Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
69
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
70
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
diajukan sebagai “guided discovery” dan (Evaluate), tahap ini guru mengevaluasi
digunakan dalam program sains sekolah pembelajaran yang telah dilakukan dalam
dasar. Karplus menggunakan istilah bentuk penilaian formal dan informal, dan
Exploration, Invention, dan Discovery. (7) memperluas (Exted), bertujuan untuk
Istilah-istilah tersebut kemudian berfikir, mencari, menemukan, dan
dimodifikasi menjadi Exploration, Concept menjelaskan konsep yang telah dipelajari.
Intruduction, dan Concept Application Ketujuh tahapan diatas merupakan
(Karplus dalam Fajaroh & Dasna, 2004). tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh
Eisenkraft (2003) mengembangkan guru dan siswa dalam menerapkan model
model pembelajaran siklus menjadi 7 pembelajaran model pembelajaran siklus
tahapan. Model pembelajaran siklus tipe 5E tipe 7E pada pembelajaran di kelas. Siswa
mengalami pengembangan menjadi model dan guru mempunyai peran masing-masing
pembelajaran siklus tipe 7E (Eisenkraft, dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
2003). Perkembangannya menghasilkan dilakukan dengan menggunakan tahapan
tahapan-tahapan: Elicit, Engagge, Explore, dari model pembelajaran siklus tipe 7E.
Explain, Elaborate, Evaluasi dan Exted. Beberapa kelebihannya anta lain (Lorsbach,
Seperti yang diungkapkan oleh Eisenkraft 2006; Huang, 2008; Alamsyah, 2009;
(2003), tujuh tahapan dalam model Hardiansyah, 2010): (1) merangsang siswa
pembelajaran siklus tipe 7E terdiri atas untuk mengingat kembali materi
tahap: (1) mendatangkan pemahaman awal pembelajaran yang telah mereka dapatkan
siswa (Elicit), yaitu kegiatan memberikan sebelumnya, (2) memberi motivasi kepada
pertanyaan yang merangsang pengetahuan siswa untuk menjadi lebih aktif dan
awal siswa agar timbul respon dari menambah rasa keingintahuan, (3) melatih
pemikiran siswa serta menimbulkan siswa belajar menemukan konsep melalui
motivasi untuk mengetahui jawaban dari kegiatan eksperimen, (4) melatih siswa
pertanyaan yang diajukan oleh guru, (2) untuk menyampaikan secara lisan konsep
melibatkan (Engage), yaitu kegiatan siswa yang telah mereka pelajari, (5) memberikan
dan guru akan saling memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir,
informasi dan pertanyaan-pertanyaan yang mencari, menemukan, dan menjelaskan
ditanyakan, memberitahukan siswa tentang contoh penerapan konsep yang telah
ide dan rencana pembelajaran sekaligus dipelajari, (6) guru dan siswa menjalankan
memotivasi siswa agar lebih berminat tahapan pembelajaran yang saling mengisi
untuk mempelajari konsep dan satu sama lainnya, (7) guru dapat
memperhatikan guru dalam mengajar, (3) menerapkan model ini dengan metode yang
menyelidiki (Explore), dimana siswa diberi berbeda-beda, dan (8) menuntut
kesempatan untuk melakukan penyelidikan, kesungguhan dan kreativitas siswa dalam
pengamatan, membuat pertanyaan dan merangsang dan melaksanakan proses
mengobservasi konsep dari bahan-bahan pembelajaran.
