Sunteți pe pagina 1din 18

REPORT THIS AD

Cara Orang Awam Belajar Dasar


Akuntansi (Bagian 2)
99 Balasan

Hai..

Bagian 2 belajar akuntansi neh..

======================

Serial “Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntasi” ini terdiri dari beberapa bagian yang
membahas:

1. Persiapan
2. Jurnal Umum
3. Buku Besar
4. Neraca Saldo
5. Jurnal Penyesuaian
6. Update Buku Besar
7. Laporan Laba Rugi
8. Jurnal Penutup
9. Update Buku Besar (lagi)
10. Laporan Perubahan Modal
11. Neraca

======================

.
Sebelum ngelanjutin baca artikel ini, pasti-in udah baca yang Bagian 1 dulu. Kalo enggak,
ya tanggung sendiri kalo kepalanya senut-senut..

Pada bagian 2 ini, ternyata CV. SENYUM telah memulai bisnis setahun yang lalu. Tapi
sayangnya, belum membuat Pencatatan akuntansi. CV. SENYUM memulai bisnisnya pertanggal
1 Maret 2010. Dan, per tanggal 31 Desember 2010, CV. SENYUM harus tutup buku. Sesuai
permintaan, CV. SENYUM ingin periode pembukuannya adalah dari Januari s/d Desember tiap
tahunnya.

Nah, tugas kita adalah, membantu CV. SENYUM untuk menyusun Pembukuannya.

Berikut adalah oret-oretan (catatan) pemilik CV. SENYUM. Oret-oretan ini, nantinya harus kita
susun menjadi sebuah pembukuan dan berikutnya menjadi laporan keuangan dan seterusnya.

Transaksi 1 :
1 Maret 2010, Pemilik mendirikan perusahaan bernama CV. SENYUM yang bergerak di bidang
jasa perbaikan televisi. Pemilik menggunakan uang pribadi sebesar Rp. 30.000.000 sebagai
modal usaha.

Transaksi 2:

1 April 2010, CV. SENYUM menyewa sebuah toko kecil sebagai bengkel. Biaya sewanya
sebesar Rp. 8.000.000 selama 1 tahun dan dibayar Tunai.

Transaksi 3:

1 Mei 2010, untuk menambah keuangan, CV. SENYUM meminjam uang dari Bank BCA sebesar
Rp. 40.000.000 dengan bunga 20% per tahun. Pinjaman tersebut akan jatuh tempo per tanggal 1
Mei 2011.

Transaksi 4:

2 Mei 2010, CV. SENYUM membeli peralatan untuk reparasi seperti Obeng, Multi tester,
Osciloscop dan lain sebagainya dari Toko Elektronik Jaya. Total pengeluaran sebesar Rp.
40.000.000 dan dibayar tunai.

Transaksi 5:

4 Mei 2010, CV. SENYUM membeli suku cadang komponen sebagai Persediaan dari Toko Sinar
Elektro. Total pengeluaran sebesar Rp. 5.000.000 dan akan dibayar 15 Mei 2010.

Transaksi 6:

15 Mei 2010, CV. SENYUM membayar hutang ke Toko Sinar Elektro sebesar Rp. 5.000.000
secara tunai.

Transaksi 7:

18 Mei 2010, CV. SENYUM membeli suku cadang komponen sebagai Persediaan. Total
pengeluaran Rp. 3.000.000 dan dibayar tunai.
Transaksi 8:

28 Mei 2010, CV. SENYUM menggunakan Persediaan suku cadang komponen untuk
memperbaiki TV pelanggan. Total nilai penggunaan sebesar Rp. 2.000.0000.

Transaksi 9:

10 Juni 2010, CV. SENYUM menerima pembayaran untuk jasa reparasi TV dari pelanggan.
Total penerimaan sebesar Rp. 35.000.000.

Transaksi 10:

9 November 2010, Pemilik manarik dana sebesar Rp. 10.000.000.

Nah, oret-oretan diatas adalah catatan transaksi dari CV. SENYUM. Selanjutnya, kita harus
menyusun oret-oretan diatas menjadi sebuah catatan Akuntansi yang disebut Jurnal.

Lalu apa itu Jurnal?

Alaah.. gampangnya, itu sebuah catatan harian semua transaksi Usaha. Bedanya sama oret-
oretan diatas, mencatat di Jurnal harus menambahkan nama dan nomor Account yang sesuai
(Buat yang gak tau apa itu Account, baca artikel Bagian 1. Oke..).

