Sunteți pe pagina 1din 726

126-200

126 E. Peningkatan HCG

• Hamil 8 minggu mengeluh mual dan muntah


• Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas
normal.

• Apa hormon yang menyebabkan keluhan


pada pasien ?
Hiperemesis gravidarum
• Terjadi hingga usia 16 minggu; keadaan yang berat dapat
membuat dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit,
ketosis  hiperemis gravidarum

• Diagnosis hiperemesis gravidarum


• Mual dan muntah hebat
• BB turun >5% dari BB sebelum hamil
• Ketonuria
• Dehidrasi
• Ketidakseimbangan elektrolit

Keluhan mual muntah disebabkan oleh kenaikan kadar


hCG dimana pada trimester I kadar hCG dapat mencapai
100 mIU/ml
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
Tatalaksana – Antiemetik
126 Jadi, mekanismenya adalah…

E. Peningkatan HCG
127 A. Presentasi bokong murni
• Hamil 38 minggu
• Leopold I teraba keras, balotement (+),
Leopold II teraba punggung di sebelah
kanan. Leopold III teraba lunak, ballotement
(-)
• USG kepala di fundus, ekstremitas superior
fleksi ke arah kepala, panggul dan kedua
tungkai dalam keadaan ekstensi.

• Presentasi janin ini ?


Complete breech 
Kedua kaki terlipat
sempurna, pada
presentasi bokong.

Frank breech  kedua


kaki terjulur ke atas
pada presentasi
bokong.
Presentasi Bokong (Sungsang)
• Diagnosis:
• Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen
• Pemeriksaan abdomina: kepala di bagian atas, bokong
daerah pelvis
• Pemeriksaan vagina: teraba bokong atau kaki sering
disertai mekonium
• Tatalaksana
• Persalinan lama  indikasi SC
• SC lebih direkomendasikan pada presentasi bokong
primigravida, double footling breech, pelvis kecil, janin
besar, bekas SC, kepala hiperekstensi atau defleksi
• Presentasi kaki sebaiknya lahir SC

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
127 Jadi, diagnosisnya adalah…

A. Presentasi bokong murni


128 C. Korioamnionitis

• Hamil 38 minggu
• Keluar air-air sejak 12 jam yang lalu.
• Demam dan nyeri perut.
• Belum ada pembukaan, nitrazin test (+),
cairan ketuban berbau, DJJ 162x/menit.

• Apa diagnosis yang tepat?


Korioamnionitis
• Infeksi pada korion dan • Faktor predisposisi
amnion
• Persalinan prematur
• Diagnosis klinis yang • Persalinan lama
ditegakkan bila ditemukan • Ketuban pecah lama
demam 38C dengan 2 atau • Pemeriksaan dalam yang
lebih tanda berikut ini: dilakukan berulang-ulang
• leukositosis >15.000 sel/mm3 • Adanya bakteri patogen pada
• denyut jantung janin >160 traktus genitalia
kali/menit • Alkohol
• frekuensi nadi ibu >100 • Rokok
kali/menit
• nyeri tekan fundus saat tidak
berkontraksi
• cairan amnion berbau
Tatalaksana
128 Jadi, diagnosisnya adalah…

C. Korioamnionitis
C. Edukasi bahwa hal tersebut
129 merupakan efek samping KB suntik
yang wajar
• Pasien mengikuti program KB selama 6
bulan dengan menggunakan suntik depo-
provera dan mengeluh tidak haid.

• Tindakan selanjutnya yang tepat ?


EDUKASI PADA PASIEN :
AMENOREA adalah salah
satu efek samping yang
timbul akibat penggunaan
suntikan depo provera
(suntikan progestin)
129 Jadi, tindakannya adalah…

C. Edukasi bahwa hal tersebut merupakan


efek samping KB suntik yang wajar
130 B. FAM

• Benjolan payudara kanan


• Benjolan lunak, mobile, berbatas tegas,
teraba licin seperti karet

• Apakah diagnosis yang tepat?


FAM
• Berbatas tegas
• Mobile
• Kenyal
• Membesar perlahan
• Tumor jinak pada usia muda
• Adanya FAM meningkatkan
peluang terkena Ca mammae
Penunjang
• Mamografi
• USG
• Biopsi

PILIHAN TATALAKSANA
• Lumpektomi. Ini merupakan prosedur pembedahan untuk
memotong atau mengangkat benjolan fibroadenoma dari
payudara. Jaringan yang diangkat tersebut akan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa apakah terdapat sel-sel kanker.
• Cryoablation. Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan
alat tipis mirip tongkat ke benjolan fibroadenoma melalui
kulit untuk membekukan jaringan tumor dengan gas
PERBEDAAN
Jawaban Lainnya
• A. Tumor Phylloides  cepat membesar
• C. Abses payudara  fluktuasi (+)
• D. Fibrokistik mammae  massa yang dipengaruhi
siklus haid
• E. Mastitis  ruam kemerahan, demam
130 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. FAM
131 A. 12.5 – 18 kg

• Usia kehamilan 22 minggu


• Berat badan ibu sebelum hamil 40 kg, tinggi
badan ibu 159 cm (BMI 15.8 kg/m2).

• Berapa pertambahan berat badan selama


kehamilan yang direkomendasikan?
Jawaban Lainnya
• B. 11.5 – 16 kg  untuk IMT normal
• C. 7 – 11.5 kg  untuk IMT overweight
• D. 5 – 9 kg  untuk IMT obese
• E. Berapapun tidak menjadi masalah
131 Jadi, pertambahan berat badannya
adalah…

A. 12.5 – 18 kg
132 C. Observasi

• Skrining Ca serviks
• Benjolan di portio berupa nodul
berdiameter 1 cm, permukaan licin, tampak
lebih pucat dari jaringan sekitarnya
• Keluhan lain disangkal oleh pasien.

• Apa tindakan yang tepat perlu dilakukan ?


Kista Nabothi/ Retensi
• Epitel kel endoserviks sangat rentan
terhadap infeksi  metaplasia
skuamosa  kel endoserviks
tertutup  sekret tertahan dan
menajadi kantong kista

• Gambaran klinis
• Tidak ada gangguan
• Inspekulo: penonjolan kistik di daerah
endoserviks dgn warna lebih muda

• Terapi: tidak ada terapi khusus


132 Jadi, tindakannya adalah…

C. Observasi
E. Pertumbuhan janin
133 terhambat

• Usia kehamilan 32 minggu


• Pada pemeriksaan fisik didapatkan TFU
setengah simfisis dan pusat. DJJ 135x/menit.

• Apa kemungkinan yang terjadi pada bayi


tersebut?
Kehamilan Normal
• Usia 32 minggu  TFU antara pusat dengan proc
xyphoideus
• Lebih kecil dari TFU normal  curiga pertumbuhan
janin terhambat (Intrauterine Growth Retardation)
Jawaban Lain
• A. IUFD  DJJ tidak ada
• B. Missed abortion  janin mati sebelum 20
minggu
• C. Gemelli
• D. Makrosomia
133 Jadi, yang terjadi
E. Pertumbuhan janin
terhambat
C. Posisi kneechest lalu
134 rujuk

• Hamil 38 minggu
• Setelah dilakukan amniotomi, tampak massa
panjang berdenyut menjulur yang keluar
dari introitus vagina.

• Apa tindakan yang perlu dilakukan pada


pasien ?
Prolaps korda umbilikal
• Tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah.
• Dibedakan:
• Prolaps Occult : Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di
dekat pelvis tetapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan
vagina.
• Tali Pusat mungkin fore lying : tali pusat dapat diraba melalui
arteum uteri, tetapi berada didalam kantong ketuban yang utuh
(tali pusat terkemuka)
• Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar
vagina setelah ketuban pecah (tali pusat membumbung)
Prolaps korda umbilikal
• Manifestasi klinis
• Tali pusat kelihatan menonjol keluar
dari vagiana.
• Tali pusat dapat dirasakan atau diraba
dengan tangan didalam bagian yang
lebih sempit dari vagina.
• Dapat terjadi hipoksia janin akibat
penekanan tali pusat
134 Jadi, tindakannya adalah…

C. Posisi kneechest lalu


rujuk
B. Pemeriksaan CTG, lalu
135 induksi oksitosin

• Usia kehamilan saat ini 42 minggu.


• Belum ada pembukaan, belum ada
kontraksi.

• Tindakan apa yang harus dilakukan ?


Kehamilan Lewat Waktu/ Serotinus

• Definisi: kehamilan usia >=42 minggu sejak HPHT


• Faktor predisposisi:
• Riwayat serotinus pada kehamilan sebelumnya
• Tatalaksana
• Umum  rujuk ke RS
• ANC untuk mengawasi kehamilan 41-42 minggu  NST
(non-stress test, alias kardiotokografi) dan pemantauan
volume cairan amnion
• >42 minggu  lahirkan bayi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Non stress Test (NST)/ CTG
• Goal: Mengetahui suplai oksigen janin dengan mengecek denyut jantung
janin dan responnya terhadap gerakan fetus.
• Hasil tes menentukan terapi atau tindakan segera untuk mencegah
kematian fetus.
• Normal : denyut jantung janin meningkat saat ia aktif.
• Abnormal: kondisi hipoksia fetus  janin tidak mendapatkan oksigen
yang cukup
• NST dilakukan pada:
• Kehamilan multipel dengan komplikasi
• Adanya kondisi medis seperti: diabetes tipe 1, hipertensi, gangguan darah,
lupus, penyakit tiroid, penyakit jantung maupun ginjal.
• Kehamilan lebih dari 2 minggu dari taksiran waktu persalinan (post-term)
• Riwayat abortus sebelumnya
• Fetus dengan penurunan aktivitas gerak atau masalah pertumbuhan fetus
• Polihidroamnion atau oligohidroamnion
• Sensitisasi rhesus
Jawaban Lain
• A. Pemeriksaan USG transvaginal, lalu pematangan
dengan misoprostol  yang utama pemeriksaan
CTG dulu
• C. Pemeriksaan maturitas paru, USG serial, lalu
induksi oksitosin
• D. Observasi dalam 1 minggu  tidak bisa karena
sudah 42 minggu
• E. Rawat inap manajemen konservatif dengan
tokolitik
135 Jadi, tindakannya adalah…

B. Pemeriksaan CTG, lalu


induksi oksitosin
136 B. LH
• Haid 2-3 bulan sekali
• Sudah lama haid tidak teratur
• Rambut rontok, bulu kaki kasar, banyak
jerawat, BB naik.
• Dokter mengatakan pasien berisiko
mengalami kesulitan untuk hamil.

• Apa kadar hormon yang mengalami


peningkatan dan menyebabkan keluhan
pasien ?
Polycystic ovarian syndrome (PCOS)

Gambaran umum:
• Pertumbuhan polikistik ovarium
kedua ovarium, amenorea sekunder,
oligomenorea, dan infertilitas
• Sekitar 50% pasien mengalami
hirsutisme dan obesitas.
• Usia 15-30 tahun
MEKANISME

Folikel multipel  Gambaran


roda pedati
PCOS
• Penunjang:
• USG ovarium
• CT Scan/ MRI pelvis  adrenal dan ovarium
• Tatalaksana:
• Diet
• Aktivitas fisik
• Turunkan BB
• Medikamentosa
• Agen kontrasepsi oral (co: etinilestradiol)
• Antiandrogen (co: spironolakton)
• Agen hipoglikemik (co: metformin, insulin)
• Selective estrogen receptor modulator (co: klomifen sitrat)
• Bedah
136 Jadi, yang meningkat adalah…

B. LH
137 C. Teratoma

• Nyeri perut kiri bawah


• USG : gambaran massa dan berambut.
• Massa kistik berukuran 20 x 20 cm, di
dalamnya terdapat gigi dan rambut.

• Diagnosis yang paling memungkinkan ?


Kistadenoma A type of cystic adenoma. Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan
berbagala (lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang
mengandung mukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya.

Kista ovarium Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang abdomen, tetapi lebih kecil
serosa dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar
pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat
karena bercampur darah.

Teratoma cystic tumors composed of well-differentiated derivations from at least two of the
ovarium three germ cell layers (ectoderm, mesoderm, and endoderm). The gross pathologic
appearance of mature cystic teratomas is characteristic. The tumors are unilocular and
are filled with sebaceous material, Squamous epithelium lines the wall of the cyst, and
compressed, often hyalinized ovarian stroma covers the external surface. Hair follicles,
skin glands, muscle, and other tissues lie within the wall.

Mioma uteri Tumor jinak otot rahim. Tampak massa hipoekoik di dalam dinding rahim

Ca jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. USG:shows a central
endometrium mass replacing the endometrial stripe, with hyperechoic and hypoechoic regions.
137 Jadi, diagnosisnya adalah…

C. Teratoma
138 C. Inverted nipple grade 3

• Papilla mammae tertanam ke dalam.


• Puting tidak dapat dikeluarkan dengan
menekan areola.

• Apakah diagnosis yang paling tepat pada


pasien ini ?
Inverted nipple
• Puting tertarik ke dalam payudara
• Pada beberapa kasus, puting dapat muncul keluar
bila di stimulasi atau dikeluarkan, namun pada
kasus- kasus lain, retraksi ini menetap.
• Jika retraksi tidak dalam, susu dapat diperoleh
dengan menggunakan pompa payudara.
• Jika puting masuk sangat dalam, suatu usaha harus
dilakukan untuk mengeluarkan puting dengan jari
pada beberapa bulan sebelum melahirkan.
138 Jadi, diagnosisnya adalah…

C. Inverted nipple grade 3


A. Pengobatan TB dimulai
139 saat ini juga
• Hamil 20 minggu
• Berat badan tidak bertambah
• Terdapat keringat pada malam hari dan
demam
• Ronki apeks
• BTA (+)

• Bagaimana pemberian terapi yang


diberikan pada pasien ini ?
TB pada Kehamilan dan Menyusui
• Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali
streptomisin karena dapat menyebabkan ganguan
pendengaran janin
• Pasien TB yang menyusui: OAT dan ASI tetap dapat
diberikan
• Perempuan usia produktif yang mendapat
pengobatan TB dengan rifampisin dianjurkan tidak
menggunakan kontrasepsi hormonal karena adanya
interaksi obat
• Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB
dengan kehamilan
Pedoman Tuberkulosis,
PDPI
139 Jadi, tindakannya adalah…
A. Pengobatan TB dimulai
saat ini juga
140 B. Klorokuin

• Usia kehamilan 10 minggu, berencana untuk


jalan-jalan ke Papua selama 14 hari.
• Pasien meminta saran tentang obat
profilaksis yang tepat.

• Obat profilaksis malaria yang tepat


diberikan ?
ANALISIS
• Kemoprofilaksis yang aman untuk ibu hamil :
- Klorokuin  dosis 500 mg/ minggu
- Meflokuin  dosis 250 mg/minggu

Profilaksis diminum 1 minggu sebelum pergi ke


daerah endemis dan harus dilanjutkan hingga 4
minggu setelah keluar.

Meflokuin belum tersedia di Indonesia


140 Jadi, profilaksisnya adalah…

B. Klorokuin
B. Antibiotik dan
141 uterotonika

• Demam dan nyeri perut bawah


• Perdarahan per-vaginam sejak melahirkan
anak pertamanya 2 minggu yang lalu
• Demam dan nyeri tekan perut bawah.
• Uterus teraba di antara simfisis dan
umbilikus.

• Apa tatalaksana yang tepat ?


Involusi uterus normal
Endometritis
• Peradangan lapisan • Diagnosis biasanya
endometrium rahim, didasarkan pada temuan
infeksi dapat melibatkan klinis, sebagai berikut:
lebih dari satu jenis • Demam
mikroorganisme • Sakit perut bawah
• Lochia berbau busuk
• Pendarahan abnormal
• Puerpural endometritis vagina
 terjadi pada masa • Dyspareunia
nifas atau post partum • Dysuria (mungkin hadir
pada pasien dengan PID)
• Malaise
Tatalaksana
• Antibiotik spektrum luas IV  biasa membaik 48-
72 jam
Dosis ergometrin PO: 0,2 – 0,4 mg, diberikan 2-4 kali perh ari
maksimal 7 hari.
141 Jadi, tatalaksananya

B. Antibiotik dan
uterotonika
142 B. Injeksi uterotonika

• Hamil aterm
• Dokter memecahkan cairan ketuban, dan
memimpin meneran. Bayi lahir sekitar 10
menit kemudian dengan skor APGAR 8/9.

• Tindakan yang harus dilakukan selanjutnya


?
Asuhan persalinan normal
Pada kasus
Bayi sudah lahir  akhir kala II, awal kala III

Selanjutnya yang dilakukan :


Manajemen aktif kala III
• Injeksi oksitosin
• Peregangan tali pusat terkendali
• Masase uterus
142 Jadi, tindakannya

B. Injeksi uterotonika
143 D. Ekstraksi vakum

• Hamil aterm dirujuk ke RS karena kala II


memanjang
• DJJ 10-9-10, punggung kiri, pembukaan
lengkap, presentasi kepala, Hodge III.
• Kontraksi 3-4x dalam 10 menit durasi 50
detik.

• Apa tindakan yang tepat ?


Jawaban Lainnya
• A. Pimpin meneran ulang
• B. Ekstraksi forceps  bila his tidak adekuat, 100%
bergantung pada penolong dengan cunam forseps
• C. SC cito
• E. Induksi dengan oksitosin drips
143 Jadi, tindakannya

D. Ekstraksi vakum
144 B. Tirah baring

• Usia kehamilan 16 minggu


• Keluhan adanya darah yang keluar dari
kemaluannya disertai perut terasa mulas-
mulas.
• Darah jalan lahir, OUE tertutup, lunak.

• Tatalaksana yang paling tepat ?


Abortus
• Definisi: pengeluaran • Diagnosis
hasil konsepsi sebelum • Perdarahan pervaginam
janin dapat hidup di luar • Nyeri perut
kandungan  <22 • Pengeluaran sebagian
minggu (WHO)/ <20 produk konsepsi
minggu/<500 gram • Serviks dapat tertutup/
terbuka
• Etiologi
• Ukuran uterus lebih kecil
• Janin: kelainan genetic/ dari seharusnya
kromosom
• Ibu: infeksi, hormonal, • Penunjang: USG
imunologis, anatomis,
sinekia uteri
• Ayah: kelainan sperma

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan (Sarwono Prawirohardjo)


Jenis – Jenis Abortus
Jenis Abortus Portio Jaringan Tatalaksana
Iminens Tertutup (-) Tirah baring

Insipiens Terbuka (-) Evakuasi jaringan + kuretase

Inkomplit Terbuka (+) Evakuasi jaringan + kuretase

Komplit Tertutup (+) Tidak ada tindakan khusus

Abortus lainnya
Abortus habitualis: telah terjadi abortus selama min 3 kali berturut-turut
Abortus septik: abortus yang diikuti dengan komplikasi dan tanda-tanda infeksi
Missed abortion : fetus telah meninggal sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi masih berada di dalam uterus. Penderita tidak merasakan keluhan
apa – apa (perdarahan, nyeri perut)

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan (Sarwono Prawirohardjo)


Tatalaksana Abortus Inkomplit
• < 16 Minggu
• Perdarahan ringan : Forsep jari
• Perdarahan berat : Aspirasi vakum manual, kuret tajam
hanya bila vakum tidak tersedia
• > 16 Minggu
• Infus oksitosin 40 IU dalam NaCl 40 tpm
144 Jadi, tatalaksananya

B. Tirah baring
A. 4 minggu setelah suntik
145 sekarang

• Hamil usia 10 minggu


• Oleh bidan, Ny. Dini diberikan imunisasi TT.

• Kapan sebaiknya imunisasi TT ulangan


diberikan kepada pasien ?
Vaksin tetanus pada kehamilan
Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak
diketahui, berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai
tabel berikut.
145 Jadi, jadwal ulangnya adalah…
A. 4 minggu setelah suntik
sekarang
146 B. Tes fern

• Belum mempunyai anak


• Dokter ingin mengetahui apakah pasien ini
mengalami ovulasi atau tidak.

• Apa pemeriksaan yang disarankan ?


ANALISIS
• Bila terjadi ovulasi, tes fern (+) menunjukkan
gambaran seperti daun pakis.

• Namun, untuk pasien yang infertil sebenarnya


pemeriksaan utama untuk mengetahui penyebab
ketidaksuburan adalah :
- Hormon (terutama progesteron dan LH)
- HSG (untuk melihat patensi tuba)
Jawaban Lainnya
• A. Tes valsava
• C. Tes nitrazin  pada KPD
• D. Tes lasseque  pada HNP
• E. Tes tensilon  pada miastenia gravis
146 Jadi, nama tesnya adalah…

B. Tes fern
E. Sefiksim 400 mg dosis tunggal +
147 Azitromisin 1 gr dosis tunggal

• Hamil 34 minggu
• Nyeri saat berkemih
• Keluar cairan berwarna kuning dari jalan
lahir
• Pasien seorang PSK
• Diplokokus gram negatif intraseluler dan sel
PMN meningkat.

• Terapi yang tepat ?


Cervicitis
• Merupakan inflamasi serviks yang ditandai dengan
• Eksudat endoserviks yang purulen atau mukopurulen
• Serviks mudah berdarah
• Etiologi infeksius berhubungan dengan Chlamidiosis
, gonorrhea dan HSV
• Gejala klinis
• Biasanya asimptomatik, bila bergejala yang ditimbulkan
tidak spesifik , seperti vaginal discharge, dysuria,
frequency, dan postcoital bleding.
Faktor risiko duh tubuh vagina
Jawaban Lainnya
• A. Amoksisilin 3 x 500 mg selama 7 hari
• B. Metronidazol 2 gr dosis tunggal
• C. Injeksi Seftriakson 250 mg dosis tunggal
• D. Sefiksim 400 mg dosis tunggal + Doksisiklin 2 x
100 mg selama 7 hari  doksisiklin tidak boleh
pada ibu hamil
147 Jadi, terapinya adalah…
E. Sefiksim 400 mg dosis tunggal +
Azitromisin 1 gr dosis tunggal
E. Klindamisin 2x300 mg
148 selama 7 hari

• Keputihan berwarna abu-abu dan berbau


amis
• Pada pemeriksaan whiff test (+).

• Terapi yang tepat ?


Klinis Khas Penunjang Terapi
Bakterial vaginosis keputihan berbau “clue cell” Metronidazol 2 x 500
(etiologi: amis Whiff test (+) mg selama 7 hari
Gardnerella) pH > 5

Trikomoniasis keputihan kehijauan, Pewarnaan basah Metronidazol2 x 500


(etiologi : berbuih, dispareunia, dengan NaCl mg selama 7 hari
Trichomonas ) “strawberry servix
appearance”

Kandidiasis keputihan kental Pewarnaan KOH : Klotrimazol


vulvovaginal seperti keju / susu, pseudohifa intravaginal,
(etiologi : Candida) gatal, eritema vulva Nistatin intravaginal
vagina
Pedoman IMS 2015
148 Jadi, terapinya adalah…
E. Klindamisin 2x300 mg
selama 7 hari
D. Acyclovir 2 x 400 mg
149 selama 6 bulan
• Terdapat sariawan disertai nyeri di daerah
kelamin
• Dari pemeriksaan ditemukan gambaran
vesikel berkelompok di daerah genital.

• Apa terapi yang tepat untuk mencegah


rekurensi pada pasien tersebut ?
Herpes
simpleks
• Infeksi HSV yang menyebabkan lenting lokal
• HSV 1  perioral
• HSV 2  genital
• Infeksi HSV-1 primer: terutama di bayi dan anak-
anak
• Gingivostomatitis: vesikel → pecah → ulkus pada lidah,
tenggorokan, palatum, dan mukosa buccal
• Demam
• Limfadenopati dengan nyeri
Herpes simpleks genital (HG)
• Etiologi: Herpes simplex virus tipe 2 (lebih sering)
• Dapat rekuren karena dorman di ganglia dorsalis
medulla spinalis
• Klasifikasi klinis:
• HG episode pertama lesi primer
• HG episode pertama lesi non-primer
• HG rekuren
• HG asimptomatik
Sumber: Panduan pelayanan medis
PERDOSKI 2011
HG episode pertama, primer HG episode pertama, non-primer
(pemeriksaan serologi HSV negatif) (pasien dengan serologi HSV yang
• Vesikel  erosi  ulkus sudah positif)
• Berkelompok, dasar eritematosa,
nyeri (+) Pernah terinfeksi HSV jenis apapun
sebelumnya
• Paling sering: ulkus berkrusta
• Pembentukan lesi: 10 hari • Efluoresensi = primer
• Mulai masa konvalesens di hari ke • Jumlah lebih sedikit dan ringan
12 hingga 21
• Gejala tambahan:
• Mulai masa konvalesens di hari
• Disuria, keputihan ke 10 hingga 14
• Keluhan sistemik (prodromal) • Gejala tambahan: jarang

Sumber: Panduan
pelayanan medis
PERDOSKI 2011
HG rekuren
HG asimptomatik
• Lesi dapat berupa: Vesikel 
erosi  ulkus • Tidak ada gejala
• Jumlah lbh sedikit, lbh ringan • Serologi antibodi herpes
• Lokasi = lesi primer positif
sebelumnya, unilateral
Predileksi: penis, vulva, anus,
bokong
• Menghilang dlm 5 hari
• Gejala tambahan:
Parestesia sblm lesi muncul

Sumber: Panduan pelayanan medis


PERDOSKI 2011
HG episode pertama (lesi inisial):
primer dan non-primer Tatalaksana
• Medikamentosa HG rekuren
• Analgetik, kompres DAN
Antivirus (pilih salah satu) •Medikamentosa
• Asiklovir 5 x 200 mg selama 7 – • Analgetik, kompres DAN
10 hari
Antivirus (pilih salah satu)
• Asiklovir 3 x 400 mg selama 7 – 10
hari • HANYA utk keluhan yg berat:
• Valasiklovir 2 x 500 – 1000 mg regimen dosis = HG episode
selama 7 – 10 hari pertama, durasi 5 hari
• Famsiklovir 3 x 250 mg selama 7 – • ATAU REKUREN > 6x/tahun: terapi
10 hari antivirus supresif
• Edukasi Asiklovir 2 x 400 mg/hari atau
• Abstinensi dari hubungan seksual Valasiklovir 1 x 500 mg/hari atau
• Potensi sudah dan akan Famsiklovir 2 x 250 mg/hari
menularkan ke pasangan seksual
Sumber: Panduan pelayanan medis
PERDOSKI 2011
149 Jadi, terapinya adalah…

D. Acyclovir 2 x 400 mg
selama 6 bulan
150 D. Hemophylus ducreyi

• Luka pada kelamin.


