Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1,2,3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat Indonesia
Diterima: - Disetujui: -
ABSTRACT
Solid waste was generated by every unit in IPB Campus Dramaga. Such as, classrooms, laboratories,
cafeteria, offices, and dormintories. IPB has limited data about solid waste generation, even this data is
very important for successful waste management. Solid waste generation need two datas that is waste
generation data and waste composition data. The objective of this research were to calculate waste
generation in IPB Campus Dramaga and to design composting installation based on the generated waste
and odour emission. The measurement of waste generation and analysis of waste compostion was done
based on SNI 19-3694-1994 and SNI 19-7030-2004. Composting installation was designed by considering
three parameters such as temperature, odour emission and compost quality. The mean waste generation in
IPB Campus Dramaga was 0.04 kg/capita/day. Solid waste in IPB Campus Dramaga were dominated by
plastic, papers and food scrap. TComposting installation required three composting bins, packaging corner
which include storage room and sieving tool. Composting installation required minimum area 64.5 m2.
Design of composting installation were divided in three various model and required area about 117.6 m2
to 166.53 m2. The most suitable composting bin to implement was composting bin (CB3).
Key words: compost, composting installation, odour, waste composition, waste generation.
PENDAHULUAN
Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu akademisi besar institusi di
Indonesia. Pengelolaan limbah padat yang dipraktikkan di IPB masih terbatas untuk
sekedar pengumpulan, transportasi, dan pembuang. Pembuangan di IPB dikategorikan
rendah teknologi, yaitu menggunakan sistem terbuka atau open dumping. open dumping
adalah salah satu perawatan umum karena anggaran yang rendah untuk pembuanagn
limbah dan tidak tersedianya tenaga kerja terlatih. Selanjutnya, open dumping juga
merupakan ancaman serius bagi air tanah dan tanah (Ali et al. 2013). Selain sistem open
dumping, IPB juga memiliki instalasi pengomposan, tetapi instalasi ini sedang dalam
pemeliharaan. Pengomposan adalah sebuah proses termediasi mikrobiologis dimana
organik mudah terdegradasi dalam limbah organik terdegradasi dan distabilkan (Cao et
al. 2010).
59
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
Limbah padat yang dihasilkan oleh setiap unit di kampus IPB Dramga seperti ruang
kelas, laboratorium, kantin, kantor, dan asrama. Limbah padat ini dibuang disebuah
tempat bernama Cikabayan. Produksi limbah padat meningkat setiap tahun karena
meningkatnya jumlah siswa dan kegiatan di Kampus IPB Dramaga. Pengukuran timbulan
limbah dan komposisi limbah padat telah dilakukan oleh PPLH (Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup), tetapi hasil pengukurannya tidak sesuai dengan standar SNI. Banyak
peneliti setuju bahwa studi karakteristik limbah merupakan langkah kritis pertama dalam
menyempurnakan perencanaan managemen pembuangan (Morrissey and Zavodska 2004;
Smyth et al. 2010; Virgen et al. 2012).
Menurut Kapolowitz et al. (2009), institusi tinggi, seperti IPB, mungkin sangat
cocok untuk memimpin perlindungan lingkungan untuk program limbah padat. Sampah
merupakan masalah yang kompleks dengan pertumbuhan populasi, keterbatasan lahan
dan kesulitan untuk menemukan situs yang cocok untuk membangun tempat pembuangan
akhir (Marmolejo et al. 2012). Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21 tahun
2006 (Kemen PU 2006), peningkatan program 3R (mengurangi, menggunakan kembali
dan mendaur ulang) harus disertai dengan meningkatkan fasilitas untuk pengolahan
limbah padat. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3 tahun 2013 (Kemen
PU 2013), salah satu implementasi untuk pengolahan limbah padat dengan pengomposan.
Pengomposan adalah metode yang secara efektif mengurangi limbah padat ke TPA.
