Sunteți pe pagina 1din 11

Journal of Educational Science and Technology

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 Hal. 102- 112


p-ISSN:2460-1497 dan e-ISSN: 2477-3840

Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Pendekatan Saintifik


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Muhammad Wahyu Setiyadi1, Ismail2, Hamsu Abdul Gani3
Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Makassar
Email: wahyusetiyadi074@gmail.com

(Received: Juni-2017; Reviewed: Juni-2017; Revised: Juli-2017; Accepted: Juli-2017; Published: Agustus-2017)
©2017 –EST Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Ini adalah artikel dengan
akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).

ABSTRACT
The purpose of this study was to develop a scientific-based learning module on a valid
ecological concept, practical and effective to the students of Senior High School. The
development procedures of the research employed Thiagarajan Model or 4-D Model
which consisted of four stages, namely defining, design, development, and dissemination.
The data were collected through learning module validation process, students and
teachers' responses questionnaire, learning implementation observation sheet, and
learning result test. The data were analyzed by using descriptive analysis. The results of
the research reveal that Biology learning module based on scientific approach is valid,
practical, and effective. It is stated as valid because Biology learning module based on
scientific approach which is developed had met validity criteria with "Valid" category. It
is stated as practical because the learning implementation by using Biology learning
module based on scientific approach had learning implementation in high category, and
students and teachers positive responses on the module. It is stated as effective because it
had fulfilled effectiveness namely the students' learning result test had met classical
completeness criteria by 84.21%.
Keywords: Scientific Approach; Biology Learning Module; Learning Result.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik pada konsep ekologi yang valid, praktis dan efektif bagi siswa
Sekolah Menegah Atas. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian
adalah model Thiagarajan atau model 4-D terdiri empat tahap yaitu tahap pendefinisian
(define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap
penyebaran (disseminate). Pengumpulan data dilakukan melalui proses validasi modul
pembelajaran, angket respon siswa dan guru terhadap modul pembelajaran, lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran dan tes hasil belajar. Data uji coba dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul
pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik bersifat valid, praktis, dan efektif.
Dikatakan valid karena Modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria kevalidan dengan kategori "Valid". Modul
pembelajaran dikatakan praktis karena keterlaksanaan pembelajaran menggunakan
modul pembelajaran biologi ini memiliki keterlaksanaan dengan kategori tinggi, dan
siswa dan guru memberikan respon positif terhadap modul pembelajaran. Penggunaan
modul pembelajaran berbasis saintifik telah memenuhi kriteria keefektifan karena tes
hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar 84,21%.

Kata kunci: Pedekatan Saintifik, Modul Pembelajaran Biologi, Hasil Belajar.

102
Journal of EST, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 hal. 102-112 103

PENDAHULUAN menjadi kurikulum baru saat ini yakni


kurikulum 2013 dengan pendekatan yang
Berbagai upaya dilakukan pemerintah dikenal dengan pendekatan saintifik. Menurut
untuk meningkatkan sumber daya manusia Depdiknas (2008) salah satu alasan mengapa
melalui peningkatan kualitas pendidikan. bahan ajar harus dikembangkan adalah
Kurikulum telah mengalami perubahan beberapa ketersediaan bahan ajar yang sesuai dengan
tahun terakhir ini. Perubahan kurikulum tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
kualitas pendidikan termasuk perkembangan dengan memperhatikan karakteristik sasaran
beberapa metode, model, pendekatan, dan seperti lingkungan sosial, budaya, geografis,
strategi pembelajaran. Dalam hal ini pemerintah tahapan perkembangan siswa, maupun
mengembangkan kurikulum yang telah ada yaitu karakteristik siswa sebagai sasaran.
KBK dan KTSP menjadi Kurikulum 2013. Pengembangan bahan ajar penting dilakukan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum oleh pendidik agar pembelajaran lebih efektif,
baru yang mulai diterapkan pada tahun ajaran efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi
2013/2014. Pelaksanaan kurikulum 2013 yang akan dicapainya. Oleh karena itu, bahan
dilakukan dengan melatih keterampilan proses ajar sangat penting untuk dikembangkan sebagai
yang dicerminkan dalam kegiatan pembelajaran upaya untuk meningkatkan kualitas
(Kemendikbud, 2013). Keterampilan proses pembelajaran.
yang diterapkan berupa 5M (mengamati, Hasil wawancara yang dilakukan
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, terhadap beberapa guru Biologi di beberapa
dan mengkomunikasikan) yang dikenal sebagai sekolah SMA di kabupaten gowa dalam proses
keterampilan proses berupa pendekatan saintifik pembelajaran masih banyak menggunakan buku
(Kemendikbud, 2013). yang sudah ada sebagai sumber belajar bagi
Implementasi kurikulum 2013 siswa dan materi yang disajikan masih banyak
memasukan penguatan sikap spiritual, sikap bersifat abstrak. Hal ini sebagai salah satu
sosial, pengetahuan dan keterampilan dalam penyebab rendahnya pemahaman dan hasil
proses pembelajaran. Proses pembelajaran belajar siswa karena siswa tidak dilibatkan
merupakan kunci utama dalam kegiatan belajar langsung dalam proses pembelajaran dan hanya
siswa. Dalam kurikulum 2013, kegiatan sekedar menerima apa yang disampaikan oleh
pembelajaran perlu menggunakan prinsip: 1) guru.
berpusat pada peserta didik, 2) mengembangkan Salah satu cara untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik, 3) menciptakan kondisi pemahaman maupun hasil belajar siswa yaitu
menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan dengan cara mengembangkan bahan ajar yang
nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan baik. Salah satu bahan ajar yang dapat
5) menyediakan pengalaman belajar yang dikembangkan adalah modul. Modul ialah bahan
beragam melalui penerapan berbagai strategi belajar yang dirancang secara sistematis
dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan
(Permendikbud No. 65 Tahun 2013). memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam
Dalam sistem pendidikan yang satuan waktu tertentu (Purwanto, et al. 2007).
menerapkan konsep pembelajaran mandiri, Menurut Direktorat Jenderal Penjaminan Mutu
sangat diperlukan bahan-bahan belajar yang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2008)
dirancang khusus untuk dapat dipelajari oleh modul merupakan bahan ajar cetak yang
peserta didik secara mandiri, karena itu dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri
diperlukan para tenaga profesional yang mampu oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga
mengembangkan bahan belajar mandiri. Di media untuk belajar mandiri karena di dalamnya
pihak lain, sumber-sumber referensi tentang telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.
pengembangan bahan belajar mandiri sampai Akan tetapi modul-modul yang beredar di
saat ini masih sangat terbatas, apalagi sumber pasaran saat ini masih banyak yang belum sesuai
pustaka lokal (Purwanto, et al. 2007). dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu
Terkait dengan pengembangan bahan kurikulum 2013. Hal ini mengakibatkan
ajar, saat ini pengembangan bahan ajar menjadi ketersediaan bahan ajar yang sesuai dengan
kebutuhan yang mendesak. Hal ini merupakan kurikulum 2013 masih terbatas, sehingga bahan
konsekuensi dari perubahan kurikulum lama ajar yang dalam hal ini adalah modul perlu
104 Setiyadi, Ismail, Gani. Pengembangan modul pembelajaran

