Sunteți pe pagina 1din 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pruritus atau rasa gatal merupakan keluhan yang paling sering terdapat pada
penderita dengan penyakit kulit, dapat didefinisikan sebagai sensasi yang
menyebabkan keinginan untuk mengaruk. Pruritus dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap quality of life. Pruritus dapat terjadi pada kulit yang menunjukkan
adanya kelainan, namun dapat pula terjadi pada kulit yang sangat sedikit
menunjukkan adanya kelainannamun perlu diingat bahwa kulit genitalia normal
sering berwarna kemerahan dan adanya skuama sering tidak nampak oleh karena
keadaan yang lembab, sehingga adanya inflamasi sering tidak terdeteksi
(Djajakusumah, 2011).
Pruritus bervariasi dalam hal durasi, lokalisasi dan tingkat keparahannya. Setiap
orang pasti pernah mengalami rasa gatal yang berlangsung singkat dan dirasakan
setempat saja, dan merassakan kegembiraan yang aneh bila bisa mengaruk bagian
yang gatal itu. Akan tetapi ada beberapa orang yang menderita iritasi kronis yang
sangat menggangu selama bertahun-tahun. Rasa gatal dapat terbatas padu satu atau
beberapa tempat saja , atau bisa juga dirassakan pada seluruh permukaan tubuh. Rasa
gatal ini bisa menyebar, semula mungkin dirasakan ditangan dan kemudian pada
punggung, atau pada lebih pada satu tempat sekaligus (Robin, 2005).
Penyakit pruritus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memiliki
angka kejadian relatif tinggi. Pada tahun 2007 di Indonesia ditemukan prevalensi
sebesar 60-70%. Penyakit pruritus ini walaupun telah menginfeksi masyarakat
dalam jumlah yang relatif besar tetapi belum mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah dalam upaya penanggulangannya. Penyakit pruritus memang tidak akan
menyebabkan kematian seketika tapi butuh perhatian khusus dalam
penanggulangannya. Hasil penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa
kelompok usia terbanyak yang menderita pruritus adalah kelompok usia antara 55

1
tahun keatas (lansia) yaitu terdapat 46 lansia (54,1%) dari 85 lansia yang diperiksa.
Lansia termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terkena pruritus
karena lansia mengalami perubahan struktur kulit yang di akibatkan oleh proses alami
pertambahan usia (Persada, 2014).
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya
ditemukan dalam kulit, membrane mukosa dan kornea (Suddarth, 2000).
Terkait hal itu kami tertarik untuk membahas mengenai integumen khususnya
pruritus baik itu dari segi medis dan konsep asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep teori dari pruritus ?
1.2.2 Bagaimana proses keperawatan pada pruritus ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Sistem Integumen dengan judul
“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pruritus”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Pruritus
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Pruritus
3. Untuk mengetahui etiologi dari Pruritus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Pruritus
5. Untuk mengetahui patofisiologi Pruritus
6. Untuk mengetahui pathway dari Pruritus
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada Pruritus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Pruritus
9. Untuk mengetahui Health Education dari Pruritus
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Pruritus

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Individu

2
Agar lebih memahami tinjauan pustaka dan konsep asuhan keperawatan dari
Pruritus.
1.4.2 Bagi Masyarakat Umum
Agar masyarakat awam mengetahui bagaimana tinjauan pustaka dan konsep
asuhan keperawatan dari Pruritus.
1.4.3 Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai referensi bahan ajar dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai
tinjauan pustaka dan konsep asuhan keperawatan dari Pruritus.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi
Pruritus berarti gatal pada kulit. Pruritus dapat terjadi sebagai respons primer
terhadap iritan permukan atau peradangan, misalnya setelah gigitan nyamuk, atau
pada kulit yang kering. Pruritus primer terjadi akibat pelepasan histamine selama
peradangan. Pruritus dapat timbul secara sekunder sebagai akibat suatu penyakit
sistemik, misalnya gagal hati atau ginjal. Pada pruritus sistemik, toksin-toksin
metabolic mungin tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit (Corwin, 2009).
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan ransangan untuk
menggaruk. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit (Djuanda, 2006).
Pruritus adalah gatal hebat dan garukan berulang yang dapat menyebabkan
infeksi sekunder. Keluhan ini dapat terjadi sebagai manifestasi penyakit kulit tertentu
(Brooker, 2008).