Dan karena kita mencampur semua jenis transaksi menjadi satu tabel catatan, maka jurnal-nya
kita sebut Jurnal Umum.

Kapan kita harus membuat Jurnal?

Jurnal semestinya ditulis setiap terjadi transaksi. Atau setidaknya setiap hari. Tapi, berhubung
CV. SENYUM sebelumnya tidak mengenal Akuntanti, terpaksa deh kita harus me-rapel
pembuatan Jurnalnya. Jadi ingat ya, pencatatan transaksi ke dalam Jurnal Umum dilakukan
setiap terjadi transaksi, OK? Sip!

Perlu diingat!

Yang sangat perlu diingat saat menyusun Jurnal adalah, kita harus menggunakan rumus dasar
Akuntansi yang sudah kita obrolin di bagian 1.

Ingat, sisi kiri dan sisi kanan harus sama. Dan, penambahan di sisi kiri = Debet. Sedangkan
penambahan di sisi kanan = kredit.

Oke.. Sudah di-ingat-ingat kan?

Selain itu, ingat-ingat pula daftar Account kita pada Bagian 1. Apa saja yang termasuk Aset,
Hutang, Modal, Pendapatan dan Biaya.

Lupa..?? Wadooh.. Buka lagi artikel Bagian 1..!!


.

Oke, kita anggap semua sudah siap.

Kita akan coba susun transaksi demi transaksi di-oret-oretan tadi.

TRANSAKSI 1 :

Dari oret-oretan, hal pertama yang dilakukan oleh Pemilik adalah memasukkan modal usaha dan
kita akan membuat Jurnal Umumnya. Jika sudah siap, pertama-tama, tulis No Transaksi seperti
pada gambar di bawah (lihat no 1). Selanjutnya, tulis tanggal transaksi seperti no2.

Karena transaksi ini adalah setoran pemilik ke CV. SENYUM, maka Semua duit yang masuk ke
CV. SENYUM, pastinya akan masuk ke KAS perusahaan kan?

Lalu, adakah Account Kas (cari di article bagian 1)?

Ya.. Ada! Account Kas adalah salah satu account Aset yang bernomor 100 dan berada di bagian
sisi kiri rumus dasar Akuntansi. Artinya, kita sedang menambahkan nilai sebesar 30.000.000 di
sisi kiri dari rumus akuntansi.

Ingat aturan pertama! Sisi kiri harus sama dengan sisi kanan.

Berarti, kita juga harus menambahkan sebesar 30.000.000 di sisi kanan. Tapi kita letakkan di
Account apa?

Coba diingat-ingat lagi. Ada account apa saja di sisi kanan dan account apa yang paling pas.

Ya!! Ada account Modal! Nomornya: 300.

Jadi, selain kita menulis Account Kas seperti pada no 3 pada gambar di atas, kita juga harus
menulis Account Modal seperti pada no 4.

Sekarang, saatnya mengingat aturan rumus dasar akuntansi yang kedua dan ketiga!

Penambahan pada sisi kiri, harus kita beri label Debet! Makanya, nilai 30.000.000 pada account
Kas, kita tulis di kolom Debet (lihat no. 8 pada gambar).

Sedangkan penambahan pada sisi kanan, harus kita beri label Kredit! Makanya, nilai 30.000.000
pada account Modal, kita tulis di kolom kredit (lihat no.9 pada gambar).

Sip… Transaksi 1, sudah kita tulis di jurnal. Dan kalo mau iseng-iseng ngitung sisi kiri dan
kanan, sampai detik ini, masih sama-sama 30.000.000. Masih seimbang kan..?
.

TRANSAKSI 2:

CV. SENYUM menyewa tempat untuk bengkel.

Ini adalah pengeluaran pertama CV. SENYUM. Pengeluaran disebut juga pembiayaan. Artinya,
sewa tempat merupakan salah satu biaya. Nah pertanyaannya, adakah account biaya sewa
tempat?

Yup.. Ada!

Sewa tampat, dapat kita masukkan ke dalam account Biaya Sewa dengan nomor: 510. Dan
account ini, berada di sisi kanan. Artinya, dengan menggunakan aturan ketiga, maka menambah
nilai pada sisi kanan akan berlabel Kredit. Tapi ada pengecualian di sini!

