Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
tahun keatas (lansia) yaitu terdapat 46 lansia (54,1%) dari 85 lansia yang diperiksa.
Lansia termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terkena pruritus
karena lansia mengalami perubahan struktur kulit yang di akibatkan oleh proses alami
pertambahan usia (Persada, 2014).
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya
ditemukan dalam kulit, membrane mukosa dan kornea (Suddarth, 2000).
Terkait hal itu kami tertarik untuk membahas mengenai integumen khususnya
pruritus baik itu dari segi medis dan konsep asuhan keperawatan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Sistem Integumen dengan judul
“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pruritus”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Pruritus
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Pruritus
3. Untuk mengetahui etiologi dari Pruritus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Pruritus
5. Untuk mengetahui patofisiologi Pruritus
6. Untuk mengetahui pathway dari Pruritus
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada Pruritus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Pruritus
9. Untuk mengetahui Health Education dari Pruritus
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Pruritus
2
Agar lebih memahami tinjauan pustaka dan konsep asuhan keperawatan dari
Pruritus.
1.4.2 Bagi Masyarakat Umum
Agar masyarakat awam mengetahui bagaimana tinjauan pustaka dan konsep
asuhan keperawatan dari Pruritus.
1.4.3 Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai referensi bahan ajar dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai
tinjauan pustaka dan konsep asuhan keperawatan dari Pruritus.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Pruritus berarti gatal pada kulit. Pruritus dapat terjadi sebagai respons primer
terhadap iritan permukan atau peradangan, misalnya setelah gigitan nyamuk, atau
pada kulit yang kering. Pruritus primer terjadi akibat pelepasan histamine selama
peradangan. Pruritus dapat timbul secara sekunder sebagai akibat suatu penyakit
sistemik, misalnya gagal hati atau ginjal. Pada pruritus sistemik, toksin-toksin
metabolic mungin tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit (Corwin, 2009).
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan ransangan untuk
menggaruk. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit (Djuanda, 2006).
Pruritus adalah gatal hebat dan garukan berulang yang dapat menyebabkan
infeksi sekunder. Keluhan ini dapat terjadi sebagai manifestasi penyakit kulit tertentu
(Brooker, 2008).
1.2 Klasifikasi
1. Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi,
kering, dan kerusakan kulit.
2. Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.
Misalnya, pada herpes dan tumor.
3. Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik
(ginjal kronis, jaundice)
4. Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia
(Hanifah, 2011)
4
Pruritus terutama terdapat pada trimester terakhir kehamilan , mulai pada abdomen
atau badan , kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai anoreksi ,
nausea, atau muntah. Objektif terlihat ekskoreasi karena garukan. Pruritus akan
menghilang sesudah penderita melahirkan, tetapi dapat residif pada kehamilan
berikutnya.ikterus kolestatik timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu.
Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu dibawah kulit.
2. Senilitas
Kulit senile yang kering yang mudah menderita fisur (chapped skin) mudah
menjadi pruritik. Pruritus dapat terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Rasa
gatal terjadi karena stimulasi yang amat ringan, seperti gosokan dengan pakaian atau
perubahan suhu disekitar penderita. Lokalisasi tersering ialah daerah genetal externa,
parineal dan perianal. Selain pruritus senilis sine material pada orang tua ada pula
pruritus yang merupakan permulaan dermatitis exfoliafifa generalisata (eritroderma).
Kadang-kadang terdapat genesis dermatitis seboroik atau psoriasis.
3. Penyakit hepar
Pruritus hepatikum merupakan gejala kutan yang utama pada penyakit hati dan
biasanya disertai kolestasis. Pruritus dianggap berasosiasi dengan garam empedu.
Intensitas perasaan gatal sebanding dengan konsentrasi garam empedu didarah, tidak
sebanding dengan derajat warna kuning kulit. Pruritus sebagai expresi kolestasis
merupakan tanda adanya obstruksi pada empedu (obstructive biliary disease).