Instalasi kompos adalah teknologi rendah tetapi di Asia Tenggara komposasinya tidak
praktik umum karena operasi tinggi dan biaya pemeliharaan, biaya tinggi produk akhir
sehubungan dengan pupuk komersial (Ngunyen dan Schnitzer 2009), kinerja buruk dan
kinerja tidak efisien (Marmolejo et al. 2012). Banyak penelitian menunjukkan bahwa
pemasangan kompos menimbulkan bau tidak sedap proses penguraian bahan organik dan
dapat ditangani dengan menggunakan beberapa teknologi seperti penyerapan, adsorpsi
dan biofilter (Michael dan Reddy 1998; Sironi dan Botta 2001; Park et al. 2002).
Berdasarkan masalah limbah padat di IPB dan referensi pelaksanaan limbah padat,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan limbah dan komposisi sampah
di Kampus IPB Dramaga. Data timbulan limbah dan data komposisi limbah padat, akan
berguna untuk merancang kompos instalasi di Kampus IPB Dramaga. Selain itu,
mengusulkan Kampus IPB Dramaga untuk menerapkan sistem 3R.
60
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
METODOLOGI
61
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
62
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
63
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
64
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
65
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
66
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
sampah dan data komposisi limbah akan menentukan potensi limbah untuk
pengomposan. Data menunjukkan beberapa situs tidak layak untuk menerapkan instalasi
kompos karena potensi rendah di bawah 0,10 m3 / hari atau di bawah 20%, seperti
PASCA, ASTRA dan ASTRI. Situs pengambilan sampel sisanya layak untuk
menerapkan instalasi pengomposan. Tabel 3 menunjukkan potensi limbah untuk
pengomposan.
Tabel 3 Kompos, non kompos, dan potensi untuk berpotensi untuk instalasi kompos
Rata-rata non Rata-rata Potensi untuk
Lokasi kompos kompos pengomposan
67
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
sementara CB2 tidak memiliki cakupan sama sekali. CB3 dilengkapi dengan lubang
aerasi di setiap sisi tempat pengomposan dan tidak ditutup oleh atap. Gambar 6
menunjukkan tata letak dari tiga jenis tempat pengomposan.
Gambar 6 Tata letak tempat pengomposan: (a) CB1, (b) CB2, dan (c) CB3.
68
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
oksigen yang tinggi. Menurut Adhikari (2011), aktivitas mikroba terutama dipengaruhi
oleh kelembaban dan oksigen.
69
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
1998; Sironi dan Botta 2001; Park et al. 2002; Smidt et al. 2009, Ngunyen dan Schnitzer
2009, Marmolejo et al. 2012). Bau yang dihasilkan selama pengomposan dapat
dihilangkan dengan menggunakan berbagai metode seperti pembilasan air, pembakaran,
bahan kimia, pengenceran udara dan biofilter (Park et al. 2002). Dalam penelitian ini bau
dihindari dengan memodifikasi tempat pengomposan. Gambar 6 model bin pengomposan
yang berbeda di atas. Jenis-jenis pohon ini dari kompos yang terkena dampak pelepasan
bau.
Seperti Gambar 10 (a), menunjukkan setiap tempat pengomposan memiliki
karakteristik bau yang berbeda. Pada hari pertama, skor bau rata-rata hanyalah nol, yang
menunjukkan bahwa limbah kompos belum terurai dan tidak mengeluarkan bau di udara
ambien. Setelah itu, skor bau rata-rata adalah -0.1 selama delapan hari pertama
pengomposan di CB1 dan CB2. Pada hari ke-18 untuk CB2, skor bau adalah -1,5 yang
mencerminkan gangguan bau terhadap lingkungan. Namun, dalam CB3, skor bau hanya
-0.1 dari hari-2 hingga hari-30, yang mencerminkan gangguan bau minimum terhadap
lingkungan.