1.2 Klasifikasi
1. Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi,
kering, dan kerusakan kulit.
2. Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.
Misalnya, pada herpes dan tumor.
3. Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik
(ginjal kronis, jaundice)
4. Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia
(Hanifah, 2011)

Klasifikasi lain menurut Djuanda (2006), sebagai berikut :


1. Kehamilan
Pruritus gravidarum di induksi oleh esterogen dan kadang-kadang ada
hubungannya dengan kolestasis (obstruksi dan statis di dalam saluran empedu).

4
Pruritus terutama terdapat pada trimester terakhir kehamilan , mulai pada abdomen
atau badan , kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai anoreksi ,
nausea, atau muntah. Objektif terlihat ekskoreasi karena garukan. Pruritus akan
menghilang sesudah penderita melahirkan, tetapi dapat residif pada kehamilan
berikutnya.ikterus kolestatik timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu.
Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu dibawah kulit.
2. Senilitas
Kulit senile yang kering yang mudah menderita fisur (chapped skin) mudah
menjadi pruritik. Pruritus dapat terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Rasa
gatal terjadi karena stimulasi yang amat ringan, seperti gosokan dengan pakaian atau
perubahan suhu disekitar penderita. Lokalisasi tersering ialah daerah genetal externa,
parineal dan perianal. Selain pruritus senilis sine material pada orang tua ada pula
pruritus yang merupakan permulaan dermatitis exfoliafifa generalisata (eritroderma).
Kadang-kadang terdapat genesis dermatitis seboroik atau psoriasis.
3. Penyakit hepar
Pruritus hepatikum merupakan gejala kutan yang utama pada penyakit hati dan
biasanya disertai kolestasis. Pruritus dianggap berasosiasi dengan garam empedu.
Intensitas perasaan gatal sebanding dengan konsentrasi garam empedu didarah, tidak
sebanding dengan derajat warna kuning kulit. Pruritus sebagai expresi kolestasis
merupakan tanda adanya obstruksi pada empedu (obstructive biliary disease).
Perasaan gatal lebih banyak bila penyakit disertai ikterus.obstruksi dapat berlokalisasi
intra atau extra-hepatal. Pruritus dapat pula sebagai efek samping obat-obat yang
memberi obstruksi biliar intra-hepatal, misalnya klopromazin, intra atau extra-
hepatal, misalnya klopromazin , metal-testosteron dan pil kontasepsi. Bila ada ikterus
tanpa pruritus, maka penyebabnya anemia hemolitik anhepatik atau hepatitis
infeksiosa. Pada 20% penderita sirosis hepatis dapat timbul pruritus generalisata,
yang disertai erupsi popular dan prurigo. Pada 10-40 % penderita dewasa dengan
hepatitis dapat tinbul pruritus yang singkron dengan elofasi garam asam biliar.
4. Penyakit endokrin
Pruritis terdapat pada diabetes mellitus, tireotoksitosis dan miksedema.
Hiperparatiroldia sekunder pada penyakit payah ginjal menahun sering dijumpai.