pelajaran, seperti benda-benda alam atau Hasil penelitian mengenai model
model yang telah disediakan sebelumnya, pembelajaran siklus dengan model
(4) menjelaskan (Explain), merupakan pembelajaran tradisional oleh Adiyah
tahap dimana siswa diberikan kesempatan (2011) meyatakan bahwa “Penggunaan
untuk menjelaskan konsep dan definisi- model pembelajaran siklus tipe 7E dapat
definisi awal ketika eksplorasi, (5) meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
menerapkan (Elaborate), melalui tahap SMA pada topik fluida dibandingkan
menerapkan, siswa dapat mengetahui dan dengan penggunaan model pembelajaran
memahami kosakata ilmiah dari tahap tradisional.”Hasil penelitian lain mengenai
sebelumnya sehingga dapat menerapkan model pembelajaran siklus oleh Sri
pada suatu konsep yang berkaitan dengan Rusmiati (2013) yang mengatakan bahwa
materi yang dipelajari, (6) menilai “terdapat pengaruh pembelajaran LC 7E
71
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
dan Giuded Inkuiri terhadap hasil belajar agar pembelajaran kimia yang dapat
kognitif tetapi tidak pada aspek afektif dan meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1
psikomotorik”. LINGSAR. Salah satunya yakni dengan
Berdasarkan data-data yang diperoleh menggunakan model pembelajaran siklus,
peneliti melalui observasi dan pengalaman karena dapat meningkatkan pembentukan
mengajar langsung yang diperoleh peneliti pemahaman pengetahuan siswa secara aktif
sebagai guru langsung di sekolah yang yang melibatkan konsep, prinsip, aturan
bersangkutan dan wawancara yang serta penghitungan matematis dan
dilakukan oleh peneliti dengan rekan kerja diharapkan juga untuk dapat meningkatkan
yang juga sebagai guru di SMAN 1 keterampilan proses sains dan hasil
LINGSAR pada tanggal 3 dan 5 Oktober belajarnya.
2015, pembelajaran kimia pada kelas X Keterampilan berpikir kritis
menggunakan model pembelajaran yang merupakan salah satu kemampuan siswa
kurang aktif, guru cendrung memberikan sebagai hasil belajar yang dapat diukur oleh
catatan dan diberikan penugasan pada guru. Menurut Enis (2005), berpikir kritis
siswa walaupun beberapa kali guru juga adalah kemampuan memberi alasan
menggunakan alat bantu mengajar berupa (reasonable) dan reflektif yang difokuskan
LCD dan guru juga melakukan praktikum pada apa yang diyakinkan dan dikerjakan.
untuk materi yang perlu dipraktikumkan Sedangkan menurut Jhonson (2011),
tetapi belum juga bisa membuat semua berpikir kritis merupakan sebuah proses
siswa aktif secara keseluruhan. Siswa yang yang terarah dan jelas yang digunakan
aktif hanya beberapa orang saja di setiap dalam kegiatan mental seperti memecahkan
kelas, sehingga mengakibatkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
pembelajaran kurang optimal. Hal ini menganalisis asumsi dan melakukan
menyebabkan siswa pasif dan cenderung penelitian ilmiah.
kurang memahami materi yang Definisi berfikir kritis diberikan oleh
disampaikan oleh guru dan siswa tidak banyak pakar, salah satunya adalah Edward
dapat membangun pengetahuan serta Glaser, salah seorang dari penulis Watson-
pemahaman sendiri. Efek pada hasil belajar Glaser Critical Thingking Appraisal (uji
yaitu ditunjukkan dengan ketidak sesuaian kemampuan berpikir kritis yang paling
nilai yang didaptkan siswa dengan KKM banyak di pakai di seluruh dunia). Glaser
yang ditetapkan yakni 70. Adapun hasil mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1)
nilai rata-rata Mid Semester I pada tahun suatu sikap mau berpikir secara mendalam
2015/2016 yakni sebagai berikut: tantang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman
Tabel 1 Nilai Rata-Rata Mid Semester I seseorang: (2) pengetahuan tentang
Tahun Ajaran 2015/2016 metode-metode pemeriksaan dan penalaran
No. Kelas Nilai Rata-Rata yang logis; dan (3) semacam suatu
1. X1 64,91 keterampilan untuk menerapkan metode-
2. X2 63,25 metode tersebut. Berpikir kritis menuntut
3. X3 64,36 upaya keras untuk memeriksa setiap
4. X4 65,67 keyakinan atau pengetahuan asumtif
5. X5 63,36 berdasarkan bukti pendukungnya dan
6. X6 63,50 kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
7. X7 61,20 diakibatkan (Glaser, 1941 dalam Fisher
(Sumber: Arsip Nilai Guru Mata Pelajaran, 2009).