Yang jadi masalah adalah, kelompok Account Biaya bersifat mengeluarkan atau mengurangi.
Saat nilai account ini bertambah, maka sesungguhnya, nilai sisi kanan malah akan berkurang.
Jadi, saat catatan Account Biaya Sewa bertambah sebesar 8.000.000, maka sisi kanan
sesungguhnya berkurang 8.000.000.

Karena itu, label-nya pun harus dibalik. BUKAN berlabel Kredit, tapi kita beri label Debet.

Dan karena sisi kanan berkurang, maka sesuai aturan pertama, maka sisi kiri pun harus
berkurang dengan nilai yang sama.

Dan dari mana duit pengeluaran biaya sewa kita ambil? Ya, kita ambil dari Kas!

Karena itu, kita harus mencatat pengurangan Account Kas sebesar 8.000.000. Dan ingat aturan
kedua. Saat sisi kiri berkurang, maka pencatatan tersebut harus berlabel Kredit.

Lihat gambar berikut:

.
TRANSAKSI 3:

Pada transaksi 3, CV. SENYUM menambah modal dengan meminjam dana dari Bank BCA.
Artinya, ada pemasukan uang ke CV. SENYUM.

Seperti sebelumnya, dana segar yang masuk ini, kita masukkan ke KAS. Dan karena transaksi
ini menambah sisi kiri RUMUS, maka harus berlabel Debet.

Dan sesuai aturan rumus pertama, yaitu sisi kiri = sisi kanan, maka di sisi kanan pun harus kita
tambahkan dengan nilai yang sama.

Ada Account Hutang Bank bernomor 220!

Ya, kita catat di account tersebut. Dan ingat aturan ketiga. Penambahan sisi kanan harus
berlabel Kredit.

TRANSAKSI 4:

Untuk bekerja, CV. SENYUM membutuhkan peralatan. Karenanya, pada transaksi keempat,
CV.SENYUM beli peralatan senilai 40.000.000.

Ketika CV.SENYUM membeli peralatan, maka peralatan-peralatan tersebut akan menjadi HAK
MILIK CV.SENYUM. Atau bisa disebut juga sebagai kekayaan CV.SENYUM. Sedangkan
kekayaan merupakan ASET.

Jadi, saat CV.SENYUM membeli peralatan, maka sesungguhnya CV.SENYUM sedang


menambah ASET perusahaan. Maka dari itu, transaksi ini akan kita catat di salah satu account
Aset yang berada pada sisi kiri RUMUS.

Dan ternyata, pada sisi kiri, kita memiliki Account Peralatan yang bernomor 140. Dan ingat,
menambah pada sisi kiri harus berlabel Debet. Juga harus diingat, sisi kiri dan sisi kanan harus
tetap sama.

Berarti, apakah kita harus menambahkan nilai pada sisi kanan?

Tidak juga, agar sisi kiri tetap sama dengan sisi kanan, tidak selamanya harus menambah di
kedua sisi. Tapi bisa juga dilakukan dengan menambah sisi kiri, juga mengurang sisi kiri.

Dengan kita menambah account Peralatan yang merupakan salah satu account Aset, maka kita
cukup mengurangi account Kas, yang juga salah satu account aset, dengan nilai yang sama.
Hasilnya seperti gambar di bawah. Kedua Account (Kas dan Peralatan) merupakan account Aset
namun, satu berlabel Debet dan yang lain berlabel Kredit.
.

TRANSAKSI 5:

Selain peralatan, CV.SENYUM juga membutuhkan suku cadang untuk memperbaiki Televisi.
Dan pada transaksi ini, CV.SENYUM membeli suku cadang sebagai persediaan dengan cara
KREDIT (berhutang).

Seperti halnya peralatan, suku cadang persediaan ini merupakan aset. Karena itu harus dicatat
pada sisi kiri.

Kita memiliki account Persediaan bernomor 120 untuk mencatatnya. Dan selalu diingat,
menambah disisi kiri harus berlabel Debet.

Agar sisi kiri dan kanan tetap seimbang, maka kita harus menambah atau mengurangkan pada
account lain. Hmm.. Dan karena suku cadang dibeli dengan cara hutang, maka yang lebih pas
adalah menambah account Hutang Usaha yang bernomor 200. Account ini adalah salah satu
dari account HUTANG dan berada di sisi kanan. Ingat, menambah sisi kanan harus berlabel
Kredit. Lihat gambar di bawah:

TRANSAKSI 6:

Jika sebelumnya (transaksi 5), CV.SENYUM berhutang, maka pada transaksi ini, CV.SENYUM
akan membayar hutang.