dikembangkan agar sesuai dengan kurikulum menuntun pengembang dari awal hingga proses
yang berlaku. akhir produk yang dihasilkan. Model ini terdiri
Modul merupakan paket belajar mandiri dari empat tahap yaitu; tahap pembatasan
yang meliputi serangkaian pengalaman belajar (define), tahap rancangan (design), tahap
yang direncanakan dan dirancang secara pengembangan (develop), dan tahap penyebaran
sistematis untuk membantu siswa mencapai (disseminate).
tujuan belajar. Tujuan utama pembelajaran
dengan modul adalah untuk meningkatkan Define (Pendefinisian).Kegiatan pada tahap
efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, ini dilakukan untuk menetapkan dan
baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mendefinisikan syarat-syarat pengembangan.
mencapai tujuan secara optimal (Mulyasa, Dalam konteks pengembangan bahan ajar yang
2003). Menurut Ditjen PMPTK (2008) modul dalam hal ini adalah modul, tahap pendefinisian
merupakan sebuah bahan ajar yang disusun dilakukan dengan cara analisis kurikulum,
secara sistematis dengan menggunakan bahasa analisis siswa, analisis materi
yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa Design (Perancangan). Pada tahap ini
serta dapat dipelajari secara mandiri tanpa dilakukan perancangan modul pembelajaran
membutuhkan seorang fasilitator dan modul berbasis pendekatan saintifik. Kegiatan yang
juga dapat digunakan sesuai dengan kecepatan dilakukan pada tahap ini adalah mendesain
belajar siswa dengan pengertian tersebut maka produk awal modul pembelajaran. Penyusunan
modul yang baik memiliki lima karakteristik, desain awal modul pembelajaran melalui
yaitu self instruction, self contained, stand tahapan-tahapan sebagai berikut; 1) menetapkan
alone, adaptive, dan user friendly. Beberapa keragka bahan yang akan disusun. 2)
hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan instrumen penilaian. Modul
penggunaan modul pada proses pembelajaran pembelajaran yang dihasilkan pada tahap ini
dapat meningkatkan hasil pelajaran (Wenno, disebut denganmodul pembelajaran draft 1.
2010; Esmiyati et al., 2013; Dewi et al.,2014). Develop (Pengembangan). Dalam kegiatan
Mengingat pentingnya peranan modul ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam
untuk meningkatkan kualitas proses bidangnya. Saran-saran yang diberikan
pembelajaran di SMA, maka guru sebagai orang digunakan untuk memperbaiki materi dan
yang paling bertanggung jawab terhadap rancangan modul pembelajaran yang telah
keberhasilan proses pembelajaran, dituntut disusun. Dalam pengembangan modul
untuk dapat memahami pengertian, pembelajaran, kegiatan pengembangan
karakteristik, prinsip, ketentuan dan prosedur (develop) dilakukan dengan langkah-langkah
pengembangan modul. Pembelajaran dengan sebagai berikut:
menggunakan modul tidak hanya berfokus pada a. Validasi modul pembelajaran oleh ahli/pakar.
guru tetapi siswa dapat melakukan secara Hal-hal yang divalidasi meliputi komponen
mandiri. Penggunaan modul juga tidak isi dan penyajian, komponen bahasa dan
bergantung lagi pada media pembelajaran lain penyajian dan komponen kegrafikan.
atau tidak harus digunakan bersama-sama b. Revisi model berdasarkan masukan dari para
dengan media yang lain sehingga lebih efisien. pakar pada saat validasi
Atas dasar latar belakang tersebut, maka perlu c. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di
dilaksanakan penelitian dengan judul kelas, sesuai situasi nyata yang akan
“Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi dihadapi.
Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk d. Revisi model berdasarkan hasil uji coba
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Disseminate (Penyebaran). Pengemasan
Ekologi”. modul pembelajaran dapat dilakukan dengan
mencetak modul pembelajaran. Setelah buku
METODE PENELITIAN dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya
dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain
Pengembangan modul pembelajaran dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.i
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu Untuk mengukur kevalidan, kepaktisan,
pada model 4-D Thiagarajan, Semmel & dan keefektifan modul pembelajaran, maka
Semmel (1974). Model 4-D dipilih berdasarkan disusun dan dikembangkan instrumen penelitian.
pertimbangan bahwa model ini lebih jelas, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
lengkap, terarah, terstruktur, sistematis dan terdiri dari: (1) lembar validasi, (2) angket
Journal of EST, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 hal. 102-112 105