2015) Struktur jawaban untuk
Menyikapi permasalahan tersebut, meningkatkan ketermapilan berfikir kritis
diperlukan model pembelajaran yang tepat mengacu pada taksonomi SOLO (Structure
of Observed Learning Outcomes).
72
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
73
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
(Learning Cycle) tipe 7E dan model kelompok; dan (4) melakukan posttest pada
pembelajaran konvensional terhadap hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
belajar siswa kelas X SMAN 1 Lingsar mengukur hasil belajar kognitif dan
tahun ajaran 2015/2016 ditinjau dari keterampilan berpikir kritis siswa setelah
kemampuan berpikir kritis siswa”. dilakukan treatment. Sedangkan tahap
analisis data merupakan tahapan
METODOLOGI menganalisis sejumlah data kuantitatif
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 dengan bantuan program SPSS versi 21 for
Lingsar Kec. Lingsar Kabupaten Lombok windows.
Barat pada kelas X semester II tahun Variabel dalam penelitian ini meliputi
pelajaran 2015/2016. Penelitian ini variabel bebas, variabel moderator, dan
dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 variabel terikat. Variabel bebas pada
sampai dengan bulan Juni 2016. Tahap- penelitian ini adalah model pembelajaran
tahap penelitian meliputi: (1) tahap yang diterapkan pada kelas sampel yakni
persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) model learning cycle dengan metode
tahap analisis data. Pada tahap persiapan, eksperimen, diskusi, tanya jawab yang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: merupakan model yang dapat
(1) melakukan studi literatur tentang model meningkatkan peran aktif siswa untuk kelas
pembelajaran learning cycle, keterampilan eksperimen dan model konvensional yakni
berpikir kritis dan Kemampuan awal siswa dengan metode ceramah dan diskusi untuk
dari berbagai sumber; (2) menyusun kelas kontrol. Variabel kontrol dalam
perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) penelitian ini adalh kemampuan berpikir
dan instrumen penelitian (tes penguasaan kritis siswa, sedangkan variabel terikatnya
konsep sains dan lembar observasi adalah hasil belajar siswa dalam ranah
keterampilan proses sains); (3) melakukan kognitif (hasil belajar kimia siswa).
validasi ahli oleh 3 validator; (4) Populasi dalam penelitian ini adalah
melakukan uji coba instrument pada kelas siswa kelas X SMAN 1 Lingsar Tahun
X SMAN 1 Lingsar; dan (5) melakukan Pelajaran 2015/2016 terdiri dari 7 (tujuh)
analisis kualitas instrument dengan uji kelas dengan jumlah 237 siswa. Sampel
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan dipilih dari 2 (dua) kelas, selanjutnya
daya pembeda dengan bantuan program ditetapkan 1 (satu) kelas sebagai kelas
Microsoft Excel Versi 2010. kontrol dan 1 (satu) kelas sebagai kelas
Pada tahap persiapan, kegiatan- eksperimen. Pada kelas eksperimen
kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) diberikan perlakuan menggunakan model
melakukan pretest untuk mengukur pembelajaran siklus belajar (learning cycle)
kemampuan awal siswa dalam hal hasil 7E sedangkan pada kelas kontrol diberikan
belajar kognitif dan kemampuan berpikir perlakuan model pembelajaran
kritis baik itu dikelompok kontrol (kelas X- konvensional. Adapun teknik pengambilan
2) maupun eksperimen (kelas X-1); (2) sampel (sampling) yang digunakan dalam
melakukan pembelajaran materi senyawa penelitian ini adalah purposive sampling
hidrokarbon. Saat pembelajaran, kelompok yaitu teknik pengambilan sampel yang
kontrol mendapatkan perlakuan hanya tidak memberi peluang yang sama bagi
berupa pembelajaran model konvensional setiap unsur atau anggota populasi untuk
saja, sedangkan kelompok eksperimen dipilih menjadi anggota sampel dan
mendapat perlakuan berupa model didasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono,
pembelajaran learning cycle; (3) 2015).
