehingga dapat meningkatkan motivasi
(Hanafiah & Suhana, 2012). Oleh karena belajar. Model pembelajaran siklus ini
itu, pembelajaran kimia hendaknya lebih dapat membangun pemahaman atau
menekankan pembelajaran yang berpusat pengetahuan awal siswa pada suatu materi
pada siswa dan pembelajaran kimia bukan dengan membentuk konsep dan kemudian
merupakan sejumlah informasi yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
dihafal siswa. Pembelajaran kimia dapat Model pembelajaran siklus
diterapkan dengan model pembelajaran merupakan model pembelajaran yang
yang mengacu pada konstruktivisme. secara formal digunakan di program sains
Hanafiah (2008) mengemukaan dasar yaitu Science Curriculum
bahwa model pembelajaran yang mengacu Improvement Study (SCIS). Meskipun
pada konstruktivisme antara lain model model pembelajaran ini diterapkan pertama
pembelajaran siklus, quantum teaching and kali di sekolah dasar, beberapa studi
learning, accelerated learning, revolution menunjukkan bahwa penerapan teknik
learning, contextual teaching and learning. pengajaran ini telah menyebar luas di
Masing-masing model pembelajaran berbagai tingkat kelas, termasuk
memiliki ciri-ciri tersendiri, tetapi universitas. Model pembelajaran ini

70
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

diajukan sebagai “guided discovery” dan (Evaluate), tahap ini guru mengevaluasi
digunakan dalam program sains sekolah pembelajaran yang telah dilakukan dalam
dasar. Karplus menggunakan istilah bentuk penilaian formal dan informal, dan
Exploration, Invention, dan Discovery. (7) memperluas (Exted), bertujuan untuk
Istilah-istilah tersebut kemudian berfikir, mencari, menemukan, dan
dimodifikasi menjadi Exploration, Concept menjelaskan konsep yang telah dipelajari.
Intruduction, dan Concept Application Ketujuh tahapan diatas merupakan
(Karplus dalam Fajaroh & Dasna, 2004). tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh
Eisenkraft (2003) mengembangkan guru dan siswa dalam menerapkan model
model pembelajaran siklus menjadi 7 pembelajaran model pembelajaran siklus
tahapan. Model pembelajaran siklus tipe 5E tipe 7E pada pembelajaran di kelas. Siswa
mengalami pengembangan menjadi model dan guru mempunyai peran masing-masing
pembelajaran siklus tipe 7E (Eisenkraft, dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
2003). Perkembangannya menghasilkan dilakukan dengan menggunakan tahapan
tahapan-tahapan: Elicit, Engagge, Explore, dari model pembelajaran siklus tipe 7E.
Explain, Elaborate, Evaluasi dan Exted. Beberapa kelebihannya anta lain (Lorsbach,
Seperti yang diungkapkan oleh Eisenkraft 2006; Huang, 2008; Alamsyah, 2009;
(2003), tujuh tahapan dalam model Hardiansyah, 2010): (1) merangsang siswa
pembelajaran siklus tipe 7E terdiri atas untuk mengingat kembali materi
tahap: (1) mendatangkan pemahaman awal pembelajaran yang telah mereka dapatkan
siswa (Elicit), yaitu kegiatan memberikan sebelumnya, (2) memberi motivasi kepada
pertanyaan yang merangsang pengetahuan siswa untuk menjadi lebih aktif dan
awal siswa agar timbul respon dari menambah rasa keingintahuan, (3) melatih
pemikiran siswa serta menimbulkan siswa belajar menemukan konsep melalui
motivasi untuk mengetahui jawaban dari kegiatan eksperimen, (4) melatih siswa
pertanyaan yang diajukan oleh guru, (2) untuk menyampaikan secara lisan konsep
melibatkan (Engage), yaitu kegiatan siswa yang telah mereka pelajari, (5) memberikan
dan guru akan saling memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir,
informasi dan pertanyaan-pertanyaan yang mencari, menemukan, dan menjelaskan
ditanyakan, memberitahukan siswa tentang contoh penerapan konsep yang telah
ide dan rencana pembelajaran sekaligus dipelajari, (6) guru dan siswa menjalankan
memotivasi siswa agar lebih berminat tahapan pembelajaran yang saling mengisi
untuk mempelajari konsep dan satu sama lainnya, (7) guru dapat
memperhatikan guru dalam mengajar, (3) menerapkan model ini dengan metode yang
menyelidiki (Explore), dimana siswa diberi berbeda-beda, dan (8) menuntut
kesempatan untuk melakukan penyelidikan, kesungguhan dan kreativitas siswa dalam
pengamatan, membuat pertanyaan dan merangsang dan melaksanakan proses
mengobservasi konsep dari bahan-bahan pembelajaran.
pelajaran, seperti benda-benda alam atau Hasil penelitian mengenai model
model yang telah disediakan sebelumnya, pembelajaran siklus dengan model
(4) menjelaskan (Explain), merupakan pembelajaran tradisional oleh Adiyah
tahap dimana siswa diberikan kesempatan (2011) meyatakan bahwa “Penggunaan
untuk menjelaskan konsep dan definisi- model pembelajaran siklus tipe 7E dapat
definisi awal ketika eksplorasi, (5) meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
menerapkan (Elaborate), melalui tahap SMA pada topik fluida dibandingkan
menerapkan, siswa dapat mengetahui dan dengan penggunaan model pembelajaran
memahami kosakata ilmiah dari tahap tradisional.”Hasil penelitian lain mengenai
sebelumnya sehingga dapat menerapkan model pembelajaran siklus oleh Sri
pada suatu konsep yang berkaitan dengan Rusmiati (2013) yang mengatakan bahwa
materi yang dipelajari, (6) menilai “terdapat pengaruh pembelajaran LC 7E