5
Pada keadaan demikian terdapat kenaikan kadar hormone paratiroid dalam plasma,
yang menyebabkan penurunan ekskresi karena Ca dalam serum tidak berubah.
Pruritus disebabkan oleh adanya deposit kalsium vosfat dikulit. Pruritus pada
miksedema jarang di laporkan, mekanismenya belum jelas.
5. Penyakit ginjal
Pruritus generalisata mempunyai insiden sampaai 80% pada penyakit payah
ginjal menahun. Kulit penderita kering (xerosis) karena terdapat aktrofi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Selain itu terdapat pula gangguan metabolisme Ca dan
fosfor, sedangkan kadar magnesium dalam serum meninggi. Keadaan uremia
menyebabkan pruritus, diduga penyebabnya ialah bahan-bahan ynag mengalami
retensi karena ginjal gagal mengekskresinya. Hal tersebut dapat diobati dengan
hemodialisis secara teratus dan intensif. Bila dengan hemodialisis tidak tampak
kemajuan, maka harus dipikirkan adanya hiperparatiroidia.
6. Penyakit neoplastik
Pruritus dapat merupakan keluhan pada penderita dengan keganasan intern,
terutama yang berasal dari system limforetigular. Pada penyakit Hodgkin insidennya
dapat berlngsung berbulan-bulan, sebelum penyakit yang mendasari diketahui.
7. Mikosis fungoides
Mikosis fungoides murupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul
sangat dini yaitu pada waktu lesi kulit masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi
maligna . pruritus dapat bersifat menetap dan intoleran.
8. Penyakit lain
Pada beberapa penyakit lain penderita dapat mengeluh adanya pruritus.
a. Penyait pirai (gout)
b. Hipertensi arteriosklerotik
Pruritus dirasakan seluruh tubuh sebelum timbulnya apopleksia.
c. Polisitemia vera
Penyakit dapat disertai pruritus dan urtikaria.
d. Delisiensi besi
Pruritus disebabkan oleh defisiensi besi dan tidak oleh anemia, sebab
pemberian zat besi sebelum timbulnya anemia sudah menghilangkan
pruritusnya.
9. Pruritus neurologic
Deficit saraf sentra atau perifer dapat menyebabkan pruritus
10. Pruritus psikologik

6
Respon garukan berbeda dengan pruritus karena penyebab lain. Pada gatal
karena penyakit organis terdapat korelasi antara sensasui gatal dengan beratnya
respon garuk. Pada gatal psokologik ternyata respon garukan lebih kecil dari pada
derajat gatal subjektif. Akibatnya tampak lebih sedikit efek garukan dan lebih banyak
picking (bekas cubitan), serta tidak dijumpai gangguan tidur.

1.3 Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan yang dapat
diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, beberapa penyebab pruritus lokal:
1) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
2) Punggung : Notalgia paraesthetica
3) Lengan : Brachioradial pruritus
4) Tangan : Dermatitis tangan
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
1) Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
3) Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan
Myxoedema.
4) Gangguan pada Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia, Leukimia
limfatik, dan Hodgkin's disease.
3. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa
diantaranya, yaitu dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria,
psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
4. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam
dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan
lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).
5. Hormonal

7
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat
hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan
menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita
mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat
garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi
menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis,
atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab
pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient.
(Djuanda, 2006)

1.4 Manifestasi Klinis


1. Garukan , sering lebih hebat pada malam hari

Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang biasanya


dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada
saat terjaga karena perhatian pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam
hari dimana hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan
pruritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.
2. Eksoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit

8
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan
kronikdapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas
menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila
garukan dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear
pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuanpada individu dan
mengganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya
disertai nyeri dan sensasi terbakar.

(Suddarth, 2000)

1.5 Patofisiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda
asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun
mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva
migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering. Faktor
endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal,
gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis

9
yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara
klinis belum diketahui.
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan rangsangan
fisik dan mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan kerusakan kulit oleh
pruritogen. Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal akan meningkatkan ureum
serum yang berkontribusi sebagai agen pruritogenik. Gangguan metabolism seperti
DM, hipertiroidisme dan hipotiroidisme juga merupakan penyebab timbulnya
pruritus, selain itu penyebab lainnya seperti penyakit hepar akan menyebabkan
kolestasis (sumbatan kantung empedu) yang dapat meningkatkan sintesis senyawa
opioid. Faktor lain seperti stress yang juga berpengaruh terhadap timbulnya pruritus
karena stress meningkatkan sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem
imun melepaskan mediator inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P
mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu faktor
endogen lainnya disebabkan karena terpapar bahan allergen (pewangi, pengawet,
perhiasan, pewarna rambut, balsam, karet) akan mengakibatkan reaksi imunologi
(allergen terikat dengan protein membentuk antigen lengkap, antigen ditangkap dan
diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang telah diproses
dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan berploriferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori, tersebar ke seluruh tubuh
menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh, dan apabila
terpapar bahan allergen kembali maka akan menstimulasi ujung saraf bebas di dekat
junction dermoepidermis, kemudian merangsang epidermis dan percabangan serabut
saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus
gatal melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch
reflexes (reflex garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi serabut
saraf C hingga dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga menjadi
patofisiologi pruritus yang disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan yag
mengakibatkan kulit kering) serta faktor endogen (stress psikologik, hormonal, dan
penyakit sistemik).

10
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya
ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea. Garukan menyebabkan
terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf yang memperberat
pruritus yang selanjutnya menghasilkan rasa gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus
biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi
sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun.
Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat,
bisa berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal. Pruritus juga
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit (erosi,
ekskeriasi) yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.

11
1.6 Pathway
Faktor Eksogen Faktor Endogen

Dermatitis Dermatitis Faktor Reaksi obat Penyakit sistemik Psikologis


kontak iritan kontak lingkungan (Hepar, Ginjal,
alergen Gangguan
Allergen terikat Metabolisme)
Stress
dengan protein
membentuk
Kerusakan kulit antigen lengkap
Meningkatnya
oleh pruritogen sensitivitas
respon imun
Tersebar diseluruh tubuh

System imun
Keadaan sensitivitas melepaskan
yang sama diseluruh mediator inflansi
tubuh secara berlebihan

Stimulasi ujung syaraf

Korteks serebri mempersepsikan stimulus gatal


1.7 Pemeriksaan Diagnostik
6. Hitung Darah Lengkap (CBC) PRURITUS
7. BUN dan Kreatinin Serum
8. Tes tiroid (memeriksakan kadar TSH)
9. Elektroforesis Protein (AFP,reflek
Terjadi Billirubin direct
garukan dantidak
yang indirect)
dapat diabaikan
10. Biopsi Kulit
11.CT Scan /USG Abdomen, Chest Radiography
Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung syaraf
1.8 Penatalaksanaan
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien
Menimbulkan ruam dan lesi
sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas.
Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan menthol secara

MK: Gangguan MK: Kerusakan MK: Gangguan


Citra tubuh 12Integritas Kulit Rasa Nyaman
topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor
dan dapat menekan terjadinya gatal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu
sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat
beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada
penderita, yaitu:
1. Penatalaksanaan secara medis :
1) Pengobatan topical:
a. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
b. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
c. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
d. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek. Kortikosteroid
secara topikal maupun sistemik cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus
dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan penekanan efek
inflamasi.
e. Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi
kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.

2) Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup
parah dan menyebabkan tidur terganggu:
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada
pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah
urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus.
Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.

13
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1,
agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk gatalneuropati),
talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake serotonin, dan opioid
miu antagonis atau agonis kappa.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah
faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan
vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol, makanan
pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk
area yang bersangkutan dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit
kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
1) Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah
mandi.
2) Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
3) Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
4) Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
5) Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
6) Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
7) Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
8) Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
9) Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

1.9 Health Education


Sebagian besar terapi lesi kulit ditujukan untuk mengurangi atau meredakan
pruritus, yakni keluhan subjektif yang paling sering ditemukan pada pasien dengan
gangguan kulit. Adapun manajemen pruritus yang kami dapat di Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Wong, dkk (2009), adalah :