respon guru dan respon siswa, (3) lembar adalah 42 jam pelajaran. Untuk mata pelajaran
observasi keterlaksanaan pembelajaran dan (4) biologi setiap minggu efektif memuat 3 jam
lembar tes hasil belajar. pelajaran sehingga total jam pelajaran biologi
Untuk menganalisis data uji coba pada untuk kelas X adalah 54 jam pelajaran per
pengembangan modul pembelajaran ini semester. Dalam kurikulum 2013 materi ekologi
digunakan teknik analisis statistik deskriptif. berada pada KD 3.10 semester genap, dimana
Data yang dianalisis adalah; data hasil validasi KD 3.10 berbunyi “Menganalisis komponen-
modul pembelajaran, data keterlaksanaan komponen ekosistem dan interaksi antar
perangkat pembelajaran, data respon siswa, data komponen ekosistem”.
respon guru, data tes hasil belajar (THB). Analisis Siswa. Siswa merupakan suatu
Analisis data yang diperoleh dikelompokkan pelaku belajar dengan tingkat dan karakter yang
menjadi tiga yaitu; (1) analisis data kevalidan berbeda. Perbedaan karakter tersebut menuntut
modul pembelajaran (2) analisis data guru memilih materi dan bahan ajar
kepraktisan (data hasil pengamatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter
keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa, dan siswanya. Analisis yang dimaksud dalam
respon guru), dan (3) analisis data keefektifan penelitian ini adalah analisis perkembangan
yang di ukur melalui tes hasil belajar (THB). intelektual dan karakteristik belajar siswa dan
tingkat pengetahuan awal siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Inteklektual adalah orang yang
menggunakan kecerdasannya untuk bekerja,
Hasil belajar, membayangkan, menggagas, atau
menyoal dan menjawab persoalan tentang
Berdasarkan tujuan penelitian dengan berbagai gagasan. Pertumbuhan otak mencapai
mengacu pada metodologi, maka telah kesempurnaan pada usia 12-20 tahun secara
dilakukan penelitian pengembangan modul fungsional. Pada usia remaja mental anak telah
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan
Penelitian pengembangan ini merujuk pada tiga abstrak. Dengan kata lain, berpikir operasi
syarat kualitas yaitu valid, praktis dan efektif formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak serta
serta disusun dan dikembangkan berdasarkan sistematis dan ilmiah dalam memecahkan
model pengembangan Four D (4-D) masalah daripada berpikir konkret. Mar’at
(Thiagarajan, et al., 1974) . Penelitian pengem- (2005) dalam Madeamin (2016) mengatakan
bangan ini terdiri dari empat tahapan yaitu; bahwa tahap ini anak sudah berpikir secara
tahap pendefinisian (define), tahap perancangan abstrak dan hipotesis serta mampu memikirkan
(design), tahap pengembangan (develop) dan sesuatu yang akan terjadi. Kemampuan kognitif
tahap penyebaran (dessiminate). Berikut ini terus berkembang selama masa SMA. Akan
dideskripsikan hasil dari kegiatan yang tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada
dilakukan; masa SMA tersebut mengarah pada peningkatan
Tahap Pendefinisian (Define). Analisis potensi. Kadang-kadang beberapa kemampuan
Kurikulum. Hasil analisis kurikulum dalam kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan
Permendikbud No. 24 tahun 2016 tentang pertambahan usia.
kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran Secara umum, karakteristik siswa kelas
pada kurikulum 2013 menunjukan bahwa dalam X SMA Negeri 1 Bajeng Barat dapat dilihat dari
kurikulum 2013 mengembangkan empat segi perkembangan kogitif. Pada aspek
kompetensi inti yakni (KI. I) Kompetensi Inti perkembangan kognitif, tampak siswa kelas X
sikap spiritual, (KI. II) Kompetensi Inti sikap SMA N 1 Bajeng Barat kurang mampu
sosial, (KI. III) Kompetensi Inti pengetahuan memahami materi yang disebabkan oleh cara
dan (KI. IV) Kompetensi Inti keterampilan. KD belajar mereka yang terkesan menghafal konsep
dalam mata pelajaran biologi secara umum di dan cara guru menyajikan materi kepada siswa
kategorikan menjadi empat arah yakni KD yang untuk melakukan proses berpikir sehingga siswa
mengarah kepada penguatan spiritual, sikap, hanya sekedar menerima pengetahuan atau pun
pengetahuan dan keterampilan. Mengacu pada teori yang ada dari guru. Oleh karena itu, agar
Permendikbud No. 59 tahun 2014 mengenai dapat melakukan proses berpikir dalam
karakteristik mata pelajaran dan beban belajar, memahami konsep-konsep yang dipelajarinya
untuk kelas X minimal dijadwalkan minimal 18 sesuai dengan tingkat perkembangan
minggu efektif dan beban belajar setiap minggu kognitifnya, maka dalam penelitian ini
106 Setiyadi, Ismail, Gani. Pengembangan modul pembelajaran