71
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

dan Giuded Inkuiri terhadap hasil belajar agar pembelajaran kimia yang dapat
kognitif tetapi tidak pada aspek afektif dan meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1
psikomotorik”. LINGSAR. Salah satunya yakni dengan
Berdasarkan data-data yang diperoleh menggunakan model pembelajaran siklus,
peneliti melalui observasi dan pengalaman karena dapat meningkatkan pembentukan
mengajar langsung yang diperoleh peneliti pemahaman pengetahuan siswa secara aktif
sebagai guru langsung di sekolah yang yang melibatkan konsep, prinsip, aturan
bersangkutan dan wawancara yang serta penghitungan matematis dan
dilakukan oleh peneliti dengan rekan kerja diharapkan juga untuk dapat meningkatkan
yang juga sebagai guru di SMAN 1 keterampilan proses sains dan hasil
LINGSAR pada tanggal 3 dan 5 Oktober belajarnya.
2015, pembelajaran kimia pada kelas X Keterampilan berpikir kritis
menggunakan model pembelajaran yang merupakan salah satu kemampuan siswa
kurang aktif, guru cendrung memberikan sebagai hasil belajar yang dapat diukur oleh
catatan dan diberikan penugasan pada guru. Menurut Enis (2005), berpikir kritis
siswa walaupun beberapa kali guru juga adalah kemampuan memberi alasan
menggunakan alat bantu mengajar berupa (reasonable) dan reflektif yang difokuskan
LCD dan guru juga melakukan praktikum pada apa yang diyakinkan dan dikerjakan.
untuk materi yang perlu dipraktikumkan Sedangkan menurut Jhonson (2011),
tetapi belum juga bisa membuat semua berpikir kritis merupakan sebuah proses
siswa aktif secara keseluruhan. Siswa yang yang terarah dan jelas yang digunakan
aktif hanya beberapa orang saja di setiap dalam kegiatan mental seperti memecahkan
kelas, sehingga mengakibatkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
pembelajaran kurang optimal. Hal ini menganalisis asumsi dan melakukan
menyebabkan siswa pasif dan cenderung penelitian ilmiah.
kurang memahami materi yang Definisi berfikir kritis diberikan oleh
disampaikan oleh guru dan siswa tidak banyak pakar, salah satunya adalah Edward
dapat membangun pengetahuan serta Glaser, salah seorang dari penulis Watson-
pemahaman sendiri. Efek pada hasil belajar Glaser Critical Thingking Appraisal (uji
yaitu ditunjukkan dengan ketidak sesuaian kemampuan berpikir kritis yang paling
nilai yang didaptkan siswa dengan KKM banyak di pakai di seluruh dunia). Glaser
yang ditetapkan yakni 70. Adapun hasil mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1)
nilai rata-rata Mid Semester I pada tahun suatu sikap mau berpikir secara mendalam
2015/2016 yakni sebagai berikut: tantang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman
Tabel 1 Nilai Rata-Rata Mid Semester I seseorang: (2) pengetahuan tentang
Tahun Ajaran 2015/2016 metode-metode pemeriksaan dan penalaran
No. Kelas Nilai Rata-Rata yang logis; dan (3) semacam suatu
1. X1 64,91 keterampilan untuk menerapkan metode-
2. X2 63,25 metode tersebut. Berpikir kritis menuntut
3. X3 64,36 upaya keras untuk memeriksa setiap
4. X4 65,67 keyakinan atau pengetahuan asumtif
5. X5 63,36 berdasarkan bukti pendukungnya dan
6. X6 63,50 kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
7. X7 61,20 diakibatkan (Glaser, 1941 dalam Fisher
(Sumber: Arsip Nilai Guru Mata Pelajaran, 2009).
2015) Struktur jawaban untuk
Menyikapi permasalahan tersebut, meningkatkan ketermapilan berfikir kritis
diperlukan model pembelajaran yang tepat mengacu pada taksonomi SOLO (Structure
of Observed Learning Outcomes).

72
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Taksonomi SOLO dapat mengembangkan dilakukan ketika guru memberikan


struktur jawaban dari suatu masalah secara instruksi dengan memberikan gambaran
bervariasi (Usmiatingsih, 2013). singkat tentang keterampilan berpikir kritis
Taksonomi SOLO menjelaskan level dari siswa yang harus dikuasai siswa. Latihan
kompleksitas pemahaman atau pengertian terbimbing memberikan kesempatan untuk
seseorang (peserta didik) melalui lima menerapkan keterampilan berpikir dengan
tingkat dasar yang relevan terhadap subjek bimbingan guru, sedangkan latihan bebas
pemahaman tersebut. Dalam taksonomi dirancang agar siswa dapat melatih
SOLO, pengertian atau pemahaman keterampilannya sendiri.
disusun berdasarkan jumlah dan Sebuah penelitian pendahuluan
kompleksitas pemahaman peserta didik terhadap proses pembelajaran Kimia di
sehingga membuat peningkatan SMA Negeri 1 Lingsar Lombok Barat telah
pemahaman mereka, mulai dari yang tidak dilakukan tanggal 3 dan 5 Oktober 2015.
kompeten menjadi sesorang yang ahli Salah satu tujuan penelitian adalah untuk
(Potter dan Kustra, 2012).Variasi jawaban mengukur keterampian berpikir kritis
didalam taksonomi SOLO dibedakan siswa. Indikator keterampilan berpikir kritis
menjadi lima kategori sebagaimana yang dipergunakan meliputi: (1)
dituturkan oleh Biggs dan Collins (1982), kemampuan siswa dalam memberikan
yaitu sebagai berikut: (1) Prestruktural, jika penjelasan sederhana, (2) kemampuan
tugas tidak dikerjakan dengan cara yang siswa dalam membangun ketrampilan
tepat, seperti menggunakan tautology atau dasar, (3) kemampuan siswa dalam
hanya mengulang pertanyaan. Siswa belum menyimpulkan suatu pemasalahan secara
memahami inti dari kosep yang dijelaskan: deduksi, (4) kemampuan siswa dalam
(2) Unistruktural, jika tugas sudah menyimpulkan suatu pemasalahan secara
memunculkan salah satu aspek yang induksi, (5) kemampuan siswa dalam
relevan tetapi tidak ada hubungan antara memberikan penjelasan lanjut, dan (6)
fakta atau ide: (3) Mulistruktural, jika kemampuan siswa dalam mengatur strategi
beberapa (dua atau lebih) aspek independen dan tehnik, yang terdiri dari kemampuan
dalam tugas sudah dipahami atau menentukan tindakan dan berinteraksi
dimunculkan secara berturutan, tetapi tidak dengan orang lain.
saling terkait: (4) Relational, Jika aspek Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
relevan diintegrasikan ke dalam struktur kemampuan berpikir kritsi ssiwa dapat
yang koheren secara keseluruhan: dam (5) dikelompokkan dalam kelompok tinggi dan
Extended abstract, kesimpulan secara kelompok rendah. Sedangkan tujuan dari
koheren digeneralisasikan atau penelitian ini adalah untuk mengetahui
dikonseptualisasikan ke dalam level apakah ada pengaruh kemampuan bepikir
abstraksi yang lebih tinggi (Chan, dkk, kritis siswa terhadap hasil belajar Kimia
2002). siswa.
Keterampilan berpikir kritis terdiri Berdasarkan permasalahan yang ada
dari 4 (empat) komponen yaitu identifikasi di SMA Negeri 1 Lingsar serta
komponen procedural, instruksi pemodelan mempertimbangkan kelebihan-kelebihan
langsung, latihan terbimbing, dan latihan model pembelajaran Learning Cycle 7E
bebas. Pada tahapan identifikasi komponen dan beberapa hasil penelitian yang
procedural, siswa diperkenalkan langkah- menerapkan model pembelajaran Learning
langkah khusus dalam keterampilan Cycle 7E, peneliti tertarik untuk melakukan
tersebut (Sutrisno, 2010). Dalam penelitian penelitian dengan menggunakan model
ini guru membuat aturan diskusi maupun yang sama akan tetapi dengan materi yang
cara berinteraksi dengan media yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah
digunakan dalam proses belajar mengajar. “Untuk mengetahui pengaruh penerapan
Instruksi dan pemodelan langsung model pembelajaran siklus belajar