melakukan penilaian kemampuan berpikir Pelaksanaan penelitian ini didukung
kritis siswa pada saat kegiatan dengan perangkat dan instrumen yang
pembelajaran berlangsung yang dilakukan disusun oleh penelti sebelumnya. Perangkat
oleh observer pada masing-masing penelitian meliputi: silabus, Rencana
74
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
Tabel 2. Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Materi Senyawa Hidrokarbon
Berdasarkan Kelas Perlakuan
Kelas Perlakuan Hasil Belajar N Min. Maks SD
Pretest 35 16 48 28 7.88
Kelas Kontrol
Posttest 35 9 65 40.46 8.7
Pretest 33 12 48 26.55 7.73
Kelas Eksperimen
Posttest 33 27 94 54.73 15.84
100
Nilai Rata-rata Hasil
80
Belajar Siswa
60 54,73
40,46
40 28,00 26,55
20
0
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Hasil Belajar Pretest Hasil Belajar Posttest
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Pretest dan Postest Materi Senyawa Hidrokarbon
antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
75
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
pegelompokan siswa dalam kelompok KBK kurang dari median masuk dalam
KBK tinggi dan kelompok KBK rendah. kategori kelompok KBK rendah. Hasil
Siswa yang memeroleh nilai KBK lebih belajar posttest siswa materi senyawa
tinggi atau sama dengan dari median masuk hidrokarbon berdasarkan kelas perlakuan
dalam kategori kelompok KBK tinggi, dan kelompok KBK dicantumkan dalam
sedangkan siswa yang memperoleh nilai Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Belajar Posttest Siswa Materi Senyawa Hidrokarbon Berdasarkan Kelas
Perlakuan dan Kelompok KBK
Kelas Hasil
Kelompok KBK N Min. Maks SD
Perlakuan Belajar
Kelompok KBK
Kelas Posttest 15 27 46 39,73 5,311
Rendah
Kontrol
Kelompok KBK Tinggi Posttest 20 9 65 41 10,672
Kelompok KBK
Kelas Posttest 15 27 81 45,2 13,007
Rendah
Eksperimen
Kelompok KBK Tinggi Posttest 18 40 94 62,67 13,634
100,00
90,00
80,00
70,00 62,67
60,00
50,00 45,2
39,73 41
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Kelompok KBK Kelompok KBK Kelompok KBK Kelompok KBK
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Hasil Belajar Posttest
76
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
Hasil uji normalitas data pretest dan data disimpulkan bahwa hasil belajar pretest dan
posttest baik pada kelas kontrol maupun posttest pada kelas kontrol dan kelas
kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai eksperimen berdistribusi normal.
< sehingga dapat
77
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
Hasil uji Two Way ANACOVA pelajari secara mandiri. Dengan belajar
terhadap sumber kelas_perlakuan secara mandiri, siswa tidak hanya sekedar
sebagaimana dicantumkan dalam Tabel menghafal materi yang diajarkan tetapi
4.13 menunjukkan bahwa nilai pada derajat juga akan memahami dan mengerti apa
kebebasan 1 (df1)=1, derajat kebebasan 2 yang sedang mereka pelajari dan mereka
(df2)=67, dan =0,05, nilai dapat mengaplikasikannya dalam
(24,063) > (3,984) kehidupan sehari-hari.
sehingga dapat disimpulkan bahwa Model Pelaksanaan pembelajaran dimulai
Pembelajaran Learning Cycle 7E dengan guru membagi siswa menjadi 6
berpengaruh secara signifikan terhadap kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-7
hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil siswa. Setiap pertemuan siswa dikondisikan
belajar posttest materi senyawa duduk bersama anggota kelomok masing-
hidrokarbon kelompok siswa kelas masing. Setiap kelompok diberikan aturan
eksperimen lebih tinggi secara signifikan main yang ditampilkan melalui video
dibanding kelompok siswa kelas Kontrol. dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan
Sementara itu, hasil uji Two Way memusatkan perhatian siswa terhadap
ANACOVA terhadap sumber KBK materi dan kegiatan pembelajaran dari awal
sebagaimana dicantumkan dalam Tabel sampai akhir pembelajaran.