Perasaan gatal lebih banyak bila penyakit disertai ikterus.obstruksi dapat berlokalisasi
intra atau extra-hepatal. Pruritus dapat pula sebagai efek samping obat-obat yang
memberi obstruksi biliar intra-hepatal, misalnya klopromazin, intra atau extra-
hepatal, misalnya klopromazin , metal-testosteron dan pil kontasepsi. Bila ada ikterus
tanpa pruritus, maka penyebabnya anemia hemolitik anhepatik atau hepatitis
infeksiosa. Pada 20% penderita sirosis hepatis dapat timbul pruritus generalisata,
yang disertai erupsi popular dan prurigo. Pada 10-40 % penderita dewasa dengan
hepatitis dapat tinbul pruritus yang singkron dengan elofasi garam asam biliar.
4. Penyakit endokrin
Pruritis terdapat pada diabetes mellitus, tireotoksitosis dan miksedema.
Hiperparatiroldia sekunder pada penyakit payah ginjal menahun sering dijumpai.
5
Pada keadaan demikian terdapat kenaikan kadar hormone paratiroid dalam plasma,
yang menyebabkan penurunan ekskresi karena Ca dalam serum tidak berubah.
Pruritus disebabkan oleh adanya deposit kalsium vosfat dikulit. Pruritus pada
miksedema jarang di laporkan, mekanismenya belum jelas.
5. Penyakit ginjal
Pruritus generalisata mempunyai insiden sampaai 80% pada penyakit payah
ginjal menahun. Kulit penderita kering (xerosis) karena terdapat aktrofi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Selain itu terdapat pula gangguan metabolisme Ca dan
fosfor, sedangkan kadar magnesium dalam serum meninggi. Keadaan uremia
menyebabkan pruritus, diduga penyebabnya ialah bahan-bahan ynag mengalami
retensi karena ginjal gagal mengekskresinya. Hal tersebut dapat diobati dengan
hemodialisis secara teratus dan intensif. Bila dengan hemodialisis tidak tampak
kemajuan, maka harus dipikirkan adanya hiperparatiroidia.
6. Penyakit neoplastik
Pruritus dapat merupakan keluhan pada penderita dengan keganasan intern,
terutama yang berasal dari system limforetigular. Pada penyakit Hodgkin insidennya
dapat berlngsung berbulan-bulan, sebelum penyakit yang mendasari diketahui.
7. Mikosis fungoides
Mikosis fungoides murupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul
sangat dini yaitu pada waktu lesi kulit masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi
maligna . pruritus dapat bersifat menetap dan intoleran.
8. Penyakit lain
Pada beberapa penyakit lain penderita dapat mengeluh adanya pruritus.
a. Penyait pirai (gout)
b. Hipertensi arteriosklerotik
Pruritus dirasakan seluruh tubuh sebelum timbulnya apopleksia.
c. Polisitemia vera
Penyakit dapat disertai pruritus dan urtikaria.
d. Delisiensi besi
Pruritus disebabkan oleh defisiensi besi dan tidak oleh anemia, sebab
pemberian zat besi sebelum timbulnya anemia sudah menghilangkan
pruritusnya.
9. Pruritus neurologic
Deficit saraf sentra atau perifer dapat menyebabkan pruritus
10. Pruritus psikologik
6
Respon garukan berbeda dengan pruritus karena penyebab lain. Pada gatal
karena penyakit organis terdapat korelasi antara sensasui gatal dengan beratnya
respon garuk. Pada gatal psokologik ternyata respon garukan lebih kecil dari pada
derajat gatal subjektif. Akibatnya tampak lebih sedikit efek garukan dan lebih banyak
picking (bekas cubitan), serta tidak dijumpai gangguan tidur.
1.3 Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan yang dapat
diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, beberapa penyebab pruritus lokal:
1) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
2) Punggung : Notalgia paraesthetica
3) Lengan : Brachioradial pruritus
4) Tangan : Dermatitis tangan
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
1) Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
3) Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan
Myxoedema.
4) Gangguan pada Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia, Leukimia
limfatik, dan Hodgkin's disease.
3. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa
diantaranya, yaitu dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria,
psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
4. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam
dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan
lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).
5. Hormonal
7
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat
hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan
menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita
mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat
garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi
menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis,
atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab
pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient.
(Djuanda, 2006)
8
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan
kronikdapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas
menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila
garukan dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear
pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuanpada individu dan
mengganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya
disertai nyeri dan sensasi terbakar.