73
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

(Learning Cycle) tipe 7E dan model kelompok; dan (4) melakukan posttest pada
pembelajaran konvensional terhadap hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
belajar siswa kelas X SMAN 1 Lingsar mengukur hasil belajar kognitif dan
tahun ajaran 2015/2016 ditinjau dari keterampilan berpikir kritis siswa setelah
kemampuan berpikir kritis siswa”. dilakukan treatment. Sedangkan tahap
analisis data merupakan tahapan
METODOLOGI menganalisis sejumlah data kuantitatif
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 dengan bantuan program SPSS versi 21 for
Lingsar Kec. Lingsar Kabupaten Lombok windows.
Barat pada kelas X semester II tahun Variabel dalam penelitian ini meliputi
pelajaran 2015/2016. Penelitian ini variabel bebas, variabel moderator, dan
dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 variabel terikat. Variabel bebas pada
sampai dengan bulan Juni 2016. Tahap- penelitian ini adalah model pembelajaran
tahap penelitian meliputi: (1) tahap yang diterapkan pada kelas sampel yakni
persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) model learning cycle dengan metode
tahap analisis data. Pada tahap persiapan, eksperimen, diskusi, tanya jawab yang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: merupakan model yang dapat
(1) melakukan studi literatur tentang model meningkatkan peran aktif siswa untuk kelas
pembelajaran learning cycle, keterampilan eksperimen dan model konvensional yakni
berpikir kritis dan Kemampuan awal siswa dengan metode ceramah dan diskusi untuk
dari berbagai sumber; (2) menyusun kelas kontrol. Variabel kontrol dalam
perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) penelitian ini adalh kemampuan berpikir
dan instrumen penelitian (tes penguasaan kritis siswa, sedangkan variabel terikatnya
konsep sains dan lembar observasi adalah hasil belajar siswa dalam ranah
keterampilan proses sains); (3) melakukan kognitif (hasil belajar kimia siswa).
validasi ahli oleh 3 validator; (4) Populasi dalam penelitian ini adalah
melakukan uji coba instrument pada kelas siswa kelas X SMAN 1 Lingsar Tahun
X SMAN 1 Lingsar; dan (5) melakukan Pelajaran 2015/2016 terdiri dari 7 (tujuh)
analisis kualitas instrument dengan uji kelas dengan jumlah 237 siswa. Sampel
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan dipilih dari 2 (dua) kelas, selanjutnya
daya pembeda dengan bantuan program ditetapkan 1 (satu) kelas sebagai kelas
Microsoft Excel Versi 2010. kontrol dan 1 (satu) kelas sebagai kelas
Pada tahap persiapan, kegiatan- eksperimen. Pada kelas eksperimen
kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) diberikan perlakuan menggunakan model
melakukan pretest untuk mengukur pembelajaran siklus belajar (learning cycle)
kemampuan awal siswa dalam hal hasil 7E sedangkan pada kelas kontrol diberikan
belajar kognitif dan kemampuan berpikir perlakuan model pembelajaran
kritis baik itu dikelompok kontrol (kelas X- konvensional. Adapun teknik pengambilan
2) maupun eksperimen (kelas X-1); (2) sampel (sampling) yang digunakan dalam
melakukan pembelajaran materi senyawa penelitian ini adalah purposive sampling
hidrokarbon. Saat pembelajaran, kelompok yaitu teknik pengambilan sampel yang
kontrol mendapatkan perlakuan hanya tidak memberi peluang yang sama bagi
berupa pembelajaran model konvensional setiap unsur atau anggota populasi untuk
saja, sedangkan kelompok eksperimen dipilih menjadi anggota sampel dan
mendapat perlakuan berupa model didasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono,
pembelajaran learning cycle; (3) 2015).
melakukan penilaian kemampuan berpikir Pelaksanaan penelitian ini didukung
kritis siswa pada saat kegiatan dengan perangkat dan instrumen yang
pembelajaran berlangsung yang dilakukan disusun oleh penelti sebelumnya. Perangkat
oleh observer pada masing-masing penelitian meliputi: silabus, Rencana

74
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan program SPSS versi 20 for Windows,


Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan dengan terlebih dahulu melalui tahap uji
instrumen yang digunakan dalam penelitian normalitas dan uji homogenitas data.
adalah: tes prestasi belajar kognitif yaitu
berupa tes penguasaan konsep. Sebelum HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan sebagai instrumen penelitian, tes Data penelitian berbentuk data hasil
prestasi belajar kognitif terlebih dahulu belajar siswa yaitu mengukur penguasaan
dianalisis meliputi: analisis validitas, konsep siswa tentang materi reaksi reduksi-
analisis reliabilitas, uji daya beda, dan uji oksidasi. Hasil belajar siswa meliputi hasil
taraf kemudahan/kesukaran instrumen. belajar pretest dan hasil belajar pretest.
Analisis hasil penelitian berbentuk Tabel 2 menampilkan hasil belajar pretest
data kuantitatif dilakukan dengan dan hasil belajar pretest tentang materi
menggunakan uji Two Way ANACOVA senyawa hidrokarbon berdasarkan kelas
pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan perlakuan.

Tabel 2. Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Materi Senyawa Hidrokarbon
Berdasarkan Kelas Perlakuan
Kelas Perlakuan Hasil Belajar N Min. Maks SD
Pretest 35 16 48 28 7.88
Kelas Kontrol
Posttest 35 9 65 40.46 8.7
Pretest 33 12 48 26.55 7.73
Kelas Eksperimen
Posttest 33 27 94 54.73 15.84

Keterangan Perbandingan hasil belajar siswa


N : Jumlah siswa tentang materi senyawa hidrokarbon pada
Min : Nilai minimal masing-masing kelas perlakuan ditampilkan
Maks : Nilai maksimal pada Gambar 1.
: Nilai rata-rata
SD : Standar Deviasi

100
Nilai Rata-rata Hasil

80
Belajar Siswa

60 54,73
40,46
40 28,00 26,55
20
0
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Hasil Belajar Pretest Hasil Belajar Posttest

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Pretest dan Postest Materi Senyawa Hidrokarbon
antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Penelitian ini juga mengukur KBK Tinggi. Pengelompokkan KBK


kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa berdasarkan pada ketecapaian nilai yang
pada masing-masing kelas perlakuan yang diperoleh masing-masing siswa. Nilai
selanjutnya dikelompokkan menjadi tengah (median) dari nilai KBK
kelompok KBK Rendah dan kelompok dipergunakan sebagai batasan