• Luka terasa nyeri, dengan dasar kotor, dan
tepi bergaung.
• Pasien mempunyai riwayat berhubungan
seksual dengan PSK.

• Apa etiologi tersering penyebab keluhan


pasien ?
Sifilis vs Ulkus
mole
Sifilis (ulkus durum)
•Ulkus genitalis tidak
sakit
•Etiologi : Treponema
pallidum
Ulkus mole
•Ulkus genitalis : sakit
•Etiologi Hemophillus
ducreyi
Pedoman IMS 2011 Depkes
Jawaban Lainnya
• A. HSV tipe 1  penyebab herpes perioral
• B. HSV tipe 2  penyebab herpes genital
• C. Treponema palidum  penyebab sifilis
• E. Chlamydia tracomatis  penyebab LGV
150 Jadi, penyebabnya adalah…

D. Hemophylus ducreyi
151 E. Hiperparatiroid primer
• Wanita 40 tahun
• Nyeri pinggang sejak 6 bulan yang lalu.
• Foto rontgen torakolumbal dan terjadi
demineralisasi dan fraktur kompresi L3-
L4.
• Kadar kalsium dalam serum 11,2 mg/dL
(n: 8,8-10,4 mg/dl) dan PTH>100 pg/mL
(n: 10-65 pg/mL)

Diagnosisnya adalah...
Hiperkalsemia
• Adenoma di kelenjar paratiroid --> menghasilkan hormon PTH berlebih ---> hiperkalsemia
• PTH berlebih --> meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan aktivitas osteoklas-->
osteoporosis (bone pain)
Primary hyperparathyroidism
• Etiology : 85% of cases, caused by a single
adenoma.
• Treatment :
• Calcium levels >12 mg per dL should be immediately and
aggressively treated
• saline rehydration followed by furosemide (Lasix) diuresis,
calcitonin, and bisphosphonates
• Surgical excision of the abnormal parathyroid glands
• Pharmacotherapy : Estrogen therapy (reduce serum
https://www.aafp.org/afp/
calcium) in postmenopausal women 2003/0501/p1959.html
Pilihan lainnya
• A. Osteomalasia : kurang vitamin D, tulang
melunak, deformitas
• B. Myeloma : OLD CRAB
• C. Osteoporosis akibat obat : dapat terjadi akibat
riw obat glukokortikoid, tetapi tidak meningkatkan
PTH
• D. Hiperparatiroid sekunder : overproduksi dari PTH
sebagai respon dari kondisi hipokalsemia akibat
defisiensi vit D atau akibat CKD.
151 Jadi, diagnosisnya adalah…

E. Hiperparatiroid primer
152 B.Gula darah sewaktu
• Wanita 44 tahun, badan lemas, pegal, mudah
lelah.
• BB 94 kg, TB 167 cm, Lingkar perut 84 cm.
• TD 150/100 mmHg.
• GDS 200 mg/dl, GDP 250 mg/ dl, TGA 300
mg/dl.

Kriteria yang TIDAK sesuai dalam menegakkan


diagnosa kasus di atas adalah...
Kriteria Sindrom Metabolik Sumber: Harrison’s 19th ed

Kriteria berdasarkan: TD, HDL, TGA, GDP, LP


Pilihan Lainnya

B. Gula darah puasa: termasuk dalam kriteria


sindrom metabolik.
C. Lingkar pinggang: termasuk dalam kriteria sindrom
metabolik.
D. Tekanan darah: termasuk dalam kriteria sindrom
metabolik.
E. Trigliserida: termasuk dalam kriteria sindrom
metabolik.
Jadi, yang TIDAK termasuk kriteria
152 sindrom metabolik adalah…

A. Gula darah sewaktu


153 A. Rickets
• Anak 2 tahun, belum bisa berjalan sendiri,
kaki tampak melengkung seperti huruf O.
• BBL 1500 gram, ASI >>>, susah makan.

Apakah kemungkinan diagnosis kondisi


anak tersebut?
Defisiensi Vitamin D

• Akibat dari paparan


sinar matahari
inadekuat; malabsorpsi;
anak vit D sedikit di
ASI.
• Anak  rickets 
tungkai melengkung.
• Dewasa 
osteomalasia.
• Manifestasi:
• Anak: mulai berjalan terlambat, lebih sering duduk,
tungkai tampak bengkok, rachitic rosary, craniotabes
(areas of thinning and softening of bones of the skull),
kifoskoliosis, atau gangguan pertumbuhan tulang
lainnya.
• Dewasa: mialgia dan nyeri tulang periosteum, terutama
saat ditekan pada sternum atau tibia.
• Diagnosis
• Cek kadar serum 25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) untuk
deteksi status vit D.
• 21-29 ng/mL (52.5-72.5 nmol/L): insufisiensi vitamin D.
• < 20 ng/mL (< 50 nmol/L): defisiensi vitamin D.

• Radiografi
• Untuk bayi dan anak <3 tahun  foto lutut anterior
 tampak metafisis (widening and cupping ) dan
epifisis femur dan tibia.
Bow legs

tulang iga yang


melebar pada
costochondral
joints
Tatalaksana
• Terapi rickets  Vit D 15,000 mcg (600,000 U).
Vitamin D (cholecalciferol) disimpan dalam tubuh
dalam jangka waktu lama. Calcitriol dan calcidiol
memiliki waktu paruh lebih singkat, tidak cocok
untuk terapi.
• ASI mengandung sedikit vit D dan forfor sehingga
nutrisinya tidak cukup terutama untuk bayi lahir
kurang.
• Untuk bayi lahir kurang, direkomendasikan
suplemen Vit D selain dari ASI.
• Penting juga paparan sinar matahari yang adekuat.
Pilihan lainnya
• B. Osteomalacia : defisiensi vit D pada dewasa
• C. Hipokalsemia : chovstek sign dan trosseau sign
(+), parestesi, kejang, QT interval memanjang pada
EKG
• D. Ricketsia : patogen penyebab typhus, Rocky
Mountain spotted fever
• E. Dwarfism: kekurangan growth hormone
153 Jadi, diagnosisnya adalah...

A. Rickets
E. TSH turun, fT4 naik, PTU 400
154 mg dalam dosis terbagi
• Keluhan dada berdebar-debar,
badan terasa lemah dan tangan
gemetaran, tidak tahan pada
lingkungan panas dan sulit tidur.
• Bola mata menonjol, dan terasa
pembesaran kelenjar tiroid difus

Hasil lab dan penatalaksanaan yang


tepat...
Penyakit Tiroid
• Adalah pembesaran kelenjar tiroid
• Defisiensi iodium (struma difus nontoksis/
Goiter goiter endemik)
• GRAVES DISEASE(jarang)
Goiter sporadik
Hipertiroidi • Struma nodular toksis
• Adenoma toksik
sme • Lain-lain (tiroiditis destruktif, tumor
• Defisiensi iodium berat
hipofisis, dll)
Hipotiroidis • Tiroiditis hashimoto
• Iatrogenik
me • Lain-lain (hipopituitari kongenital, dll )
• Jinak (misal adenoma folikular)
Neoplasma • Ganas (misal adenokarsinoma tiroid)
GRAVES
DISEASE

Pada Graves Disease


terdapat antibodi terhadap
reseptor TSH  Memacu
produksi T4 di tiroid
Kadar T4 tinggi
Negative Feedback ke
Piutari TSH turun
Jadi T4 meningkat, TSH
rendah
Tatalaksana Graves
• Obat utk pasien tirotoksikosis akibat Graves’:
• Definitif
• Simptomatik
• Pasien dengan hipotiroidisme akibat Grave
harus diterapi dengan salah satu dari:
• Terapi 131I
• Obat antitiroid
• Tiroidektomi
• Indikasi obat antitiroid
• Kemungkinan remisi ↑
• Geriatri dg komobid, usia harapan hidup

• Riw operasi atau radioterapi pada area
leher
• Graves’ oftalmopati derajat sedang-
berat
Sumber: Harrison’s 19th ed; ATA guidelinde ENDOCRINE PRACTICE Vol 17 No. 3 May/June 2011
Tatalaksana Graves
• Pilihan obat antitiroid:
• Methimazole: mulai dosis tinggi • Durasi pengobatan: 1 – 1,5 tahun
10-20 mg/hari  diteruskan • Setelah stop: tetap cek fungsi T
hingga eutiroid (kadar T4 normal, setiap 1-3 bln selama 6-12 bln
diperiksa tiap 4 minggu) 
penyesuaian dosis terkecil yang • Efek samping methimazole:
dapat mempertahankan kadar • Hepatotoksik
eutiroid: biasanya untuk • Embriopati  kontraindikasi
maintenance 5-10 mg/hari ibu hamil trimester 1
• Propiltiourasil (PTU): mulai dosis • Efek samping PTU:
tinggi 3 x 50 – 150 mg ; dapat • Agranulositosis
digunakan saat hamil dan krisis
• ANCA-positive vasculitis
tiroid (monitoring T4) 
maintenance 3 x 50 mg • Hepatitis nekrotik fulminan

Sumber: ATA guidelinde ENDOCRINE PRACTICE Vol 17 No. 3 May/June 2011


Tatalaksana Graves
• Pengobatan simptomatik berupa beta blocker, ada 2 pandangan
mengenai indikasinya:
• Pada semua pasien dengan tirotoksikosis simptomatik
• Hanya pada pasien geriatric dengan tirotoksikosis simptomatik;
pada pasien lainnya hanya diberikan apabila HR saat istirahat >
90x/menit atau ada kormobiditas KV  lebih dianjurkan

Sumber: ATA guidelinde ENDOCRINE PRACTICE


Vol 17 No. 3 May/June 2011
Pilihan lainnya
• A. TSH turun, fT4 turun, PTU 100 mg dalam dosis
terbagi : TSSH seharusnya naik, PTU salah dosis
• B. TSH turun, fT4 turun, PTU 600 mg single dose :
TSH harusnya naik, PTU tidak diberikan single dose
• C. TSH naik, fT4 turun, PTU 100 mg single dose :
PTU salah dosis dan tidak diberikan single dose
• D. TSH turun, fT4 naik, PTU 300 mg single dose :
PTU tidak diberikan single dose
Jadi, hasil lab dan penatalaksanaan
154 yang benar adalah…

E. TSH turun, fT4 naik, PTU


400 mg dalam dosis terbagi
D. Terbagi menjadi 3 tahap:
155 fase resusitasi, stabilisasi, dan
transisi
• Anak laki-laki 2 tahun,
• Sangat lemas dan tidak mau minum susu.
• Apatis, BB 7 kg, TB 79 cm, tampak wajah
seperti orang tua, iga gambang (+), perut
tampak membuncit, lemak subkutis
berkurang, dan edema tungkai.

Pernyataan yang TIDAK tepat adalah...


Gizi Buruk/KEP-Kurang Energi
Protein
• Diagnosis gizi buruk ditegakkan atas dasar klinis
dan atau antoprometri
1. Terlihat sangat kurus dan atau edema  tahun 2013, WHO update severe acute
malnutrition hanya memasukkan edema bilateral sebagai tanda malnutrisi berat yang
dapat dijadikan dasar diagnosis. Pasien yang “tampak sangat kurus” harus memenuhi
salah satu kriteria antropometri di bawah untuk dinyatakan sebagai malnutrisi berat.
2. Antropometri
a. Anak usia <5 tahun (WHO): z-score BB/TB < -3,00 SD
b. Anak dengan organomegali: LLA < 11,5 cm atau LLA/U < 70%
Manifestasi Klinis Kwashiorkor Marasmus
Gagal tumbuh + +
Kurus (wasting) + + (sangat jelas)
Edema + (terkadang tidak terlalu jelas) -
Perubahan rambut + (sering) + (jarang)
Perubahan status mental + (sangat sering) + (sangat jarang)
Dermatosis flaky paint + (sering) -
Nafsu makan - +
Anemia + (berat) + (tidak terlalu berat)
Lemak subkutan + tapi berkurang -
Wajah Edematosa Kulit mengkerut, seperti
monyet/orang tua
Infiltrasi hepar oleh lemak + -

Derajat edema Perhatikan: malnutrisi energi protein 


hypoalbuminemia  edema punggung kaki bilateral
•+ : kedua punggung kaki dan/atau asites. Namun, edema punggung kaki bilateral
•++: tungkai dan lengan bawah penting utk diagnosis MEP karena asites dapat
merupakan false positive (misalnya: karena
•+++: seluruh tubuh (Wajah dan organomegali)
perut)
Asupan kalori harus bertahap: mencegah refeeding syndrome
Jadi, pernyataan yang TIDAK benar
155 adalah…
D. Terbagi menjadi 3 tahap:
fase resusitasi, stabilisasi,
dan transisi
A.Toleransi
156 terganggu
glukosa

• Pria, 46 thn
• Sering kencing dan nafsu makan yang
bertambah banyak, BB bertambah.
• Saat ini, kadar GDS 120 mg/dl, GDP 122
mg/dl, GD2PP adalah 195 mg/dl.

Diagnosisnya adalah...
Diabetes Melitus

• Sekelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya.
• Klasifikasi etiologi DM:
• Tipe 1: destruksi sel beta akibat defisiensi
insulin absolut.
• Tipe 2: dominan resistensi insulin dan/atau
defek sekresi insulin.
• Tipe lain: defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, gangguan eksokrin
pankreas, akibat obat/zat kimia, infeksi,
imunologi.
• Gestasional.

Sumber: Konsensus DM Tipe 2 PERKENI 2015


DIAGNOSIS

Sumber: Konsensus DM Tipe 2 PERKENI 2015


Terapi DM tipe 2
Terapi dimulai dari perubahan gaya • Metformin dapat dimulai saat diagnosis,
hidup (promosi hidup sehat, nutrisi, bersamaan dengan perubahan gaya hidup.
latihan jasmani)  jika target glikemik • Pasien dengan hiperglikemia berat (>300-350
tidak tercapai  mulai terapi mg/dL dan/atau A1C > 10-12%) dan gejala
katabolik sangat menonjol (penurunan BB
farmakologi. ekstrem, ketosis)  INSULIN dengan/tanpa
obat hipoglikemik oral (OHO).
• Prinsip terapi farmakologi:
• Apabila stlh 3 bulan monoterapi OHO gagal
• Terapi farmakologi dimulai mencapai target A1C  tambah OHO kedua,
dengan monoterapi agonis GLP1, atau insulin basal.
METFORMIN apabila dapat • Pilihan OHO kedua: lihat bagan
ditoleransi dan tidak ada • Obat lain termasuk inhibitor a-glucosidase
kontraindikasi tidak dianjurkan karena efektivitasnya terbatas
dan/atau efek samping.

Sumber: ADA Guideline 2015


Pilihan Lainnya
• B. Gula darah puasa terganggu: salah karena GD2PP
>140
• C. DM tipe 2: belum memenuhi kriteria DMT 2.
• D. Normal glucose tolerance : salah karena GD2P
tinggi.
• E. Diabetes melitus tipe 1: seharusnya muncul
gejala sejak usia muda.
Jadi, kondisi pasien di kasus adalah…
156
A.Toleransi glukosa
terganggu
E. Hiperosmolar hiperglikemik dengan
157 SIRS dan ulkus plantar pedis dextra
• Luka di telapak kaki kanan dengan riw. DM
• TD 120/80 mmHg, suhu 40oC. Frekuensi nadi
138 kali/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit,
• Ulkus di plantar pdis dextra berukuran 5 x 3 cm,
dengan dasar otot.
• Hb 9,7 g/dl, leukosit 19000/mm3, hitung jenis
0/0/82/12/6, GDS 700 mg/dl, ureum 55 mg/dl,
kreatinin 0,9 mg/dl, Na 132 mEq/dl, K 3,4
mEq/dl, tidak didapatkan keton urin

Diagnosisnya adalah...
Hyperosmolar hyperglycemia
state
• Terjadi peningkatan glukosa sangat tinggi (600-1200 mg/dl) akibat defisiensi
insulin relatif.
• Tanpa tanda dan gejala asidosis
• Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),
• Plasma keton (+/-)
• Anion gap normal atau sedikit meningkat.
Patofisiologi

• Lebih sering • Lebih sering


terjadi pada terjadi pada
DM tipe 2 DM tipe 1
• Penurunan • Defisiensi
utilisasi glukosa absolut insulin
perifer  
hiperglikemia peningkatan
• Penurunan lipolisis 
sintesis protein peningkatan
 peningkatan FFA 
proteolisis ketogenesis
untuk substrat
glukoneogenesi
s
• Peningkatan
glukoneogenesi
Tatalaksana
Kriteria SIRS dan Sepsis

The Third International Consensus Definitions for


Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3)
Pilihan Lainnya
• A.DM dengan sepsis dan ulkus plantar pedis dextra
: salah, karena sudah ada tanda-tanda HHS
• B.DM dengan syok sepsis dan ulus plantar pedis
dextra : salah, karena sudah ada tanda-tanda HHS
• C.Ketoasidosis diabetikum dengan sepsis berat dan
ulkus plantar pedis dextra : salah, karena keton
harus positif
• D.Hiperosmolar hiperglikemik dengan sepsis dan
ulkus plantar pedis dextra : salah karena dikatakan
sepsis apabila ada bukti infeksi bakteri di darah
positif berdasarkan hasil kultur
Jadi, diagnosis kasus tersebut
157 adalah…
E. Hiperosmolar hiperglikemik
dengan SIRS dan ulkus plantar pedis
dextra
158 E. Polidipsia psikogenik

• Sering BAK, >30 kali sehari.


• RPD tidak ada.
• Uji deprivasi air  osmolaritas urin sebelum
200 mosm/kg, setelah 800 mosm/kg.

Diagnosisnya adalah...
• Bila pasien
kekurangan ADH
(Diabetes Insipidus),
maka osmolaritas urin
akan tetap rendah
setelah tes deprivasi
• Bila pasien polidipsi,
maka osmolaritas urin
akan meningkat
setelah tes deprivasi
Polidipsia Psikogenik
• Compulsive fluid consumption
• Sering pada penderita skizofren.
• 3 fase: polidipsia dan poliuria  hiponatremia 
water intoxication.
• Manifestasi : perburukan kondisi psikiatriknya,
mual muntah, delirium, ataxia, kejang, koma, fatal/
meninggal.
Pilihan Lainnya
• A. Diabetes insipidus sentral: pada DI, setelah uji
deprivasi seharusnya tidak ada peningkatan
osmolaritas urin.
• B. Diabetes melitus: pada kasus tak ada manifestasi
khas DM.
• C. Diabetes insipidus nefrogenik: pada DI, setelah
uji deprivasi seharusnya tidak ada peningkatan
osmolaritas urin.
• D. SIADH: kebalikan dari diabetes insipidus, yakni
pasien tidak kencing karena ADH keluar secara
tidak normal.
Jadi, diagnosis yang benar adalah…
158

E. Polidipsia
psikogenik
159 C.Brugia malayi
• Kaki kanan bengkak yang
semakin lama makin membesar
sejak 3 bulan yang lalu.
• Gambaran parasit dengan inti
tubuh yang bertumpuk-tumpuk
dengan perbandingan panjang
dan lebar pada cephalic space
2:1.

Etiologi yang tepat adalah...


• Limfatik filariasis, etiologi:
• Wurchereria bancrofti:
Filariasis
vektor Culex fatigans di
perkotaan; Anopheles atau
Aedes di pedesaan
• Brugiya malayi
• Brugiya timori
• Patogenesis:
• Larva dewasa: tinggal di
limfatik aferen 
INFLAMASI (sel plasma,
eosinophil, makrofag) 
penebalan dinding 
pelebaran limfatik 
kerusakan katup pembuluh
limfa (menjadi tidak
kompeten)
• Inflamasi 
granulomatosis pembuluh
limfa  obstruksi

Manifestasi Klinis
Mikrofilaria asimptomatik/subklinis • Dermatolimfangioadenitis (salah
• Biasanya W. bancrofti atau B. satu bentuk ADL)
malayi
• Demam tinggi
• Mikrofilaria dalam jumlah besar
• Sering ada tanda yang • Mialgia, sakit kepala
menandakan penyakit subklinis, • Plak inflamatorik edematosa +
yaitu: hematuria dan/atau vesikel, ulerasi, dan
proteinuria, saluran limfatik
terdilatasi, limfangiektasia hiperpigmentasi
skrotum
• Hidrokele
• Perubahan kulit ec obstruksi
• Acute adenolymphangitis (ADL) limfatik
• Demam tinggi • Edema pitting  edema
keras “brawny”
• Inflamasi saluran limfatik
(limfangitis dan limfadenitis)  • Penebalan jaringan
ekstremitas: semua spesies; subkutan
limfatik saluran reproduksi: • Hiperkeratosis
hanya bisa diserang oleh W. • Fisura kulit
bancrofti • Infeksi sekunder oleh
• Edema lokal transien bakteri
• Chronic lymphatic disease

Sumber: Harrison’s 19th


ed
Lymphatic filariasis WHO
Perjalanan Pemeriksaan
Penyakit penunjang
• Masa prepaten • Identifikasi mikrofilaria dari
• Masuk larva infektif  sediaan darah
mikrofilaremia • Darah tebal atau tipis
• Dapat berlangsung bertahun2 • 22.00 – 02.00
• Masa inkubasi • Pewarnaan giemsa atau
• Masuk larva infektif  terjadi gejala wright
klinis • DPL: leukositosis dg
• Gejala klinik akut eosinofilia
• = ADL
• Bisa amikrofilaremik maupun
mikrofilaremik
• Gejala menahun
• 10 – 15 th setelah serngan akut Sumber: Harrison’s 19th
ed
pertama Lymphatic filariasis WHO

• ADL (+), mikrofilaremia jarang


Brugia
timori
B. Malayi: warna sarung
merah, kepalanya 2:1:
nucleus tidak teratur
B. timori: warna sarung
pucat, kepalanya 3:1, nucleus
tidak teratur
W. bancrofti: warna sarung
pucat, kepalanya 1:1, nucleus
teratur, cuma dia yg bisa
bikin bengkak sampe skrotum
Brugia
malayi
Pilihan lainnya

• A.Loa-loa : nematoda yang dapat menyebabkan


pembengkakan pada lengan dan kaki dan dapat
menyerang mata (eye worm).
• B.Brugia timori
• D.Wucheria brancofti
• E. Ancylostoma caninum: Etiologi CLM
Jadi, etiologi pada pasien ini adalah…
159

C. Brugia Malayi
E. Cacing tambang jenis
160 ancylostoma braziliense
• Pria 23 thn
• bentol-bentol gatal di bokong dan paha kanan.
• Awalnya berupa bintik, semakin bertambah
banyak dan berbentuk seperti garis yang berkelok-
kelok
• Riwayat berjemur di pantai tanpa menggunakan
baju dan tanpa menggunakan alas.
• PF: papul eritem, linier, serpiginosa, dan gambaran
folikulitis berupa papul-papul eritem

Penyebabnya adalah...
Creeping Eruption/ Cutaneus
Larva Migran
• Etiologi: Ancylostoma
braziliense, ancylostoma
caninum
• Saat masuknya larva
terasa gatal dan panas.
• Muncul papul, lalu lesi
linier atau berkelok-kelok,
kemerahan. Lesi
serpiginosa. Rasa gatal
biasanya lebih hebat pada
malam hari.
http://www.cdc.gov/parasites/zoonotichookworm/health_professionals/index.html#tx; Buku Kulit FKUI
• Bentuk infektif: larva
filariform
• Cutaneous larva migrans
is self-limiting; migrating
larvae usually die after 5–
6 weeks. Albendazole is
the treatment of choice.
Ivermectin is effective but
not approved for this
indication.
Terapi

Drug Adult Dose Pediatric Dose


Children aged > 2 years: 400 mg per
400 mg per day by mouth for day by mouth for 3 days
Albendazole
3 to 7 days This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age.
200 mcg/kg by mouth as a Children over 15 kg weight: 200
Ivermectin
single dose mcg/kg by mouth as a single dose
160 Jadi, penyebab yang tepat adalah…

E. Cacing tambang jenis


ancylostoma braziliense
A.Rifampicin 600 mg/bulan,
161 dapsone 100 mg/hari selama 6
bulan
• Bercak merah di wajah dan lengan sejak 1 tahun
yang lalu.
• Gatal (+), baal (+).
• PF: patch eritematosa batas tegas dengan
skuama tipis di atasnya berjumlah 3 buah.
• Hipestesi (+).
• Pembesaran nervus auricularis magnus dextra
dan nervus ulnaris dextra.