14
1. Menyejukan area yang terkena dan meningkatkan PH kulit dengan cara mandi
air dingin atau kompres dingin dengan tujuan untuk menurunkan stimulasi
eksterna ke area luka
2. Kompres alkalin (misalnya mandi dengan baking soda) dengan tujuan untuk
meningkatkan pH kulit, bantu mencegah untuk menggaruk kembali area yang
gatal.
3. Pakaian dan alas tidur hendaknya terbuat dari bahan yang lembut dan ringan
dengan tujuan untuk mencegah iritasi akibat gesekan
4. Yang paling utama adalah diusahakan sedapat mungkin tidak menggaruk bagian
yang gatal
5. Pada anak dengan pemahaman yang kurang dan kurangnya sikap kooperatif
mereka terhadap manajemen ini, dapat dilakukan peggunaan alat seperti mitten
(sejenis sarung tangan) terutama waktu anak tidur karena reflek menggaruk
pasti tidak disadari anak sewaktu tidur
6. Memastikan agar kuku jari anak tetap pendek, dipotong dengan baik guna
mencegah infeksi sekunder
7. Penggunaan kompres dingin, batu es atau bedak dingin yang mengandung
mentol dan kamfor yang menimbulkan vasokonstriksi
8. Antihistamin seperti difenhidramin (Benadryl) yang diresepkan dengan takaran
sedatif pada saat akan tidur malam merupakan obat yang efektif untuk
menghasilkan tidur yang nyenyak dan menyenangkan.
Obat anthistamin nonsedasi seperti terfenadin (Seldane) harus dipakai untuk
meredakan pruritus pada siang harinya.

15
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas (Nama, Usia, Alamat, Jenis Kelamin, Pekerjaan)
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya klien datang ketempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal
pada kulitnya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan
sistemik internal seperti diabetes millitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan
prererat oral seperti aspirin, terapi antibiotik, hormon. Adanya alergi, baru saja
minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi faktor pencetus adanya
pruritus. Tanda-tanda dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau
seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal. Pruritus dapat terjadi pada
orang yang usia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pruritus adalah jenis penyakit yang hilang/timbul, sehingga pada riwayat
penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
kondisi yang dirasa sekarang.

16
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Di duga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam
keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga
mengalami pruritus.
5) Riwayat Psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oleh faktor psikologis seperti stres berlebihan
dalam keluarga atau lingkungan kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan mengganggu penampilan
klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan kulit biasanya di dapatkan tekstur kulit bisa normal atau
kering biasanya di dapatkan ekskoriasi, eksematisasi sekunder dan infeksi di beberapa
tempat, pada tempat tempat tertentu biasa timbul eksema crakuale.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik dan persepsi orang
lain

17
3.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan NIC Label:
kulit berhubungan keperawatan selama ....x24 jam Skin Surveillance
dengan lesi dan respon diharapkan kerusakan integritas 1. Inspeksi kulit, lihat adanya 1. Dari cara menginfeksi kulit
peradangan pasien berkurang dengan kriteria kemerahan, lesi, erosi. dapat mengetahui penanganan
hasil: selanjutnya yang akan
NOC Label: diberikan kepada pasien.
Tissue Integrity Skin: Skin and 2. Pantau kemungkinan 2. Memantau terjadinya infeksi
Mucous Membranes terjadinya infeksi, untuk mencegah tanda-tanda
1. Lesi teratasi terutama pada area yang awal terjadinya infeksi.
terjadi kerusakan lapisan
NOC Label: kulit (lesi).
Allergic Response Localized
1. Ruam kemerahan berkurang NIC Label:
Skin Care: Topical
Treatments
1. Ajarkan klien untuk tidak 1. Untuk meminimalkan
menggaruk terlalu keras kerusakan integritas jaringan
atau menggaruk dengan akibat garukan.
menggunakan ujung –
ujung jari dan telapak
tangan (bukan kuku)
2. Lakukan tindakan 2. Menggunakan terapi
delegatif dengan farmakologi obat
memberikan obat topical antiinflamasi topikal dapat
anti inflamasi pada area mengurangi terjadinya