Untuk membayar hutang, maka kita harus mengurangi account Hutang Usaha. Ingat,
mengurangi sisi kanan harus berlabel Debet.

Karena kita mengurangi sisi kanan, maka agar rumus tetap seimbang, maka kita harus
mengurangi juga sisi kiri. Lagian, ini kan bayar hutang, makanya kita harus mengambilnya dari
uang Kas. Artinya, kita harus mengurangi account Kas. Ingat, mengurangi sisi kiri, harus berlabel
Kredit.

Lihat gambar di bawah:


.

TRANSAKSI 7:

Pada transaksi ini, CV.SENYUM belanja lagi suku cadang untuk persediaan. Tapi kali ini,
dengan cara TUNAI.

Seperti pada transaksi 5, maka pembelian ini harus kita catat pada account Persediaan yang
merupakan sisi kiri. Karena pembelian dilakukan secara Tunai, maka kita cukup menguranginya
dari account Kas yang juga berada di sisi kiri.

Ingat, menambah sisi kiri harus berlabel Debet sedangkan mengurangi sisi kiri harus berlabel
Kredit.

Lihat gambar berikut:

TRANSAKSI 8:

Akhirnya, CV.SENYUM memiliki pelanggan yang memintanya untuk memperbaiki Televisi. Dan
untuk perbaikan televisi tersebut, CV.SENYUM harus mengambil beberapa persediaan suku
cadang dari gudang.

Karena CV. SENYUM menggunakan/mengeluarkan suku cadang persedian yang merupakan


aset usaha, maka transaksi ini harus dicatat sebagai pengeluaran.

Pengeluaran merupakan pembiayaan, karenanya harus dicatat ke dalam account BIAYA yang
berada disisi kanan. Dan account Biaya yang cocok adalah: Account Biaya Perbaikan Televisi
yang bernomor 500.

Seperti pada transaksi 2, ketika kita menambah nilai account Biaya, sesungguhnya kita malah
mengurangi nilai sisi kanan. Artinya, penambahan tidak akan berlabel Kredit, tapi malah berlabel
Debet.

Dan agar rumus tetap seimbang, maka kita harus mengurangi account persediaan yang berada
disisi kiri. Lagian, suku cadangnya kan kita ambil dari Persediaan. Jadi, account yang tepat untuk
mencatatnya, tentu account persediaan. Dan ingat, mengurangi sisi kiri harus berlabel Kredit.

Lihat gambar:
.

TRANSAKSI 9:

Syukurlah.. Pada Transaksi 9 ini, pelanggan akhirnya membayar tagihan reparasi CV.SENYUM.
Dan CV. SENYUM pun akhirnya memiliki pendapatan pertamanya.

Pendapatan ini, langsung kita masukkan ke Kas perusahaan. Dan seperti biasa, kita catat ke
account Kas yang merupakan account sisi kiri.

Dan supaya rumus tetap seimbang, kita juga harus mencatatnya disisi kanan.

Ya, kita catat di account Pendapatan Jasa dengan nomor 400. Dan tetap diingat, menambah sisi
kanan harus berlabel Kredit.

TRANSAKSI 10:

Ternyata, pemilik membutuhkan dana segar untuk kebutuhan sehari-hari. Dia pun menarik dana
dari CV. SENYUM sebesar 10.000.000.

Penarikan dana, dicatat dengan menggunakan account Prive yang bernomor 310. Account Prive
adalah salah satu account MODAL yang berada di sisi kanan.

Seharusnya, sesuai aturan, menambah sisi kanan akan berlabel kredit. Namun sesungguhnya,
saat kita menambahkan nilai pada account Prive, kenyataanya kita sedang mengurangi nilai dari
sisi kanan (Ingat, account Prive adalah account untuk mencatat penarikan). Jadi, alih-alih kita
beri label Kredit, kita akan memberinya label Debet.

Dan agar seimbang, kita akan mengurangi nilai account KAS. Account KAS berada di sisi kiri.
Dan mengurangi sisi kiri berlabel Kredit.

Wooww…! Panjang banget neh artikelnya. Fuiih..