Tatalaksananya adalah...
MORBUS HANSEN Pembersaran
N.aurikularis
Lepra = Kusta magnus

• Infeksi Mycobacterium leprosum


• Tanda kardinal:
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan saraf tepi dengan/tanpa gangguan subjektif:
mencakup n. aurikularis magnus, n. ulnaris, dan n. Peroneus.
• Pemeriksaan BTA
• Spesimen: sayatan kulit
• Jumlah: 3 spesimen, biasanya dari lesi kulit paling aktif, cuping
telinga kanan, dan kiri.
• Parameter: indeks bakteri (IB) yang dinilai dalam 100 lapang
pandang (LP)
+1 = 1 – 10 BTA dalam 100 LP
+2 = 1 – 10 BTA dalam 10 LP
+3 = 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+4 = 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1 LP
+5 = 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
+6 = > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Klasifikasi Lepra (WHO)

PB MB
Lesi kulit, dapat berupa: • Jumlah 1 – 5 lesi • Jumlah > 5 lesi
• Makula • Berupa • Lebih sering lesi yang
• Papul meninggi hipopigmentasi/eritema menimbul
• Infiltrat, plak eritem (lesi cenderung tidak • Distribusi simetris
• Nodul menimbul)
• Distribusi tidak simetris
Kerusakan saraf, • Hilang sensasi jelas • Hilang sensasi kurang
ditandai dengan: • Hanya melibatkan satu jelas
• Hilangnya sensasi cabang saraf • Melibatkan banyak
• Kelemahan otot cabang saraf

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


Tatalaksana  multidrug therapy WHO

• Regimen MB (lesi > 5 buah) atau BTA


positif (terlepas klasifikasi klinis) :
Dewasa
selama 12
Dapson
bulan
100 mg/hari
Rifampisin
600 mg/bulan
Klofazimin
• 50 mg/hari DAN
diawasi • 300 mg/bulan diawasi

Anak (10 – 14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan • 50 mg selang sehari DAN


diawasi • 150 mg/bulan diawasi

Anak < 10 tahun 25 mg/hari 300 mg/bulan • 50 mg 2 kali seminggu


(1-2 mg/kg BB) Diawasi DAN
(5 – 15 mg/kg) • 100 mg/bulan diawasi
(1 mg/kg BB/hari)

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


• Rejimen PB (lesi 2 – 5 buah) selama 6 bulan
Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg/hari 600 mg/bulan diawasi

Anak (10 – 14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan diawasi

Anak < 10 tahun 25 mg/hari 300 mg/bulan diawasi


(1-2 mg/kg BB) (5 – 15 mg/kg)

• Rejimen PB (lesi tunggal)


• Rifampisin 600 mg dosis tunggal
• Ofloksasin 400 mg dosis tunggal
• Minosiklin 100 mg dosis tunggal Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.
Pilihan lainnya
• B.Rifampicin 600 mg/bulan, ofloxacin 400 mg/hari,
minosiklin 100 mg/hari selama 12 bulan: salah, ini
regimen terapi untuk PB lesi tunggal tetapi hanya
single dose
• C.Rifampicin 600 mg/minggu, dapsone 100
mg/hari, lampren 50 mg/hari selama 12 bulan:
salah, ini regimen terapi untuk MB
• D.Rifampicin 600 mg/bulan, lampren 100 mg/hari
selama 2 tahun : salah, tidak ada regimen terapi ini
• E. Rifampicin 600 mg/hari, dapsone 100 mg/hari
selama 6 bulan: salah, harusnya rifampicin per
bulan
Jadi, terapi yang tepat adalah…
161
A.Rifampicin 600 mg/bulan,
dapsone 100 mg/hari selama
6 bulan
D.Griseofulvin 500 mg/hari
162 selama 6-8 minggu
• Rambut rontok yang bertambah luas
sejak 2 bulan yang lalu.
• Gatal terutama saat berkeringat.
• Tampak rambut di regio parietal kiri tipis
dan rambut terputus pada beberapa
milimeter di atas permukaan kulit.

Terapinya adalah...
Pilihan lainya
• A. Griseofulvin 500mg/hari selama 7 hari
• B. Itraconazole 200mg/hari selama 3 bulan
• C. Amfoterisin B intravena
• D. Griseofulvin 500mg/hari selama 6-8 minggu
• E. Itraconazole 200mg/hari selama 5 hari
162 Jadi, terapi yang sesuai adalah…

D.Griseofulvin 500 mg/hari selama


6-8 minggu
163 C. Dermatitis numularis

• Gatal dan muncul merah-merah di kulit


tungkai bawah berbentuk seperti koin.
• PF: plakat eritematosa di tungkai bawah
bagian ekstensor, multipel, diskret, diameter
1 sampai 2,5 cm, ada bagian basah dan
kering, sebagian erosi.

diagnosisnya adalah...
Dermatitis numularis/discoid
eczema
• Lesi peradangan kulit berupa plak eritematosa
berbentuk bulat-oval berbatas tegas.
• Lesi baru biasanya muncul di lokasi yang sama
dengan lesi lama
• Predileksi : seluruh tubuh kecuali wajah dan kulit
kepala, paling sering di ekstrimitas bawah
• PF: lesi diawali dengan papul atau vesikel
eritematosa yang kemudian berkonfluens menjadi
plak kemudian menjadi makula dan mengalami
hiperpigentasi. Dapat terjadi erosi atau ekskoriasi.
Lesi biasanya simetris.
Tatalaksana
• Rehidrasi kulit : menggunakan emolien dan
moisturizer
• Kortikosteroid :
• jika lesi tidak terlalu merah dan tidak terlalu gatal ( low-
potency (class III-VI) steroids)
• Reaksi inflamasi yang hebat : intense erythema, vesikel,
dan gatal (high-potency (class I-II) steroids)
• Sediaan salep lebih baik daripada krim
• Preparat ter : untuk plak yang sangat tebal
• Antihistamin oral
• Antibiotik topikal atau oral: untuk infeksi sekunder
Pilihan lainnya

A. Tinea corporis: lesi pada dermatitis numularis juga bisa mengalami


central healing, tetapi tinea memiliki sedikit vesikel dan tepi yang lebih
aktif.
B.Neurodermatitis
C.Dermatitis numularis
D.Morbus hansen Tinea corporis
E. Kandidiasis Neurodermatitis

Morbus hansen

Candidiasis
163 Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

C.Dermatitis numularis
D.Shampoo
164 2%
ketokonazole

• Bercak putih di punggung, dada, dan lengan atas.


• Gatal
• PF: bercak hipopigmentasi berbatas tegas dengan
skuama halus di sekitarnya.
• KOH ditemukan hifa bersepta dan spora bergerombol.

Terapinya adalah...
Pitiriasis Versikolor
• PV: infeksi jamur superfisial (di stratum korneum)
• Etiologi: Malassezia furfur; M. Sympodialis; or M.
Globosa
• Malassezia adalah flora normal di kulit, namun
pada saat patologis, ditemukan flora tersebut
dalam fase spora dan hifa. Patologis pada kondisi
lembab dan hangat, imunosupresi, malnutrisi,
predisposisi genetik, kehamilan, cushing.
PV
• Makula hipo/hiperpigmentasi, bulan/oval, batas tegas, dengan skuama
halus diatasnya predileksi di dada dan punggung tapi bisa dimana saja.
• Jarang menimbulkan keluhan, sering masalah kosmetik atau pruritus.
• DD: psoriasis gutata; pitiriasis alba; dermatitis seboroik; tinea corporis;
eritrasma; vitiligo.
• PP: lampu wood (menyala oranye-emas kekuningan); Kerokan kulit
dengan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora bulat
berkelompok (spageti and meatball appearance)
PV - Tatalaksana
• Topikal: selenium sulfida; zink-pyrithione; sodium
sulfacetamide; antifungi azol topikal; dll.
• Selenium sulfida 2x/hari selama 2 minggu, biarkan
selama 10 menit baru dibilas.
• Topikal gol.azol oleskan tiap malam selama 2 minggu.
• Cara pemakaian: dioleskan seluruh badan, lengan dan
tungkai  biarkan 10 – 15 menit  dicuci
• 2-3 kali seminggu; selama 2 – 4 minggu
• Oral: flukonazol 150-300 mg/minggu utk 2-4
minggu OR itrakonazol 200 mg/hari utk 5-7 hari.
• Bisa rekuren.
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Dermatomikosis superfisialis | PEDOSKI 2004
Pilihan lainnya
• A.Krim mometason furoat : salah, ini adalah steroid
potensi IV
• B.Larutan trichloro asetat : salah, ini adalah terapi
untuk warts
• C.Larutan tinctura podifilin: salah, terapi untuk
genital warts
• E. Mupirocin cream: salah, terapi untuk pioderma
164 Jadi, tatalaksana yang tepat adalah…

D.Shampoo ketokonazole 2%
165 C.Tinea unguium

• Kuku kaki berwarna putih suram


• Gatal dan nyeri disekitar kuku
sejak 4 bulan yang lalu.
• Riw DM (+)

Diagnosis yang tepat adalah...


Onikomikosis
• Definisi: Infeksi jamur pada kulit (dermatofita, non-
dermatofita, ataupun yeast)
• TINEA UNGUIUM: infeksi jamur pada kuku yang
hanya disebabkan oleh dermatofita
• Dermatofita T. rubrum, T. mentagrophyte, T.
tonsurans
• Non-dermatofita Acremonium, Aspergillus
• Yeast Candida albicans
Organisme penyebab

Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine


Tatalaksana

Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine


Pilihan lainya

• A.Nail psoriasis  psoriasis yang menyerang kuku, kuku menadi lebih tebak, kasar,
kuku terangkat dari dasarnya dan kontur kuku menjadi ireguler.
• B.Candidiasis kutaneus  gambaran lesi satelit akibat infeksi candida, predileksi di
daerah lipatan dan lembab
• D. Onikolysis detachment of the nail plate from the bed
• E. Tinea Nigra dermatomikosis superfisial yang mengenai stratum korneum Lesi satelit pada
Tinea nigra candidiasis

Onikolisis Nail psoriasis


165 Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

C.Tinea unguium
A.Infeksi streptococcus
166
pyogens
• Anak laki-laki 2 tahun
• Lepuh di punggung dan bokong.
• Lepuh mudah pecah berisi nanah
meningalkan bekas luka menyerupai
koreng.
• Makula eritem berukuran numuler
tersebar diskret dengan krusta serous
dan skuama kolaret di sekitarnya.

Penyebabnya adalah...
IMPETIGO
• Impetigo adalah infeksi bakteri superfisial, ditandai dengan inflamasi
epidermis.
• Etiologi: toksin stafilokokus aureus (jarang: streptokokus pyogen);
berat  staphylococcal scalded skin syndrome.
• Toksin eksfoliatif  menyerang desmoglein 1 (protein yang
menempelkan sel-sel epidermis)  ikatan antar sel renggang 
terbentuk vesikel dan bula di epidermis (di bawah stratum
granulosum) jadi sangat superfisial  kendur/ mudah pecah
• Sering pada neonatus – anak <5 tahun.
• Terapi:
• Pilihan pertama: mupirocin topikal. Bacitracin dan neomycin
kurang efektif.
• Lesi banyak atau tidak sembuh dengan terapi topikal  antibiotik
oral terhadap S. aureus and S. Pyogenes.
Vesikel/ bula superfisial 
membesar  kendur/
mudah pecah dengan
batas tegas dan tepi tidak
eritem  ruptur krusta
kekuningan, oozing
Predileksi: area lembab,
lipatan-lipatan kulit, leher,
Patognomonik:
aksila,
skuama lipatsekitar
kolaret paha.
lesi, bekas dari bula yg
pecah.
Pilihan lainnya
• B. Infeksi streptococcus viridans : ini flora normal di
kulit/ flora residen.
• C. Reaksi autoimun
• D. Reaksi alergi
• E. Idiopatik
166 Jadi, penyebab yang tepat adalah…

A.Infeksi streptococcus
pyogens
167 C. Hidroksiklorokuin
• Wanita 26 thn,
• Ruam kemerahan disertai bengkak di kedua pipi
• Sendi sering nyeri dan tidak tahan sinar
matahari langsung.
• Edema dan makulopapular eritem di area malar,
tidak ada skuama, tidak gatal.
• anti ds-DNA positif.

Terapinya adalah...
Kutaneus SLE
• 3 tipe: akut, subakut, dan
kronik kutaneus LE.
• Acute cutaneous lupus
erythematosus
• Dialami >50% pasien
dengan SLE.
• Malar eruption /
‘butterfly rash’
(erythema and oedema of
cheeks, sparing nasolabial
folds) terjadi dalam
hitungan jam/ hari.
• Fotosensitif
• Keilitis, ulkus oral
• Subakut:
• Dipicu paparan sinar matahari
• Papuloskuamosa kemerahan serupa psoriasis, tak gatal
• Plak anular/ polisiklik, resolusi tanpa bekas skar
• Kronik:
• Gejala SLE sistemiknya nyata

TERAPI:
Steroid sistemik  utama, bila sistemiknya membaik,
menifestasi kulit juga sering ikut membaik.
Imunosupresif (methotrexate, azathioprine, cyclophosphamide,
dan thalidomide) : sebagai ajuvan.
Pilihan pertama untuk atasi masalah kutaneus SLE:
Hydroxychloroquine.
Pilihan Lainnya

• A. Selenium sulfida: untuk dermatitis seboroik.


• B. Rituximab: bukan pilihan utama, diberikan untuk kondisi
kambuh-kambuhan yang tidak membaik dengan steroid.
• D. Benzoil peroksidase: untuk akne vulgaris.
• E. Hidrokortison: untuk dermatitis pada area kulit tipis atau
pada anak.
167 Jadi, terapi yang tepat adalah…

C. Hidroksiklorokuin
168 C.Krim ketokonazol 5%
• Kulit kemerahan di dahi dan di sekitar hidung
dan mulut disertai gatal selama 2 minggu.
• Kronik hilang timbul
• PF: eritema di regio glabela, kedua alis, dan
nasolabialis fold disertai skuama halus
kekuningan.
• Cigarette paper didapati minyak pada skuama

Terapi apa yang tepat...


Dermatitis Seboroik
• Kelainan kulit dengan faktor konstitusi di “area
seboroik”.
• Kelainan konstitusi:
• Pertumbuhan berlebihan Pityrosporum ovale 
metabolit masuk ke epidermis  inflamasi
• Aktivasi glandula sebasea ↑↑
Manifestasi klinis
• Eritema dan skuama berminyak, agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas.
• Yang ringan: pada kulit kepala = pitiriasis sika.
• Yang berat: skuama tebal, berminyak, dan luas: seluruh
kulit kepala, dahi, glabella, telinga, leher.
• Pada area pipi, hidung, dahi: papul multipel (+).
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Tatalaksana
Pengobatan TOPIKAL Pengobatan SISTEMIK

• Untuk pitirisasis sika: sampo selenium •Kortikosteroid: Prednisone 20 – 30


sulfide 2 –3 x/minggu selama 5 – 15 mg/hari pada kasus berat.
menit. •Isotretinoin 0,1 – 0,3 mg/kg/hari pada
• Pilihan obat topikal: kasus rekalsitran.

1. Krim urea 10% sebagai emolien untuk •Fototerapi UVB.


tipe ringan dengan inflamasi minimal.
2. Likuor karbonas detergen 2-5%.
3. Sulfur presipitatum 4-20%, dapat
digabung dengan asam salisilat 3-6%.
4. Kortikosteroid: hidrokortison 2,5%;
bethametasone valerat hanya pada
kasus yang berat.
5. Ketoconazole 2% cream: hanya bila
pada sediaan banyak P. Ovale.
Sumber : Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin FKUI
Pilihan lainya
• A.Krim permetrin 5% : terapi ntuk skabies
• B.Krim asiklovir 2% : terapi untuk varicella
• D.Salep asam salisilat 2% : terapi untuk psoriasis
• E. Salep gentamicin 1 % : untuk pioderma
168 Jadi, terapinya adalah…

C.Krim ketokonazol 5%
169 D. Prurigo hebra
• Anak laki-laki 10 thn
• Kedua kaki tampak banyak bercak
kehitaman yang semakin banyak, kadang
terasa gatal.
• Sering bermain bola di lapangan tanpa alas
kaki.
• PF : makulopapular oval tersebar diskret,
dengan krusta kehitaman di atasnya

Diagnosisnya adalah..
Prurigo Hebra

• Kelainan kulit ditandai


dengan papul milier
tersebar diskret, dapat
disertai krusta
kehitaman. Predileksi
utama di ektremitas
ekstensor.
• Etiologi pasti belum
diketahui. Faktor resiko
gigitan serangga,
higienitas buruk
Pilihan lainnya
• A. Dermatitis venenata: khasnya lesi polimorfik
yang berkaitan dengan riwayat kontak serangga dan
reaksi alergi.
• B. Tinea pedis: lesi eritema yang sangat gatal, bisa
disertai penebalan kulit, berkaitan dengan
higienitas.
• C. Ektima: ulkus dangkal, disebabkan stafilokokus
aureus/ streptokokus b-hemolitikus.
• D. Pitiriasis rosea: lesi awa berupa herald patch
kemudian membentuk lesi seperti cemara terbalik
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
169

D. Prurigo hebra
D.Lepas jam tangan dan
170 oleskan kortikosteroid topikal
• Kemerahan pada lengan kanannya disertai
rasa gatal.
• Sebelumnya pasien mengenakan jam tangan.
• PF: lesi makulopapular mengelilingi jam yang
digunakan oleh pasien.

Tatalaksananya adalah...
Dermatitis Kontak Alergi
Contoh kasus DKA
• Gatal kulit akibat reaksi alergi terhadap
suatu substansi yang berkontak dengan • Alergi nikel yang dijadikan
kulit. rantai jam tangan
• Reaksi kulit dapat terjadi beberapa • Alergi terhadap bahan
jam, hari, hingga tahun setelah kontak plaster luka (rosin)
pertama
• Beratnya reaksi kulit tidak berbanding • Dermatitis tangan pada
pekerja pabrik karet
lurus dengan jumlah allergen yg
terpapar • Dermatitis fotokontak 
alergi terhadap sunscreen
• Karakteristik umum lesi DKA: atau sabun antibakteri yang
• Sebagian besar: lesi hanya mencakup timbul setelah paparan
area kulit tempat kontak dengan terhadap sinyal matahari
allergen terjadi
• Lainnya: DKA thdp parfum,
• Dapat merah, bengak, dan melepuh cat rambut, obat topikal
atau kering dan kasar
http://www.dermnetnz.or
g/dermatitis/contact-
allergy.html
PPK PERDOSKI 2011
Tatalaksana
• Terapi utama : Topical corticosteroids
For severe allergic contact dermatitis of the hands, 3-week courses of class I
topical corticosteroids are required, while class 6 or class 7 topical
corticosteroids typically are used for allergic contact dermatitis of
intertriginous areas or the face.

• Terapi simtomatik : kompres dingin, antihistamin,


emolien
• Terapi definitif : Identifikasi dan menghindari agen
kausal
Dermatitis Kontak Iritan

• Salah satu bentuk dermatitis kontak


• Terjadi karena kulit rusak akibat friksi, faktor lingkungan (suhu dingin),
paparan berlebihan terhadap air, ataupun bahan kimia seperti cairan
asam, alkali, detergen, maupun pelarut
• Tingkat keparahan dermatitis bergantung pada:
• Jumlah dan kekuatan zat iritan
• Durasi (seberapa lama) dan frekuensi (seberapa sering) paparan
terhadap iritan
• Kerentanan kulit masing-masing individual  dipengaruhi oleh
tebal/tipisnya kulit di suatu lokasi, produksi minyak pelembab,
dan adanya kecenderungan atopi
• Faktor lingkungan: suhu dan kelembaban

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011
• Patogenesis
• Kerusakan kulit akibat iritan > kemampuan kulit utk
beregenerasi
• Iritan ↓jumlah minyak dan pelembab alami pada kulit 
↑penetrasi iritan ke bagian kulit lebih dalam 
menginisiasi inflamasi
• Klasifikasi
DKI akut
• Terpapar dengan iritan kuat (cairan asam atau basa kuat),
biasanya tidak sengaja/kecelakaan  bengkak, lepuh, nyeri,
merah.
DKI kronis kumulatif
• Terpapar iritan lemah seperti air, sabun, atau detergen
dalam waktu cukup lama (beberapa minggu)  kering,
gatal, dan kulit retak
• Disintegrasi kulit  luka dg krusta dan keropeng

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011
Patch Test (Uji Tempel) • Metode
Baru dapat dikerjakan 6 minggu setelah
penyakit dinyatakan sembuh
• Indikasi 1. Larangan utk pasien
• Pasien dengan diagnosis kerja • Punggung tmpt ditempelkan zat
dermatitis kontak, terutama pada alergenik tidak boleh kena air
kelompok pasien dengan penyakit • Tdk boleh berkeringat keterlaluan
kulit dasar berupa dermatitis
atopi, seboroik, stasis, numularis; • Tidak boleh terpapar radiasi UV
psoriasis; dishidrosis 2. Perangkat tes ditempel di
• Dermatitis kronis tanpa penyebab punggung bagian atas: hindari
yang jelas area berambut
• Dermatitis kontak akibat 3. 48 jam setelahnya  tempelan
pekerjaan dicabut  dibaca hasilnya (1)
4. 72 – 96 jam setelah penempelan 
An Bras Dermatol. 2013;88(6):879-88.
baca hasil (2)
Patch Test (Uji Tempel) • Relevansi patch test:
Hasil patch test yang positif v.s.
probabilitas kontak bahan tsb thdp
kulit yang mengalami defek
Terdapat 3:
• Possible: hasil patch test
sesuai dengan substansi yg
dicurigai menyebabkan
dermatitis kontak
• Probable: hasil patch test
positif utk substansi DAN
material utuh yg dipakai
pasien (yg mengandung
substansi ybs)
• Kuat: paparan ulang thdp
material yg mengandung
substansi alergenik 
rekurensi dermatitis kontak
An Bras Dermatol. 2013;88(6):879-88.
Jadi, tatalaksana yang benar adalah…
170
D.Lepas jam tangan dan
oleskan kortikosteroid
topikal
171 A.Iktiosis vulgaris
• Anak laki-laki 8 thn
• Kulit di kedua kaki tampak sangat kering dan
bersisik seperti kulit ikan disertai gatal
• Ibu kandung memiliki riwayat rhinitis alergi.
• Skuama kasar bentuk poligonal dengan tepi
ireguler di sisi ekstensor tungkai bawah
bilateral, telapak tangan dan kaki teraba lebih
kasar, namun daerah lipatan tidak ada kelainan

Diagnosisnya adalah...
IKTIOSIS VULGARIS
• Dari Bahasa Yunani, ichthys, artinya ikan.
• Ada 2 tipe, herediter dan didapat.
• Hereditary ichthyosis vulgaris:
Kelainan autosom dominan. Paling sering dibandingkan jenis iktiosis lain.
Lesi kulit umumnya tidak muncul sejak lahir, baru tampak usia pertama kehidupan,
puncaknya usia 5 tahun. Umumnya remisi spontan semenjak pubertas.
Predileksi tubuh sisi ekstensor, simetris.
Sering berkaitan dengan penyakit atopi (dermatitis, asma, dll)
• Acquired ichthyosis vulgaris:
Sering berkaitan dengan penyakit sistemik lain, terutama
keganasan. Seringnya berkaitan dengan limfoma Hodgkin,
limfoma non-Hodgkin, myeloma, sarkoma kaposi,
leiomiosarkoma, dan karsinoma paru, mammae, ovarium,
dan serviks.
Bisa juga efek dari obat berupa asam nikotinat, triparanol,
butyrophenones, simetidin, dan clofazimine.
TATALAKSANA

• Hereditary ichthyosis vulgaris penyakit kronik yang umumnya


bisa membaik seiring bertambahnya usia.
• Tujuan utama terapi adalah menjaga hidrasi kulit dan cegah
evaporasi:
• Krim urea 10-20%, propylene glycol
• Topikal retinoid.
• Alpha-hydroxy acids (misal, asam laktat, glikolat, atau
piruvat).
• Keratolitik untuk menghilangkan skuama (misal, asam
salisilat hingga 6%)
Jenis Iktiosis lainnya
• Lamellar ichthyosis (LI) kelainan autosom resesif, muncul sejak lahir hingga seumur
hidup. Bayi yg baru lahir tampak dilapisi membran kolodion yang mengelupas
dalam 10-14 hari, meninggalkan kulit eritem. Skuama tampak seperti sisik ikan.
Tidak membahayakan nyawa namun menyebabkan masalah psikis bagi
penderitanya.
• Lesi di seluruh tubuh termasuk kulit kepala, daerah fleksural, hingga kuku.
X-linked ichthyosis kelainan genetik akibat mutasi gen
enzyme steroid sulfatase (STS).
• Mulai tampak sejak lahir. Tampak skuama di leher,
dada, tungkai ekstensor. Tampak "dirty-face"
appearance, yang bertambah berat seiring usia.
• Daerah flexura bisa terkena, namun telapak tangan
dan kaki tidak.
• Rambut dan kuku normal.
• Cryptorchidism terjadi pada 20% pasien.
• Karena berkaitan dengan mutasi gen, seringpula
disertai masalah genetik/ sindrom lain seperti short
stature, chondrodysplasia punctata, retardasi mental,
dan Kallmann syndrome (hypogonadotrophic
hypogonadism).
Epidermolytic ichthyosis (EI), sama dengan epidermolytic
hyperkeratosis (EHK) atau bullous congenital ichthyosiform
erythroderma (bullous CIE), adalah kelainan autosom dominan.
• Muncul sejak lahir dengan eritroderma, lepuh dan erosi kulit
yang remisi seiring bertambah usia, meninggalkan bekas berupa
hiperkeratosis.
• Daerah fleksural juga terkena namun rambut dan kuku normal.
Kulit jadi sangat rapuh.
• Prognosis: risiko morbiditas dan mortalitas tinggi pada masa
neonatal, karena komplikasi sepsis dan dehidrasi. Setelah
dewasa, sering infeksi kulit rekuren.
Pilihan Lainnya
• B. Iktiosis X-linked: pada kasus tidak
mulai tampak sejak lahir dan sisi
fleksural tidak ada keluhan.
• C. Iktiosis lamelar: pada kasus tidak
mulai tampak sejak lahir dan sisi
fleksural tidak ada keluhan.
• D. Iktiosis epidermolitik: pada kasus
tidak ada lepuh.
• E. Epidermolitik hiperkeratosis: pada
kasus tidak ada lepuh.
171 Jadi, diagnosisnya adalah…

A.Iktiosis vulgaris
172 D.Pelembab dan kortikosteroid
• Anak laki-laki 8 thn
• Kemerahan yang gatal pada lipatan kedua siku dan
lutut.
• Kakek pasien meninggal karena alergi udang.
• Likenifikasi dan sedikit eritema pada kedua fossa
cubiti dan poplitea

Tatalaksananya adalah
Dermatitis Atopi

Inflamasi kulit kronis dan residif


Tampilan klinis
• Gejala utamanya adalah gatal, kulit kering,
dan tanda radang (terutama eritema)
• Bentuknya polimorfik, bergantung pada
fase:
• Akut
• Subakut
• Kronis
• Sering disertai rinitis alergi dan asma
(riwayat atopi)  pada diri sendiri maupun
keluarga
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; Panduan
pelayanan medis PERDOSKI 2011
Tatalaksana

• Non medikamentosa Medikamentosa: topikal


• Hindari faktor pencetus! Steroid topikal:
• Menjaga kelembaban Anak: potensi lemah s.d. sedang
kulit dengan (kompres dulu untuk lesi basah)
menggunakan sabun pH Dewasa: potensi sedang s.d. kuat
netral, hindari antiseptic Inhibitor kalsineurin: pimekrolimus
cream 1%; tacrolimus oint 0,03%;
• Stress management yang
tacrolimus oint 0,1%
baik
Emolien: Pelembab dengan krim
• Medikamentosa: Prinsip hidrofilik urea 10%; pakai emolien
• Mengurangi gatal 4x/hari yang kaya seramida
• Menekan inflamasi Lainnya: wet dressing untuk lesi
kronik refrakter; ter untuk lesi
• Menjaga kelembaban likenifikasi; fototerapi untuk lesi luas
kulit
dan refrakter
Medikamentosa: Sistemik
• Antihistamin: yg sedatif lebih dianjurkan pada anak
Bersifat sebagai adjuvant
Hanya bila gatal sangat mengganggu
• Antibiotik bila ada infeksi sekunder
• Steroid: hanya pemberian singkat
• Imunosupresan lain: siklosporin A, mofetil mikofenolat,
metotreksat, dan azatioprin

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; Panduan pelayanan medis
PERDOSKI 2011
Klasifikasi Steroid Topikal

• Pemilihan potensi steroid:


• kulit anak/ bayi dan kulit tipis, misal lipatan kulit  potensi rendah sampai sedang
• Kulit dewasa . Lesi kronik  steroid potensi sedang – kuat sampai kuat

• Krim  sesuai untuk kulit tipis atau lesi akut/ oozing


• Salep  penetrasi lebih kuat daripada krim, cocok untuk lesi kronik, misal likenifikasi.
Jadi, tatalaksana yang tepat adalah…
172

D.Pelembab dan
kortikosteroid
D.Nistatin oral 500.000 IU, 3-
173 5 kali/hari, selama 14 hari
• Pria 68 thn
• Bercak keputihan di Iidah dan mukosa
bukal.
• Riw. DM (+)
• Bercak dapat digores dan meninggalkan
bekas kemerahan, saat dikerok didapatkan
dasar eritematosa bergranular.