18
kulit yang terjangkit, bila peradangan pada kulit
dianjurkan.
3. Lakukan pemantauan pada 3. Agar dapat mengetahui tanda-
kulit secara berkala. tanda awal bila terjadi lesi,
ruam kembali, sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan
dengan segera.
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan NIC Label:
nyaman berhubungan keperawatan selama ... x24 jam Pruritus Management
dengan kerusakan diharapkan dapat meningkatkan 1. Tentukan penyebab dari 1. Pruritus diakibatkan oleh
jaringan kulit rasa nyaman pada pasien dengan pruritus (seperti kontak berbagai penyebab, sehingga
kriteria hasil: dermatitis, sistemik, diperlukan penentuan
NOC Label: pengobatan). penyebab yang pasti dari
Discomfort Level pruruitus tersebut agar dapat
1. Gatal berkurang (gatal dapat memberikan penanganan
diabaikan pada malam hari) yang tepat.
2. Beritahu pasien untuk 2. Menghindari timbulnya
menghindari penggunaan kembali rasa gatal.
sabun yang telah
digunakan terakhir kalinya
(yang telah menimbulkan
reaksi gatal)
3. Aplikasikan penyangga/ 3. Penyangga dapat membatasi
penahan lengan atau siku keinginan untuk menggaruk
selama tidur. pada saat pasien tertidur.
4. Berikan terapi antipruritus 4. Terapi antipruritus dan
topikal, sesuai indikasi. antihistamin dapat
Dan berikan obat oral menggurangi rasa gatal pada
antihistamin, sesuai pasien.

19
indikasi.
5. Instruksikan pasien untuk 5. Dengan menggunakan telapak
menggunakan telapak tangan untuk menggaruk
tangan untuk menggosok untuk mencegah terjadinya
area yang gatal atau lesi pada kulit yang gatal.
menjepit ujung kulit secara
lembut antara jempol dan
telunjuk untuk meredakan
gatal.

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan NIC Label:


berhubungan dengan keperawatan selama ... x24 jam Body Image Inhancement
perubahan fisik dan diharapkan dapat meningkatkan 1. Kaji adanya gangguan 1. Gangguan citra diri akan
persepsi orang lain citra tubuh pasien dengan kriteria citra tubuh (menghindari menyertai setiap penyakit
hasil: kontak mata, ucapan atau keadaan yang tampak
NOC Label: merendahkan diri sendiri) nyata bagi pasien, kesan
Body Image orang terhadap dirinya
1. Pasien dapat menyesuaikan berpengaruh terhadap konsep
diri dengan perubahan diri
kondisi (penampilan) 2. Berikan kesempatan 2. Pasien membutuhkan ruang
tubuhnya. kepada pasien untuk untuk didengarkan dan
mengungkapkan perasaan dipahami mengenai
mengenai gangguuan citra perasaanya terhadap
tubuh yang dialami. gangguan citra tubuh yang
dialami, nantinya perawat
dapat mengetahui secara lebih
jelas tentang masalahnya.

20
3. Bantu klien dalam 3. Agar dapat mengurangi
mengembangkan persepsi negatif klien tentang
kemampuan untuk menilai dirinya.
diri dan mengenali
masalahnya.
4. Bantu dan motivasi klien 4. Agar meningkatkan keinginan
untuk beradaptasi dengan klien untuk beradaptasi
kondisinya saat ini sehingga dapat memulihkan
(misalnya dengan situasi.
membebaskan klien untuk
memilih pakaian untuk
menutupi kulitnya yang
ruam akan tetapi tetap
motivasi klien agar tidak
merasa malu dan harga diri
rendah karena pruritus).

21
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan ransangan untuk
menggaruk. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit (Djuanda, 2006).
Pruritus bisa disebabkan karena faktor endogen dan eksogen yang bisa menimbulkan
ruam dan lesi yang mengakibatkan muncul masalah keperawatan seperti kerusakan
integritas kulit, gangguan citra tubuh dan gangguan rasa nyaman.

4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
Pruritus.

22
23

S-ar putea să vă placă și