(Suddarth, 2000)
1.5 Patofisiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda
asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun
mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva
migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering. Faktor
endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal,
gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis
9
yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara
klinis belum diketahui.
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan rangsangan
fisik dan mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan kerusakan kulit oleh
pruritogen. Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal akan meningkatkan ureum
serum yang berkontribusi sebagai agen pruritogenik. Gangguan metabolism seperti
DM, hipertiroidisme dan hipotiroidisme juga merupakan penyebab timbulnya
pruritus, selain itu penyebab lainnya seperti penyakit hepar akan menyebabkan
kolestasis (sumbatan kantung empedu) yang dapat meningkatkan sintesis senyawa
opioid. Faktor lain seperti stress yang juga berpengaruh terhadap timbulnya pruritus
karena stress meningkatkan sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem
imun melepaskan mediator inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P
mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu faktor
endogen lainnya disebabkan karena terpapar bahan allergen (pewangi, pengawet,
perhiasan, pewarna rambut, balsam, karet) akan mengakibatkan reaksi imunologi
(allergen terikat dengan protein membentuk antigen lengkap, antigen ditangkap dan
diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang telah diproses
dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan berploriferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori, tersebar ke seluruh tubuh
menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh, dan apabila
terpapar bahan allergen kembali maka akan menstimulasi ujung saraf bebas di dekat
junction dermoepidermis, kemudian merangsang epidermis dan percabangan serabut
saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus
gatal melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch
reflexes (reflex garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi serabut
saraf C hingga dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga menjadi
patofisiologi pruritus yang disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan yag
mengakibatkan kulit kering) serta faktor endogen (stress psikologik, hormonal, dan
penyakit sistemik).
10
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya
ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea. Garukan menyebabkan
terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf yang memperberat
pruritus yang selanjutnya menghasilkan rasa gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus
biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi
sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun.
Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat,
bisa berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal. Pruritus juga
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit (erosi,
ekskeriasi) yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.
11
1.6 Pathway
Faktor Eksogen Faktor Endogen
System imun
Keadaan sensitivitas melepaskan
yang sama diseluruh mediator inflansi
tubuh secara berlebihan
2) Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup
parah dan menyebabkan tidur terganggu:
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada
pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah
urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus.
Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
13
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1,
agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk gatalneuropati),
talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake serotonin, dan opioid
miu antagonis atau agonis kappa.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah
faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan
vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol, makanan
pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk
area yang bersangkutan dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit
kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
1) Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah
mandi.
2) Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
3) Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
4) Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
5) Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
6) Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
7) Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
8) Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
9) Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.
14
1. Menyejukan area yang terkena dan meningkatkan PH kulit dengan cara mandi
air dingin atau kompres dingin dengan tujuan untuk menurunkan stimulasi
eksterna ke area luka
2. Kompres alkalin (misalnya mandi dengan baking soda) dengan tujuan untuk
meningkatkan pH kulit, bantu mencegah untuk menggaruk kembali area yang
gatal.
3. Pakaian dan alas tidur hendaknya terbuat dari bahan yang lembut dan ringan
dengan tujuan untuk mencegah iritasi akibat gesekan
4. Yang paling utama adalah diusahakan sedapat mungkin tidak menggaruk bagian
yang gatal
5. Pada anak dengan pemahaman yang kurang dan kurangnya sikap kooperatif
mereka terhadap manajemen ini, dapat dilakukan peggunaan alat seperti mitten
(sejenis sarung tangan) terutama waktu anak tidur karena reflek menggaruk
pasti tidak disadari anak sewaktu tidur
6. Memastikan agar kuku jari anak tetap pendek, dipotong dengan baik guna
mencegah infeksi sekunder
7. Penggunaan kompres dingin, batu es atau bedak dingin yang mengandung
mentol dan kamfor yang menimbulkan vasokonstriksi
8. Antihistamin seperti difenhidramin (Benadryl) yang diresepkan dengan takaran
sedatif pada saat akan tidur malam merupakan obat yang efektif untuk
menghasilkan tidur yang nyenyak dan menyenangkan.