Terapinya adalah...
Oral Candidiasis
• Etiologi: Candida albicans
• Faktor risiko: kondisi immunocompromised (HIV, DM,
xerostomia, konsumsi antibiotik jangka panjang,
steroid, agen kemoterapi)
• Jenis:
1. Pseudomembran candidiasis (oral thrush)
2. Erythematous candidiasis
3. Chronic atrophic candidiasis (denture stomatitis)
4. Hyperplastic candidiasis pada perokok
5. Chronic mucocutaneous candidiasis
Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Jenis-Jenis
Aphtous Ulcer Oral Liken Planus

Cheilitis Angularis
Tatalaksana
• Pada membran mukosa
• Sering terjadi pada bayi atau penggunaan
kortikosteroid inhalasi pasien asma,perokok
• Mengorek lesi menyebabkan eritem dan perdarahan di
dasarnya
• Terapi : Nistatin suspensi oral
4-6 ml (400.000-600.000 iu), 4 x / hari sesudah makan
Harus ditahan di mulut beberapa menit sebelum ditelan
Dosis untuk bayi 2 ml (200.000 iu), 4 x / hari - Perlu 10-
14 hari untuk kasus akut atau beberapa bulan untuk
kasus kronis
Pilihan lainnya
• A.Itraconazole oral, 2 kali/hari selama 14 hari :
salah, itraconazole untuk esofageal candidiasis
• B.Itraconazole oral, 1 kali/hari selama 14 hari:
salah, itraconazole untuk esofageal candidiasis
• C.Nistatin oral 250.000 IU, 3-5 kali/hari, selama 7
hari : salah dosis dan lama pemberian
• D. Nistatin oral 100.000 IU, 3-5 kali/hari, selama 7
hari: salah dosis dan lama pemberian
Jadi, terapinya adalah…
173

D.Nistatin oral 500.000 IU, 3-


5 kali/hari, selama 14 hari
174 A.Karsinoma sel skuamosa

• Wanita 63 thn
• Luka koreng di hidung yang sering gatal dan
mudah berdarah.
• Membesar, sulit sembuh, meski tidak nyeri.
• Nodul soliter berukuran 2 x 3 cm, batas tidak
tegas, imobile, permukaan verukosa dan
mudah berdarah.
• PA berupa keratinisasi dan mutiara tanduk

Diagnosisnya adalah...
Karsinoma Sel Skuamosa

• Prekursor KSS: keratosis aktinik


• KSS in situ: Bowen disease
• Faktor risiko: riwayat trauma kulit (ulkus, sinus
tracts), paparan radiasi, sinar UV,
immunosuppression, and xeroderma pigmentosa.
• Tumor besar (diameter >2 cm) lebih sering
metastasis 3x lipat. KSS di bibir, telinga, kulit bekas
trauma, dan pasien imunosupresi juga sering
mengalami metastasis.
• Histopatologi: sel tersusun secara fokal dan
konsentris disertai massa keratin, sehingga
terbentuk mutiara tanduk (horn pearls) yg khas
pada KSS berdiferensiasi baik.
Jawaban Lainnya

B. Karsinoma sel basal: nodul dengan luka di


bagian tengah, mudah berdarah, tepi luka
menggulung, “ulkus rodent” (khas).
C. Melanoma maligna:perubahan nevus/ tahi
lalat yang mengalami perubahan warna, Lentigo solaris
ukuran, batas tidak tegas, dll (kriteria ABCDE).
C. Lentigo solaris: makula pigmentasi batas
tegas dan lesi ini tidak hilang saat musim
tertentu (kalau frekles bisa hilang). Frekles

B. Xanthoma: lesi berupa akumulasi lipid di xanthelasma


kulit, bisa berupa papul/ plak, kekuningan
atau sewarna kulit, khas pada palpebra
disebut xanthelasma.
Jadi, diagnosis yang sesuai adalah…
174

A.Karsinoma sel skuamosa


175 E. Nikolsky sign
• Luka lepuh pada hampir seluruh tubuh
disertai rasa nyeri.
• Luka lepuh timbul akibat pecahnya
gelembung berisi cairan jernih.
• Riw. sariawan di mulut dan bibir yang
terasa nyeri sehingga sulit makan 4
bulan yang lalu.
• PF: bula yang kendur di seluruh tubuh

Pemeriksaan yang tepat adalah...


Steroid sistemik adalah manajemen utama untuk kasus
pemfigus vulgaris
Pemfigoid bulosa
Pilihan lainnya
cigarette
paper skin
• A. Auspitz sign : psoriasis (muncul titik perdarahan jika kulit lesi dikerok)
• B. Darrier sign : urtikaria (jika kulit diberikan gesekan akan muncul urtika)
• C. Cigarette paper test : dermatitis seboroik (kulit tampa kering dan keriput)
• D. Koebner Phenomenon : psoriasis (muncul lesi baru pada daerah bekas
luka
175 Jadi, pemeriksaan yang sesuai
adalah…

E. Nikolsky sign
D. Ear toilet + tampon antibiotik
176 basitrasin + analgetik oral

• KU: Nyeri telinga kanan


• Riwayat sering korek-korek telinga 
trauma lokal risiko bakteri mudah masuk
• PF: nyeri tekan tragus (+), liang telinga
hiperemis, menyempit, MT sulit
dievaluasi

• Dx: otitis eksterna difusa


• Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat
menekan perikondrium atau membuka mulut,
ggn pendengaran
OE AKUT

KLASIFIKASI • DIFUS (Swimmer’s Ear)


– 2/3 dalam  kulit liang telinga hiperemis dan
OTITIS EKSTERNA
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
OE MALIGNA – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
sekret bau

• Terutama pada orang tua atau


imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
• GEJALA: Paresis N VII, destruksi tulang
temporal
Manajemen otitis eksterna
• Otitis eksterna sirkumskripta:
• Antibiotik salep, seperti polimiksin B / basitrasin, atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol)
• Otitis eksterna difusa
• Ear toilet
• Tampon telinga dengan antibiotik
• Analgetik
• Kadang diperlukan antibiotik sistemik bila gejala berat
(nyeri tragus berat, obstruksi total liang telinga dan
infeksi meluas ke jaringan ikat longgar dan KGB disekitar
liang telinga)
Jawaban Lainnya
• A. Ear toilet + tampon hidrokortison+ analgetik
tidak adekuat karena perlu antibiotik
• B. Ear toilet + antibiotik sistemik + analgetik oral
antibiotik sistemik mungkin diperlukan, tetapi lebih
penting penggunaan antibiotik topikal dalam
bentuk tampon
• C. Ear toilet + antibiotik topikal oles + analgetik oral
 antibiotik dalam bentuk tampon
• E. Ear toilet + Karbogliserin  tidak ada indikasi
karbogliserin (untuk kasus serumen prop)
Jadi, tatalaksana terbaik pasien ini
adalah…
176 D. Ear toilet + tampon
basitrasin+ analgetik oral
D. NIHL; lama pajanan 4
177 jam
• Laki-laki, 30 tahun
• pekerja pabrik penempaan besi sejak 2
tahun
• mendengar suara bising di lingkungan
kerjanya.
• Intensitas 88 dB  bising 85dB atau lebih
merupakan faktor risiko untuk NIHL
• Berapakah lama pajanan yang diizinkan
untuk mencegah terjadinya gangguan
pendengaran?
Noise induce hearing loss
Sinonim = Gangguan pendengaran akibat bising
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Bising dg intensitas 85dB atau lebih dapat merusak
organ Corti terutama reseptor bunyi 3000-6000 Hz
disertai kerusakan terberat pada reseptor bunyi 4000
Hz
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel dan
robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
• Riwayat bekerja di lingkungan bising jangka panjang (≥ 5
tahun)
• Sulit komunikasi dengan latar belakang bising (Cocktail
party deafness)
• Dapat disertai tinitus
• Tes penala tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiologi khusus fenomena rekrutmen
(pendengaran lebih sensitif terhadap kenaikan intensitas
bunyi yang kecil)
• Audiometri nada murni tuli sensorineural pada 3000-
6000 Hz disertai takik patognomonik pada 4000 Hz
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
• Intensitas
• Frekuensi
• Lama paparan
• Jenis bising
• Sensitivitas individu
• Peraturan
• Permenakertrans No,
13 Tahun 2011
Jawaban Lainnya
• A. Presbiakusis; lama pajanan 8 jam  usia tua, tuli
sensosris, pajanan bising (-); lama pajanan salah
• B. SNHL; lama pajanan 4,5 jam  kurang tepat
karena istilah lebih khas untuk NIHL; lama pajanan
salah
• C. Gangguan pendengaran akibat bising; lama
pajanan 8 jam  salah pada lama pajanan
• E. NIHL; lama pajanan 8 jam  salah pada lama
pajanan
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

D. NIHL; lama pajanan 4


177 jam
178 D. CT Scan

• KU :keluar lendir hijau dan berbau


sejak 1 minggu dari hidung.
• rasa tertekan di wajah, terutama daerah
pipi kanan, dan nyeri kadang dirasakan.
• PF suhu 37.8 C, nyeri ketok pipi kanan,
rinoskopi ditemukan konka edem, pus
purulen, post nasal drip (+).
Transiluminasi redup
• Diagnosis: Sinusitis maksilaris
• Pemeriksaan baku emas?
SINUSITIS
• KUMAN TERSERING: STREPTOCOCCUS
PNEUMONIA, HAEMOPHILUS INFLUENSA
• SINUSITIS AKUT < 4 MINGGU
• Nyeri wajah, sekret hidung purulen, post nasal drip,
dapat disertai demam. Faktor risiko ISPA, polip,
infeksi gigi, hipertrofi adenoid.
• PF : nyeri ketok wajah, rinoskopi ditemukan konka
edem, pus purulen, post nasal drip (+).
Transiluminasi redup
• PENUNJANG:
• FOTO POLOS (OPASIFIKASI PADA SINUS)
• WATERS (MAXILA, FRONTALIS)
• CALDWELL (ETMOID, FRONTALIS)
• LATERAL (SPHENOID)
• CT-SCAN  GOLD STANDAR
• TATALAKSANA:
• TOPIKAL STEROID, DEKONGESTAN ATAUPUN
ORAL DEKONGESTAN, MUKOLITIK
• AMOXICILIN 3X500 MG 10 HARI
Berbagai Posisi X Ray
• Waters: menilai sinus maksila, frontal, etmoid,
sphenoid
• Caldwell: Menilai sinus frontal, etmoid, bola orbita,
dinding orbita medial, os zigoma, os nasal, septum
nasi, mandibula
• Lateral: menilai sinus sphenoid
• Schuller: menilai mastoid, kanalis akustikus
eksternus, TMJ
Jawaban Lainnya
• A. Foto rontgen Waters  maxilla, frontalis
• B. Foto rontgen Schuller  mastoid
• C. Foto rontgen Caldwell  etmoid, frontalis
• E. MRI
Jadi, baku emas pasien ini adalah…

178 D. CT scan
179 B. Steroid intranasal
• KU: tidak bisa bernafas apabila tidur
miring
• Sering bersin pagi hari
• PF: benjolan berwarna putih
keabuan, bertangkai, bisa
digerakkan, tidak nyeri, tidak
mengecil dengan epinefrin
• Diagnosis Polip Nasi
• Tatalaksana medikamentosa awal
yang tepat?
Polip Nasal • Polip VS Hipertrofi Konka
• Bertangkai
• Mudah digerakkan
• Pertumbuhan massa • Lunak
bertangkai jinak di hidung • Tidak nyeri
(putih keabu-abuan) • Tidak mengecil dengan
vasokonstriktor
• Predisposisi: • Tidak mudah berdarah
• Rhinitis alergi
• Sinusitis kronik • Terapi:
• Steroid intranasal
• Iritasi
• Operasi
• Kelainan anatomi hidung:
deviasi septum, hipertrofi
konka
• Gejala:
• Hidung terasa tersumbat;
progresif
• Gangguan penciuman
• Nyeri kepala
Jawaban Lainnya
• A. Vasokonstriktor intranasal untuk kasus hipertrofi konka
• C.Polipektomi  definitif, bukan medika mentosa
• D. Antibiotik topikal tidak sesuai untuk kasus
• E. Antibiotik oral pada kasus infeksi, tidak sesuai untuk kasus
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

179 B. Steroid intranasal


E. Stop dekongestan topikal,
180 ganti dengan kortikosteroid oral

• KU: Pilek dan hidung buntu sejak 2 minggu


• Awalnya, Demam (+), hidung tersumbat
• Menggunakan tetes hidung  Demam (-)
• Riw. Pemakaian dekongestan sejak 3 tahun
terakhir

• Diagnosis: Susp. Rhinitis medikamentosa


• Tatalaksana?
Rinitis Medikamentosa

• Gangguan respon normal vasomotor hidung akibat


pemakaian vasokonstriktor topikal lama dan berlebihan
• Gejala
• Hidung tersumbat terus menerus
• Edema / hipertrofi konka, tidak berkurang dengan tampon
adrenalin
• Tatalaksana:
• Hentikan pemakaian vasokonstriktor
• Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek lalu tapp-off
• Dekongestan oral
Jawaban Lainnya
• A. Nasoendoskopi  terlalu invasif untuk kasus
rinitis
• B. Skin patch test  dermatitis kontak
• C. Tambahkan dekongestan oral  tetap perlu
menghentikan dekongestai topikal
• D. Tambahkan dosis dekongestan topikal 
semakin memperparah
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

180 E. Stop dekongestan


topical, ganti Steroid Oral
C. Masih boleh berenang
181 tetapi tidak terlalu sering

• KU: keluar cairan dari telinga


setelah berenang. Riwayat
keluhan cairan hilang timbul
sejak 1 tahun yang lalu
• PF: perforasi MT sentral

• Diagnosis: OMSK
• Edukasi yang kurang tepat?
OMSK
Infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul yang
berlangsung lebih dari 2 bulan / >6
minggu
KLASIFIKASI
OMSK:
OMSK TIPE AMAN/BENIGNA OMSK TIPE
• PERADANGAN HANYA BAHAYA/MALIGNA/TULANG
MUKOSA • PERADANGAN SAMPAI TULANG
• PERFORASI SENTRAL • PERFORASI MARGINAL / ATIK
• KOLESTEOTOMA (-) • KOLESTEOTOMA (+)
• TATALAKSANA: • TATALAKSANA: BEDAH !!
NEOMISIN+POLIMISIN B
TOPIKAL + EAR TOILET
Terapi OMSK
• Edukasi
• Tidak mengorek telinga
• Air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi
• Dilarang berenang
• Segera berobat
• Bila penyakit sudah tenang  sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi
(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran.
• Prinsip pengobatan OMSK adalah:
• Membersihkan liang telinga dan kavum timpani. Bila sekret keluar terus
menerus diberikan H2O2 3% selama 3 – 5 hari.
• Pemberian antibiotika : topikal antibiotik ( antimikroba) dan sistemik.
• Pembedahan  OMSK maligna
Pilihan lainnya
• A. Tidak mengorek telinga benar
• B. Air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi 
benar
• D. Segera berobat  benar
• E. sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi jika
infeksi sudah teratasi  benar
Jadi, edukasi yang kurang tepat
pasien ini adalah…
C. Masih boleh berenang
181 tetapi tidak terlalu sering
182 A. Ig E spesifik
• An Hadi, 4 tahun, diantar orang tuanya
dengan keluhan bersin lebih dari 6 kali
setiap pagi.
• hidung berair dan buntu, mata berair,
riwayat penyakit keluarga ayah asma,
ibu alergi telur dan tongkol.
• Pemeriksaan didapatkan mukosa
dengan sekret bening.
• Dx susp Rinitis alergi

• Penunjang yang tepat


Pemeriksaan penunjang rinitis
alergi
• In vitro
• Eosinofil darah tepi
• IgE total atau IgE spesifik dengan RAST atau ELISA
• In vivo
• Uji Cukit Kulit
• Imaging
• Nasoendoskopi

BUKU AJAR THT-KL. Edisi ke-6. FKUI


Jawaban lain
• B. Skin Patch test  tidak relevan karena tes ini
untuk kasus DKA
• C. PPD Test  Purified protein derivative test =
pirquet test = mantoux = tuberculin
• D. Basofil darah tepi  tidak tepat.
• E. Pirquet test = PPD test
Jadi, pemeriksaan kasus ini,

182 A. Ig E spesifik
183 E. Obat cuci telinga

• Anak 6 tahun, nyeri kedua telinga,


sejak 3 hari.
• Demam tinggi dan rewel. Sering batuk
pilek.
• MAE normal, membran timpani
hiperemis dan menonjol, sekret (-).

• Terapi yang KURANG sesuai adalah...


Otitis Media Akut
STADIUM TATALAKSANA

OKLUSI: retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

HIPEREMIS: membran timpani hiperemis +


Antibiotik + tetes hidung + analgetik
edema
SUPURASI: membran timpani menonjol/
Antibiotik + miringotomi
bulging + sangat nyeri
PERFORASI: membran timpani ruptur,
Antibiotik + cuci dengan H2O2 3%
pasien merasa ‘sembuh’ karena nyeri
(3-5 hari)
berkurang
RESOLUSI: membran timpani menutup.
Resolusi gagal jadi otitis media supuratif Antibiotik
kronik (OMSK) > 6 minggu
Antibiotik untuk OMA

• First line : Amoxicillin  dosis 90mg/ kg/ hari


dibagi 2 dosis (max. 3 gram perhari)
• Risiko beta-lactam resisten : amoxicillin-
clavulanate  dosis amoxicillin 90mg/ kg/ hari
dan klavulanat 6.4 mg/ kg perhari dibagi 2 dosis
(max. amoxicillin 3 gram perhari)
• Risiko resisten : mendapat beta-lactam dalam 30 hari, rekuren OMA
Contemporary Pediatrics.modernmedicine
Jawaban Lainnya
• A. Miringotomi: tindakan ini termasuk dalam terapi
OMA supurasi.
• B. Antibiotik: obat ini sesuai untuk terapi OMA
supurasi.
• C. Obat tetes hidung: obat ini termasuk salah satu
terapi OMA supurasi.
• D. Antipiretik: obat ini dapat diberikan karena di
kasus disertai demam.
• E. Obat cuci telinga: jawaban yang tepat karena
seharusnya dilakukan pada OMA perforasi.
183 Jadi, terapi yang KURANG sesuai
adalah…

E. Obat cuci telinga


184 C. Cauliflower ear

• Pria 27 tahun, nyeri telinga kiri,


demam sejak 2 hari.
• Petinju.
• PF: pinna sinistra edema dan
hiperemis.

KOMPLIKASI kasus di atas adalah…


Hematoma Aurikuler

• Etiologi: trauma
• Akumulasi darah di perikondrium
telinga
• Perlu aspirasi, namun bila tindakan ini
tidak steril berisiko perikondritis.
Perikondritis  Cauliflower ear
• Infeksi pada perikondrium kartilago daun telinga.
• Inflamasi lama merusak tulang rawan telinga.
• Faktor risiko: trauma, gigitan serangga, luka bakar, menindik
telinga pada tulang rawan.
KOMPLIKASI PERIKONDRITIS : telinga kisut (CAULIFLOWER EAR)

KOMPLIKASI
Jawaban Lainnya

• A. Hematom aurikuler: akumulasi darah di


perikondrium, risiko menjadi perikondritis dan
akhirnya mengakibatkan cauliflower ear
• B. Otitis media supuratifa kronik: salah karena
MAE dan MT dalam batas normal.
• C. Cauliflower ear: jawaban yang benar.
• D. Mastoiditis: salah karena tidak dijelaskan
tanda radang di daerah mastoid dan tidak ada
riwayat OMA/ OMSK.
• E. Perikondritis: salah karena yang ditanyakan
adalah komplikasi.
184 Jadi, komplikasinya adalah…

C. Cauliflower ear
B. Bentuk anatomis tuba
185 eustachius pada anak-anak lebih
mendatar
• Anak kecil nyeri telinga kanan
• Batuk pilek demam dirasakan sebelumnya.
• Membran timpani kiri dengan hiperemis dan
terkesan menonjol keluar. Setelah dilakukan
pungsi, tampak cairan kental kekuningan keluar,
dan anak kembali tenang.
• Menurut dokter, kasus ini lebih sering ditemukan
pada populasi anak dibanding dewasa.

• Apakah faktor yang mendasari kondisi tersebut?


Otitis Media Akut
STADIUM TATALAKSANA

OKLUSI: Retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

HIPEREMIS: membran timpani hiperemis +


Antibiotik + tetes hidung + analgetik
edema

SUPURASI: BULGING + SANGAT NYERI Antibiotik + miringotomi

PERFORASI: membran timpani RUPTUR,


Antibiotik + cuci dengan H2O2 3% (3-5
pasien merasa ‘sembuh’ karena nyeri
hari)
berkurang
RESOLUSI: membran timpani menutup.
Resolusi gagal jadi otitis media supuratif antibiotik
kronik (OMSK) > 6 minggu
Antibiotik untuk OMA

• First line : Amoxicillin  dosis 90mg/ kg/ hari


dibagi 2 dosis (max. 3 gram perhari)
• Risiko beta-lactam resisten : amoxicillin-
clavulanate  dosis amoxicillin 90mg/ kg/ hari
dan klavulanat 6.4 mg/ kg perhari dibagi 2 dosis
(max. amoxicillin 3 gram perhari)
• Risiko resisten : mendapat beta-lactam dalam 30 hari, rekuren OMA
185 Jadi, mekanismenya adalah…

B. Bentuk anatomis tuba eustachius


pada anak-anak lebih mendatar
186 E. Disfusi tuba eustachius

• Telinga terasa penuh


• Seperti mendengar suara gemericik
saat menguap
• Riwayat sering flu batuk pilek
• MT retraksi dan terkesan ada bubble
(+), darah (-).

• Apa kemungkinan yang mendasari


keluhan pasien saat ini?
Otitis
Media
Efusi
• Peradangan non bakterial mukosa
kavum timpani
• Ditandai terkumpulnya cairan yang
tidak purulen (serous atau mucus)
tanpa tanda infeksi
• Etiologi
• Kegagalan fungsi tuba eustachius
• Alergi
• Otitis media yang belum sembuh
sempurna
Diagnosis
• Anamnesis
• Telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg
• Pendengaran menurun
• Terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan atau
menguap
• Pemeriksaan fisik :
• imobilitas gendang telinga pada penilaian otoskop pneumatik.
• MT terlihat lebih kusam dan keruh.
• Maleus tampak pendek, retraksi dan berwarna putih kapur.
• reflek cahaya berubah atau menghilang
• garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi
KLASIFIKASI

- Otitis media serosa akut (sekret terbentuk tiba2)


Keluhan utama : terasa seperti ada cairan mengalir di
dalam telinga, mendengar suara sendiri lebih
keras/berbeda (diplakusis binaural)
Pemeriksaan khas : membran timpani retraksi, gambaran
gelembung udara dalam membran timpani.
- Otitis media serosa kronik / otitis media mukoid / glue
ear (sekret lama-lama mengental)
Keluhan utama : gangguan pendengaran (tuli konduktif)
Pemeriksaan khas : membran timpani suram/ keruh,
seperti ada sekret kental di balik membran timpani.
Tatalaksana
• Terapi farmakologis • Terapi nonfarmakologis
• Antibiotik, • Miringotomi
• Steroid • Tube ventilasi
• Antihistamin (Grommet tube)
• Dekongestan (Bila tidak ada perbaikan
• Mukolitik. dengan medikamentosa)
Jawaban Lainnya
• A. Hipersensitivitas tipe 1
• B. Obstruksi canalis aurikularis
• C. Kekakuan tulang pendengaran  mekanisme
otosklerosis
• D. Kekakuan membran timpani  mekanisme
timpanosklerosis
186 Jadi, mekanismenya adalah…

E. Disfusi tuba eustachius


187 A. Aminoglikosida

• Pendengaran terganggu, telinga


berdenging, pusing berputar
• Riwayat suntik obat sejak 3 minggu
yang lalu karena batuk lama dan BTA
(+).
• Pada pemeriksaan didapatkan tuli
sensorineural bilateral.