digunakan pendekatan saintifik dengan perangkat tersebut direvisi dengan


menggunakan bahan ajar modul. memperhatikan saran/masukan dari ahli/pakar.
Analisis materi. Analisis materi Penilaian modul pembelajaran ini
dilakukan untuk menentukan rancangan materi dilakukan pada aspek kelayakan isi dan
pembelajaran yang akan di susun. Analisis penyajian, aspek bahasa dan penyajian, dan
materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi aspek kegrafikan. Berdasarkan hasil analisis
materi utama yang perlu diajarkan, dapat diketahui rerata ke tiga komponen
mengumpulkan dan memilih materi yang penilaian yaitu komponen kelayakan isi dan
relevan, dan menyusunnya kembali secara penyajian dengan rata-rata (Va) 4,03,
sistematis. Materi disusun untuk memenuhi berdasarkan ketentuan nilai ini dikatakan valid
tuntutan dalam indikator dan tujuan (3,5≤ Va<4,5). Komponen kelayakan bahasa
pembelajaran berdasarkan KI dan KD dalam dan penyajian dengan rata-rata (Va) 4,32,
kurikulum 2013. Konsep ekologi dalam berdasarkan ketentuan nilai ini dikatakan valid
kurikulum 2013 di ajarkan pada semester genap (3,5≤ Va<4,5). Komponen kegrafikan dengan
dan menempati kompetensi dasar 3.10. dimana rata-rata (Va) 4,14, berdasarkan ketentuan nilai
KD 3.10 berbunyi “Menganalisis komponen- ini dikatakan valid (3,5≤ Va<4,5). Dari besaran
komponen ekosistem dan interaksi antar angka yang didapat rerata total sebesar 4.16
komponen ekosistem”. Sedangkan KD 4.10 (3,5≤ Va<4,5) sehingga dapat disimpulkan
berbunyi “Menyajikan karya yang menunjukkan bahwa modul pembelajaran biologi pada konsep
interaksi antar komponen ekosistem (jaring- ekologi dinilai valid dan layak untuk digunakan.
jaring makanan, siklus Biogeokimia)”. Konsep- Berdasarkan hasil validasi dan
konsep yang relevan dengan KD 3.10 dan KD saran/masukan dari ahli dilakukan
4.10 yaitu; (1) konsep lingkungan yang terdiri perbaikan/revisi pada modul pembelajaran (draft
dari komponen biotik dan komponen abiotik, (2) I), sehingga dihasilkan modul pembelajaran
peranan komponen ekosistem, (3) interaksi yang hasil revisi (draft II). Selanjutnya, modul
meliputi pola interaksi antara komponen biotik pembelajaran hasil revisi (darft II) diujicobakan
dengan biotik dan pola interaksi antara dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
komponen biotik dengan abiotik (saling Uji coba pemakaian modul
ketergantungan antar komponen dalam pembelajaran biologi berbasis pembelajaran
ekosistem), (4) siklus biogeokimia. saintifik dilakukan kepada 38 siswa kelas X
Desain Awal Modul (Design). Pada MIA 3 SMA Negeri 1 Bajeng Barat. Angket
tahap ini dilakukan perancangan modul respon siswa diisi oleh siswa dan guru setelah
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. kegiatan pembelajaran selesai. Siswa
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengerjakan soal tes hasil belajar setelah dua
mendesain produk awal modul pembelajaran. kali tatap muka (6x45 menit) di kelas.
Penyusunan desain awal modul pembelajaran Keseluruhan hasil uji coba dianalisis dan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut; 1) hasilnya menjadi dasar perbaikan modul
menetapkan kerangka bahan yang akan disusun. pembelajaran untuk draft akhir.
2) penyusunan instrumen penilaian. Selain Analisis data kepraktisan modul
menetapkan penyusunan kedua komponen pembelajaran. Indikator yang digunakan untuk
tersebut pada tahap desain awal modul, juga menentukan kepraktisan modul pembelajaran
ditetapkan tujuan akhir yang berisi kemampuan yaitu; (1) keterlaksanaan pembelajaran, (2)
yang harus dikuasai oleh siswa, garis-garis besar respon siswa dan guru. Hasil analisis data
atau outline substansi atau materi untuk kepraktisan modul pembelajaran setelah ujicoba
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu dilaksanakan adalah:
komponen-komponen kompetensi dasar (KD), Keterlaksanaan pembelajaran. Hasil
dan tugas tugas yang akan di selesaikan oleh analisis keterlaksanaan pembelajaran untuk
siswa. setiap aspek pengamatan adalah, Nilai rata-rata
Pengembangan (Develop). Tahap ini validitas ( ̅ ) untuk aspek sintaks pembelajaran
bertujuan untuk menghasilkan modul adalah ̅ = 3,8. Berdasarkan kriteria
pembelajaran yang layak digunakan dalam keterlaksanaan , nilai ini termasuk dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Rancangan awal kategori “terlaksana cukup baik/sedang” (3 ≤ ̅
modul pembelajaran (draft I) diberikan kepada ≤ 4), Nilai reliabilitas untuk aspek ini adalah PA
ahli/pakar untuk dinilai, yang selanjutnya = 75%. Nilai ini termasuk dalam kategori
“Reliabel” (PA ≥ 75%). Nilai rata-rata validitas
Journal of EST, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 hal. 102-112 107