75
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

pegelompokan siswa dalam kelompok KBK kurang dari median masuk dalam
KBK tinggi dan kelompok KBK rendah. kategori kelompok KBK rendah. Hasil
Siswa yang memeroleh nilai KBK lebih belajar posttest siswa materi senyawa
tinggi atau sama dengan dari median masuk hidrokarbon berdasarkan kelas perlakuan
dalam kategori kelompok KBK tinggi, dan kelompok KBK dicantumkan dalam
sedangkan siswa yang memperoleh nilai Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Belajar Posttest Siswa Materi Senyawa Hidrokarbon Berdasarkan Kelas
Perlakuan dan Kelompok KBK
Kelas Hasil
Kelompok KBK N Min. Maks SD
Perlakuan Belajar
Kelompok KBK
Kelas Posttest 15 27 46 39,73 5,311
Rendah
Kontrol
Kelompok KBK Tinggi Posttest 20 9 65 41 10,672
Kelompok KBK
Kelas Posttest 15 27 81 45,2 13,007
Rendah
Eksperimen
Kelompok KBK Tinggi Posttest 18 40 94 62,67 13,634

Perbandingan hasil belajar pretest dan masing-masing kelompok KBK


posttest siswa materi senyawa hidrokarbon ditampilkan pada Gambar 2.
pada masing-masing kelas perlakuan dan

100,00
90,00
80,00
70,00 62,67
60,00
50,00 45,2
39,73 41
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Kelompok KBK Kelompok KBK Kelompok KBK Kelompok KBK
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Hasil Belajar Posttest

Gambar 2. Perbandingan Hasil Belajar Postest Materi Senyawa Hidrokarbon antara


Kelompok KBK Rendah dan Kelompok KBK Tinggi pada masing-masing Kelas
Perlakuan

Data hasil penelitian sebagaimana menunjukkan hasil uji normalitas data


dicantumkan pada Tabel 2 dan Tabel 3 dengan menggunakan Chi Kuadrat pada
selanjutnya dilakukan analisis data meliputi taraf signifikasi (α)=0.05, sedangkan Tabel
uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Uji 5 menunjukkan uji homogenitas varian
prastarat analisis terdiri dari uji normalitas dengan menggunakan uji-F pada taraf
data dan uji homogenitas varian. Tabel 4 signifikasi (α)=0.05.

76
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Tabel 5. Uji Normalitas Data dengan  (Chi Kuadrat)


Kelas Perlakuan Uji Normalitas Hasil Belajar Pretest Hasil Belajar Posttest
 14.14 14.71
Kelas Kontrol df 8 19
 15.51 30.14
 19.09 9.52
Kelas Eksperimen df 22 22
 33.92 33.92

Hasil uji normalitas data pretest dan data disimpulkan bahwa hasil belajar pretest dan
posttest baik pada kelas kontrol maupun posttest pada kelas kontrol dan kelas
kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai eksperimen berdistribusi normal.
 < sehingga dapat

Tabel 6. Uji Homogenitas Data dengan Uji-F Berdasarkan Kelas Perlakuan


Kelas Perlakuan Uji Homogenitas Hasil Belajar Pretest Hasil Belajar Posttest
Fhitung 0.59 4.02
df1 1 1
Kelas Kontrol
df2 34 34
Ftabel 4.13 4.13
Fhitung 0.31 4.01
df1 1 1
Kelas Eksperimen
df2 32 32
Ftabel 4.15 4.15

Uji homogenitas data pretest dan data Pengujian hipotesis dilaksanaan


posttest baik pada kelas kontrol dan kelas dengan meggunakan analisis kovarian dua
eksperimen menunjukkan nilai ≤ jalan (Two Way ANACOVA) pada taraf
maka dapat disimpulkan bahwa data signifikasi (α)=0.05 untuk mengetahui
pretest dan data posttest pada kelas kontrol ketercapaian tujuan penelitian tersebut.
dan kelas kontrol memiliki varian Tabel 7 menunjukan hasil analisis Two Way
homogen. ANACOVA terhada variabl-variabel
penelitian.

Tabel 7. Uji Hipotesis Penelitian dengan Two Way ANACOVA


Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 5978.450a 4 1494.613 11.657 .000
Intercept 11384.252 1 11384.252 88.790 .000
pretest 9.725 1 9.725 .076 .784
kelas_perlakuan 3085.209 1 3085.209 24.063 .000
KBK 1460.859 1 1460.859 11.394 .001
kelas_perlakuan * KBK 1104.433 1 1104.433 8.614 .005
Error 8077.608 63 128.216
Total 166722.000 68
Corrected Total 14056.059 67

77
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Hasil uji Two Way ANACOVA pelajari secara mandiri. Dengan belajar
terhadap sumber kelas_perlakuan secara mandiri, siswa tidak hanya sekedar
sebagaimana dicantumkan dalam Tabel menghafal materi yang diajarkan tetapi
4.13 menunjukkan bahwa nilai pada derajat juga akan memahami dan mengerti apa
kebebasan 1 (df1)=1, derajat kebebasan 2 yang sedang mereka pelajari dan mereka
(df2)=67, dan =0,05, nilai dapat mengaplikasikannya dalam
(24,063) > (3,984) kehidupan sehari-hari.
sehingga dapat disimpulkan bahwa Model Pelaksanaan pembelajaran dimulai
Pembelajaran Learning Cycle 7E dengan guru membagi siswa menjadi 6
berpengaruh secara signifikan terhadap kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-7
hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil siswa. Setiap pertemuan siswa dikondisikan
belajar posttest materi senyawa duduk bersama anggota kelomok masing-
hidrokarbon kelompok siswa kelas masing. Setiap kelompok diberikan aturan
eksperimen lebih tinggi secara signifikan main yang ditampilkan melalui video
dibanding kelompok siswa kelas Kontrol. dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan
Sementara itu, hasil uji Two Way memusatkan perhatian siswa terhadap
ANACOVA terhadap sumber KBK materi dan kegiatan pembelajaran dari awal
sebagaimana dicantumkan dalam Tabel sampai akhir pembelajaran.
4.13 menunjukkan bahwa, pada df1=1, Kegiatan pembelajaran menggunakan
df2=67, dan =0,05, nilai zlearning cycle dimulai dengan
(11,394) > (3,984) memberikan pemahaman awal kepada
sehingga dapat disimpulkan bahwa KBK siswa tentang materi yang akan diajarkan
berpengaruh secara signifikan terhadap kemudian mengarahkan siswa untuk
hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil mengamati peristiwa kimia yang akan
belajar posttest materi senyawa dipelajari melalui percobaan kimia tahapan
hidrokarbon kelompok KBK tinggi, lebih ini adalah tahapan melibatkan siswa untuk
tinggi secara signifikan dibanding melakukan pengamatan dan membahas
kelompok KBK rendah. Sedangkan hasil hasil pengamatan (tahap engangement).
uji Two Way ANACOVA sebagaimana Menurut hasil observasi pada tahap ini,
dicantumkan dalam Tabel 4.13 siswa terlihat aktif menyiapkan bahan
menunjukkan bahwa pada df1=1, df2=67, praktikum dan melaksanakan setiap proses
praktikum dengan baik. Siswa juga terlihat
dan =0,05, nilai (8,614) >
aktif bertanya tentang langkah-langkah
(3,984) sehingga dapat disimpulkan percobaan yang akan dilakukan, hal-hal
bahwa interaksi antara model pembelajaran
yang berkaitan dengan hasil pengamatan,
(Learning Cycle 7E – Kontrol) dan cara mengidentifikasi suatu zat yang
kelompok KBK (Tinggi – Rendah) dikatakan bereaksi, cara menulis persamaan
berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi, dan lain-lain. Sebagai contoh, pada
hasil belajar siswa. pertemuan pertama keaktifan bertanya
Alasan yang mendasari keberhasilan siswa dapat dilihat dari pertanyaan yang
model siklus belajar-7E (learning cycle) diajukan siswa pada kelas eksperimen
menggunakan LKS dalam memberikan antara lain (1) apa yang dimaksud senyawa
pengaruh yang signifikan terhadap hasil hidrokarbon?; (2) apa saja contoh reaksi-
belajar siswa kelas X SMAN 1 Lingsar reaksi yang terjadi senyawa hidrokarbon?;
adalah bahwa model siklus belajar-7E (3) bagaimana cara penyulingan minyak
(leaning cycle) memiliki langkah-langkah bumi?; atau (4) kenapa minyak bensin
yang menuntut keterlibatan setiap siswa
tidak bisa digantikan dengan minyak tanah?
secara aktif dalam membangun Menurut Martinis Yamin (2007)
pengetahuan dan pemahaman terhadap
“Mengajukan pertanyaan berarti
materi pembelajaran yang sedang mereka menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh

78
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

seseorang”. Berdasarkan pendapat tersebut mengkonstruksi pengetahuan yang


dapat dikatakan bahwa bertanya merupakan diperolehi sebelumnya untuk menjawab
stimulus efektif yang mendorong permasalahan yang diberikan guru model.
kemampuan berpikir pada siswa. Hal ini terlihat dari hasil pengerjaan LKS
Keterlibatan siswa secara fisik maupun dimana mereka telah mampu menjawab
mental dalam proses pembelajaran akan dengan pemikiran sendiri dan kalimat
menimbulkan aktivitas belajar yang optimal sendiri. Akan tetapi sebagian lainnya masih
serta dapat mempertinggi kualitas proses menyalin jawaban sesuai dengan kalimat
pembelajaran yang pada akhirnya dapat pada buku dan ada pula yang menyalin
mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. pekerjaan teman kelompoknya. Salah
Setelah tahap engangement selesai, satupenyebab dari keadaan ini adalah
selanjutnya siswa diberi kesempatan kurangnya kemampuan siswa membangun
bekerja sama dalam sebuah kelompok konsep secara mandiri. Hal ini dipengaruhi
untuk menyelidiki fenomena secara oleh kebiasaan siswa yang malas mencari
mikroskopis dengan mengkonstuksi sumber referensi pembelajaran dan guru
pengetahuaan awal dan telaah literatur merupakan sumber informasi satu-satunya.
(tahap exploration). Menurut hasil Tahap selanjutnya adalah menggali
pengamatan, banyak siswa yang mengalami pengetahuan yang dimiliki atau disebut
kesulitan dalam melaksanakan tahap ini tahap elaboration. Pada tahap ini siswa
dikarenakan pengetahuan awal siswa yang dihadapkan pada situasi baru dengan
cukup rendah. Pengetahuan awal yang meminta siswa menyelsaikan permasalahan
dimaksud adalah arti dari suatu persamaan secara berkelompok. Secara umum, tahap
reaksi dan perbedaan antara senyawa ion ini berjalaan dengan cukup baik. Terlihat
dan senyawa kovalen. Kurangnya dari kegiatan siswa yang mulai terbiasa
pengetahuan awal ini disebabkan karena mencari informasi secara mandiri melalui
guru mata pelajaran kimia jarang memberi buku dan artikel.
penjelasan lebih mendalam, melainkan Melalui kegiatan diskusi yang terjadi
hanya memberi catatan dan hafalan. Untuk pada tahap persiapan hingga elaborasi,
mengatasi hal tersebut peneliti menjelaskan siswa dapat mengerti tentang konsep-
kembali secara lebih mendalam tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik dan
materi prasyarat yang harus dikuasai siswa. siswa benar-benar dilibatkan secara penuh
Terlepas dari kendala-kendala dalam proses pembelajaran dengan cara
tersebut, secara umum tahap ini berjalan siswa dituntut untuk membaca, memahami
cukup baik. Ini terlihat dari peran aktif materi, menyampaikan pendapat,
siswa dalam mengikuti diskusi kelompok. menanggapi pendapat teman memberi saran
Setiap kelompok terlihat aktif bertanya baik dan juga menerima saran teman. Informasi
antar sesama anggota kelompok maupun yang didapatkan oleh siswa jauh lebih
kepada peneliti sebagai guru model. Selain banyak dibandingkan dengan pembelajaran
itu siswa juga aktif mencari informasi pada menggunakan model ekspositori yang mana
buku kimia yang tersedia. Kegiatan ini yang diterapkan di kelas kontrol yang mana
membuat kemampuan siswa cukup proses diskusi hanya terjadi saat latihan
berkembang. soal yang dikerjakan secara kelompok. Hal
Pembelajaran dilanjutkan dengan ini berarti dengan siswa aktif berdiksusi
tahap explanation. Pada tahap ini, siswa dapat berdampak pada peningkatan hasil
diarahkan untuk membuat konsep dengan belajar siswa. Sebagaimana dikemukaan
kalimat sendiri dan menjawab oleh Sardiman (2001) bahwa kegiatan
permasalahan yang diberikan oleh guru emosial siswa seperti minat, berani, tenang,
model. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam sebuah kegiatan kelompok, akan
sebagian besar siswa telah mampu berpengaruh pada motivasi siwa dalam
mendefinisikan konsep secara mandiri dan memahami sebuah pengetahuan.