• Apa kemungkinan antibiotik


penyebab keluhan pasien?
Ototoxic Drugs

• Gejala : Tinitus, gangguan


pendengaran (tuli sensorineural), dan
vertigo
• Obat Ototoksik
• Aminoglikosida  streptomisin,
neomisin, kanamisin, gentamisin,
amikasin
• Eritromisin
• Tetracycline
• Loop Diuretik  furosemid
• Anti inflmasi  aspirin
• Anti Malaria  kina dan klorokuin
Jawaban Lainnya
• B. Penisilin
• C. Florokuinolon  efek samping : gangguan tulang
rawan
• D. Sefalosporin
• E. Kloramfenikol  efek samping : supresi sumsum
tulang menyebabkan anemia aplastik
187 Jadi, penyebabnya adalah…

A. Aminoglikosida
188 D. Output

• Cakupan kunjungan ibu hamil


pada periode oktober-november
di puskesmas tersebut di bawah
95 %.

• Indikator sistem apa yang


tercermin dalam evaluasi
tersebut ?
ANALISIS
• Output : hasil yang diinginkan dari suatu proses,
biasanya dinyatakan secara kuantitatif. Misal :
jumlah buku yang dicetak, jumlah peserta yang
hadir.
• Outcome : hasil yang diinginkan dari suatu proses,
biasanya dalam bentuk suatu perubahan. Misalnya,
penurunan angka kematian, kenaikan angka
harapan hidup.
• Outcome yang berlaku pada pada populasi luas dan
bertahan lama = IMPACT
188 Jadi, indikatornya...

D. Output
189 D. ≥ 10 meter

• Bapak Firmi ingin membangun rumah baru dengan


sumur bor sebagai sumber mata air untuk keperluan
sehari-hari.
• Dekat lokasi rumah yang akan dibangun terdapat
septic tank milik rumah tetangganya

• Berapakah syarat jarak minimal sumur untuk


sumber mata air terhadap septic tank?
• Pada umumnya dapat dikatakan jarak yang
aman tidak kurang dari 10 meter dan
diusahakan agar letaknya tidak berada di
bawah tempat-tempat sumber
pengotoran .
• Jarak tangki septik dan bidang resapan ke
bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih =
10 m dan sumur resapan air hujan 5 m.
MENURUT DEPKES RI 1985, KRITERIA JAMBAN SEHAT:
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

189 D. ≥ 10 meter
190 C. Case finding aktif

• Terjadi KLB diare pada 7 desa (jumlah


penduduk sebesar 5400 orang)
• Sebanyak 190 orang berobat ke
puskesmas, 77 orang di rawat inap
dan 3 orang meninggal dunia.
• Petugas puskesmas ingin melihat
langsung penyebab pasien yang
berobat maupun yang tidak berobat.
Metode yang digunakan adalah?
Surveilans Epidemiologi

Petugas ingin melihat langsung penyebab pasien


yang berobat maupun yang tidak berobat
SURVEILANS PASIF
• Laporan rutin kasus penyakit yang datang ke
provider kesehatan
• Tidak ada usaha khusus untuk menemukan
unsuspected disease

SURVEILANS AKTIF
• Door to door surveys  untuk
=case finding aktif menemukan suatu kasus dalam
komunitas
• AKTIF MENEMUKAN
• Sentinel KASUS
Surveilans adalah kegiatan analisis data
SURVEILANS SENTINEL dengan cara pengumpulan dan pengolahan data
TERUTAMA YANG TIDAK DATANG
secara terus menerus yang dilakukan di wilayah/
BEROBAT
unit yang terbatas atau sempit. (Depkes RI, 2004)
• Mengambil data TIDAK dari semua pekerja medis,
tapi ditetapkan random ataupun bertujuan
• Investigasi intensif kepada suatu kasus
Jadi, jawaban soal adalah
190
C. Case finding aktif
B. Puskesmas sebagai pusat
191 pelayanan kesehatan strata
pertama

• Sasaran cakupan menjadi dua


kali lipat dengan tujuan
meningkatkan upaya
pencegahan penyakit.

• Bagaimana peran puskesmas


yang tercermin sesuai dengan
Permenkes 75 tahun 2014? ?
Permenkes No 75 tahun 2014
• Puskesmas sebagai gate keeper  layanan
kesehatan primer
• Dibedakan menjadi UKP dan UKM sesuai dengan
instruksi dalam SKN.
Dalam SKN 2009:
• UKP :
- Primer, dilaksanakan oleh dokter di faskes primer
(puskesmas)
- Sekunder, dilaksanakan oleh dokter spesialis di faskes
sekunder (RS tipe C, D)
- Tersier, dilaksanakan oleh dokter subspesialis di faskes
tersier (RS tipe A, B)
• UKM :
- Primer , menjadi tanggung jawab dinkes kabupaten yang
didelegasikan ke puskesmas
- Sekunder, menjadi tanggung jawab dinkes kabupaten
- Tersier, menjadi tanggung jawab dinkes provinsi, kemenkes
191 Jadi, peranannya adalah…
B. Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata
pertama
D. Sick care system, work, family,
192 psycho-social-economy factor

• Ibu pasien seorang buruh pabrik yang


harus bekerja 10 jam sehari.
• Ibu tidak sempat membawa anak ke
puskesmas untuk imunisasi karena
harus bekerja mencari nafkah.
• Ayah pasien sudah meninggal akibat
kecelakaan bermotor.
• Faktor yang ada pada kasus menurut
teori mandala ?
TEORI MANDALA 
komponen – komponen
yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia
ANALISIS
• Anak 12 bulan dibawa ke puskesmas karena batuk
pilek sementara imunisasi dasarnya tidak lengkap
 pola pikir sick care, bukan health care (hanya
berorientasi kuratif)
• Ibu tidak sempat membawa anak ke puskesmas
untuk imunisasi karena harus bekerja mencari
nafkah  work, faktor psiko-sosial-ekonomi
• Ayah pasien sudah meninggal akibat kecelakaan
bermotor  family
Teori lain
192 Jadi, masalahnya adalah…

D. Sick care system, work, family,


psycho-social-economy factor
193 D. Ergonomi
• Pasien kerja di pabrik
• Duduk lama 8-9 jam
• Bangku rendah, postur pasien tinggi
 Posisi duduk tidak ideal karena
lutut terlalu menekuk

• Masalah terkait kesehatan kerja


• Bahaya Potensial apa?
Potensial Bahaya

FISIK Radiasi, temperatur, bunyi (bising), listrik

KIMIA Zat kimia, baik padat, cair, dan gas yang dapat
menimbulkan efek (debu, gas, uap, asap)
BIOLOGI Agen biologis, seperti hewan, darah, jamur, gigitan
serangga
PSIKOSOSIAL Lingkungan kerja dengan "bully-ing", beban kerja yang
terlalu tinggi, tidak ada rekan kerja

ERGONOMI Posisi tubuh yang menimbulkan stresor, seperti tinggi


bangku, gerakan berulang
Jadi, yang paling tepat adalah…

193 D. Ergonomi
194 B. Crash Program
• Daerah A selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai Universal Child Immunization (UCI).
• angka kematian bayi akibat PD3I cukup tinggi.
• Fasilitas kesehatan dan infrastruktur lain dinilai
masih kurang.
Ketiganya adalah Kriteria pemilihan daerah untuk crash program

• Untuk mencegah terjadinya KLB polio dan


campak
• Apa program intervensi yang dimaksud?
Imunisasi

• Bayi
Rutin • Wanita Subur
• Anak SD

• Backflog fighting
• Crash Program
• Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Tambahan
• Sub PIN
• Catch up Campaign
• Outbreak Response Immunization (ORI)
Kegiatan Imunisasi Tambahan

• Backflog fighting
• Upaya melengkapi imunisasi dasar anak <3 tahun. Prioritas
daerah yang 2 tahun berturut-turut tidak capai UCI
• Crash Program
• Intervensi cepat cegah KLB.
• Kriteria daerah
• Angka kematian bayi akibat penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi (PD3I) tinggi
• Infrastruktur dan fasilitas kesehatan jelek
• 3 tahun berturut-turut tidak capai UCI
• Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
• Serentak, seluruh Indonesia. Bertujuan memutus penyebaran
penuyakit. Diberikan tanpa pandang status imunisasi
sebelumnya.
Imunisasi Tambahan
• Sub PIN
• Mirip PIN, namun tidak seluruh negara melainkan
daerah tertentu saja
• Catch up Campaign Campak
• Upaya memutus penularan campak pada anak usia
sekolah dasar
• Outbreak Response Immunization (ORI)
• Imunisasi dalam penanganan KLB
Jadi, yang paling tepat adalah…

194 B. Crash Program


195 E. Early diagnosis

• Pasien datang dengan keluhan


batuk berdahak 1 bulan, BTA
positif Sudah sakit
• Dokter menyarankan anak
pasien agar di tes mantoux

• Tindakan yang dilakukan dokter


termasuk?
Level of Prevention

• Primer = pasien belum sakit


• Health promotion (promosi kesehatan)
• Specific protection (contoh : imunisasi)
• Sekunder = pasien sudah sakit
• Early diagnosis (diagnosis dini, seperti pemeriksaan
laboratorium)
• Prompt treatment (tatalaksana sesuai kasus)
• Tersier = penyakit sudah berkelanjutan
• Disability limitation (pencegahan komplikasi yang
lebih lanjut)
• Rehabilitation (pengembalian fungsi, seperti
pemberian kaki palsu pada penderita DM yang
harus menjalani amputasi)
Jawaban Lainnya
• A. Perlindungan spesifik = primer, saat pasien masih
sehat
• B. Pencegahan primer = istilah general, saat pasien
masih sehat
• C. Health promotion = primer, saat pasien masih
sehat
• D. Disability limitation = tersier, saat pasien sudah
kehilangan kemampuan
Jadi, tindakan dokter ini adalah…

195 E. Early diagnosis


196 C. Pencekikan

• Korban meninggal di kamar kos


• Terdengar teriakan
• PL: bercak perdarahan konjungtiva,
trauma fisik, terdapat lecet
berbentuk bulan sabit di leher. PD:
trauma internal (-), bendungan organ
 tanda asfiksia

• Penyebab kematian?
Penyebab, Mekanisme & Cara Kematian

• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit • Cara kematian: menjelaskan


yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga bagaimana penyebab kematian itu
menghasilkan kematian datang
– Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, • Cara kematian bisa
aterosklerosis dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, atau tidak dapat
• Mekanisme kematian: Kekacauan fisik yang dijelaskan
dihasilkan oleh penyebab kematian
– Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan otak
– Beberapa penyebab bisa memiliki mekanisme • Jadi, pada kasus ini:
yang sama (perdarahan bisa disebabkan oleh • Cara kematian: pembunuhan
luka tusuk, luka tembak, atau kanker) • Penyebab kematian: pembekapan
– Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan • Mekanisme kematian:
kematian melalui beberapa mekanisme (luka mati lemas (asfiksia)
tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa
juga menghasilkan kerusakan jaringan otak)

Sumber :Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Jawaban Lainnya
• A. Perkosaan  tanda” perlawanan, cek fornix
posterior, bukan “penyebab” melainkan istilah
hukum
• B. Dapat ditemukan lecet di sekitar mulut dan
hidung
• D. Keracunan CO  cherry pink
• E. Penjeratan  terdapat jejas tali di leher
Jadi, penyebab kematian korban ini
adalah…
196 B. Pencekikan
197 B. Stillbirth
• Mayat bayi perempuan, BB 2200 gram,
PB 45 cm, plasenta masih melekat,
lanugo (+), panjang kuku jari melebihi
panjang jari tangan dan kaki, labia
mayora sudah menutupi labia minora. 
bayi viabel (bukan aborsi), tanpa tanda
perawatan
• Bayi terlihat biru, kulit melunak.Paru
tidak menutupi rongga dada, krepitasi (-)
tes apung (-)
• Kematian bayi dalam kasus ini tergolong
sebagai?
Penilaian Mayat Bayi

• Bila ditemukan mayat bayi, maka harus dicari


tahu penyebab bayi itu mati:
• Aborsi?
• Infanticide?
• Pembunuhan?
• Pada kasus aborsi, bayi belum sempat
dilahirkan. Pada kasus infanticide, bayi
langsung dibunuh setelah dilahirkan. Pada
kasus pembunuhan, bayi sempat dirawat
terlebih dahulu sebelum dibunuh.

Sumber : Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
4/9/2018
Menentukan Penyebab Kematian Bayi
Apakah bayi sudah matur? (Kalau
belum matur, bisa karena aborsi,
tapi bisa juga karena lahir prematur)
– Bayi matur memiliki PB > 45cm, BB
2500-3500 g, dan LK > 34 cm
Bayi
– Testis dua-duanya sudah turun (laki-
laki) atau labia mayora sudah matur
menutupi labia minora (perempuan)
– Panjang kuku melebihi panjang jari

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Menentukan Penyebab Kematian Bayi
• Apakah paru sudah mengembang? Kalau
paru sudah mengembang, berarti sudah
terjadi pernapasan, berarti bayi sudah
sempat lahir (bukan aborsi, tapi infanticide Bayi
atau pembunuhan)
• Paru memenuhi rongga dada sudah
• Gambaran mozaik (seperti marmer) karena
adanya berbagai tingkatan aerasi sempat
• Tepi paru-paru tumpul
• Ada krepitasi (seperti spons) lahir
• Tes apung paru (+)

• Adakah tanda-tanda perawatan? Kalau ada


perawatan, berarti sudah ada kasih sayang Belum ada
ibu, sehingga digolongkan ke pembunuhan
biasa, bukan infanticide. Kalau belum ada perawatan
perawatan, akan ditemukan:
• Plasenta masih melekat dengan tali pusat dan
infanticide
berhubungan dengan umbilkus
• Masih ada lanugo
Pembunuhan anak sendiri
(INFANTISIDA)
• Ibu kandung yang membunuh anak sendiri tidak lama/pada
saat dilahirkan. Motif adalah "takut ketahuan bahwa ia
melahirkan seorang anak"
• Perhatikan bahwa untuk memenuhi kriteria infantisida, bayi
harus:
• Viabel, artinya usia gestasi >28 minggu, BB >1000 gram,
lingkar kepala >32 cm, panjang tumit-kepala >35 cm, tidak
ada cacat bawaan berat
• Lahir hidup (dada mengembang, konsistensi paru seperti
spons, permukaan paru seperti marmer (mengkilap seperti
mozaik), uji apung paru positif)
• Tanpa adanya tanda perawatan, yakni plasenta masih ada,
tali pusat belum dipotong, verniks kaseosa masih ada, tanpa
adanya makanan/susu, tidak ada pakaian yang dikenakan
• Jika tanpa tanda lahir hidup, digolongkan sebagai
mati dalam kandungan
• Jika sudah ada tanda perawatan, maka digolongkan
sebagai pembunuhan biasa (hukuman lebih berat)
Jawaban lain
• A. Pembunuhan biasa  bayi sempat bernapas,
ada tanda perawatan
• C. Infantisidaparu sudah berkembang
• D. Abortus provokatus kriminalis  aborsi tanpa
indikasi medis
• E. Pembekapan  sebab kematian
Jadi, jawban yang benar adalah…

197 B. Stillbirth
A. Memeriksa jenazah dan menyingkirkan
198 kemungkinan mati tidak wajar

• Nenek Tuwo meninggal di


rumahnya. Ia memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan stroke,
rutin berobat ke dokter lain.
Anak pasien datang pada Anda
dan meminta surat kematian.
• Tindakan anda yang paling
tepat?
Penyebab, Mekanisme & Cara Kematian

• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit • Cara kematian: menjelaskan


yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga bagaimana penyebab kematian itu
menghasilkan kematian datang
– Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, • Cara kematian bisa
aterosklerosis dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, atau tidak dapat
• Mekanisme kematian: Kekacauan fisik yang dijelaskan
dihasilkan oleh penyebab kematian
– Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan otak
– Beberapa penyebab bisa memiliki mekanisme • Jadi, pada kasus ini:
yang sama (perdarahan bisa disebabkan oleh • Cara kematian: wajar
luka tusuk, luka tembak, atau kanker) • Penyebab kematian: stroke?
– Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan • Mekanisme kematian:
kematian melalui beberapa mekanisme (luka perdarahan otak?
tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa
juga menghasilkan kerusakan jaringan otak)

Sumber :Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Analisis
• Hal pertama yang harus dipastikan pada
pembuatan surat kematian adalah
• Pasien sudah meninggal
• Cara kematian: wajar/tidak wajar
• Jika tidak wajar  perlu dilaporkan ke pihak yang
berwajib
• Jika wajar  surat kematian bs diberikan
Jawaban lain
• B. Menolak, karena surat kematian hanya boleh
diberikan oleh dokter yang biasa mengobati
• salah, semua dokter berhak
• C. Langsung memberikan tanpa melakukan
pemeriksaan, cukup dari alloanamnesis anak jenazah
saja
• Tanda pasti kematian patut diperiksa
• D. Memeriksa tanda pasti kematian dan langsung
membuat surat tersebut
• Harus dipastikan mati secara wajar atau tidak
• E. Mengharuskan keluarga membawa surat permintaan
pembuatan surat kematian dari polisi setempat
• Mati wajar tidak perlu surat polisi
Jadi, jawaban yang benar adalah…

198 A. Memeriksa jenazah dan


menyingkirkan kemungkinan mati
tidak wajar
E. Minta keluarga ke polisi untuk
199 minta permintaan visum luka berat

• Ny. Naas, 34 tahun, korban


perampokan  Ditembak di
dagu, dirawat, lalu dipulangkan.
Datang lagi berdarah lagi. 1 hari
kemudian ia meninggal.
• Yang seharusnya dilakukan
dokter terkait visum pasien ini?
Jenis-jenis Visum et
Repertum
VeR hidup
• Definitif: dibuat seketika, dimana korban
tidak memerlukan perawatan dan
pemeriksaan lanjutan sehingga tidak
menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi
luka ditulis derajat I.
• Sementara: dibuat sementara waktu
karena korban memerlukan perawatan dan
pemeriksaan lanjutan sehingga
menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi
luka tidak ditulis.
• Lanjutan: yaitu VeR yang dibuat saat luka
korban telah sembuh atau pindahSumber : rumah
Indonesia.digitaljournals.org
sakit atau pindah dokter atau pulang
paksa. Kualifikasi luka ditulis.
Analisis kasus
• Dokter telah memeriksa di awal, mengetahui
kualifikasi luka
• Bila dipastikan luka pada pasien tersebut
merupakan penyebab kematian luka pada pasien
adalah luka derajat berat (pasal 90) luka yang
menyebabkan kematian
• Dapat dilanjutkan dengan proses otopsi untuk
penyebab kematian
Jawaban Lain
• A. Menjelaskan pada keluarga bahwa visum sudah
tidak dapat dibuat karena pasien telah meninggal
 salah seharusnya masih bisa
• B. Membuatkan surat kematian saja, tanpa visum
et reperteum salah VeR harus dibuatkan terkait
kondiisi pasien
• C. Membuatkan VER sementara dan VER lanjutan
• D. Segera membuatkan VER jenazah
Jadi, jawban yang benar adalah…
E. Minta keluarga ke polisi untuk
199 minta permintaan visum luka berat
200 D. Pembunuhan
• Tn. Gay, 50 tahun ditemukan tergantung di
palang pintu rumahnya.
• Di leher tampak luka lecet tekan mendatar
akibat tali (penjeratan), dan tali tersimpul
mati mendatar dan simpul berada di
belakang. (penjeratan kemungkinan besar
dilakukan orang lain)
• Ditemukan pula kulit dan mukosa sianosis,
sklera hiperemis, ditemukan bendungan pada
organ dalam (tanda asfiksia). Ditemukan
memar tanda kekerasan punggung korban
• Cara kematian Tn. Gay yang tepat adalah...
Penyebab, Mekanisme & Cara Kematian

• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit • Cara kematian: menjelaskan


yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga bagaimana penyebab kematian itu
menghasilkan kematian datang
– Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, • Cara kematian bisa
aterosklerosis dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, atau tidak dapat
• Mekanisme kematian: Kekacauan fisik yang dijelaskan
dihasilkan oleh penyebab kematian
– Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan otak
– Beberapa penyebab bisa memiliki mekanisme • Jadi, pada kasus ini:
yang sama (perdarahan bisa disebabkan oleh • Cara kematian: pembunuhan
luka tusuk, luka tembak, atau kanker) • Penyebab kematian: penjeratan
– Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan • Mekanisme kematian:
kematian melalui beberapa mekanisme (luka mati lemas (asfiksia)
tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa
juga menghasilkan kerusakan jaringan otak)

Sumber :Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Jawaban Lainnya
• A. Wajar akibat sakit
• B. Bunuh diri simpul menyerong keatas
• C. Gantung diri simpul menyerong keatas
• D. Pembunuhan
• E. Penjeratan  sebab kematian
Jadi, Cara kematian korban ini
adalah…
200 D. Pembunuhan
1-50
E. Nalokson, titrasi hingga
1. frekuensi napas adekuat
• Tn. Bustam, 19 tahun
• Penurunan kesadaran
• GCS 11, hipotensi, bradypnea, pin-point
pupil, bising usus menurun
• Needle track (+)  diduga baru
menggunakan obat opioid

• Tatalaksana?
DSM IV TR
Diagnostic criteria for 292.89 Opioid Intoxication
A. Baru menggunakan opiat/ opioid
B. Perubahan psikologis dan perilaku yang bermasalah dan
nyata secara klinis (misalnya euforia diikuti dengan apati,
disforia, agitasi psikomotor atau retardasi psikomotor, dan
penilaian yang terganggu) yang terjadi saat atau segera setelah
penggunaan opiat/opioid
C. Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil yang disebakan oleh
anoksia akibat penggunaan dosis berlebih yang parah), dan
satu atau lebih tanda atau gejala yang terjadi selama atau
segera setelah penggunaan opiat/ opioid:
1. Mengantuk atau koma
2. Bicara cadel
3. Gangguan perhatian dan memori
D. Tanda dan gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis
lainnya dan tidak dapat diterangkan oleh gangguan mental
lainnya, termasuk intoksikasi oleh zat lainnya
Tatalaksana Intoksikasi Opioid
• Opioid  Jenis narkotika yang digunakan melalui suntikan
contohnya adalah morfin, heroin/putauw,
amfetamin/ekstasi, benzodiazepin
• Golongan opioid mencakup heroin, morfin,
opium,methadone,petidin
• Tatalaksana :
• Perbaiki tanda vital (tekanan darah, pernafasan, denyut nadi,
temperatur suhu badan)
• Berikan antidotum Naloxon HCL (Narcan, Nokoba) dengan dosis
0,01mg/kgBB secara IV/IM/SC
• Tujuan pemberian nalokson: perbaikan adekuasi napas, bukan
untuk pemulihan kesadaran
• Kemungkinan perlu perawatan ICU, khususnya bila terjadi
penurunan kesadaran
• Observasi selama 24 jam untuk menilai stabilitas tanda-tanda vital
Jawaban Lainnya
A. N-asetilsistein  antidotum intoksikasi PCT
B. dan C.  Metadon, sebaliknya untuk withdrawal
opioid, bukan intoksikasi opioid
D. Nalokson, titrasi hingga kesadran pulih 
nalokson digunakan untuk perbaikan frekuensi
napas, bukan untuk pemulihan kesadaran
1. Jadi, tatalaksana yang paling sesuai
adalah…
E. Nalokson, titrasi hingga
frekuensi napas adekuat
E. Difenhidramin 50 mg
2. PO
• Tn. Bermuda, 45 tahun, skizofrenia,
mendapatkan pengobatan anti-psikotik
• Timbul gejala berupa leher yang terputar di
satu arah, dengan mata mendelik (krisis
okulogirik)

• Tatalaksana?
Sindroma ekstrapiramidal terkait
penggunaan antipsikotik
Akut / Tardif Gejala Tatalaksana
DISTONIA Dapat akut maupun Torsi, twisting, Benztropin /
kronis (tardif) kontraksi, spasme difenhdiramin (efek
otot, krisis okulogirik antikolinergik)
AKATISIA Dapat akut maupun Kaki tidak dapat diam Lorazepam,
kronis (tardif) propanolol,
difenhdiramin
PSEUDO-PARKINSON Dapat akut maupun Tremor, rigiditas, Benztropin, ganti
kronis (tardif) akinesia/bradikinesia anti-psikotik
(TRAP)
DISKINESIA TARDIF Gerakan mengecap- Prognosis buruk,
(= tardive dyskinesia) ngecap mulut ganti antipsikotik jadi
klozapin dapat
dipertimbangkan

Toronto Notes, 2016


Jawaban Lainnya
• A. Risperidon  antipsikotik, tidak menatalaksana
gejala pasien ini
• B. Bromokriptin  bromokriptin dapat
dipertimbangkan pada kondisi neuroleptic
malignant syndrome (perubahan status mental,
demam, reaktivitas autonom)
• C. Amitriptilin  antidepresan trisiklik
• D. Paroxetin  SSRI
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
E. Difenhidramin 50 mg
2. PO
A. Bipolar tipe 1 episode kini
3. manik dengan gejala psikosis
• Ny. Hambur, 28 tahun
• Berpakaian mencolok, dandan berlebihan, dan suka
membeli barang-barang yang tidak perlu
• Onset 2 minggu yang lalu.
• Tidak pernah tidur saat malam hari
• Merasa satpam sering “bermain mata” dengannya,
serta mendengar suara-suara yang menyatakan
dirinya sangat cantik memesona
• Riwayat murung dan sering menyendiri dikamarnya
3 bulan yll

• Diagnosis?
Sumber: PPDGJ + Medscape
Gangguan Bipolar
• Bipolar I
– Minimal satu episode manik, baik dengan maupun tanpa
episode depresi mayor
– Tata laksana: lithium
• Bipolar II
– Minimal satu episode hipomania dan minimal satu
episode depresi mayor, tidak boleh ada episode mania
– Tata laksana: lithium + antidepresan
• Siklotimia
– Beberapa episode hipomania dan beberapa episode
depresi minor dalam 2 tahun terakhir
• Beda depresi mayor dan minor?
– Pada depresi mayor, aktivitas dan fungsi sehari-hari sangat
terganggu, ada suicidal idea
Sumber: PPDGJ + Medscape
Tatalaksana Bipolar
• Episode manik: lithium
• Episode campuran: asam
valproat
• Episode depresi: lithium +
lamotrigine/antidepresan.
Jadi, jangan beri antidepresan
saja.