4.13 menunjukkan bahwa, pada df1=1, Kegiatan pembelajaran menggunakan
df2=67, dan =0,05, nilai zlearning cycle dimulai dengan
(11,394) > (3,984) memberikan pemahaman awal kepada
sehingga dapat disimpulkan bahwa KBK siswa tentang materi yang akan diajarkan
berpengaruh secara signifikan terhadap kemudian mengarahkan siswa untuk
hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil mengamati peristiwa kimia yang akan
belajar posttest materi senyawa dipelajari melalui percobaan kimia tahapan
hidrokarbon kelompok KBK tinggi, lebih ini adalah tahapan melibatkan siswa untuk
tinggi secara signifikan dibanding melakukan pengamatan dan membahas
kelompok KBK rendah. Sedangkan hasil hasil pengamatan (tahap engangement).
uji Two Way ANACOVA sebagaimana Menurut hasil observasi pada tahap ini,
dicantumkan dalam Tabel 4.13 siswa terlihat aktif menyiapkan bahan
menunjukkan bahwa pada df1=1, df2=67, praktikum dan melaksanakan setiap proses
praktikum dengan baik. Siswa juga terlihat
dan =0,05, nilai (8,614) >
aktif bertanya tentang langkah-langkah
(3,984) sehingga dapat disimpulkan percobaan yang akan dilakukan, hal-hal
bahwa interaksi antara model pembelajaran
yang berkaitan dengan hasil pengamatan,
(Learning Cycle 7E – Kontrol) dan cara mengidentifikasi suatu zat yang
kelompok KBK (Tinggi – Rendah) dikatakan bereaksi, cara menulis persamaan
berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi, dan lain-lain. Sebagai contoh, pada
hasil belajar siswa. pertemuan pertama keaktifan bertanya
Alasan yang mendasari keberhasilan siswa dapat dilihat dari pertanyaan yang
model siklus belajar-7E (learning cycle) diajukan siswa pada kelas eksperimen
menggunakan LKS dalam memberikan antara lain (1) apa yang dimaksud senyawa
pengaruh yang signifikan terhadap hasil hidrokarbon?; (2) apa saja contoh reaksi-
belajar siswa kelas X SMAN 1 Lingsar reaksi yang terjadi senyawa hidrokarbon?;
adalah bahwa model siklus belajar-7E (3) bagaimana cara penyulingan minyak
(leaning cycle) memiliki langkah-langkah bumi?; atau (4) kenapa minyak bensin
yang menuntut keterlibatan setiap siswa
tidak bisa digantikan dengan minyak tanah?
secara aktif dalam membangun Menurut Martinis Yamin (2007)
pengetahuan dan pemahaman terhadap
“Mengajukan pertanyaan berarti
materi pembelajaran yang sedang mereka menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh
78
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
79
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
Tahap yang keenam dari model konteks dunia nyata. Hal ini memberikan
pembelajaran learning cycle 7E adalah perubahan positif terhadap tingkah laku
tahap extend (memperluas), pada tahapan siswa terutama dalam memahami materi
ini terlihat aktivitas siswa dalam yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan
menunjukkan kemampuan berpikir, penelitian Nohogludan dan Yalcin yang
mencari, menemukan dan menjelaskan (2006) yang menyimpulkan bahwa learning
konsep yang telah dipelajari. Dalam cycle facylities student to learn effectively
kegiatan ini kemampuan siswa dalam and organize the knowledge in a
menunjukkan aktivitas berpikir ditandai meaningfull way. It achieves to make the
dengan kegiatan mencari hubungan konsep knowledge long lasting.