Tapi akhirnya, artikel bagian 2 ini selesai sampai disini. Semua transaksi yang ada di oret-oretan
sudah kita pindahkan ke Jurnal Umum.

Nah, bagaimana hasil keseluruhan Jurnal Umum, lihat gambar berikut:

Dan… Sampai ketemu lagi di bagian 3 yang akan membahas tentang membuat laporan
keuangan. Ups, maksud gw, ngebahas Buku Besar.. Baru abis itu ngebahas laporan keuangan..

Semoga bermanfaat, see ya… 🙂


Masih tentang Akuntansi! Dan di bagian 3 ini, kita akan belajar tentang Buku Besar.

======================

Sebelumnya, coba kita ingat-ingat bagian 1 dan bagian 2.

Di bagian 1, kita belajar tentang rumus akuntansi dan aturan-aturannya juga tentang account
(perkiraan) dan nomor-nomornya.

Di bagian 2, kita belajar memasukkan oret-oretan keuangan CV. SENYUM ke dalam Jurnal.

Nah, di bagian 3 ini, kita akan coba posting isi Jurnal ke dalam Buku Besar.

Apa maksudnya Posting?

Sebenernya, yang dimaksud posting itu adalah memindahkan isi Jurnal ke dalam Buku Besar.

Emangnya, apa sih Buku Besar itu?

Buku Besar itu sebenernya sama-sama catatan seperti Jurnal. Tapi ada beberapa perbedaan.

1. Jurnal dicatat tiap hari sedangkan Buku Besar secara periodik. Misalkan setiap sebulan sekali.

2. Saat mencatat pada jurnal, kita tulis semua Account sesuai urutan tanggal dan waktu
transaksi pada satu tempat. Sedangkan pada Buku Besar, masing-masing Account akan kita
pisahkan. Jadi, nanti akan ada buku besar KAS, buku besar MODAL dan lain sebagainya.

Oke, pengantarnya sampai disini aja. Selanjutnya, kita coba praktekkan cara Posting catatan
dari Jurnal kita ke dalam Buku Besar. Oya, Jurnal yang kita gunakan adalah Jurnal yang kita
susun di bagian 2 ya. Siap? Lihat gambar dibawah:
Cara mem-posting isi Jurnal ke dalam Buku Besar.

1. Buat sebuah tabel dengan Header : No, Tanggal, Penjelasan, Ref, Debet, Kredit, Saldo Debet
dan Saldo Kredit.

2. Beri judul tabel dengan nama masing-masing nama Account yang kita gunakan. Jangan lupa
beri nomor account.

3. Selanjutnya, pindahkan transaksi dari Jurnal ke dalam Buku Besar. Misalkan, kita mulai dari
Account KAS. Pindahkan semua transaksi Account KAS ke dalam Buku Besar berjudul KAS.
Lihat gambar diatas untuk mengetahui mapping datanya.

4. Hitung besar Saldo dari account tersebut.

 Untuk nilai Saldo tanggal pertama, cukup salin nilai yang ada pada kolom Debet/Kredit.
Misal: nilai tanggal pertama adalah Rp. 30.000.000 dan berlabel Debet, maka tuliskan
nilai ini pada kolom Saldo Debet.
 Untuk nilai Saldo tanggal kedua dihitung dengan cara; nilai Saldo tanggal pertama
dikurang/ditambah nilai tanggal kedua yang ada pada kolom Debet/Kredit. Jika Debet
bertemu Debet maka ditambah. Jika Kredit bertemu Kredit maka ditambah. Jika Debet
bertemu Kredit maka dikurang.
 Dan seterusnya untuk tanggal-tanggal berikutnya.

5. Lakukan untuk tiap-tiap Account.

Apa sih gunanya Buku Besar ini. Kan isinya sama aja dengan Jurnal?
Yup.. Sebenernya isinya sama aja. Tapi dengan Buku Besar ini, kita ingin melihat pencatatan
keuangan per Account. Nah, dari sini kita bisa melihat, berapa sih uang kita di account KAS?
Berapa uang kita di Account Modal? Dan seterusnya.

Sesuai data Jurnal, ada 10 account yang kita gunakan yang berarti akan ada 10 Buku Besar
yaitu:

ASET

100 KAS

120 PERSEDIAAN

140 PERALATAN

HUTANG

200 HUTANG USAHA

220 HUTANG BANK

MODAL

300 MODAL

301 PRIVE

PENDAPATAN

400 PENDAPATAN JASA

BIAYA

500 BIAYA PERBAIKAN TV

510 BIAYA SEWA

Nah, setelah semua Account sudah kita buatkan Buku Besarnya, maka beginilah penampakan
dari Buku Besar CV. SENYUM:
So.. Semua account telah kita buat BUKU BESAR-nya.

