Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah bayi lahir
(Prawirohardjo, 2005)
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal dalam rongga rahim. Hal ini
dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (6-10 hari) pasca
postpartum.
B. Penyebab
Menurut Rustam Muchtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri (1998) penyebab rentensio plasenta adalah :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam, berdasarkan
tingkat perlekatannya dibagi menjadi :
1. Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam. Kontraksi uterus
kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
2. Plasentaa akreta, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian miometriun
3. Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun
4. Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim. Plasenta normal
biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium.
1. Atonia uteri adalah ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi setelah bayi lahir. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan yang banyak
2. Adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat kesalahan penanganan kala III sehingga
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata)
Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta dapat menyebabkan kontraksi
yang tidak ritmik, pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya juga akan dapat menyebabkan
serviks berkontraksi dan menahan plasenta. Selain itu pemberian anastesi yang dapat melemahkan
kontraksi uterus juga akan menghambat pelepasan plasenta.
lingkaran kontriksi ini juga berhubungan dengan his. His yang tidak efektif yaitu his yang tidak ada
relaksasinya maka segmen bawah rahim akan tegang terus sehingga plasenta tidak dapat keluar karena
tertahan segmen bawah rahim tersebut.
c. Penyebab lain :
Hal-hal diatas akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang
efisien. Karena itu keduanya harus dikosongkan.Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera dikeluarkan.
C. Tanda Gejala
D. Patofisiologi
1. Plasenta adhesive
1. His yang kurang kuat Placenta sudah lepas
2. Plasenta inkreta
(sebab utama) tetapi belum dilahirkan
3. Plasenta parkreta
2. Tempat melekatnya yang
4. Plasenta akreta
kurang menguntungkan
(contoh : di sudut tuba) Melahirkan plasenta
3. Ukuran plasenta terlalu secara manual
kecil RETENSIO PLASENTA
4. Lingkaran kontriksi pada
bagian bawah perut Tarikan tali pusat
tidak dapat berkontraksi
secara efektif (terjadi
retraksi dan kontraksi otot Inversio uteri
uterus )
nyeri
Pembuluh darah terbuka
Penurunan volume
darah
MK : Hipovolemia
E. Penatalaksanaan Retensio Plasenta
a) Resusitasi, pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV – line dengan kateter yang berdiameter
besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonic atau larutan ringer laktat yang
hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen.
Tranfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b) Drip oksitosin ( oxytocin drips ) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0,9% ( normal
saline ) sampai uterus berkontraksi.
c) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin
untuk mempertahankan uterus.
d) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta
adalah perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30
menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang
( cunam ) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta
dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati – hati karena
dinding rahim relative tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
f) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g) Pemberian antibiotika apabila ada tanda – tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibudengan retensio placenta adalah
sebagai berikut :
A. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayatkesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat obstetrik (GPA,riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-harisebagai
berikut :
a). Sirkulasi :
1. Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampaikehilangan darah bermakna).
2. Pelambatan pengisian kapiler.
3. kulit dingin/lembab.
4. Vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaatertahan).
5. Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan.
6. Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
b). Eliminasi : Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
d). Keamanan : Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik;robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari
muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina,
atau robekan pada serviks.
e). Seksualitas : Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agakmenonjol (fragmen placenta
yang tertahan). Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasimultipel,
polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta,placenta previa.
B. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital,pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi).
DX SLKI SIKI
Dx1 Setelah diberikan askep 1x15 Manajemen perdarahan
menit diharapkan hipovolemi pervaginam
pasien dapat teratasi dengan KH: Observasi
Status cairan 1. Identifikasi keluhan ibu (
Nadi dalam rentang mis: keluar darah
normal (60-100x/mnt) banyak, pusing,
Tekanan darah rentang pandangan kabur)
normal 120/80 mmhg 2. Monitor keadaan uterus
Kesadaran membaik dan abdomen (mis: TFU
Akral kembali hangat diatas umbilicus, teraba
CRT<3 detik lembek, benjolan)
Perdarahan berhenti 3. Monitor kesadaran dan
tanda vital
4. Monitor kehilangan
darah
5. Monitor kadar Hb
Terapeutik
1. Pasang oksimetri nadi
2. Berikan oksigen via
nasal kanul 3 l/menit
3. Pasang IV line dengan
selang set transfuse
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
uterotonika dan
antikoagulan jika perlu
Dx. 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 1x15 menit Obervasi :
diharapkan tingkat nyeri
1. Kaji lokasi, karakteristik ,
berkurang dengan kriteria hasil :
durasi , frekuensi kualitas
Tingkat Nyeri dan intensitas nyeri klien
3. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik dan
antibiotik.