79
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Tahap yang keenam dari model konteks dunia nyata. Hal ini memberikan
pembelajaran learning cycle 7E adalah perubahan positif terhadap tingkah laku
tahap extend (memperluas), pada tahapan siswa terutama dalam memahami materi
ini terlihat aktivitas siswa dalam yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan
menunjukkan kemampuan berpikir, penelitian Nohogludan dan Yalcin yang
mencari, menemukan dan menjelaskan (2006) yang menyimpulkan bahwa learning
konsep yang telah dipelajari. Dalam cycle facylities student to learn effectively
kegiatan ini kemampuan siswa dalam and organize the knowledge in a
menunjukkan aktivitas berpikir ditandai meaningfull way. It achieves to make the
dengan kegiatan mencari hubungan konsep knowledge long lasting.
yang mereka pelajari dengan konsep lain Hasil positif terhadap hasil belajar
yang sudah dipelajari. Sebagaimana yang terlihat di kelas eksperimen berbeda
dikemukakan oleh Einsenkraft (2003) yang dengan kegiatan pembelajaran di kelas
menyatakan bahwa tahap extend pada kontrol yang menggunakan model
intinya merupakan aktualisasi kemampuan konvensional. Siswa lebih cenderung
siswa dalam memenuhi tuntutan untuk menerima materi apa adanya. Hal ini
berpikir, mencari, menemukan, dan dibuktikan dengan kurangnya keaktifan
menjelaskan contoh penerapan konsep dan bertanya pada kelas kontrol. Adapun
keterampilan baru yang telah dipelajari. pertanyaan yang dapat direkam pada
Tahap akhir (tahap ketujuh) dari pertemuan pertama antara lain; (1) apa
model ini adalah tahap evaluasi. Pada tahap yang dimaksud senyawa hidrokarbon?;(2)
ini siswa diberi tugas secara individu untuk apa saja contoh reaksi-reaksi yang terjadi
dikerjakan di rumah masing-masing. Hasil senyawa hidrokarbon?; (3) bagaimana cara
evaluasi dipergunakan sebagai bahan penyulingan minyak bumi?; atau (4)
penilaian terhadap kemampuan siswa kenapa minyak bensin tidak bisa
dalam menguasai konsep yang dipelajari. digantikan dengan minyak tanah?.
Evaluasi juga dipergunakan untuk Pembelajaran yang berpusat pada
mengetahui kemandirian siswa dalam guru (teacher center) yakni pembelajaran
menyelesikan suatu permasalahan. Hal ini berpusat pada guru yang terjadi pada kelas
terlihat bahwa adala sebagian siswa yang kontrol mengakibatkan siswa tidak pernah
menyelesaiakan tugas individu sengan melakukan persiapan sebelum
tanggung jawab dan kesadaran yang baik, pembelajaran dimulai, siswa susah diatur
namun ada yang menyontek pada teman untuk segera duduk bersama kelompok
kelasnya. Einsenkraft (2003) menyatakan masing-masing, sebagian siswa sering kali
bahwa tahap evaluasi dalam learning cycle tidak mengerjakan latihan soal ataupun
dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi pekerjaan rumah yang diberikan pada saat
formal dan informal siswa, serta pembelajaran, beberapa siswa sering keluar
dipergunakan untuk mengevaluasi tingkat masuk kelas saat pembelajaran, dan
pengetahuan siswa serta perubahan sikap mengacuhkan guru model saat proses
dan pemikiran siswa. pembelajaran berlangsung.
Dari pemaparan diatas model Pembelajaran di kelas kontrol dimulai
pembelajaran siklus belajar-7E (learning dengan guru membagi siswa menjadi 6
cycle) membuat siswa lebih aktif dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6-7
bertanya, mencari informasi, menyatakan siswa. Setiap siswa dikondisikan duduk
pendapat, menjawab pertanyaan dan bersama anggota kelompok masing-masing.
menjadi pendengan yang baik ketika Kegiatan pembelajaran mengguanakan
diskusi kelas berlangsung. Hal ini model konvensional diawali dengan
berdampak pada siswa mampu membangun memberikan video pembelajaran kepada
pemahamannya sendiri dan memperoleh siswa dengan tujuan menumbuhkan
pengalaman belajar yang tidak terlepas dari motivasi siswa terhadap materi yang

80
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

diajarkan. Berdasarkan hasil pengamatan, dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, siswa
sebagian besar siswa terlihat menyimak diberian stimulus dalam bentuk
dengan seksama video yang ditayangkan permasalahan selanjutnya kemampuan
dan mencatat poin-poin pada video siswa dalam merespons stimulus dalam
tersebut. Setelah itu, guru melanjutkan bentuk penyelesaian permasalahan diukur
dengan memberikan penjelasan tentang dengan enam indikator yang telah
materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil kemampuan berpikir
direncanakan. Pada tahap ini terlihat kritis siswa dalam penelitian ini diukur
sebagian siswa terlihat menyimak dengan lima tingkatan metode Solo
penjelasan guru dengan baik dan sebagian Taxonomy, yaitu: (1) prestruktural, jika
lainnya sibuk dengan kegiatan pribadi tugas tidak dikerjakan dengan cara yang
seperti mengobrol dengan teman sebangku, tepat, seperti menggunakan tautology atau
mencari teman kelompok, melamun dan hanya mengulang pertanyaan; (2)
lain sebagainya. Kondisi ini hampir unistruktural, jika tugas sudah
mendekati kondisi pada observasi awal memunculkan salah satu aspek yang
yang dilakukan peneliti. Kondisi ini dapat relevan tetapi tidak ada hubungan antara
disebabkan kurang terlibatnya siswa dalam fakta atau ide; (3) multistruktural, jika
proses mencari informasi secara mandiri beberapa (dua atau lebih) aspek independen
seperti yang dilakukan pada kelas dalam tugas sudah dipahami atau
eksperimen. dimunculkan secara berturutan, tetapi tidak
Aktivitas siswa terlihat berbeda saling terkait; (4) relational, jika aspek
ketika guru menayangkan video relevan diintegrasikan ke dalam struktur
pembelajaran, dimana siswa terlihat yang koheren secara keseluruhan; dan (5)
antusias. Tetapi ketika guru meminta extended abstract, kesimpulan secara
mengerjakan LKS, siswa seringkali koheren digeneralisasikan atau
kesulitan dalam mengerjakan soal pada dikonseptualisasikan ke dalam level
LKS dan beberapa siswa seringkali abstraksi yang lebih tinggi.
berputus asa untuk mengerjakan soal pada Hasil penelitian menunjukkan,
LKS. Hal ini dikarenakan informasi yang kelompok siswa dengan kelompok KBK
didapatkan hanya diperoleh dari guru tanpa tinggi rata-rata menunjukkan KBK dalam
adanya respon aktif dari siswa untuk taraf multistruktural, dalam hal ini rata-rata
mencari tahu lebih jauh materi yang telah siswa mampu memberikan dua atau lebih
atau sedang diajarkan baik dengan cara alasan sebagai bentuk kemampuan siswa
berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam berpikir logis dalam memberikan
ataupun mencari referensi yang berkaitan solusi permasalahan materi kimia senyawa
dengan materi yang telah atau sedang hidrokarbon. Kelompok siswa dengan
diajarkan. Keadaan ini menyebabkan siswa kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi
kurang mendapatkan informasi tambahan secara signifikan memiliki nilai rata-rata
dari materi yang diajarkan sehingga hasil belajar yang lebih unggul dibanding
mempengaruhi rendahnya pencapaian hasil dengan kelompok siswa dengan
belajar siswa. kemampuan berpikir kritis rendah. Hal ini
Kemampuan berpikir kritis dalam dipengaruhi oleh kemampuan siswa yang
penelitian ini merupakan kemampuan lebih unggul dalam mengajukan proses
berpikir yang harus dikembangkan dan berpikir logis untuk melakukan analisis
dikuasai siswa dalam konteks pembelajaran pemecahan masalah. Sebagaimana
kimia senyawa hidrokarbon. Kemampuan dikemukaan oleh Page & Mukherjee (2006)
berpikir kritis yang dimaksud ditekankan bahwa kemampuan siswa berpikir kognitif
pada berpikir logis dan masuk akal yang tingkat tinggi dipengaruhi oleh kemapuan
difokuskan pada pengambilan keputusan berikir logis, analisis, dan evaluatif.
tentang apa yang dipahami, dipercaya, dan Sementara itu, Halpern (2013)