( ̅ ) untuk aspek interaksi sosial adalah ̅ = 4. persentase 15,8%. Dari hasil tersebut karena
Berdasarkan kriteria keterlaksanaan, nilai ini persentase secara klasikal (84,2%) lebih besar
termasuk dalam kategori “terlaksana baik atau dari pada ketentuan ketuntasan klasikal (80%)
tinggi” (4 ≤ ̅ ≤ 5). Nilai reliabilitas untuk aspek dapat disimpulkan bahwa kelas uji coba yang
ini adalah PA = 100%. Nilai ini termasuk dalam menggunakan modul pembelajaran sebagai
kategori “Reliabel” (PA ≥ 75%). Nilai rata-rata bahan ajar tuntas secara klasikal.
validitas ( ̅ ) untuk aspek prinsip reaksi adalah ̅ Pembahasan
= 4. Berdasarkan kriteria keterlaksanaan, nilai Kevalidan perangkat pembelajaran.
ini termasuk dalam kategori “terlaksana baik Berdasarkan penilaian ahli dan pakar terhadap
atau tinggi” (4 ≤ ̅ ≤ 5). Nilai reliabilitas untuk modul diperoleh nilai rata-rata keseluruhan 4,16
aspek ini adalah PA = 80%. Nilai ini termasuk dengan kategori “valid”, ini menunjukkan
dalam kategori “Reliabel” (PA ≥ 75%). Nilai bahwa modul pembelajaran berbasis pendekatan
rata-rata validitas ( ̅ ) untuk aspek pendukug saintifik yang dikembangkan memenuhi kriteria
adalah ̅ = 4,63. Berdasarkan kriteria kevalidan. Meskipun begitu, terdapat beberapa
keterlaksanaan, nilai ini termasuk dalam saran dan masukan dari ahli untuk dilakukan
kategori “terlaksana baik atau tinggi” (4 ≤ ̅ ≤ revisi kecil agar modul pembelajaran yang
5). Nilai reliabilitas untuk aspek ini adalah PA = dikembangkan mejadi lebih baik.
75%. Nilai ini termasuk dalam kategoori Modul pembelajaran biologi berbasis
“Reliabel” (PA ≥ 75%). Nilai rata-rata validitas pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat
( ̅ ) untuk keseluruhan aspek adalah ̅ = 4,13. dikatakan valid jika semua ahli yang
Berdasarkan kriteria keterlaksanaan, nilai ini memvalidasi menyatakan valid. Pendapat ini
termasuk dalam kategori “terlaksana baik atau didukung oleh hasil penelitian Sawitri, et al.
tinggi” (4 ≤ ̅ ≤ 5). Nilai reliabilitas untuk aspek (2014) yang menyatakan bahwa modul
ini adalah PA = 82,5%. Nilai ini termasuk dalam pembelajaran yang berkualitas dan layak
kategoori “Reliabel” (PA ≥ 75%). digunakan jika telah memenuhi standar
Hasil data respon siswa terhadap uji kevalidan yang dinilai oleh ahli dan pakar.
coba penggunaan modul pembelajaran biologi Selain itu Hala, et al. (2015) menyatakan
berbasis pembelajaran saintifik pada konsep validasi telah memenuhi kriteria kevalidan jika
ekologi dalam proses pembelajaran biologi dalam hal ini instrumen yang dikembangkan
didapatkan hasil yang baik dengan total telah didasari pada kajian rasional teoritik yang
persentase lebih dari 50% siswa memberikan kuat serta memiliki konsistensi secara internal.
respon positif terhadap modul pembelajaran Kepraktisan Modul Pembelajaran.
biologi berbasis pendekatan saintifik pada Berdasarkan kriteria keterlaksanaan
konsep ekologi yaitu 84,23 %. Hal ini pembelajaran menggunakan modul berbasis
menunjukan bahwa siswa memiliki respon yang pendekatan saintifik diperloleh nilai rata-rata
positif. Kemudian hasil data respon dua orang total 4,13 dan persentase of agreement sebesar
guru terhadap modul pembelajaran biologi 82,5%, yang berarti keterlaksanaan
berbasis pendekatan saintifik pada konsep pembelajaran menggunakan modul
ekologi didapatkan hasil yang baik dengan rata- pembelajaran berbasis saintifik terlaksanan
rata persentase kategori kuat dan sangat kuat dengan baik atau tinggi dan siswa terlibat aktif
lebih dari 50% yaitu 88,7%. Hal ini menunjukan dalam pembelajaran. Selain itu, tampak bahwa
bahwa guru memiliki respon yang positif modul yang dikembangkan mampu
terhadap modul pembelajaran biologi berbasis mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dan
pendekatan saintifik pada konsep ekologi. berinteraksi dengan temannya serta berinteraksi
Analisis data keefektifan modul dengan guru untuk menyampaikan dan
pembelajaran. Berdasarkan kriteria ketuntasan memecahkan permasalahan atau pertanyaan
minimal di sekolah SMA Negeri 1 Bajeng Barat, yang berkaitan dengan isi materi modul
seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar pembelajaran. Jadi modul pembelajaran yang
jika memperoleh nilai minimal 75. Pembelajaran dikembangkan telah memenuhi syarat
dikatakan berhasil secara klasikal jika minimal kepraktisan. Oleh karena itu modul
80% siswa mencapai skor minimal 75.dari hasil pembelajaran yang dikembangkan praktis untuk
uji coba, terdapat 32 siswa yang memenuhi digunakan dalam pembelajaran. Hal ini
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan didukung oleh Ismail (2013) yang menyatakan
persentase klasikal 84,21%, sedangkan terdapat bahwa keterlaksanaan pembelajaran yang baik
6 orang siswa yang belum tuntas dengan
108 Setiyadi, Ismail, Gani. Pengembangan modul pembelajaran