yang mereka pelajari dengan konsep lain Hasil positif terhadap hasil belajar
yang sudah dipelajari. Sebagaimana yang terlihat di kelas eksperimen berbeda
dikemukakan oleh Einsenkraft (2003) yang dengan kegiatan pembelajaran di kelas
menyatakan bahwa tahap extend pada kontrol yang menggunakan model
intinya merupakan aktualisasi kemampuan konvensional. Siswa lebih cenderung
siswa dalam memenuhi tuntutan untuk menerima materi apa adanya. Hal ini
berpikir, mencari, menemukan, dan dibuktikan dengan kurangnya keaktifan
menjelaskan contoh penerapan konsep dan bertanya pada kelas kontrol. Adapun
keterampilan baru yang telah dipelajari. pertanyaan yang dapat direkam pada
Tahap akhir (tahap ketujuh) dari pertemuan pertama antara lain; (1) apa
model ini adalah tahap evaluasi. Pada tahap yang dimaksud senyawa hidrokarbon?;(2)
ini siswa diberi tugas secara individu untuk apa saja contoh reaksi-reaksi yang terjadi
dikerjakan di rumah masing-masing. Hasil senyawa hidrokarbon?; (3) bagaimana cara
evaluasi dipergunakan sebagai bahan penyulingan minyak bumi?; atau (4)
penilaian terhadap kemampuan siswa kenapa minyak bensin tidak bisa
dalam menguasai konsep yang dipelajari. digantikan dengan minyak tanah?.
Evaluasi juga dipergunakan untuk Pembelajaran yang berpusat pada
mengetahui kemandirian siswa dalam guru (teacher center) yakni pembelajaran
menyelesikan suatu permasalahan. Hal ini berpusat pada guru yang terjadi pada kelas
terlihat bahwa adala sebagian siswa yang kontrol mengakibatkan siswa tidak pernah
menyelesaiakan tugas individu sengan melakukan persiapan sebelum
tanggung jawab dan kesadaran yang baik, pembelajaran dimulai, siswa susah diatur
namun ada yang menyontek pada teman untuk segera duduk bersama kelompok
kelasnya. Einsenkraft (2003) menyatakan masing-masing, sebagian siswa sering kali
bahwa tahap evaluasi dalam learning cycle tidak mengerjakan latihan soal ataupun
dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi pekerjaan rumah yang diberikan pada saat
formal dan informal siswa, serta pembelajaran, beberapa siswa sering keluar
dipergunakan untuk mengevaluasi tingkat masuk kelas saat pembelajaran, dan
pengetahuan siswa serta perubahan sikap mengacuhkan guru model saat proses
dan pemikiran siswa. pembelajaran berlangsung.
Dari pemaparan diatas model Pembelajaran di kelas kontrol dimulai
pembelajaran siklus belajar-7E (learning dengan guru membagi siswa menjadi 6
cycle) membuat siswa lebih aktif dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6-7
bertanya, mencari informasi, menyatakan siswa. Setiap siswa dikondisikan duduk
pendapat, menjawab pertanyaan dan bersama anggota kelompok masing-masing.
menjadi pendengan yang baik ketika Kegiatan pembelajaran mengguanakan
diskusi kelas berlangsung. Hal ini model konvensional diawali dengan
berdampak pada siswa mampu membangun memberikan video pembelajaran kepada
pemahamannya sendiri dan memperoleh siswa dengan tujuan menumbuhkan
pengalaman belajar yang tidak terlepas dari motivasi siswa terhadap materi yang
80
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
diajarkan. Berdasarkan hasil pengamatan, dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, siswa
sebagian besar siswa terlihat menyimak diberian stimulus dalam bentuk
dengan seksama video yang ditayangkan permasalahan selanjutnya kemampuan
dan mencatat poin-poin pada video siswa dalam merespons stimulus dalam
tersebut. Setelah itu, guru melanjutkan bentuk penyelesaian permasalahan diukur
dengan memberikan penjelasan tentang dengan enam indikator yang telah
materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil kemampuan berpikir
direncanakan. Pada tahap ini terlihat kritis siswa dalam penelitian ini diukur
sebagian siswa terlihat menyimak dengan lima tingkatan metode Solo
penjelasan guru dengan baik dan sebagian Taxonomy, yaitu: (1) prestruktural, jika
lainnya sibuk dengan kegiatan pribadi tugas tidak dikerjakan dengan cara yang