Obat anthistamin nonsedasi seperti terfenadin (Seldane) harus dipakai untuk
meredakan pruritus pada siang harinya.
15
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas (Nama, Usia, Alamat, Jenis Kelamin, Pekerjaan)
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya klien datang ketempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal
pada kulitnya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan
sistemik internal seperti diabetes millitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan
prererat oral seperti aspirin, terapi antibiotik, hormon. Adanya alergi, baru saja
minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi faktor pencetus adanya
pruritus. Tanda-tanda dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau
seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal. Pruritus dapat terjadi pada
orang yang usia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pruritus adalah jenis penyakit yang hilang/timbul, sehingga pada riwayat
penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
kondisi yang dirasa sekarang.
16
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Di duga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam
keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga
mengalami pruritus.
5) Riwayat Psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oleh faktor psikologis seperti stres berlebihan
dalam keluarga atau lingkungan kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan mengganggu penampilan
klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan kulit biasanya di dapatkan tekstur kulit bisa normal atau
kering biasanya di dapatkan ekskoriasi, eksematisasi sekunder dan infeksi di beberapa
tempat, pada tempat tempat tertentu biasa timbul eksema crakuale.
17
3.3 Rencana Keperawatan
18
kulit yang terjangkit, bila peradangan pada kulit
dianjurkan.
3. Lakukan pemantauan pada 3. Agar dapat mengetahui tanda-
kulit secara berkala. tanda awal bila terjadi lesi,
ruam kembali, sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan
dengan segera.
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan NIC Label:
nyaman berhubungan keperawatan selama ... x24 jam Pruritus Management
dengan kerusakan diharapkan dapat meningkatkan 1. Tentukan penyebab dari 1. Pruritus diakibatkan oleh
jaringan kulit rasa nyaman pada pasien dengan pruritus (seperti kontak berbagai penyebab, sehingga
kriteria hasil: dermatitis, sistemik, diperlukan penentuan
NOC Label: pengobatan). penyebab yang pasti dari
Discomfort Level pruruitus tersebut agar dapat
1. Gatal berkurang (gatal dapat memberikan penanganan
diabaikan pada malam hari) yang tepat.
2. Beritahu pasien untuk 2. Menghindari timbulnya
menghindari penggunaan kembali rasa gatal.
sabun yang telah
digunakan terakhir kalinya
(yang telah menimbulkan
reaksi gatal)
3. Aplikasikan penyangga/ 3. Penyangga dapat membatasi
penahan lengan atau siku keinginan untuk menggaruk
selama tidur. pada saat pasien tertidur.
4. Berikan terapi antipruritus 4. Terapi antipruritus dan
topikal, sesuai indikasi. antihistamin dapat
Dan berikan obat oral menggurangi rasa gatal pada
antihistamin, sesuai pasien.
19
indikasi.
5. Instruksikan pasien untuk 5. Dengan menggunakan telapak
menggunakan telapak tangan untuk menggaruk
tangan untuk menggosok untuk mencegah terjadinya
area yang gatal atau lesi pada kulit yang gatal.
menjepit ujung kulit secara
lembut antara jempol dan
telunjuk untuk meredakan
gatal.
20
3. Bantu klien dalam 3. Agar dapat mengurangi
mengembangkan persepsi negatif klien tentang
kemampuan untuk menilai dirinya.
diri dan mengenali
masalahnya.
4. Bantu dan motivasi klien 4. Agar meningkatkan keinginan
untuk beradaptasi dengan klien untuk beradaptasi
kondisinya saat ini sehingga dapat memulihkan
(misalnya dengan situasi.
membebaskan klien untuk
memilih pakaian untuk
menutupi kulitnya yang
ruam akan tetapi tetap
motivasi klien agar tidak
merasa malu dan harga diri
rendah karena pruritus).
21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan ransangan untuk
menggaruk. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit (Djuanda, 2006).
Pruritus bisa disebabkan karena faktor endogen dan eksogen yang bisa menimbulkan
ruam dan lesi yang mengakibatkan muncul masalah keperawatan seperti kerusakan
integritas kulit, gangguan citra tubuh dan gangguan rasa nyaman.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
Pruritus.
22
23