adalah jika derajat keterlaksanaan pembelajaran dalam modul pembelajaran biologi berbasis
yang dicapai tersebut minimal berkategori tinggi pendekatan saintifik pada konsep ekologi, yaitu
atau baik. self instruction, terdapat beberapa kalimat
Respon siswa terhadap kegiatan perintah yang mudah untuk dipahami, terdapat
pembelajaran menggunakan modul soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
pembelajaran menunjukkan kategori respon memungkinkan untuk mengukur penguasaan
positif, dimana dari total 20 pertanyaan terdapat peserta didik, terdapat rangkuman materi
14 pertanyaan dengan respon sangat kuat dan 4 pembelajaran dan memuat materi pembelajaran
pernyataan dengan respon kuat. Rata-rata dari yang dikemas dalam unit-unit yang kecil,
setiap pernyataan adalah 84,23% sehingga sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas.
respon siswa terhadap modul pembelajaran Self contained, pada modul ekologi berbasis
dapat dikatakan positif. Selain itu, respon guru pendekatan saintifik yang dikembangkan
didapatkan rata-rata persentase kategori kuat dan terdapat materi pokok, yaitu ekologi yang telah
sangat kuat sebesar 88,7% sehingga respon guru dibagi menjadi dua topik utama, yaitu 1)
terhadap modul pembelajaran dapat dikatakan Komponen ekosistem, interaksi antar komponen
positif. dalam ekosistem, dan aliran energi, dan 2)
Respon positif siswa terhadap modul Siklus biogeokimia untuk mencapai kompetensi
pembelajaran disebabkan karena siswa inti dan kompetensi dasar sesuai dengan
dilibatkan secara langsung dalam proses Kurikulum 2013. Stand alone, modul yang
pembelajaran melalui kegiatan 5 M (mengamati, dikembangkan telah dapat berdiri sendiri
menanya, ngumpulkan informasi, mengasosiasi, ditunjukkan salah satunya terdapat pada lembar
dan mengkomunikasikan), sedangkan selama ini kerja siswa mulai dari mengamati hingga
siswa cenderung pasif dan sekedar menerima mengkomunikasikan siswa dapat melaksanakan
informasi dari guru sehingga siswa kaya akan seluruh kegiatan pembelajaran 5M tanpa
teori tetapi lemah dalam pengaplikasiannya. menggunakan bahan ajar/media lain pada
Selain itu respon positif siswa terhadap modul. Adaptive, pada bagian ini modul
modul pembelajaran juga disebabkan karena memiliki daya adaptasi terhadap perkembangan
terdapat petunjuk penggunaan modul ilmu dan teknologi. Terakhir, yaitu User friendly
pembelajaran sehingga mereka mampu pada modul ekologi berbasis pendekatan
melakukan pembelajaran secara mandiri, siswa saintifik yang dikembangkan telah dapat
memahami langkah kerja yang terdapat dalam bersahabat dengan pengguna (siswa) karena
lembar kegiatan siswa karena didukung oleh pada modul terdapat instruksi dan paparan
bahasa dan petunjuk yang mampu menuntun informasi yang bersifat membantu dan
mereka untuk melakukan kegiatan, terdapat bersahabat dengan pemakainya.
gambar atau ilustrasi yang dapat diamati untuk
memudahkan siswa dalam memahami pelajaran, Keefektifan Modul Pembelajaran.
terdapat informasi pendukung yang dapat Tahapan terakhir untuk mengetahui efektivitas
menambah pengetahuan mereka, dan terdapat penggunaan modul pembelajaran biologi
soal-soal latihan untuk meningkatkan berbasis pendekatan saintifik adalah
pengetahuan dan soal-soal untuk melakukan menerapkan rencana pembelajaran dan modul
asesmen secara mandiri. yang telah disusun kedalam uji coba pemakaian
Dalam pengembangan modul ini, selain dalam proses pembelajaran. Proses
berpedoman pada pedoman penulisan modul pembelajaran pada pendekatan saintifik adalah
Departemen Pendidikan Nasional (2008) tentang memberikan peluang dan kesempatan kepada
pengembangan bahan ajar, pengembangan peserta didik untuk mencari tahu dan
modul ini juga memperhatikan karakteristik menumbuhkan rasa ingin tahunya melalui
modul yang terdiri atas lima karakteristik modul, kegiatan 5 M (mengamati, menanya,
yaitu self instruction, self contained, stand mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
alone, adaptive, dan user friendly (Ditjen menginformasikan (Permendikbud No. 103
PMPTK, 2008; Rahdiyanta, 2012; Sawitri, et Tahun 2014).
al.,2014), sehingga dengan adanya karakteristik Keefektifan modul pembelajaran biologi
ini dalam modul dapat menuntun dan membantu ini dapat diketahui dengan melihat hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai peserta didik. Berdasarkan hasil belajar peserta
contoh telah terdapat lima kesesuaian modul didik kelas X diperoleh 32 siswa mencapai
terhadap karakteristik modul yang terdapat kriteria ketuntasan minimal (75) sedangkan 6
Journal of EST, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 hal. 102-112 109

siswa lainnya belum mencapaik KKM. Alasan 6 dan memungkinkan siswa atau peserta diklat
siswa tidak mencapai KKM dikarenakan. belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya
Peserta didik tersebut tidak konsentrasi penuh sehingga modul dapat menggantikan peran guru
dalam mengikuti proses pembelajaran serta dalam proses pembelajaran.
adanya faktor-faktor lainnya yang Selain keunggulan yang dimiliki modul,
menghambatnya dalam menerima atau bila dikaitkan dengan pendekatan saintifik,
melakukan aktifitas dalam modul pembelajaran. pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 dapat
Hal ini menunjuk pada 84,21 % siswa telah melatih peserta didik untuk lebih mandiri,
mengalami ketuntasan hasil belajar secara kreatif dan inovatif. Melaui konsep 5M, peserta
klasikal. Suatu modul pembelajaran dinyatakan didik dididik untuk dapat mencari informasi,
efektif apabila 80% siswa yang mengikuti menemukan, menyampaikan pendapat didepan
pembelajaran mampu mencapai nilai acuan yang kelas, mengevaluasi dan menarik kesimpulan
telah ditetapkan sebelumnya (Hobri. 2010). secara aktif dan mandiri, sehingga peserta didik
Berdasarkan hal tersebut, kelas uji coba dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
setelah diberikan perlakuan dengan pemberian Pembelajaran dengan modul membuat
bahan ajar modul pembelajaran berbasis siswa aktif, berfikir kreatif dan membantu siswa
saintifik tuntas secara klasikal. Jadi, menemukan konsep. Hal ini sesuai dengan teori
pembelajaran dengan menggunakan modul belajar Bruner yang menyatakan bahwa proses
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik pada belajar akan berjalan dengan baik jika guru
konsep ekologi yang telah dikembangkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Hal menemukan konsep, teori, ataupun pemahaman
ini terjadi karena di dalam modul terdapat melalui contoh-contoh yang dijumpainya
kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung siswa (Budiningsih, 2012). Hasil yang diperoleh
dalam proses pembelajaran dengan pendekatan sejalan dengan hasil penelitian Novianty, et al.
berbasis saintifik, siswa terlibat aktif dalam (2013), yaitu modul yang disusun berdasarkan
melakukan percobaan atau menganalisis guna pendekatan saintifik yang dikenal dengan 5M
mengumpulkan data atau informasi serta efektif meningkatkan hasil belajar siswa dan
mendiskusikan hasil pengamatan atau persepsi siswa terhadap isi modul serta
analisisnya untuk menarik kesimpulan, sehingga pembelajaran dengan bantuan modul sangat
dalam pembelajaran terjadi proses konstruksi positif.
pengetahuan pada diri siswa. Pada tahap mengamati, siswa difasilitasi
Alasan kuat mengapa modul untuk melakukan pengamatan dengan kegiatan
pembelajaran biologi berbasis pendekatan membaca, menyimak, melihat apa yang
saintifik efektif untuk meningkatkan hasil disajikan pada kegiatan pendahuluan modul.
belajar siswa adalah melihat beberapa Pada tahap ini siswa menghubungkan
keunggulan pembelajaran dengan sistem modul pengetahuan awal yang dimiliki dengan
dikemukakan sebagai berikut: 1) berfokus pada fenomena yang sekarang dihadapi. Kegiatan
kemampuan individual peserta didik, karena mengamati sangat bermanfaat bagi penumbuhan
pada hakekatnya mereka memiliki kemampuan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses
untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
jawab atas tindakan-tindakannya, 2) adanya tinggi (Majid & Rochman, 2014). Kegiatan
kontrol terhadap hasil belajar melalui mengamati juga dapat melatih kesungguhan dan
penggunaan standar kompetensi dalam setiap ketelitian peserta didik (Hosnan. 2014). Hal ini
modul yang harus dicapai oleh peserta didik, 3) sesuai dengan pernyataan Piaget yang
kesesuaian kurikulum ditunjukkan dengan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun
adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan
peserta didik dapat mengetahui keterkaitan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi
antara pembelajaran dan hasil yang akan ialah pemaduan data baru dengan stuktur
diperolehnya. Hal ini sejalan dengan yang di kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian
ungkapkan Rahdiyanta (2012) keunggulan struktur kognitif terhadap situasi baru, dan
modul dalam proses pembelajaran adalah modul equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus
mampu mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dilakukan antara asimilasi dan akomodasi
dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat (Budiningsih, 2012).
maupun guru/instruktur, meningkatkan motivasi Pada tahap menanya, siswa difasilitasi
dan gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat, untuk mengidentifikasi dan menuliskan hal-hal
110 Setiyadi, Ismail, Gani. Pengembangan modul pembelajaran