81
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

mengemukakan bahwa siswa dengan pula dibandingkan dengan kelompok siswa


kemampuan berpikir kritis tinggi secara yang lain.
umum juga memiliki kemampuan
mengkalkulasi berbagai kemungkinan KESIMPULAN
sehingga mampu membuat keputusan Berdasarkan hasil analisis data
dengan penerapan berpikir yang lebih logis. penelitian dan pembahasan yang telah
Hasil uji Two Way ANACOVA diuraikan pada BAB V, kesimpulan yang
menunjukkan bahwa interaksi antara model diperoleh adalah model pembelajaran
pembelajaran (Learning Cycle 7E – Learning Cycle 7E berpengaruh secara
Kontrol) dan kelompok KBK (Tinggi – signifikan terhadap hasil belajar siswa,
Rendah) berpengaruh secara signifikan dimana rata-rata hasil belajar posttest
terhadap hasil belajar siswa. Asumsi materi senyawa hidrokarbon kelompok
peneliti, nilai rata-rata siswa dari kelompok siswa kelas eksperimen lebih tinggi secara
KBK tinggi pada pada kelas eksperimen signifikan dibanding kelompok siswa kelas
meberikan pengaruh yang signifikan Kontrol. Hasil pengamatan terhadap
terhadap adanya pengaruh interaksi antara aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan
model pembelajaran dan kemampuan kelas kontrol, terlihat bahwa kelompok
berpikir kritis. Hasil penelitian siswa kelas eksperimen tampak
menunjukkan bahawa, model pembelajaran menunjukkan aktivitas yang lebih
Learning Cycle 7E memberikan pengaruh berkualitas dibanding kelompok siswa
yang signifikan terhadap hasil belajar kelas kontrol. Pada lima indikator yang
siswa. Demikian juga dengan pengaruh dipergunakan sebagai alat penilaian
KBK terhadap hasil belajar, dimana siswa aktivitas siswa, yaitu: keaktifan siswa
dengan kelompok KBK tinggi memiliki berpartisipasi dalam diskusi kelompok,
performa hasil belajar yang lebih baik keaktifan siswa dalam memanfaatkan
disbanding siswa dengan kelompok KBK media, keaktifan siswa dalam bertanya,
rendah. Analisis terhadap interaksi antara keaktifan siswa dalam
model pembelajaran dan kelompok KBK merespon/menanggapi permasalahan, dan
menyebabkan pengaruh terhadap hasil keaktifan siswa dalam menyelesaikan
belajar. Hal ini disebabkan karena tugas, kelompok siswa kelas eksperimen
karaktersitik model pembelajaran Learning menunjukkan keaktifan yang lebih baik
Cycle 7E dapat membantu siswa untuk dibanding kelompok siswa kelas kontrol.
aktif dalam mengidentifikasi masalah dan Kemampuan berpikir kritis siswa
mengajukan masalah dan menjalin diperoleh dua kelompok kemampuan
komunikasi dengan siswa lain melalui berpikir kritis pada setiap kelas yaitu
diskusi kelompok dalam rangka kelompok kemampuan berpikir kritis tinggi
menyelesaikan masalah. Model dan kelompok kemampuan berpikir kritis
pembelajaran Learning Cycle 7E rendah. Kemampuan berpikir kritis
memberikan perubahan positif terhadap berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkah laku siswa terutama dalam hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil
memahami materi yang dipelajari. Siswa belajar posttest materi senyawa
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi hidrokarbon kelompok kemampuan
akan lebih dimudahkan dalam berpikir kritis tinggi, lebih tinggi secara
menyesuaikan dengan permasalahan yang signifikan dibanding kelompok
dihadapi dalam rangka menyelesaikannya. kemampuan berpikir kritis rendah.
Sehinggga disaat siswa dengan kemampuan Sedangkan interaksi antara model
berpikir tinggi diberikan pengalaman model pembelajaran (Learning Cycle 7E –
pembelajaran Learning Cycle 7E maka Konvensional) dan kelompok kemampuan
akan memiliki pengalaman yang berbeda berpikir kritis (Tinggi – Rendah)

82
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

berpengaruh secara signifikan terhadap study. Assessment & Evaluation in


hasil belajar siswa. Higher Education, Vol. 27, No.6,
2002. ISSN 0260-2938 print; ISSN
1469-297X online/02/060511-17 ©
DAFTAR PUSTAKA 2002 Taylor & Francis Ltd. DOI:
10.1080/0260293022000020282.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Duron, Limbach, dan Waugh. 2006.
Critical Thinking Framework for
__________. 2010. Prosedur Penelitian. Any Discipline. International
Jakarta: Rineka Cipta. Journal of Teaching and Learning
in Higher Education. Vol 17(2):
Adiyah, M. 2011. Penerapan Model 160-166.
Pembelajaran Learning Cycle Tipe
7E untuk Meningkatkan Hasil Dindar, Bektas, dan Celik. 2010. What are
Belajar Siswa pada Ranah Kognitif the Pre-service Chemistry Teacher’s
dalam Pembelajaran Fisika SMA. Explanations on Chemistry Topics?.
Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika International Journal of Research in
FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Teacher Education.Vol 1: 32-41.
Bybee, W.R, Excecutive Directors, dan Eilks, Witteck, dan Pietzner. 2009. Critical
BSCS. 2006. ”The BSCS 5E Discussion of The Efficacy or Using
Instructional model; Origin Visual Learning Aids from The
Effectivenes, and Application” Internet to Promote Understanding,
[Online]. Tersedia: Illustrated with Example Explaining
http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexec The Daniell Voltaic Cell. Eurasia
summary.pdf. [23 Oktober 2012]. Journal of Mathematics, Science,
and Technology Education. Vol
Borg, W. R. dan Gall, M. D. 1983. 5(2): 145-152.
Educational Research An
Introduction, Fourth Edition. New Ennis, R.H. 2005. Critical Thingking Test.
York : Longman Inc. New York : Bright Minds.