Dan cukup sampai disini pembahasan bagian 3-nya. Ketemu lagi dibagian 4 yang akan
membahas tentang pembuatan laporan keuangan. Eh, salah dink.. Kita masih harus membahas
neraca saldo, jurnal penyesuaian dan jurnal penutup.. Ini penting buat bikin laporan keuangan..
Daaan, di Bagian 4 ini, kita mau belajar cara bikin sebuah NERACA SALDO dari Buku Besar
yang udah kita susun sebelumnya.

Aih! Apa itu neraca saldo???

Neraca Saldo itu sebenernya rangkuman dari Buku Besar. Kalo masih bingung apa itu buku
besar, berarti belum baca yang Bagian 3. Jadi, gih, baca dulu!

Oke, lanjut.

Jadi, Neraca Saldo itu, adalah sebuah tabel yang berisi saldo terakhir dari tiap-tiap account pada
Buku Besar. Ingat, di Bagian 3, kita udah buat 10 buah Buku Besar. Masing-masing buku besar,
adalah catatan tiap-tiap account.

Contohnya adalah Buku Besar KAS dibawah:

Buku besar KAS diatas, punya Saldo Akhir adalah Rp. 39.000.000,-

Nah, Saldo Akhir inilah yang akan kita tulis di NERACA SALDO. Gak cuma Buku Besar KAS,
tapi semua Buku Besar kita masukkan ke NERACA SALDO.

Kapan kita buat Neraca Saldo??

Neraca Saldo ini kita buat, kapan saja kita butuh! Hee.. Yang penting, harus didahului dengan
posting Buku Besar. Karena kita posting Buku Besar sebulan sekali, sekalian aja buat Neraca
Saldo juga sebulan sekali. Neraca Saldo ini dibutuhkan saat kita mau buat laporan keuangan,
atau mau cek kondisi keuangan. Dengan membuat Neraca Saldo, kita bisa melihat, apakah
pencatatan keuangan kita sudah benar. Kok bisa? Yup! Neraca Saldo harus memiliki hasil Debet
dan Kredit yang seimbang! Jika ada perbedaan antara Debet dan Kredit, berarti ada yang salah
pada saat proses pencatatan Jurnal atau mungkin saat posting Buku Besar.

Gak ngerti! Maksudnya apaan sih?

Udah.. Baca aja kelanjutannya, ok. Ntar juga ngerti apa yang gw maksud..

.
Trus gimana cara buatnya??

Oke, kita mulai menyusun Buku Besar yah.

Pertama, kita tulis judul dari NERACA SALDO kita dengan menuliskan kapan kita buat Neraca
Saldo ini.

Ini penting. Misalkan kita tulis, NERACA SALDO per Desember 2010. Artinya, Neraca Saldo ini
adalah kondisi saldo account sampai bulan Desember 2010 untuk (1 tahun keuangannya dari
Januari dan berakhir di Desember). Kalo Neraca Saldo dibuat di bulan Mei, ya berarti di tulis
NERACA SALDO per Mei 2010.

Selanjutnya, selalu diingat, jika Saldo Akhir pada Buku Besar memiliki Label DEBET, maka tulis
di NERACA SALDO pada kolom Debit. Begitu juga, jika berlabel Kredit.

Nah, kalo kita rangkum, maka NERACA SALDO CV.SENYUM per Desember 2010 adalah
sebagai berikut:

Ayolah.. Gak usah dibuat bingung.. Ini cuma mindahin saldo akhir di tiap-tiap Account ke dalam
sebuah tabel aja kok..

Dan.. Antara Debet dan Kredit, harus memiliki Saldo sama!

Kalo beda, berarti ada kesalahan..


.

Oke, sampai disini dulu Bagian 4.

Woi! Kapan neh laporan keuangannya??!!

Tenang.. Laporan keuangan, gak akan bisa disusun tanpa Neraca Saldo. Dan abis ini, kita juga
harus nyesuain dulu isinya. Nah kan, tambah bingung..

REPORT THIS AD

S-ar putea să vă placă și