Emisi bau diminimalkan ketika ada oksigen yang cukup (Harrison 2007), CB3
memastikan ketersediaan oksigen yang menyebabkan generasi bau yang lebih rendah
dibandingkan dengan tempat sampah konvensional yang mengeluarkan bau dengan skor
-4. Hal ini menunjukkan bahwa bau yang dikeluarkan CB3 pada tingkat minimum
menyebabkan hampir tanpa gangguan terhadap lingkungan. Gambar 10 (b) menunjukkan
perbandingan antara CB3 dan tempat sampah konvensional.
70
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
71
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
dicampur dengan kotoran kambing yang tidak memiliki rasio di antara mereka. Kotoran
kambing digunakan sebagai aktivator yang meningkatkan proses dekomposisi bahan
organik dalam pengomposan (Kumar 2011). Kotoran kambing adalah aktivator yang
berguna. Kotoran kambing mengandung 5.06% substrat N, 0.67% substrat P, dan 3.97%
substrat K (Novien 2004).
Selain bahan baku, instalasi kompos membutuhkan infrastruktur seperti alat
pengayak, ruang pengemasan dan drainase. Infrastruktur tersebut akan dirancang dengan
menggunakan data limbah kompos dan memprediksi waktu pemrosesan. Menurut Nasir
(2013), sistem kompos tiang statis alami membutuhkan 56 hari untuk waktu pemrosesan.
Tabel 5 menunjukkan desain kriteria sebagai pedoman desain dalam pemasangan
kompos.
Tabel 5 Kriteria desain instalasi kompos
No Parameter Nilai
1 3
Volume kompos 0.25 m /hari
2 Prediksi waktu pembuatan 60 hari
3 Tempat pengomposan Natural Static Pile
4 Drainase Saluran terbuka
5 Alat pengayak -
6 Ruang pengemasan -
72
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
73
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
74
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbulan sampah dan komposisi limbah tidak
identik untuk setiap lokasi pengambilan sampel. Rata-rata timbulan sampah di Kampus
IPB Dramaga adalah 0.04 kg/kapita/hari. Bagian terbesar dari limbah padat yang
dihasilkan adalah plastik, dedaunan dan sisa makanan. Instalasi pengomposan
membutuhkan tiga tempat pengomposan, ruang penyimpanan termasuk tempat
penyimpanan dan alat pengayak. Instalasi kompos diperlukan area minimum 64.5 m2.
Desain pemasangan kompos dibagi dalam tiga model yang berbeda, dan luas yang
dibutuhkan sekitar 117.6 m2 hingga 166.53 m2.
DAFTAR PUSTAKA
75
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
76
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Anis Nurul Shofriyyah F44160092
77
JSIL | Rahmafitri Arum Sabrina: Analisis Timbulan Sampah dan Desain Instalasi Kompos
Sampah Dosmestik Kota Bukit Tinggi. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND. 9(1):
1-12.
Sashikumar K, Krishna SG. 2009. Solid Waste Management. New Delhi: PHI Learning
Private Limited.
Sironi S, Botta D. 2001. Biofilter Efficiency in Odour Abatement at Composting Plants.
Compost Science and Utilization. 9(2):149-155.
Smidt E, Meissl K, Tintner J, Binner E. 2009. Resource Recovery by Composting –
Materials, Techniques and Quality Assessment. In: Pereira J C, Bolin J L, editor.
Composting: Processing, Materials and Approaches. New York: Nova Science
Publisher. 1-30.
Smyth SP, Fredeen AL, Booth AL. 2010. Reducing Solid Waste in Higher Education:
The First Step Towards ‘Greening’ a University Campus. Journal of Resources,
Conservation and Recycling. 54(11):1007-1016.
Virgen QA, Gonzales PT, Benitez SO. 2012. Seasonal Analysis of the Generation and
Composition of Solid Waste: Potential use-A Case Study. Journal of Environment
Monitor Assess. 185:4633-4645.
78