seperti mengobrol dengan teman sebangku, tepat, seperti menggunakan tautology atau
mencari teman kelompok, melamun dan hanya mengulang pertanyaan; (2)
lain sebagainya. Kondisi ini hampir unistruktural, jika tugas sudah
mendekati kondisi pada observasi awal memunculkan salah satu aspek yang
yang dilakukan peneliti. Kondisi ini dapat relevan tetapi tidak ada hubungan antara
disebabkan kurang terlibatnya siswa dalam fakta atau ide; (3) multistruktural, jika
proses mencari informasi secara mandiri beberapa (dua atau lebih) aspek independen
seperti yang dilakukan pada kelas dalam tugas sudah dipahami atau
eksperimen. dimunculkan secara berturutan, tetapi tidak
Aktivitas siswa terlihat berbeda saling terkait; (4) relational, jika aspek
ketika guru menayangkan video relevan diintegrasikan ke dalam struktur
pembelajaran, dimana siswa terlihat yang koheren secara keseluruhan; dan (5)
antusias. Tetapi ketika guru meminta extended abstract, kesimpulan secara
mengerjakan LKS, siswa seringkali koheren digeneralisasikan atau
kesulitan dalam mengerjakan soal pada dikonseptualisasikan ke dalam level
LKS dan beberapa siswa seringkali abstraksi yang lebih tinggi.
berputus asa untuk mengerjakan soal pada Hasil penelitian menunjukkan,
LKS. Hal ini dikarenakan informasi yang kelompok siswa dengan kelompok KBK
didapatkan hanya diperoleh dari guru tanpa tinggi rata-rata menunjukkan KBK dalam
adanya respon aktif dari siswa untuk taraf multistruktural, dalam hal ini rata-rata
mencari tahu lebih jauh materi yang telah siswa mampu memberikan dua atau lebih
atau sedang diajarkan baik dengan cara alasan sebagai bentuk kemampuan siswa
berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam berpikir logis dalam memberikan
ataupun mencari referensi yang berkaitan solusi permasalahan materi kimia senyawa
dengan materi yang telah atau sedang hidrokarbon. Kelompok siswa dengan
diajarkan. Keadaan ini menyebabkan siswa kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi
kurang mendapatkan informasi tambahan secara signifikan memiliki nilai rata-rata
dari materi yang diajarkan sehingga hasil belajar yang lebih unggul dibanding
mempengaruhi rendahnya pencapaian hasil dengan kelompok siswa dengan
belajar siswa. kemampuan berpikir kritis rendah. Hal ini
Kemampuan berpikir kritis dalam dipengaruhi oleh kemampuan siswa yang
penelitian ini merupakan kemampuan lebih unggul dalam mengajukan proses
berpikir yang harus dikembangkan dan berpikir logis untuk melakukan analisis
dikuasai siswa dalam konteks pembelajaran pemecahan masalah. Sebagaimana
kimia senyawa hidrokarbon. Kemampuan dikemukaan oleh Page & Mukherjee (2006)
berpikir kritis yang dimaksud ditekankan bahwa kemampuan siswa berpikir kognitif
pada berpikir logis dan masuk akal yang tingkat tinggi dipengaruhi oleh kemapuan
difokuskan pada pengambilan keputusan berikir logis, analisis, dan evaluatif.
tentang apa yang dipahami, dipercaya, dan Sementara itu, Halpern (2013)
81
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
82
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
83
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
84
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
Sadia, I,W. 2001. Penerapan Model Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor
Kontruktivisme Untuk yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. PT Rineka Cipta.Sofyan, Ahmad,
Tesis. Pasca Sarjana UPI. Tidak dkk.. 2006. Evaluasi Pembelajaran
diterbitkan. IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Press.
Sardiman, 2001.Interaksi dan Motivasi.
Jakarta: Grasindo Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi
Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pendidikan dan Pengembangan. Pustaka.
Jakarta : Kencana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Simatupang, D. 2008. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Siklus Belajar. Jurnal Implementasinya dalam KTSP.
Kewarganegaraan 1(10). 62-70. Jakarta: PT Bumi Aksara.
85
JPPIPA: 3(2), Juli 2017
86