Sumber: PPDGJ + Medscape


Jawaban Lainnya
• B. Bipolar tipe 2 episode kini manik dengan ciri psikotik
 bipolar tipe 2 terdiri dari hipomanik dan depresi,
pada pasien sudah termasuk manik
• C. Gangguan bipolar episode kini depresi dengan gejala
psikosis  kurang tepat, saat ini episode manik
• D. Gangguan campuran cemas dan depresi  gejala
cemas dan depresi yang biasanya ringan, bisa disertai
gejala otonom, namun tidak berhubungan dengan
suatu stresor kehidupan.
• E. Gangguan skizoafektif tipe manik  gejala psikosis
dan gangguan mood manik sama sama dominan.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
3. D. Gangguan bipolar episode kini
manik dengan gejala psikosis
4. D. Terapi perilaku dan
kognitif
• Ny. Betty, 30 tahun
• Sesak dan nyeri dada sejak 2 jam yang lalu
• Ia yakin bahwa dirinya mengalami serangan
jantung
• Pemeriksaan normal

• Diagnosis: hipokondriasis
• Tatalaksana paling tepat?
Hipokondriasis
• Kondisi kecemasan yang kronis dimana pendrita
selalu merasa ketakutan yang patologik terhadap
kesehatannya sendiri
• Penderita merasa yakin sekali bahwa dirinya
mengidap penyakit yang parah (serius).
• Hasil interpretasi pasien yang tidak realistis dan
tidak akurat terhadap simtom atau sensasi,
sehingga mengarah pada preokupasi dan ketakutan
bahwa mereka memiliki gangguan yang parah
meskipun tidak ada bukti dari pemeriksaan medis.
Tatalaksana
• Randomized controlled trials now suggest that cognitive-
behavioral therapy (CBT) is efficacious in the treatment of
illness anxiety disorder and may be the recommended
treatment for patients with this disorder.
• Pharmacotherapy is used as an adjunct to psychotherapy
and educational treatments. The goals of pharmacotherapy
are to reduce comorbid symptoms and disorders (eg,
depression), to prevent complications, and, in a few
circumstances, to reduce hypochondriacal symptoms.
• There are no medications approved specifically for the
treatment of hypochondriasis, somatic symptom disorder,
or illness anxiety disorder. Medications are usually started to
treat the comorbid depression or anxiety disorder.

Sumber: medscape
Jawaban lainnya
• A. Fluoxetine 1x20 mg  hanya pendamping
psikoterapi
• B. Sertraline 1x5 mg  hanya pendamping
psikoterapi, dosis tidak tepat
• C. Alprazolam 1x5 mg  hanya pendamping
psikoterapi
• E. Terapi relaksasi  bukan pilihan utama
Jadi, tatalaksana paling tepat pada
pasien ini adalah…
D. Terapi perilaku dan
4. kognitif
5. A. Amfetamin

• An. Durga, 8 tahun,


• Nilai yang tidak pernah bagus setiap kali
ujian.
• Dokter mediagnosa sbg retardasi mental
berat.

• Tatalaksana?
Retardasi Mental
• Suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, ditandai oleh hendaya ketrampilan
selama masa perkembangan, sehingga
mempengaruhi tingkat kecerdasan secara menyeluruh
 dapat terjadi dengan / tanpa gangguan jiwa/fisik
lainnya
• Klasifikasi menurut IQ
• Ringan/mild 50-69  moron
• Sedang/moderate 35-49  imbisil
• Berat/severe 20-34  imbisil
• Sangat berat/profound < 20  idiot

Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III


Tatalaksana
Comprehensive management plan
• Special educators, language therapists, behavioral
therapists, occupational therapists, and community
services that provide social support and respite
care for families affected by MR/ID.

https://emedicine.medscape.com/article/1180
709-treatment
• Obat-obat yang sering digunakan dalam
pengobatan retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.
Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.

• Untuk menaikkan kemampuan belajar pada


umumnya diberikan tioridazin (melleril),
metilfenidat, amfetamin, asam glutamat,
gamma aminobutyric acid (GABA)

https://www.researchgate.net/publication/312
199231_Retardasi_Mental
Jawaban Lainnya
• B. Donepezil  untuk alzheimer
• C. Rivastigminum  alzheimer
• D. Citalopram  SSRI
• E. Duloxetine  SNRI
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

5. A. Amfetamin
6. A. Alprazolam 1 x 0,5 mg
sebelum tidur
• Tn. Dodo, 35 tahun
• Sulit jatuh tidur
• Pasien cemas karena seminggu yang akan
datang akan menjadi wakil kantor untuk
tender proyek

• Diagnosa: Insomnia ec anxietas


• Tatalaksana?
uptodate.com
Jawaban Lain
• B. Alprazolam 1 x 10 mg sebelum jam tidur
• C. Estazolam 1 x 10 mg sebelum jam tidur
• D. Estazolam 1 x 20 mg sebelum jam tidur
• E. Diazepam 1 x 100 mg sebelum jam tidur

• Jawaban lain dosisnya tidak tepat


Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
A. Alprazolam 1 x 0,5 mg
6. sebelum tidur
7. A. Body dysmorphic disorder

• Nn. Pungki, 24 tahun


• Merasa hidungnya tidak mancung,
walaupun rhinoplasty
• IMT 18,5 kg/m2 namun masih ingin
liposuction

• Diagnosis?
Body dysmorphic disorder
• Preokupasi dengan 1 atau lebih kekurangan
penampilan fisik yang tidak tampak (atau tampak
sedikit) bagi orang lain; seringkali menyebabkan
kecemasan sosial dan perilaku menghindar.
Somatoform Disorder
• Somatisasi  banyak
keluhan (subjektif), hasil
pemeriksaan fisik dan
penunjang normal
• Hipokondriak  yakin
menderita 1 penyakit
tertentu, hasil pemeriksaan
normal
• Konversi  ada gangguan
dalam bentuk neurologi
• Psikosomatik  penyakit
fisik ada, kemudian
mempengaruhi psikis
Somatoform Disorder
• Malingering
– Pura-pura sakit dengan tujuan
eksternal, seperti malas kerja atau
mendapatkan narkoba  bukan
penyakit
• Factitious disorder
– Pura-pura sakit karena ingin
mendapat perhatian atau
perawatan, bukan karena tujuan
eksternal  penyakit
Jawaban Lainnya
B. Psikosomatik  kondisi psikis yang dipengaruhi
penyakit fisik
C. Gangguan konversi  gangguan somatoform
dengan manifestasi neurologi
D. Hipokondriasis  gangguan somatoform di mana
pasien yakin dengan 1 diagnosis tertentu
E. Fobia spesifik  kondisi ketakutan terhadap satu
objek tertentu
Jadi, diagnosa sesuai dengan pasien
adalah…
7. A. Body dysmorphic disorder
8. C. Alcohol withdrawal
• Tn. Baqar, 39 tahun
• Kedua tangan bergetar sejak 6 jam terakhir
• Sulit tidur sejak 1 minggu yang lalu
• Mengaku melihat bayangan samar2 seperti
seorang wanita berambut panjang berbaju putih
sejak 3 hari terakhir (halusinasi visual)
• Riwayat alkohol 1 btl/hari; terakhir 3 hari yg lalu
• PF: TD 150/100, nadi 138, napas 24, suhu
37,5

• Diagnosa?
Withdrawal Symptom
• Jenis narkotika yang digunakan melalui suntikan contohnya adalah
morfin, heroin/putauw, amfetamin/ekstasi, benzodiazepin
• Golongan opioid mencakup heroin, morfin, opium, methadone,
petidin
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Substance withdrawal (Putus
Zat) :
• Terjadinya sindroma zat spesifik karena penghentian mendadak
(atau pengurangan) penggunaan zat yang lama dan berat.
• Sindroma diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-
fungsi penting lainnya
• Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun
gangguan mental lainnya.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria
for Opioid withdrawal (Putus Zat)
A. Salah satu dari berikut ini:
1. penghentian mendadak (atau reduksi) penggunaan yang berat dan lama (beberapa minggu atau
lebih)
2. pemberian antagonis opioid setelah suatu periode penggunaan opioid.
B. Tiga atau lebih hal-hal berikut terjadi dalam hitungan menit sampai beberapa hari setelah kriteria
A:
1.mood disforik.
2.nausea atau vomitus
3.nyeri otot.
4.lakrimasi atau rhinorrhea.
5.midriasis,piloerection, atau persipirasi.
6.diare.
7.sering menguap.
8.febris.
9.insomnia.
C. Gejala-gejala kriteria B diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-fungsi penting lainnya
D. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria
for Benzodiazepin withdrawal
Terdapat beberapa tanda yang timbul pada keadaan penghentian
penggunaan benzodiazepin: mereka menunjukkan gejala kecemasan
yang sebenarnya (rekuren), pemburukan gejala kecemasan yag
sebenarnya (rebound) atau kedaruratan gejala baru (true withdrawal) :
• Perubahan mood dan kognisi
• Cemas, khawatir , disforia, pesimis, iritabilitas, obsessif terhadap
masa lalu, dan paranoid
• Perubahan jam tidur
• Insomnia, perubahan jam tidur dan megantuk pada siang hari.
Tanda dan gejala fisik
• Takikardia dan peningkatan tekanan darah, hiperefleksi, ketegangan
otot, gelisah, tremor, mioklonik, nyeri otot dan persendian, mual,
coryza, diaforesis, ataxia, tinitus dan kejang grand mall.
• Perubahan persepsi
• Hiperakusis, depersonalisasi,penglihatan yang kabur, ilusi dan
halusinasi.
Withdrawal Alkohol
• Gejala minimal: insomnia, tremor, ansietas, sakit
kepala.
• Gejala lebih berat: kejang, halusinasi (visual)
• Delirium tremens: halusinasi, disorientasi,
takikardia, hipertensi, hipertermia, agitasi
psikomotor hebat
• Manajemen: suportif, tiamin + glukosa (untuk
pencegahan ensefalopati wernicke), benzodiazepin
untuk agitasi psikomotor.
Alcohol withdrawal Benzodiazepine withdrawal

Opioid withdrawal

Nicotine withdrawal

Goodman and Gilman Manual of Pharmacology and Therapeutics


Section II Neuropharmacology
chapter 24 Drug Addiction
Jawaban Lainnya
A. Nicotine withdrawal  tidak sesuai dengan
manifestasi klinis
B. Nicotine intoxication  tidak sesuai dengan
anamnesis
D. Alcohol intoxication  tidak sesuai dengan
anamnesis
E. Opioid withdrawal  tidak ada riwayat pajanan
opioid
Jadi, diagnosa yang sesuai dengan
8. pasien adalah…
C. Alcohol withdrawal
9. D. Tilikan 3

• Tn. Galau, 28 tahun


• Didiagnosis mengalami skizofrenia paranoid,
sudah berobat 3 bulan terakhir
• Sadar mengalami masalah kejiwaan
• Menyalakahkan orang lain (faktor eksternal),
tidak langsung membeli obat

• Tilikan?
Deskripsi Status Mental
• Deskripsi umum: penampilan, perilaku dan aktivitas
psikomotor, sikap terhadap pemeriksa
• Bicara: intonasi, kecepatan (cepat, lambat)
• Mood: emosi yang bertahan dan mewarnai
persepsi seseorang terhadap dunia, seperti
euforia; iritabel
• Afek: ekspresi yang ditampilkan oleh pasien: luas,
terbatas, dangkal, tumpul. Afek dapat digabungkan
dengan emosi, seperti afek sesuai, afek tidak
sesuai
Deskripsi Status Mental
• Bentuk pikir: produktivitas, arus pikiran
• Isi pikir: waham, preokupasi
• Persepsi: halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi
• Mimpi dan Fantasi
• Sensorium dan fungsi kognitif: di antaranya kesadaran,
orientasi waktu, tempat, orang; konsentrasi, daya ingat
(jangka panjang, pendek, segera), tingkat pengetahuan
• Tilikan
• Daya nilai sosial dan realitas
Tilikan
Tilikan 1: Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
(denial)
Tilikan 2: Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit
dan meminta pertolongan tetapi menyangkalinya pada
saat yang bersamaan
Tilikan 3: Sadar akan adanya penyakit tetapi
menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau faktor
organik yang tidak diketahui
Tilikan 4: Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh
sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya.

http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2015/08/Pemeriksaan-Status-Mental.pdf
Tilikan
•Tilikan 5: Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui
gejala dan kegagalan dalam penyesuaian sosial oleh karena
perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan
pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang
•Tilikan 6: Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran
emosional terhadap motif-motif perasaan dalam, yang mendasari
arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan perubahan
kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan
terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan
orang-orang penting dalam kehidupannya

http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2015/08/Pemeriksaan-Status-Mental.pdf
Jawaban Lainnya
A. Tilikan 0  tidak ada
B. Tilikan 1  denial
C. Tilikan 2  antara menerima dan menyangkal
tentang penyakitnya
E. Tilikan 4  Sadar bahwa penyakitnya disebabkan
oleh sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya
Jadi, tilikan pasien adalah…
9. D. Tilikan 3
10. C. Mekanisme sublimasi

• Tn. Ade, 28 tahun


• Ditinggal pacar 8 bulan yang lalu
• Ditinggalkan pacar karena obesitas
• Join fitness center 7x7 jam seminggu
• Saat ini BB jadi ideal, berniat mendaftar sebagai
bodybuilder

• Mekanisme defensif?
Mekanisme Defensif
• Mekanisme defensif: mekanisme fisiologis yang
secara tidak sadar timbul sebagai respons dari
stimuli sosial/lingkungan yang tidak dapat diterima
• Mekanisme defensif dapat berifat imatur dan
matur
Mekanisme Defensif Imatur
• Fantasi: kecenderungan untuk lari dari kenyataan
dan menyelesaikan konflik dengan berangan-angan
• Proyeksi: dorongan agresif, cemburu benci, takut
ditolak diekspresikan ke dunia luar dengan cara
melimpahkan hal tersebut ke orang lain sehingga
kita mempersepsikan bahwa orang lain lah yang
memiliki hal negatif (bukan kita)
• Hipokondriasis: transformasi perasaan negatif
kepada orang lain menjadi perasaan negatif kepada
diri sendiri dalam bentuk nyeri atau anxietas
Mekanisme Defensif Matur
• Altruisme: mencapai kepuasan personal melalui
perilaku konstruktif terhadap orang lain
• Antisipasi: selalu mengantisipasi baik keberhasilan atau
kegagalan, mempertimbangkan secara kognitif dan siap
secara emosional
• Humor: mengekspresikan ide dan perasaan yang tidak
baik dengan cara yang menyenankan diri sendiri dan
orang lain
• Sublimasi: mencapai pemuasan dengan mendorong
emosi negatif menjadi perilaku positif
• Supresi: keputusan yang disadari atau di bawah sadar
untuk menangguhkan perhatian terhadap konflik dalam
upaya mencari solusi
Jawaban Lainnya
A. Mekanisme reaction formation  bukan mekanise
defensif yang baik; pasien yang sayang namun
menunjukkan perasaaan benci, misalnya
B. Mekanisme altriusme  mencapai kepuasan personal
melalui perilaku konstruktif terhadap orang lain (misal:
bakti sosial)
D. Mekanisme supresi  keputusan yang disadari atau di
bawah sadar untuk menangguhkan perhatian terhadap
konflik dalam upaya mencari solusi
E. Mekanisme humor  mengekspresikan ide dan
perasaan yang tidak baik dengan cara yang menyenankan
diri sendiri dan orang lain
10. Jadi, mekanisme defensif pasien
adalah…
C. Mekanisme sublimasi
11. B. Defisiensi besi

• An. Dumang, 7 tahun


• Perut membuncit
• Punya kebiasaan aneh: makan kuku, arang,
tanah

• Diagnosis: pica
• Komplikasi?
PICA
• Kebiasaan makan benda-benda yang
aneh seperti batu, cat, kertas
• Diduga berkaitan dengan kondisi
defisiensi besi
• Sering pada anak, tetapi bisa terjadi
juga pada orang dewasa (sering pada
orang yang sedang menjalani diet ketat
atau pada wanita hamil)
• Terapi: CBT, psikoterapi, mengobati
penyebab (misal mengobati anemia
defisiensi besi)
Jawaban Lainnya
• A. Defisiensi sianokobalamin  anemia makrositik
• C. Defisiensi asam folat  anemia makrositik
• D. Defisiensi protein  kwarshiorkor
• E. Defisiensi vitamin A  xeroftalmia
Jadi, kondisi yang erat kaitannya
11. dengan pasien adalah …
B. Defisiensi besi
E. Mania dengan peningkatan
12. tekanan intrakranial
• Tn. Anto, 24 tahun
• Berdiri menggunakan 1 kaki sejak 4 jam lalu
• Membutuh tatalaksana ECT
(Electroconvulsive therapy)

• Yang bukan indikasi ECT?


Electroconvulsive therapy
• Indikasi:
• Depresi refrakter
• Risiko bunuh diri yang tinggi
• Risiko medis berhubungan dengan depresi (dehidrasi,
elektrolit, kehamilan)
• Respons yang baik terhadap ECT
• Respons keluarga yang baik terhadap ECT
• Pasien lansia
• Depresi psikotik
• Katatonik
• Skizofrenia akut yang tidak responsif dengan obat
• Mania yang tidak respons dengan obat
• OCD refrakter
Electroconvulsive therapy
• Kontraindikasi:
• Peningkatan TIK
• Riwayat infark miokard (<2 minggu)
• Efek samping:
• Anestesia
• Hilang memori
• Sakit kepala
• Nyeri otot
Jawaban Lainnya
• A. Depresi refrakter dengan dehidras  indikasi
• B. Risiko tinggi bunuh diri  indikasi
• C. Pasien dengan katatonik  indikasi
• D. OCD refrakter  indikasi
Jadi, yang bukan merupakan
12. indikasi ECT adalah …
E. Mania dengan peningkatan
tekanan intrakranial
13. E. CT Scan

• Tn. Sule, 52 tahun


• Nyeri pinggang kanan sejak 1 minggu
• Nyeri tidak menjalar, urin kemerahan
• Nyeri ketok CVA +

• Pemeriksaan baku emas?


Batu pada Pemeriksaan X-Ray

• Calcium containing stones are radiopaque


• calcium oxalate +/- calcium phosphate
• struvite (triple phosphate) - usually opaque but variable
• pure calcium phosphate
• Lucent stones include
• uric acid
• cystine
• Indinavir stones
• pure matrix stones
Pilihan Penunjang
• Tujuan pemeriksaan • Pemeriksaan yang ada:
imaging pada kasus • BNO
batu saluran kemih • IVP
• Menentukan adanya • USG
batu • CT scan
• Evaluasi komplikasi
• Estimasi passage batu
• Pilihan terbaik: CT scan
helical tanpa kontras
• Konfirmasi passage batu
• Sensitivitas dan
• Menilai beratnya batu spesifitas paling baik
dan aktivitas gangguan
yang disebabkan batu • sensitivity of 94-97%
and a specificity of 96-
100%
http://emedicine.medscape.com/article/38199
3-overview
Jawaban Lainnya
A. USG Ginjal  hidronefrosis, gagal ginjal,
pemeriksaan awal
B. MRI ginjal  tidak dianggap baku emas
C. BNO – IVP  bukan gold standard
E. Biopsi Ginjal  ke arah massa tumor
13. Jadi, pemeriksaan baku emas yang
sesuai untuk pasien adalah…
D. CT Scan
14. A. Foley kateter selama 7
hari
• Tn. Rudi, 33 tahun
• Post KLL
• Hematoma abdomen sisi bawah
• Saat dipasang kateter keluar urin bercampur
darah sebanyak 500 cc.
• PP fraktur pelvis & kontras menyebar ke
sekitar

• Tatalaksana?
Ruptur Buli
• Prevalensi 2% dari keseluruhan kasus trauma tumpul,
penyebab paling sering kecelakaan lalu lintas (90%)
• Kebanyakan terjadi bersamaan dengan fraktur pelvis
• Dome/kubah kandung kemih merupakan daerah
terlemah dan tersering mengalami ruptur
• Tanda : gross hematuria, distensi abdomen, tanda
trauma/fraktur pelvis, nyeri, sulit BAK, suprapubic
discomfort
• Gold standard pemeriksaan : retrograde cystogram

Sumber : medscape
Ruptur Buli
Ruptur Buli Ekstraperitoneal Ruptur Buli Intraperitoneal
Paling sering terjadi (80% kasus) Lebih jarang
Berasosiasi dengan fraktur pelvis Berasosiasi dengan cedera langsung
(sudden force) pada kandung kemih yang
penuh
Flame shaped ekstravasasi kontras ke Organ intraperitoneal dibatasi kontras
regio obturator/ ruang prevesicular
Retzius
Tatalaksana : kateter foley 7-14 hari Tatalaksana : repair laparoskopi
CT of the pelvis following contrast shows a Foley catheter (white arrow) in the lumen of
the urinary bladder with ladder in the extraperitoneal spaces (red arrows).
Jawaban Lainnya
• B. Indwelling foley catheter selama 21 hari 
durasi terlalu lama (7-14 hari)
• C. Repair laparoskopi  untuk intraperitoneal
bladder rupture
• D. Laparotomi eksplorasi  tdk relevan dgn kasus
• E. Retrograde sistografi  diagnostik
Jadi, tatalaksana yang tepat untuk
pasien adalah…
14. A. Foley kateter selama 7
hari
15. E. Fenilefrin

• Tn. Bima, 32 tahun


• Ereksi onset 5 jam yang lalu
• Tanpa rangsangan seksual
• Nyeri (+)
• Membaik setelah mendapat terapi injeksi

• Diagnosis: Priapismus
• Tatalaksana?
Priapismus
• Ereksi penis persisten yang berlangsung hingga
berjam-jam dan tidak terkait dengan stimulasi
seksual
• Umumnya hanya melibatkan corpus cavernosa
• Sesuai guideline AUA, lama priapismus didefinisikan
lebih dari 4 jam

https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Jenis Priapismus
• Priapismus Iskemik (veno-oklusif, low flow) adalah ereksi
persisten non seksual dikarakteristikan dengan sedikit atau
tidak ada sama sekali aliran darah di kavernosa dan adanya
gas darah abnormal di kavernosa (hipoksik, hiperkarbik dan
asidosis). Korpus kavernosa kaku dan teraba tender. Nyeri
(+). Merupakan keadaan emergensi
• Priapismus Non iskemik (arterial, high flow) adalah ereksi
persisten non seksual disebabkan oleh aliran arteri
kavernosa yang tidak teregulasi. Gas darah kavernosa tidak
hipoksik ataupun asidosis. Umumnya penis tidak terlalu
kaku dan tidak nyeri. Bukan keadaan emergensi.  terkait
dengan riwayat trauma
• Stuttering (intermittent) priapism adalah bentuk rekuren
priapismus iskemik.

https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Tatalaksana priapismus
Priapismus iskemik
- Aspirasi
- Injeksi simpatomimetik secara intrakavernosa, obat
yang direkomendasikan adalah fenilefrin.
Fenilefrin diencerkan dengan normal salin hingga
konsentrasinya 100 sampai 500 mcg/mL kemudian injeksi
1 mL setiap 3 sampai 5 menit selama 1 jam atau sampai
terjadi resolusi
- Kavernogranular shunt (surgical)
Priapismus non iskemik observasi (aspirasi/injeksi tidak
dianjurkan), umumnya resolusi sendiri, bila pasien minta
boleh dilakukan selective arterial embolization
Jawaban Lainnya
A. Hidralazin  vasodilator, bukan untuk kasus ini
B. Milrinon  vasodilator, bukan untuk kasus ini
C. Atropin  tidak relevan untuk kasus ini
D. Epinefrin  vasokontriktor, namun bukan yang
terpilih pada kasus ini; efek samping jauh lebih
banyak dibandingkan fenilefrin
Jadi, jenis suntikan yang dimaksud
kemungkinan besar adalah…
15.
E. Fenilefrin
16. A. Whirlpool sign

• Tn. Dodi, 30 tahun


• Buah pelirnya mendadak nyeri
• Demam disangkal
• Testis tidak simetris, nyeri didapatkan pada
testis kiri dan nyeri tidak menghilang ketika
testis diangkat  phren (-)

• Gambaran USG?
Torsio testis
• Dipikirkan diagnosis pada kasus
ini adalah torsio testis (“bell-
clapper deformity”)
• Merupakan satu kegawatan
dalam bidang urologi
• Insidens tertinggi saat baru lahir
dan usia pubertas
• Dapat disertai gejala mual dan
muntah
• Posisi testis cenderung horizontal
(dibandingkan vertikal pada
kondisi normal)
• USG  whirlpool sign
• Tx: bedah detorsio yang definitif,
manual detorsio dapat dilakukan Whirlpool sign +
Diagnosis Banding Scrotal Pain
Pemeriksaan Fisik terkait Nyeri
Testis Akut
• Phren sign
• Refleks Kremaster
• Elevasi testis akan
mengurangi nyeri pada • Positif pada epididimitis
epididimitis, tidak pada • Negatif pada torsio
torsio testis testis
Jawaban Lainnya
• B. Filling defect  Ca Buli
• C. Indentasi kaudal pada buli
 BPH
• D. Gambaran tanduk rusa 
staghorn, nefrolitiasis
• E. flattening pada kaliks 
hidronefrosis
Jadi, gambaran pencitraan yang
mungkin didapat pada pasien ini
adalah…
16.
A. Whirlpool sign
17. D. Cefadroxil 2x500 mg
selama 7 hari
• Ny. Milna, 32 tahun , hamil 10 minggu
G2P1A0
• Nyeri saat berkemih
• BAK tidak lampias
• Demam
• leukosit esterase (+)

• Diagnosa: sistitis
• Talalaksana?
Tata Laksana dan Pencegahan
Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan
Artikel P2KB

Ocviyanti D, Fernando D. J Indon Med Assoc, Volume: 62 Nomor 12, Desember 2012
Jawaban Lainnya
• A. Metronidazol 3x500 mg selama 7 hari  bukan
obat pilihan
• B. Cotrimoxazole 2x960 mg selama 3 hari  durasi
5-7 hari
• C. Amoksisilin 3x500 mg selama 14 hari  durasi
5-7 hari
• E. Ciprofloxacin2x500 mg selama 14 hari  durasi
5-7 hari
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
D. Cefadroxil 2x500 mg
17. selama 7 hari
18 A. Usia 6-12 bulan

• Tn. Dudu, 30 tahun,


• Infertil
• PF : Skrotum kiri kosong, didapatkan
benjolan pada inguinal kiri seukuran 3x5 cm.