yang tidak dipahami pada kegiatan mengamati dan berinteraksi dengan pengalaman
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sederhana sebelumnya. Setelah menemukan keterkaitan
pada modul. Hal ini sesuai dengan pandangan antar informasi dan menemukan berbagai pola
dasar dalam kurikulum 2013 bahwa dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara
pembelajaran harus berkenaan dengan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik atau secara individual membuat kesimpulan.
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam Pada tahap mengkomunikasikan, siswa
proses kognitifnya (Hosnan. 2014). Adapun menyampaikan hasil pengamatan atau
kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini kesimpulan secara tulisan pada lembaran yang
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin telah disediakan pada modul atau secara lisan
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan melalui persentasi di kelas. Melalui kegiatan
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu mengkomunikasikan siswa mengembangkan
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat sifat jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir
(Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013). sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
Pada tahap mengumpulkan informasi, singkat dan jelas dan mengembangkan
pada modul ini disediakan lembar kegiatan kemampuan berbahasa yang baik dan benar
siswa yang berisi petunjuk praktikum dan (Permendikbud Nomor 81A Tahun
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa 2013).Pendekatan saintifik mempermudah siswa
untuk dapat membangun konsep berdasarkan untuk memahami materi yang disampaikan dan
rumusan masalah yang diajukan pada setiap lebih membuat siswa untuk bertindak aktif
kegiatan/pertemuannya. . Pada tahap ini (Purwaningsih, et al., 2014).
diharapkan siswa mengembangkan sikap teliti, Selain itu adanya tes formatif dan kunci
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, jawaban yang ada pada modul bertujuan untuk
kemampuan berkomunikasi, menerapkan membantu siswa untuk menguji kemampuannya
kemampuan mengumpulkan informasi melalui sendiri terhadap materi yang telah dipelajarinya.
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan Menurut Rahdiyanta (2012) tes ini sebagai
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat bahan pengecekan bagi peserta didik dan guru
(Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013). untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil
Kegiatan ini membuat proses pembelajaran belajar yang telah dicapai, sebagai dasar untuk
menjadi efektif, karena semua siswa di dalam melaksanakan kegiatan berikut. Dengan
kelompoknya melakukan aktivitas sesuai dengan demikian siswa bisa mendapat feedback secepat
penuntun dalam modul pembelajaran, diskusi mungkin dan dapat belajar sendiri atau dengan
dan berintekrasi dengan guru dan temannya bimbingan guru seminimal mungkin yang
dalam menyelesaikan lembar kegiatan tersebut. akhirnya akan berpengaruh terhadap
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran peningkatan hasil belajar siswa.
akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi
langsung antara pendidik dengan peserta didik SIMPULAN DAN SARAN
(Hosnan. 2014). Jika siswa tidak mencapai
KKM, siswa dapat mengulang kembali Modul pembelajaran biologi pada
mengerjakan lembar kegiatan tersebut sampai konsep ekosistem dikembangkan menggunakan
siswa tersebut merasa puas dengan nilai yang model 4-D yang terdiri dari empat tahap yaitu
diperolehnya. define, design, develop dan dessiminate. Modul
Pada tahap mengasosisasi siswa pembelajaran biologi berbasis pendekatan
diarahkan mengolah informasi-informasi yang saintifik memiliki nilai validitas = 4,16 dengan
didapatkan pada tahap sebelumnya yaitu tahap kategori valid, dengan begitu modul
mengumpulkan informasi sampai kepada proses pembelajaran biologi pada konsep ekologi
penarikan kesimpulan secara mandiri ataupun memenuhi kriteria kevalidan. Keterlaksanaan
bersama dengan teman-temannya. Dalam pembelajaran diperloleh nilai rata-rata 4,13 dan
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 aktivitas persentase of agreement sebesar 82,5%, yang
ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, berarti keterlaksanaan pembelajaran
yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis menggunakan modul pembelajaran berbasis
atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi saintifik terlaksana dengan baik dan siswa
untuk memperoleh simpulan berupa terlibat aktif dalam pembelajaran. Perolehan
pengetahuan sehingga pengalaman-pengalaman respon siswa terhap modul pembelajaran dengan
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi persentase rata-rata kategori kuat dan kuat
Journal of EST, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 hal. 102-112 111