Baker, Rudd, dan Pomeroy. 2001.


Relationships Between Critical and Eisenkraft, A. 2003. Expanding The 5E
Creative Thinking. Journal of Model. Journal for high school
Southern Agricultural Education Science Educators, Vol 70,(6),
Research 173. Vol 51(1). 56-59. On Line. Tersedia:
http://www.its-about-time.
Campbell, D.T., Shadis, W.R., & Cook, Com/htmls/ap/eisenkrafttst.pdf.
T.D. 2002. Experimental and
Quasi-Experimental Designs for Fajaroh, F dan Dasna, I.W. 2004.
Generalized Causal Inference. Penggunaan Model Pembelajaran
U.S.A: Houghton Mifflin. Learning Cycle dntuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Chan, C., M. S. Tsui, dan Mandy Y. C. Hasil Belajar Kimia Zat Aditif
Chan. 2002. Applying the Structure dalam Bahan Makanan Pada Siswa
Of Observed Learning Outcomes Kelas XI SMAN Tumpang-Malang.
(SOLO) Taxonomy On Student’s Jurnal Pendidikan dan
Learning Outcomes: an empirical Pembelajaran Vol.11,(2),112-122.

83
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Fisher, A. 2009. Critical Thinking An Dikases melalui


Introduction: Berpikir Kritis Sebuah https://louisville.edu/ideastoaction/-
Pengantar. Alih bahasa oleh /files/featured/halpern/critical-
Benyamin Hadinata. Jakarta: thinking.pdf, tanggal 2 Oktober
Erlangga.
Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM
Hamalik, O. 2011. Proses Belajar dari Behavioristik sampai
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi
Pustaka.
Hanafiah, N dan Suhana, C. 2012. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung : Johnson, Ph.D, Eline B. 2011. Contextual
Ikapi. Teaching And Learning
Menjadikan Kegiatan Belajar
Hanafiah, N. 2008. ”Pendekatan Mengajar Mengasyikkan dan
Konstruktivisme dalam Belajar”. Bermakna. Bandung.
Jurnal PPS Uninus. 2,(2), 25-32.
Kusaeri & Suprananto. 2012. Pengukuran
Hardiansyah, D. 2010. Penerapan Model dan Penilaian Pendidikan.
Pembelajaran Learning Cycle 7E Yogyakarta: Graha Ilmu,
Untuk Meningkatkan Keterampilan Penerbit Kaifa.
Berpikir Kritis dan Penguasaan
Konsep Siswa SMA. Skripsi Jurusan Kusumaningsih. 2011. Penerapan Model
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Learning Cycle Untuk
Tidak diterbitkan. Meningkatkan Ketrampilan Berpikir
Kritis dan Prestasi Belajar Siswa
Harjono, A. 2006. ”Model Pengajaran SMA pada Materi Usaha dan
Siklus untuk Pengajaran Fisika”. Energi. Skripsi Jurusan Pendidikan
Jurnal Pijar MIPA. 1,(2), 53-57. Fisika FPMIPA UPI. Tidak
diterbitkan.
Hasruddin. 2009. Memaksimalkan
Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Lorsbach, A.W. 2006. The Learning Cycle
Pendekatan Kontekstual. JURNAL as a Tool for Planning Science
TABULARASA PPS UNIMED Instruction. Illinois State University.
Vol.6 No.1, Juni 2009. Diakses dari Vol 1, 1-2.
http://digilib.unimed.ac.id/public/U
NIMED-Article-24572- Nurkancana dan Sumartana. 2012. Evaluasi
Hasruddin.pdf [03 Mei 2015]. Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Huang, 2008. Embedding mobile
technology to outdoor natural Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar.
science learning based on the 7E Yogyakarta : Pustaka Belajar.
learning cycle. Institue of Graduate
Institue of Learning & Instruction, Potter, M. K. dan Kustra, E. 2012. A
National Central University, Taiwan Primer On Learning Outcomes and
[Online]. Tersedia: the SOLO Taksonomy. Center For
http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/l Teaching and Learning : University
orsbach/275/ircy.html Of Windsor.

Halpern,.D.F. (2013). Critical Thinking Page, D. & Mukherjee, A. (2006). Using


Workshop for Helping our Students Negotiation Excercises to Promote
Become Better Thinkers, On Line. Critical Thinking Skills. Journal of

84
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Developments in Business Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian


Simulation and Experiential Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Learning, Volume 33, 2006 page Bandung : Alfabeta.
71-78
Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian.
Reswari, G,P. 2011. Penerapan Model Bandung: ALFABETA
Pembelajaran Learning Cycle 7E
untuk Meningkatkan Keterampilan Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme
Proses Sains dan Prestasi Belajar dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Kanisius.
Fisika FPMIPA UPI. Tidak
diterbitkan. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi
Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistika. PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Bandung : Alfabeta. Pelajar.

Riyanto, Y. 2010. Metodologi Penelitian Supriono, A. 2012. Cooperative Learrning.


Pendidikan. Surabaya : SIC. Surabaya : Pustaka Pelajar.

Sadia, I,W. 2001. Penerapan Model Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor
Kontruktivisme Untuk yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. PT Rineka Cipta.Sofyan, Ahmad,
Tesis. Pasca Sarjana UPI. Tidak dkk.. 2006. Evaluasi Pembelajaran
diterbitkan. IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Press.
Sardiman, 2001.Interaksi dan Motivasi.
Jakarta: Grasindo Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi
Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pendidikan dan Pengembangan. Pustaka.
Jakarta : Kencana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Simatupang, D. 2008. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Siklus Belajar. Jurnal Implementasinya dalam KTSP.
Kewarganegaraan 1(10). 62-70. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suastika, K,D. Utami, T dan Meriana. Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran


2011. Implementasi Model Inovatif Kontemporer Suatu
Pembelajaran Siklus (Learning Tinjauan Konseptual Operasional.
Cycle) pada Pembelajaran Fisika Jakarta : Bumi Aksara.
Materi Dinamika Partikel di Kelas
X Semester 1 SMA Negeri 1 Wiersma, W. 1995. Research Methods in
Palangkaraya Tahun Ajaran Education: an Intoduction.
2010/2011. Prosiding Seminar Massachussetts: A Simon and
Nasional Penelitian. Pendidikan dan Schuster Company.
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA
Universitas Yogyakarta. Widjajanti, E., Marfuatun, dan Utomo, P.
2011.Upaya Peningkatan
Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Pemahaman Konseptual dan
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Keterampilan Proses Ilmiah
Baru Algesindo. Mahasiswa pada Praktikum Kimia

85
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Fisika II melalui Model Daur Penerapan MIPA, Fakultas MIPA


Belajar 7E. Prosiding Seminar Universitas Yogyakarta.
Nasional Penelitian. Pendidikan dan

86

S-ar putea să vă placă și