adalah 84,23% dan respon guru sebesar 88,7% Hosnan. (2014). Implementasi Saintifik dan
sehingga dapat disimpulkan respon siswa dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
guru adalah positif, dengan begitu modul 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
pembelajaran biologi berbasis pendekatan
Ismail. (2013). Pengembangan Model
saintifik memenuhi kriteria kepraktisan. Modul
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik pada Pembelajaran IPA Terintegrasi Nilai
konsep ekosistem memenuhi kriteria Karakter di Sekolah Dasar. Disertasi,
keefektifan, hal ini berdasarkan pada pencapaian Makassar. PPS-UNM.
ketuntasan belajar secara klasikal dengan Kemendikbud. (2013). Implementasi Kurikulum
persentase ketuntasan 84,2%. 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Disarankan kepada peneliti selanjutnya dan Kebudayaan.
untuk melakukan ujicoba dalam skala luas agar Lampiran Permendikbud No 65. (2013). Standar
dihasilkan modul pembelajaran yang lebih baik. Proses Pendidikan Dasar dan
Disarankan kepada peneliti lain untuk dapat Menengah. (online)
mengambangkan modul pembelajaran berbasis http://vokasi.unud.ac.id/wp-
pendekatan saintifik pada konsep yang lain. content/uploads/2014/08/03-b-salinan-
lampiran-permendikbud-no-65-th-2013-
DAFTAR RUJUKAN ttg-standar-proses.pdf . diakses 6
oktober 2016.
Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Madeamin, S. (2016). The development of
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka indosesian language learning materials
Cipta. based on local excellence of the first
Depdiknas. (2008a). Pengembangan Bahan grade students at SMA Negeri 3 Palopo.
Ajar. Jakarta: Depdiknas. Unpublished dissertation. Makassar:
Dewi, A. P., Sarwanto., & Prayitno, B. A. PPs Universitas Negeri Makassar
(2014). Pengembangan Modul Majid, A & Rochman, C. (2014). Pendekatan
IpaTerpadu Untuk Smp/Mts Berbasis Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum
Eksperimen Pada Tema Fotosintesis 2013. Bandung: PT Remaja
Untuk Memberdayakan Keterampilan Rosdakarya.
Proses Sains. Jurnal Inkuiri, Mulyasa, E. (2003). Konsep, Karakteristik,
Vol 3, No. III, (hal 30-40). Implementasi, dan Inovasi Kurikulum
Ditjen PMPTK. (2008). Penulisan Modul. Berbasis Kompetensi. Bandung: PT
Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas. Remaja Rosdakarya.
Esmiyati., Haryati, S., & Purwantoyo, E. (2013). Novianty, I., Sulistina, O., & Zakia, N. (2013).
Pengembangan Modul IPA Terpadu Efektivitas Penerapan Modul Materi
Bervisi SETS (Science, Environtment, Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri
Technology, and Society) Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
Pada Tema Ekosistem. Unnes Science Dan Persepsi Siswa Kelas Xi Semester 1
Education 2(1): 180-187. Kompetensi Keahlian Kimia Analisis
Hala, Y., Saenab, S., Kasim. S. (2015). Smkn 7 Malang: Universitas Negeri
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Malang.
Biologi Berbasis Pendekatan Saintifik Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Pada Konsep Ekosistem Bagi Siswa Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar
Sekolah Menengah Pertama. Journal of Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Educational Science and Tecnology, Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Volume 1 Nomor 3: 85-96. Menengah. Jakarta: Kementrain
Hobri. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Pengembangan (Aplikasi Pada Indonesia.
Penelitian Pendidikan Matematika). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Jember: Pena Salsabila. Republik Indonesia Nomor 59 Tahun
112 Setiyadi, Ismail, Gani. Pengembangan modul pembelajaran

2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Method Berdasarkan Karakteristik


Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Siswa dalam Pembelajaran di
Jakarta: Kementrain Pendidikan dan SMP/MTS. Cakrawala Pendidikan.
Kebudayaan Republik Indonesia. No.2. 176-188.
Permendikbud Nomor 81A Tahun (2013)
lampiran IV tentang Implementasi
Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran. Jakarta: (online)
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Perm
endikbud81A-
2013ImplementasiK13Lengkap.pdf. di
akses 5 oktober 2016.
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Purwaningsih, E., Fadiawati, N., & Kadaritna,
N. (2014). Penggunaan Pendekatan
Scientific pada Pembelajaran
Kesetimbangan Kimia dalam
Meningkatkan Keterampilan Elaborasi.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Kimia. Vol. 3 No. 1 hal: 1-14.
Purwanto., Rahadi, A., & Lasmono, S. (2007).
Pengembangan Modul. Jakarta: Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan (PUSTEKKOM) Depdiknas.
Rahdiyanta, D. (2012). Teknik Penyusunan
Modul. Artikel. (Online)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/p
enelitian/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/20-
teknik-penyusunan-modul.pdf. diakses
10 oktober 2016.
Sawitri, D. W., Ambarwati, R., & Wisanti.
(2014). Pengembangan Modul
Keanekaragaman Hayati Berbasis
Pendekatan Saintifik Untuk Siswa Kelas
X Sma. BioEdu Berkala Ilmiah
Pendidikan Biologi, Vol.3 No.3.
Thiagarajan, S., Semmel, DS. Semmel, M.
(1974). Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional
Childern. A Sourse Book. Blomington:
Central for Innovation on Teaching The
Handicapped.
Wenno, I. H. (2010). Pengembangan Model
Modul IPA Berbasis Problem Solving

S-ar putea să vă placă și