• Pada usia berapa operasi sebaiknya dilakukan


(memiliki prognosis paling baik)?
Kriptorkidismus
• Keadaan dimana testis tidak turun ke skrotum, disebabkan
oleh testis yang ektopik, tidak turun sempurna, atrofi atau
memang tidak ada
• Etiologi : defisiensi hormon androgen terutama
testosteron
• Testis normalnya berada di rongga retroperitoneal hingga
kehamilan 28 minggu lalu akan turun sempurna pada 40
minggu
• Komplikasi umum  keganasan testis dan infertilitas
• Tatalaksana  hormonal (sudah tidak dianjurkan lagi) dan
bedah
• Pasien ditunggu hingga usia 6 bulan, bila masih belum
turun, maka bedah dilakukan dalam waktu 1 tahun
setelahnya
Guideline AUA on cryptorchidism
Kriptorkismus: lokasi testis
1. Sepanjang jalur turunnya testis, mulai dari
retroperitoneal, tepat di bawah ginjal, hingga
cincin inguinal
2. Kanalis inguinalis (90%)
3. Ektopik (subkutan paha, perineum, skrotum
sebelahnya, kanalis femoralis)
4. Tidak berkembang (hipoplastik) atau abnormal
(disgenetik)
5. Tidak ada (anorchia)
Rekomendasi tentang
pembedahan?
• Spontaneous descent rarely, if ever, occurs after six
months of age
• Treatment before two years (ideally before one
year) of age is associated with improved testicular
growth and fertility potential

https://www.uptodate.com/contents/undescended-testes-cryptorchidism-in-
children-management
18. Jadi, waktu yang tepat adalah…
A. Usia 6-12 bulan
19 D. Rujuk untuk direncanakan
operasi koreksi lubang uretra
• Anak, 3 tahun
• PF: uretra berada di sisi dorsal penis

• Diagnosis: epispadia
• Tatalaksana?
EPISPADIA
• Kelainan kongenital di
mana lubang uretra
ekstrena berada di sisi
dorsal dari penis
• Tatalaksana hanya
berupa tatalaksana
surgikal: multistaged
reconstruction
procedures
HIPOSPADIA
• Orifium uretra eksterna tidak berada di ujung glans penis, tetapi
di bagian bawah (ventral), keluhan pasien: kencing menetes.
TATALAKSANA
• Operatif tubularized incised plate (TIP)

Bedakan dengan:
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan nyeri saat
berkemih, perlu mengedan dan sebelum berkemih ada
gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat diretraksi
tidak dapat dikembalikan lagi, merupakan keadaan emergency
dalam urologi
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal) penis
Jawaban Lainnya
• A. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder  bukan indikasi
• B. Sirkumsisi elektif yang dijadwalkan oleh dokter
umum  bukan kompetensi dokter umum
• C. Rujuk untuk dilakukan sirkumsisi cito  bukan
indikasi sirkumsisi cito
• E. Tunda operasi hingga pasien berusia 17 tahun
atau akhil balik  tidak ada penundaan
Jadi, tindakan dokter yang tepat
19 untuk kondisi anak adalah …
D. Rujuk untuk direncanakan
operasi koreksi lubang uretra
20 A. Zona perifer
• Tn. Bro, 68 tahun
• BAK darah sejak 7 hari terakhir
• DRE: prostat berbenjol-benjol, teraba nyeri
tekan, tampak darah pada hand glove

• Diagnosa: suspek Ca prostat


• Zona anatomik terkait diagnosa?
Karsinoma prostat
• Karsinoma yang cukup sering dijumpai pada laki-laki
• 70% zona perifer
• 15-20% zona sentral
• 10-15% zona transisional
• Gejala umum
• Retensi urin, tanda-tanda obstruksi  mirip BPH
• Hematuria
• Sering disertai nyeri saat berkemih  membedakan dengan
ca buli
• Nafsu makan dan berat badan turun
• RT  prostat keras, berbenjol, bisa disertai nyeri
• Pemeriksaan lab  PSA (prostate specific antigen),
normal = 4 ng/mL
Gejala retensi urin
Penyakit Demam RT Hematuria
BPH - Prostat teraba -
lunak, Pool atas
tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Prostatitis + Prostat teraba -
kenyal, pool atas
teraba, nyeri tekan
(+)
Ca prostat - Prostat teraba +
keras, dapat
berbenjol-benjol,
pool atas bisa
teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
Jawaban Lainnya
• B. Zona sentral 15-20%
• C. Zona transisi 10-15%
• D. Zona marginal : tidak ada zona ini
• E. Zona posterior : tidak ada zona ini
Jadi, zona anatomik yang paling
20 berkaitan dengan diagnosa pasien
adalah …
A. Zona perifer
21. A. Pungsi suprapubik

• Tn. Syafi, 35 tahun


• Post KLL
• Nyeri di selangkangan dan tidak bisa BAK.
• PF : Butterfly rash, darah di meatus uretra,
dan kandung kemih teraba undulasi.
• Tatalaksana?
Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Klasifikasi Goldman untuk ruptur
uretra
Tipe Kriteria
I Uretra intak namun tertarik sehingga ruptur ligamen puboprostatik 
prostat bergerak superior, kontras tidak ekstravasasi
II Kontras ekstravasasi ke rongga ekstraperitoneal namun tidak ada di
perineum, diafragma urogenital inak
III Diafragma urogenital robek, kontras ekstravasasi di rongga
ekstraperitoneal dan perineum
IV Robekan hingga ke leher kandung kemih. Kontras dapat dilihat ekstravasasi
di pelvis ekstraperitoneal dekat uretra proksimal  berpotensi cedera
spinchter uretra internal (inkontinensia urin)
V Klasifikasi ini khusus untuk cedera uretra anterior, distal dari diafragma
urogenital, biasanya terdapat pada straddle injury

Medscape
Tatalaksana ruptur uretra
• Simptomatik
• Atasi retensi urin  akses dari regio suprapubik 
pasang kateter suprapubik
• Bedah  terutama pada ruptur uretra posterior
yang disertai cedera pelvis (koreksi uretra dilakukan
setelah masalah pelvis ditangani)
Jawaban Lainnya
• B. Pasang kateter  Retensi urin pada kasus BPH
• C. Berikan diuretik  edema e.g: CHF, GNAPS,SN
• D. Observasi  tidak bisa hanya diobservasi saja
• E. Aspirasi dari ujung penis  tidak dilakukan!
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

21. A. Pungsi suprapubik


22. B. Transfusi PRC
• Ny. Mei, 65 tahun
• BAK sedikit-sedikit sejak 3 hari
• Bengkak seluruh tubuh
• TD 160/120
• Konjungtiva anemis, edema palpebra, asites,
edema pretibial
• Hb 5,5; Ur 198; Cr 6,4

• Tatalaksana anemia?
CKD
• Abnormalitas strukturatau fungsi ginjal, selama > 3
bulan yang mengganggu kesehatan
Klasifikasi
Tanda & Gejala
• Std 1-3 asimptomatik, std 4-5:
• Asidosis metabolik: malnutrisi energi-protein, kehilangan massa
tubuh, kelemahan otot
• Keseimbangan air-garam: edema perifer, edema pulmonal,
hipertensi
• Anemia: lemah, penurunan kapasitas kerja, ganguan kognitif dan
fungsi imun, penurunan kualitas hidup, resiko gangguan
kardiovaskular, gagal jantung, dan mortalitas akibat penyakit
kardiovaskular.

• Pada pasien CKD St 5 dengan hemodialisa tidak rutin/inadekuat,


dapat mengalami: perikarditis, ensefalopati, neuropati perofer,
restless leg syndr, gangguan GI, manifestasi kulit, somnolen,
failure to thrive, malnutrisi, disfungsi ereksi, disfungsi platelet.
Pemeriksaan penunjang
• Lab:
• DL, UL, albumin, profil lipid, basic metab panel,
• Renal bone disease  serum kalsium & fosfat, 25-hidroksivit
D, alkalin fosfatase, kadar PTH
• Imaging:
• USG ginjal: hidronefrosis (awal obstruksi / dehidrasi), fibrosis,
tumor, adenopati difus, ginjal mengecil dan ekogenik (std
akhir)
• Retrograde pyelography: batu ginjal
• CT: massa/kista, lebih sensitif untuk batu ginjal
• MRI (jika tdk bisa dilakukan CT)
• Renal radionuclide scanning: skrining stenosis arteri
• Biopsi
Tatalaksana
Tatalaksana berdasarkan manifestasi patologis:
• Anemia : erythropoiesis-stimulating agents (ESA) untuk
Hb<10, transfusi utk Hb<7
• Hiperfosfatemia : dietary phosphate binder / restriction
• Hipokalsemia : suplementasi kalsium
• HiperPTH : calcitriol, analog vit D, calcimimetics
• Overload cairan : diuretik, ultrafiltrasi
• Asidosis metab : suplementasi alkali
• Manifestasi uremia : HD, CAPD, transplantasi ginjal
Jawaban Lainnya
• A. Pemberian eritropoietin  tepat untuk anemia
pada kasus gagal ginjal, namun Hb pasien saat ini
5,5
• C. Suplementasi besi  cocok untuk anemia
defisiensi besi
• D. Suplementasi vitamin B12  cocok untuk anemia
megaloblastik
• E. Suplementasi asam folat  cocok untuk anemia
makrositik
Jadi, tatalaksana anemia pada
22. pasien adalah …
B. Transfusi PRC
E. Pembentukan deposit
23. kompleks imun anti-dsDNA
• Ny. Ricis, 31 tahun
• Edema seluruh tubuh
• Riwayat SLE (+)
• PF: TD 160/100, HR 101, RR 28, 38.5,
konjungtiva anemis, edema anasarka
• PP: Hb 7.2, ur 170, Cr 12 mg/dl, ANA (+),
dsDNA (+), C3-C4 menurun, proteinuria +++,
darah samar ++, leukosit 20/lpb, eritrosit
25/lpb.

• Patogenesis?
Nefritis lupus
• Pada kasus didapatkan:
• Edema anasarka, malar rash, riwayat SLE, ANA (+), dsDNA (+),
C3-C4 turun
• Hipertensi, Proteinuria, Hematuria, Penurunan fungsi ginjal
(Ur dan Cr meningkat)
• Dipikirkan pada ada sindrom nefritik pada kasus ini.
Kemungkinan etiologi sindrom nefritik adalah lupus
(SLE)
Nefritis Lupus
• Patogenesis: pembentukan deposit kompleks imun
anti-dsDNA. Deposit terjadi di mesangium dan ruang
subendotelial yang terletak proximal dari GBM.
• Klasifikasi
• Minimal mesangial lupus nephritis (class I)
• Mesangial proliferative lupus nephritis (class II)
• Focal lupus nephritis (class III)
• Diffuse lupus nephritis (class IV)
• Membranous lupus nephritis (class V)
• Advanced sclerosing lupus nephritis (class VI)
Jawaban Lainnya
• A. Anomali kongenital  nefritis lupus bukan
kelainan kongenital, melainkan didapat
• B. Destruksi parenkim ginjal akibat toksin  ATN
• C. Infeksi parenkim ginjal  pyelonefritis
• D. Deposisi antibodi IgA di glomerulus  IgA
nefropati (Berger disease)
Jadi, patogenesis kondisi medis pada
kasus ini adalah…
23.
E. Pembentukan deposit
kompleks imun anti-dsDNA
C. Pasien perlu mengurus surat
24. pengantar berkunjung di kantor BPJS
terdekat sebelum ke klinik pratama

• Tn. Halilintar, 23 tahun,


• Tugas sementara di Surabaya selama 2 minggu.
• Memeriksakan diri di sebuah klinik pratama di
kota Surabaya.
• Ingin membayar dengan kartu BPJS domisili
klinik pratama terdaftar di Jakarta.
• Prosedur yang harus dijelaskan?
Dalam hal peserta sedang berada di wiliyah luar
domosilinya dan memerlukan pengobatan maka peserta
dapat mengakses pelayanan di FTKP terdekat dengan
ketentuan:
• FKTP wajib memberikan pelayanan kepada peserta dari
Luar wilayah dalam kondisi:
• Peserta berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama tempat peserta terdaftar (Misalnya dikarenakan
tugas/cuti/liburan)
• Dalam kegawatdaruratan medis
• Terkait pada point a diatas peserta diarahkan ke kantor
BPJS Kesehatan untuk diterbitkan surat pengantar
berkunjung.
• Maksimal kunjungan 3 (tiga) kali kecuali kondisi gawat
darurat
• FKTP tidak diperkenankan memungut biaya pelayanan
atas peserta tersebut
Singkatnya…
• Sebelum mendatangi Faskes tingkat 1 di luar
daerah, si peserta harus mendatangi kantor BPJS
setempat untuk mengurus agar dibuatkan surat
pengantar berkunjung. silahkan datang saja ke
kantor bpjs terdekat untuk meminta surat
pengantar berkunjung ke faskes tk1.

Dengan membawa surat pengantar dan karu BPJS


peserta bisa langsung menuju faskes tk1 terdekat
dan Anda akan dilayani sebagai mana pasien bpjs
dan tidak akan dipungut biaya.
Jadi, yang harus dokter jelaskan pada
kasus ini adalah…
24. C. Pasien perlu mengurus surat
pengantar berkunjung di kantor BPJS
terdekat sebelum ke klinik pratama
D. Biaya USG dan operasi SC
25. akan ditanggung oleh BPJS
• Ny. Mesra, 22 tahun, G1P0A0
• Dokter curiga mengalami letak lintang dengan
plasenta menutupi jalan lahir.
• Disarankan USG di dokter kandungan sekaligus
mempersiapkan kemungkinan untuk operasi
section cesarea.
• Pasien berstatus sebagai peserta BPJS PBI.

• Penanggungan biaya tindakan?


Layanan Kebidanan BPJS
ANC Kehamilan
• Pada masa kehamilan, ibu hamil bisa melakukan
pemeriksaan secara rutin dengan menggunakan
layanan BPJS Kesehatan. Hal ini bisa dilakukan di
Fasilitas Kesehatan (Faskes)Tingkat Pertama, yakni
puskesmas, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya yang
terdaftar di dalam BPJS. Apabila Faskes Tingkat Pertama
tidak bisa menangani dengan baik karena kurangnya
fasilitas dan peralatan pendukung lainnya, ibu hamil
akan mendapatkan rujukan ke Faskes Tingkat Kedua,
yakni rumah sakit yang memang memiliki fasilitas dan
peralatan kesehatan yang lebih memadai.
Layanan USG
• USG yang Ditanggung BPJS Kesehatan
• Jika di dalam masa kehamilan, kandungan mengalami
masalah yang serius dan dianggap berisiko terhadap
kesehatan dan keselamatan ibu serta bayinya, dokter akan
menyarankan untuk dilakukan tindakan USG. Dalam kondisi
seperti ini, semua biaya yang timbul akan ditanggung pihak
BPJS Kesehatan. Hal ini tentu harus dilakukan sesuai
dengan prosedur rujukan yang telah ditetapkan BPJS
Kesehatan.
• USG yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan
• Jika ternyata tindakan USG dilakukan bukan karena alasan
di atas atau dengan kata lain USG akan dilakukan karena
kemauan/keinginan dari pasien tersebut, biaya USG
tersebut tidak akan ditanggung BPJS Kesehatan. Biaya
tersebut akan menjadi tanggungan pasien tersebut.
Layanan Persalinan
• Persalinan ibu hamil bisa dilakukan di Faskes Tingkat Pertama,
seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga. Dalam kondisi yang
dianggap serius dan cukup berisiko pada keselamatan ibu dan
bayinya, persalinan bisa dilakukan ke Faskes Tingkat Dua (rumah
sakit). Hal ini biasanya dilakukan dengan mengikuti proses rujukan
yang ditetapkan BPJS Kesehatan.
• Dalam beberapa kasus, apabila ternyata kondisinya sangat darurat
dan berbahaya bagi keselamatan ibu serta bayinya, ibu hamil bisa
langsung dibawa ke rumah sakit atau faskes mana pun yang
lokasinya paling dekat. Hal ini bisa dilakukan langsung tanpa harus
melapor dulu ke kantor cabang BPJS Kesehatan.
• Yang dimaksud dengan kondisi darurat bagi ibu hamil, meliputi
pendarahan, kejang kehamilan, ketuban pecah dini, dan berbagai
kondisi lainnya yang dapat menyebabkan keparahan, kecacatan, dan
kematian bila tidak langsung ditangani dengan segera.
Layanan Operasi Caesar
• Operasi Caesar yang Ditanggung BPJS
• Selama operasi tersebut dilakukan atas rujukan dari dokter
yang bertugas menangani ibu hamil maka biaya operasi
akan ditanggung pihak BPJS Kesehatan. Dokter akan
merekomendasikan operasi caesarjika dianggap kondisi
kesehatan dan keselamatan ibu serta bayinya mengalami
gangguan yang bisa menyebabkan risiko
kematian/kecacatan.
• Operasi Caesar yang Tidak Ditanggung BPJS
• Apabila ternyata operasi dilakukan karena
inisiatif/keinginan dari pasien itu sendiri, seluruh biaya
operasi tersebut akan ditanggung pasien tersebut. Pada
kondisi seperti ini, biasanya dokter sudah menyatakan
bahwa persalinan bisa bejalan secara normal.
Jadi, pembiayaan BPJS pada kasus ini
adalah…
25.
D. Biaya USG dan operasi SC
akan ditanggung oleh BPJS
26 B. Treadmill stress test

• Laki-laki, 27 tahun
• Nyeri dada sisi kiri sejak 14 hari
• Muncul saat aktivitas berat, mereda dengan
istirahat
• PF: TD 120/80, nadi 100, napas 20, suhu afebris,
tidak ditemukan kelainan
• EKG: sinus rhythm  dx: stable angina pectoris

• Pemeriksaan selanjutnya?
Angina Pektoris Stabil
• Aterosklerosis di pembuluh darah koroner jantung
• Saat aktivitas  Penyempitan pembuluh darah 
supply darah tidak adekuat  timbul gejala
Angina Pektoris Stabil
• Gejala “nyeri dada” yang muncul dapat diprediksi
oleh pasien
• Saat aktivitas fisik
• Saat stres emosional
• Nyeri dada “kardiak” berlangsung sebentar, dapat
diredakan dengan nitrat.
• Perlu pemeriksaan lebih lanjut: EKG exercise
(treadmill)
• Tatalaksana: aspirin, betabloker
Alur
diagnosis
stable
angina

ESC Guideline, 2006


Algoritma tatalaksana
Stable Angina Pectoris

ESC Guideline, 2006


Jawaban Lainnya
• A. Echocardiography  untuk melihat kondisi
anatomis jantung via USG
• C. Coronary angiography  tindakan invasif
• D. MSCT scan 
• E. Cardiac biomarker  pemeriksaan sesuai
dengan kondisi akut
Jadi, pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis Tn. Dimas
26 adalah…

B. Treadmill stress test


27 C. IV adrenalin 0,3 mg IM

• Laki-laki, 30 tahun
• Sesak napas disertai gatal-gatal setelah
mendapat suntikan obat antibiotik
• PF: apatis, TD 60/palp, nadi 138, napas 40,
suhu afebris, stridor
• Diagnosis: syok anafilatik

• Tatalaksana yang paling tepat?


Syok Anafilaksis
• Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
• Terjadi sistemik di seluruh tubuh
- Sistem saluran napas: hiperaktivitas bronkus,
edema laring
- Sistem kardiovaskuler: perubahan vaskuler,
vasodilatasi sistemik
- Sistem saluran cerna: mual, muntah, diare
- Mata: angioedema, konjungtivitis
- Kulit : urtikaria, angioedema
http://science.unctv.org/content/peanut-solution-0
Adrenaline first
Jawaban Lainnya
• A. Loading IV kristaloid 1000-2000 cc  terapi
adjuvan
• B. IV norepinefrin 0,05 mcg/kgBB/menit  bukan
pilihan pada kasus anafilaktik
• D. IV dexamethasone 5 mg  terapi adjuvan
• E. IV dopamine 2 mcg/kgBB/menit  bukan pilihan
pada kasus anafilaktik
27 Jadi, tatalaksana yang paling tepat
diberikan untuk kasus Tn. Marco
adalah…

C. IV adrenalin 0,3 mg IM
C. IV dobutamine 2
28 mcg/kgBB/menit
• Perempuan, 58 tahun
• Lemas seluruh tubuh
• PF: CM, TD 80/60 mmHg, nadi 118, napas 38, suhu
37,7oC, akral hangat, CRT<3 detik
• EKG: LVH

• Tatalaksana yang sesuai dilakukan di IGD?


Klasifikasi syok
• Syok hipovolemik  kurangnya sirkulasi darah yang
biasanya ditandai dengan berkurangnya tekanan
diastolik
• Syok kardiogenik  masalah pompa jantung akibat
terganggunya kontraktilitas miokardium/gangguan
anatomik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
diastolik dan volume
• Syok distributif  masalah kontrol vasomotor yang
berdampak pada dilatasi arteriol dan venula yang
ditandai (walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan)
dengan meningkatnya cardiac output dan
menurunnnya systemic vascular resistance
Society of Critical Care Medicine
• 3 tanda syok:
• Peningkatan
peripheral
vascular
resistance (kulit
pucat, akral
dingin, oliguria)
• Peningkatan tonus
adrenergik
(takikardia)
• Hipoperfusi organ
vital (nyeri dada,
sesak napas,
penurunan
kesadaran)
Jawaban Lainnya
• A. Loading IV kristaloid 2000 cc  pada pasien
terdapat LVH dari EKG, kemungkinan karena
masalah pompa
• B. Observasi dan monitor  tidak tepat dilakukan
• D. IV norepinefrin 1,00 mcg/kgBB/menit  pada
pasien TD sistolik 80 mmHg
• E. IV dopamine 2 mcg/kgBB/menit  pada pasien
tidak ditemukan tanda syok
28 Jadi, tatalaksana yang sesuai
dilakukan di IGD untuk mengatasi
kondisi Nn. Tina adalah…
C. IV dobutamine 2
mcg/kgBB/menit
29 C. Sesak napas

• Laki-laki, 62 tahun
• Berdebar-debar
• PF: TD 100/60 mmHg, nadi 152, napas 24, suhu afebris,
akral hangat
• EKG

• Indikasi untuk kardioversi, kecuali?


Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Wide QRS
(masalah di ventrikel)

Ventricular tachycardia (VT)


monomorfik

Torsade de Pointes (suatu subtipe


Ventricular Tachycardia polimorfik)
29 Jadi, indikasi kardioversi elektrik,
kecuali …

C. Sesak napas
A. Injeksi Sulfas Atropine 0,5
30 mg IV
• Perempuan, 60 tahun
• Mual muntah disertai keringat dingin 3 jam
• PF: CM, TD 80/palpasi, nadi 48, napas 28, suhu
afebris
• EKG

• Tatalaksana untuk mengatasi kondisi?


Varian Bradyarrhythmia

AV Blok derajat 1
 PR interval memanjang

AV Blok derajat 2 mobitz 1


 PR interval memanjang
secara progresif hingga
akhirnya hilang
AV Blok derajat 2 mobitz 2
 PR interval
memanjang, tiba -tiba
hilang
 Butuh pacemaker

AV Blok derajat 3  P dan


QRS berdiri sendiri
 Butuh pacemaker
Jawaban Lainnya
• B. IV dobutamine 5 mcg/kgBB/menit  bukan obat
untuk bradiaritmia
• C. IV ondansetron 4 mg  tidak tepat
• D. Transcutaneous pacemaker  menjadi pilihan
ketika medikamentosa tidak efektif
• E. Loading IV kristaloid 1000 cc  tidak tepat
30 Jadi, tatalaksana yang dapat
diberikan untuk mengatasi kondisi
adalah…
A. Injeksi Sulfas Atropine
0,5 mg IV
31 E. Streptokinase 1,5 juta IU IV

• Laki-laki, 48 tahun
• Nyeri dada menjalar ke lengan kiri sejak 2
jam, durasi 30 menit
• PF: TD 120/80 mmHg, nadi 100, napas 20
• EKG: T inversi di lead I, aVL, V5-V6
• Trop T <0,05 ng/ml
• Diagnosis: UAP

• Tatalaksana yang tidak perlu diberikan?


Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung
 iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐
oksigen-‐ nitrogliserin -‐ aspirin -‐ clopidogrel
Unstable
Angina NSTEMI STEMI

Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombus secara


parsial/intermiten kerusakkan jaringan total
dan nekrosis minimal
miokard

EKG tidak spesifik ST depresi +/- ST elevasi atau


T inversi, atau EKG yang LBBB baru pada EKG
tidak spesifik lainnya
Enzim jantung
normal Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Jantung Jantung
31 Jadi, tatalaksana yang tidak perlu
direncanakan untuk pasien adalah…

E. Streptokinase 1,5 juta


IU IV
32 C. Hipokalemia

• Perempuan, 58 tahun
• Keluhan kedua kaki bengkak
• PF: TD 150/90 mmHg, nadi 118, napas 28,
JVP meningkat, hepatomegali, edema pitting
pretibial bilateral
• Diresepkan furosemide 2x20 mg PO

• Efek samping dari obat?


• Pedoman tatalaksana gagal jantung 2015
https://www.uspharmacist.com/article/treatment-of-hypertension-in-the-elderly
Jawaban Lainnya
• A. Batuk malam  gejala minor Framingham
criteria
• B. Angioedema  ES captopril
• D. Hidronefrosis  tidak relevan
• E. Nyeri ulu hati  tidak relevan
32 Jadi, efek samping dari pemberian
obat adalah…

C. Hipokalemia
33 C. Aneurisma aorta abdominal

• Laki-laki, 60 tahun
• Perut terasa kembung sejak 3 minggu
terakhir
• Riwayat hipertensi sejak lama tidak kontrol
• PF: TD 160/100 mmHg, abdomen teraba
massa pulsatil di epigastrium

• Diagnosis?
Aneurisma Aorta Abdominalis
• Faktor risiko:
• Laki-laki
• Usia > 65 tahun
• Gangguan vaskuler
atherosklerosis
• Riwayat hipertensi
Diagnosis
• Anamnesis • PF
• Umumnya asimptomatik • Massa abdomen yang
hingga membesar / ruptur berdenyut 
• Nyeri / rasa tidak nyaman patognomonik; hanya
pada punggung, pinggang muncul pada < 50% kasus
atau abdomen. • Penunjang
• Gejala kompresi lokal: • USG
mudah kenyang, mual,
muntah, gejala urinasi, • CT-scan/MRI
trombosis vena • Angiografi
• Emboli pada jempol kaki
(eg, livedo reticularis)
http://emedicine.medscape.com/article/19795
01-workup#aw2aab6b5b4
Jawaban Lainnya
• A. Pankreatitis akut  enzim amilase lipase
meningkat, nyeri perut atas progresif
• B. Ca gaster  filling defect pada Ro barium, gejala
konsekutif kanker: BB turun
• D. Dyspepsia  nyeri epigastrium tidak khas
• E. Gastritis akut  nyeri epigastrium tidak khas
33 Jadi, diagnosis yang paling mungkin
ditemukan adalah…

C. Aneurisma aorta
abdominal
34 E. Transcutaneous pacemaker

• Laki-laki, 62 tahun
• Dada terasa sesak sejak 4 jam, disertai keringat
dingin, dan muntah  ischemic chest
discomfort
• EKG

• Tatalaksana untuk mengatasi


kegawatdaruratan?
Varian Bradyarrhythmia

AV Blok derajat 1
 PR interval memanjang

AV Blok derajat 2 mobitz 1


 PR interval memanjang
secara progresif hingga
akhirnya hilang
AV Blok derajat 2 mobitz 2
 PR interval
memanjang, tiba -tiba
hilang
 Butuh pacemaker

AV Blok derajat 3  P dan


QRS berdiri sendiri
 Butuh pacemaker
Mengapa TPM lebih tepat dari
Atropine pada kasus 3rd degree AV
Block (TAVB)?
• Sementara cara kerja
Patofisiologi TAVB: Atropine, adalah sebagai
agen antikolinergik yang
meningkatkan frekuensi
nadi dengan cara
menginduksi firing rate dari
SA node, yang mana pada
kasus TAVB sinyal SA node
terblokir untuk sampai ke
ventrikel
• TPM merupakan treatment
of choice pada kasus AV
block dengan tanda-tanda
perfusi yang buruk

https://acls-algorithms.com/acls-drugs/bradycardia/
Jawaban Lainnya
• A. Adenosine triphosphate 1x10 mg IV  untuk
takiaritmia
• B. Dobutamine 2 mcg/kgBB/menit  untuk kasus
hipotensi tanpa syok
• C. Sulfas atropin 1x0,5 mg IV  untuk kasus
bradiaritmia, namun tidak efektif
• D. Sulfas atropine 1x3 mg IV  dosis maksimal
untuk bradiaritmia, namun bukan single dose
34 Jadi, tatalaksana yang tepat untuk
mengatasi kondisi kegawatdaruratan
adalah…

E. Transcutaneous pacemaker
35 A. Limfangitis

• Laki-laki, 30 tahun
• Nyeri di ketiak sejak 6 hari, disertai benjolan,
luka di lengan kanan atas saat berkebun dan
lukanya belum sembuh
• PF: plak eritematosa teraba hangat dan
lunak berbentuk linear, berhubungan
dengan benjolan di ketiak

• Diagnosis?
Limfangitis
• Infeksi pembuluh limfe
yang mengaliri suatu lokus
inflamasi

• Organisme patogen
memasuki saluran limfatik
langsung melalui abrasi atau
luka atau sebagai komplikasi
infeksi.

• Biasanya didahului trauma medscape


Limfangitis
• Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara
asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya
tampak erimatosa.

• Goresan merah dari daerah terinfeksi ke ketiak atau pangkal


paha
• Demam
• Nyeri lokal
• Sakit kepala
• Kehilangan nafsu makan
• Nyeri otot

Gejala khas  terdapat jejak benjolan dari bekas trauma


menuju ke KGB terdekat, demam dan pembesaran KGB
terkait
Jawaban Lainnya
B. Limfoma Hodgkin  tumor
kelenjar limfe, ditemukan sel
reed sternberg (owl’s eye)
C. Limfoma non-Hodgkin 
tumor kelenjar limfe, sel limfosit
matur, difus
D. Limfedema  pembengkakan
kelenjar limfe
E. Limfadenopati  kelainan
kelenjar limfe yang tidak spesifik
35 Jadi, diagnosis yang paling mungkin
adalah…

A. Limfangitis
36 A. Rifampisin

• OAT dengan efek samping flu like


syndrome?
36 Jadi, OAT dengan efek samping flu
like syndrome adalah…

A. Rifampisin
37 B. Tonsilitis lakunaris
• Anak Laki-laki 5 th
• Sulit menelan sejak 3 hari
• Nyeri tenggorokan, demam, nyeri sendi
• Pemeriksaan fisik KA
• HR 130 x/menit, RR 30 x/menit, T 38.5 oC
• Tonsil T3/T3, hiperemis, detritus seperti alur sungai

• Diagnosis?
Tonsilitis Lakunaris
• Gejala dan tanda klinis:
• Demam
• Disfagia
• Tonsil hiperemis
• Terdapat detritus yang mem-
bentuk alur-alur
Tonsilitis Difteri
• Penyebab:
Corynebacterium diphteriae
(gram positif)
• Gejala dan tanda klinis:
- demam
- nyeri menelan
- tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor.
-Membran akan berdarah
bila diangkat.
-Kelenjar limfa leher akan
membengkak  bull neck

BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI


Abses Peritonsil (Quincy)
• Salah satu abses leher dalam
• Etiologi:Komplikasi tonsilitis akut, infeksi kelenjar Weber di
tonsil
• Anamnesis:
• Odinofagia hebat
• Otalgia pada sisi ipsilateral
• Muntah
• Mulut berbau
• Hipersalivasi
• Hot potato voice
• Trismus
• Uvula bergeser

BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI


Jawaban Lainnya
• A. Tonsilitis folikularis  tonsil membengkak dengan
detritus yang berbintik-bintik

• C. Tonsilitis difteri  tonsil dengan bercak putih, berdarah


bila bercak diangkat
• D. Abses Peritonsil  uvula terdorong ke sisi berlawanan
• E. Abses Quincy  sama D
Jadi, diagnosis untuk pasien ini...

37 B. Tonsilitis lakunaris
38 B. Stop merokok

• Laki-laki, 29 tahun
• Ujung-ujung jari kedua tangan menghitam
disertai nyeri sejak 1 bulan terakhir
• Riwayat DM, hipertensi, trauma disangkal
• PF:

• Edukasi?
Buerger disease
Disebut juga thromboangiitis obliterans
• Karakteristik:
• inflamasi progresif dan trombosis pada arteri dan vena
kecil dan sedang pada tangan dan kaki
• Asosiasi kuat dengan penggunaan rokok
• Gejala: nyeri,unremitting ischemic ulcerations, dan
gangren kehitaman pada jari kaki dan tangan
• Tatalaksana : berhenti merokok, debridemen

Medscape
Jawaban Lainnya
A. Batasi konsumsi garam hingga 2,4 gr/hari  DASH
C. Diet tinggi kalori tinggi protein  untuk
infeksi/keganasan (misalnya TB)
D. Aktivitas fisik tingkat dengan durasi 30 menit
dalam 5 hari selama periode 7 hari  anjuran
aktivitas fisik oleh WHO
E. Hindari makanan dengan kadar kolesterol tinggi 
cocok untuk dyslipidemia
38 Jadi, edukasi yang tepat diberikan
adalah…

B. Stop merokok
39 D. Piridoksin
• Laki-laki 30 th
• Kesemutan jari2 tangan sejak 1 minggu
• Penderita TB paru dalam pengobatan  efek
samping INH
KA

• Tatalaksana?
Efek Samping OAT
Efek Samping OAT
Jawaban Lainnya
• A. Tiamin  B1, beriberi
• B. Riboflavin  B2, angular cheilitis
• C. Niasin  B3, pellagra (3D: dermatitis, diare,
demensia)
• E. Sianokobalamin  B12, anemia makrositik
Jadi, terapi yg tepat diberikan
adalah...
39 D. Piridoksin
40 B. Foto toraks proyeksi PA
• Laki-laki 71 tahun
• Sesak napas memberat 1 hari SMRS  progresif
• Sesak dirasakan semakin memberat bila sedang
beraktivitas
KA
• Sesak hilang timbul sejak 5 tahun terakhir 
persisten
• Merokok sejak usia 17 tahun  Faktor Resiko
• TD 140/90 mmHg, HR 115 x/menit, RR 32 x/menit,
suhu 37 oC, wheezing +/+

• Pemeriksaan penunjang awal?


Penyakit Paru Obstruktif Kronik
• Definisi: • Manifestasi Klinis:
• Hambatan aliran udara yang • Sesak progresif, persisten,
tidak sepenuhnya reversibel, memberat dengan aktivitas,
progresif, berhubungan berat, sukar bernapas
dengan respon inflamasi paru • Batuk kronik
terhadap partikel/gas
berbahaya, disertai efek • Batuk kronik berdahak
ekstraparu • Riwayat faktor risiko
• Gabungan antara obstruksi
saluran napas kecil &
kerusakan parenkim • Pemeriksaan Penunjang:
• Spirometri
• DPL & AGD
• Faktor Risiko: • Radiologi toraks
• Asap rokok, polusi udara, stres (hiperinflasi/hyperaerated
oksidatif, genetik, tumbuh lungs, hiperlusens, ruang
kembang paru, sosial ekonomi retrosternal melebar,
diafragma mendatar, jantung
pendulum)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Foto toraks PPOK:
• Hiperinflasi/Hiperlusen
• Diafragma mendatar
• Corakan bronkovaskuler
meningkat
• Jantung pendulum
Klasifikasi PPOK
Tatalaksana PPOK
Jawaban Lainnya
• A. CT scan toraks  tdk ada indikasi
• C. Foto thorax top lordotik  TB paru, untuk
melihat apex paru
• D. Spirometri  tidak dilakukan saat akut
• E. Bronkoskopi  tidak ada indikasi
Jadi, pemeriksaan penujang awal yg
disarankan...
40 B. Foto toraks proyeksi PA
41 D. Eritrommisin + ADS
• Anak, 5 tahun
• Demam dan nyeri teggorokan
• Pemeriksaan Fisik
• T 38oC
KA
• Tonsil dan faring hiperemis, T2/T3, selaput berwarna putih
+ mudah berdarah bila diangkat
• Riwayat imunisasi tdk lengkap Faktor Resiko
• Alergi penisilin

• Dx Tonsilitis Difteri
• Tatalaksana?
Difteria
Patogenesis Difteria tonsil-faring
• Et.: Corynebacterium
diphteriae (basil, gram +,
imotil, tidak berkapsul,
tidak berspora,
pleomorfik)
• Gram +  eksotoksin
• Menyebar melalui limfe
dan vaskular
• Penularan:
• Kontak dengan
pasien/karier melalui
droplet (sekresi
nasofaring), jarang melalui
benda-benda
Tonsilitis Difteri
• Penyebab: Corynebacterium diphteriae (gram positif)
• Sering ditemukan pada anak usia kurang dari 10 tahun
• Gejala dan tanda klinis: demam, nyeri kepala, nyeri
menelan, tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor. Membran tersebut dapat meluas ke palatum
mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan
dapat menyumbat saluran napas. Membran akab
berdarah bila diangkat. Kelenjar limfa leher akan
membengkak  bull neck (menyerupai leher sapi) atau
disebut juga Burgemeester’s hals.

BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI


Difteria
• Penyebab mortalitas:
• Obstruksi jalan napas mendadak akibat terlepasnya
membran difteria
• Miokarditis dan gagal jantung
• Paralisis diafragma
• Tatalaksana
• Anti-Diphteriae serum (ADS)  pemberian di hari I
menurunkan angka mortalitas < 1%
• Antibiotik : penisilin prokain, jika alergi diberika
Eritromisin
Jawaban Lainnya
• A. ADS  + antibiotik
• B. Penisilin Prokain  alergi penisilin
• C. Eritromisin PO  + ADS
• E. Penisilin Prokain + ADS  alergi penisilin
Jadi, tatalaksana yg benar adalah...
41 D. Eritromisin + ADS
42 C. Round Pneumonia
• Anak, 7 tahun
• Sesak, batuk, demam onset 3 hari  akut
• TTV:
• HR 120 x/menit, RR 32 x/menit, T 39 oC
KA
• Ro Toraks:

• Diagnosis?
Round Pneumonia
• Salah satu pneumonia yang biasanya terjadi pada
pediatrik
• Pada anak-anak belum terbentuk kanal interalveolar yang
sempurna (pores of Kohn dan canal of Lambert) sehingga
penyebaran kuman terjadi secara regional  sehingga
bermanifestasi sebagai round atau lobar pneumonia
• Dikenal dengan pneumonia yang berbentuk seperti
coin lession  selalu ingat untuk rule out keganasan
• Penyebab dan tatalaksana sama dengan pneumonia
pada umumnya
Jawaban Lainnya
• A. Aspergilloma  fungus ball, umumnya
asimptomatik, ro: massa intrakaviti dikelilingi oleh
crecent of air (udara berbentuk bulan sabit)
• B. Abses Paru  kavitas berdinding tebal dengan air
fluid level, paling sering di lapangan bawah paru
• D. TB Milier  bercak halus nodular di seluruh lapang
paru
• E. Karsinoma Paru  bentuk lesi sama tetapi ada
tanda-tanda keganasan lain, batuk darah, penurunan
berat badan, usia tua, faktor risiko merokok, onset
kronik
Ca Paru
Abses Paru
Jadi, diagnosis yg benar adalah...
42 C. Round Pneumonia
43 A. Wine Bottle
• Anak, 3 tahun
• Batuk menggonggong, demam tinggi 4 hari
• Pemeriksaan Fisik
• HR 125 x/menit, RR 36 x/menit, T 38.9 oC
KA
• PF generalis dbn

• Temuan rontgen?
Croup
• Croup / laringotrakeobronkitis 
infeksi pada saluran napas atas,
sebagain besar karena virus
(parainfluenza virus tipe 1, 2, 3)
• Penyebab tersering stridor pada anak
• Gejala : barking cough, stridor
inspirasi, demam, suara serak; pada
kasus berat (penggunan otot bantu
napas dan retraksi sela iga)
• Rontgen  didapatkan penyempitan
area glotis dan subglotis  steeple
sign / wine bottle

Buku saku anak WHO, Medscape


Klasifikasi & Tatalaksana

Ringan Berat
• Gejala: • Gejala:
• Demam • Stridor saat istirahat
• Suara serak • takipneu
• Batuk menggonggong • Retraksi sela iga
• Stridor bila anak • Terapi:
aktivitas/agitasi
• Steroid (dexamethasone)
• Terapi: dosis tunggal (0,6 mg/kg
• Rawat jalan IM/PO) dapat diulang
• Pemberian cairan oral, dalam 6-24 jam
ASI/makanan yang sesuai • Epinefrin 1:1000 2 mL
• Simtomatik dalam 2-3 mL NS,
nebulisasi selama 20
menit
• Laringotrakeobronkitis (croup)
• Penyebab utamanya parainfluenza virus type 1
• inflamasi larynx dan trakea, gejala khas adalah barking
cough (batuk menggonggong)
• gambaran “steeple sign / wine bottle”
Croup vs Trakeitis Bakterial
• Sama-sama terdapat batuk, sesak, demam, sore
throat, rhinorrhea, barky cough, stridor
Croup Trakeitis bakterial
6 bulan – 3 tahun 6 bulan – 14 tahun
Pasien tampak sakit Pasien tampak toksik (severe)
Demam low grade Demam high grade
Onset batuk tidak jelas Onset batuk akut
Respons dengan epinefrin Tidak respons dengan
epinefrin
Kultur darah (-) Kultur darah (+)
Bronkoskopi: bengkak Brokoskopi: membran
Jawaban Lainnya
• B. Eggshell calcification  silikosis
• C. Ground glass appearance  RDS
• D. Rolled edge sign  asbestous exposure
• E. Rice grain calcification  cysticercosis
Jadi, temuan radiologi yg sesuai dg
diagnosis adalah...
43 A. Wine bottle
D. Seseorang yang merupakan
44 tokoh masyarakat
• Laki-laki 36 th
• Hemoptu 1 bulan, berat badan turun
• Pasien didiagnosis TB paru dan mendapat OAT
KA
• Syarat PMO, kecuali....
Jadi, yg bukan syarat PMO adalah...

D. Seseorang yang merupakan


44 tokoh masyarakat
45 B. Hipertrofi Adenoid
• Anak 4 th
• Keluar cairan dari telinga dan hidung sejak 1 bulan
• Napas menggunakan mulut
• PF: mulut terbuka, gigi atas prominen, pandangan KA
kosong

• Diagnosis?
Hipertrofi Adenoid
• Adenoid merupakan
organ limfoid
• Dapat mengalami
pembesaran  gejala
obstruksi
Hipertrofi Adenoid
• Adenoid: jar. limfoid pada dinding posterior nasofaring,
termasuk rangkaian cincin Waldeyer
• Normalnya, adenoid membesar pada anak usia 3 tahun
& mengecil-hilang pada usia 14 tahun
• Bila sering terjadi infeksi sal. napas atas, adenoid dapat
membesar  gejala sumbatan koana, sumbatan tuba,
dan gangguan tidur
• Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut
sehingga (a) fasies adenoid, (b) faringits & bronchitis, (c)
gangguan ventilasi & drainase sinus paranasal  sinusitis
kronik
• Akibat sumbatan tuba, terjadi OMA berulang  OMSK
• Gangguan tidur kronis menurunkan asupan O2  retardasi
mental & pertumbuhan fisik berkurang

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI, 2012


Jawaban Lainnya
• A. Sinusitis  salah 1 komplikasi tersering dari
hipertrofi adenoid pada anak, akibat mucociliary
clearance yang jelek, nyeri daerah sinus, post-nasal drip
• C. Faringitis akut  PF faring hiperemis, KGB membesar
(jika EBV/GAS)
• D. Abses submandibular  demam, bengkak di bawah
mandibula/lidah, trismus
• E. Abses peritonsilar (Quinsy)  komplikasi tonsillitis
akut, odinofagia, hot potato voice, foeter exore, tonsil
tampak membengkak dan uvula terdorong
Jadi, diagnosis yg sesuai adalah...

45 B. Hipertrofi adenoid
46 E. Histopatologi
• Laki-laki 61 tahun
• Batuk 2 bulan, BB turun
• Riw merokok sejak usia 15 th  FR
• Pemeriksaan Fisik KA
• TD 130/80 mmHg, HR 67 x/menit, RR 24 x/menit, T 37.2 oC
• Perkusi pekak, ronki basah kasar pada lapang paru kanan
• Pemeriksaan Penunjang
• Ro: Konsolidasi lapang paru kanan
• Dx: Massa Paru Kanan

• Pemeriksaan gold std?


Karsinoma Paru
• Praktisnya terbagi 2: small cell lung cancer & non-small
cell lung cancer
• Diagnostik:
• CXR
• CT Scan  bisa mendeteksi massa diameter minimal 3 mm
• PET Scan  lebih superior dalam membedakan jinak/ganas,
diameter min 1 cm, paling sering digunakan – terutama untuk
menentukan staging juga
• Sitologi sputum  bila ada keluhan batuk, rutin utk dx dini
• Histopatologi  baku emas via bronkoskopi, torakoskopi,
trans torakal biopsi, mediastinoskopi, atau torakotomi
• Tumor marker: belum ada yg spesifik, beberapa yg bisa
dipakai: CEA, NSE, dan Cyfra 21-1

Buku Ajar IPD, PAPDI, edisi 5


PDPI
Tatalaksana
• Bedah
• Wedge resection: bagian kecil paru yang mengandung
tumor dengan batas jaringan sehat
• Reseksi segmental
• Lobektomi
• Pneumonektomi
• Kemoterapi
• Radiasi
• Terapi target: bevacizumab, erlotinib, crizotinib
• Terapi paliatif
Jawaban Lainnya
• A. Bronkoskopi  termasuk diagnostik, bisa
sekalian biopsi untuk ambil sediaan histoPA
• B. Sitologi sputum  deteksi dini
• C. Tumor marker  tidak spesifik
• D. PET-Scan  paling sering dipakai dalam klinis,
termasuk staging juga
Jadi, baku emas utk diagnostik
adalah...
46 E. Histopatologi
47 C. Acute Mountain Sickness
• Laki-laki 25 th
• Sesak napas dan mual
• Riw mendaki gunung 2500 m
• Pemeriksaan Fisik: KA
• TD 130/80 mmHg, HR 125 x/menit, RR 32 x/menit, T 36.1oC
• PF generalis dbn

• Diagnosis?
Acute Mountain Sickness
• Prinsip gradien barometrik  semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut, kandungan oksigennya
makin rendah.

• Timbul manifestasi :
- Sesak
- Takikardia
- Sianosis

Keluhan ini timbul karena hipoksemia (kadar PO2 turun


dalam arteri)
Jadi, diagnosis yg sesuai adalah...

47 A. Acute Mountain Sickness


48 B. Streptococcus pneumonia
• Laki-laki, 40 th
• Batuk dan demam sejak 3 hari
• Dahak warna karat besi
• Pemeriksaan Fisik KA
• TD 110/60 mmHg, HR 110 x/menit, RR 30 x/menit, T 38.5 oC
• Ronki basah kasar +/+

• Dx: Pneumonia
• Etiologi?
Warna Sputum Dan
Organisme Penyebab

Medscape
Etiologi Pneumonia

PDPI Pneumonia, 2003


Buku Ajar IPD, PAPDI, edisi 5
Buku Ajar IPD, PAPDI, edisi 5
Jawaban Lainnya
• A. Haemophilus infuenza  hijau
• D. Klebsiella pneumonia  red currant jelly
• C. Pseudomonas aeruginosa  hijau
• E. Moraxella cattharalis  bakteri atikipal, sputum
cenderung sedikit
Jadi, etiologi yg paling mungkin
adalah...

48 B. Streptococcus pneumonia
E. Kolapsnya parenkim paru akibat obstruksi
49 yang menggangu keluar-masuknya udara
• Laki-laki, 32 tahun
• Sesak hilang timbul dalam 1 bulan
• Riw merokok sejak SMP
• Pemeriksaan fisik KA
• TD 100/70 mmHg, HR 120 x/menit, RR 35 x/menit
• Pergerakan dada kiri tertinggal, perkusi redup dan deviasi
trakea ke kiri
• Pemeriksaan Penunjang
• Ro toraks: radioopak segitiga di basal paru kiri

• Dx: Atelektasis paru


• Patofisiologi?
Atelektasis Paru
• Definisi
• Ekspansi tidak lengkap/kolapsnya sebagian atau semua
bagian paru

• Etiologi :
• Obstruktif : foreign body, tumor, and mucous plugging
• Non-obstruktif
• loss of contact between the parietal and visceral pleurae  efusi
pleura, pneumotoraks
• Compression  tumor
• loss of surfactant ARDS
• replacement of parenchymal tissue by scarring or infiltrative
disease  TBC
Medscape
• Manifestasi klinis
• Sesak napas
• Batuk
• Takikardi
• Sianosis
• Berkurangnya pergerakan dada di sisi yang sakit
• Vokal fremitus berkurang
• Penurunan suara napas satu sisi

• Ingat: atelektasis menarik jaringan di sekitarnya


sedangkan massa/cairan/udara mendorong jaringan di
sekitarnya
Jawaban Lainnya
• A. Penumpukan mukus pada bronkus paru yang
melebar secara permanen  Bronkiektasis
• B. Penumpukan cairan pada rongga pleura  efusi
pleura
• C. Adanya hubungan antara rongga dada dengan
udara luar  pneumotoraks
• D. Peradangan pada parenkim paru  penumonia
Jadi, mekanimse yg mendasari
keluhan di atas adalah...
E. Kolapsnya parenkim paru akibat
49 obstruksi yang menggangu keluar-
masuknya udara
50 C. Dapat dicegah dengan vaksinasi Hib
• Anak 7 tahun
• Bengkak di depan telinga sejak 3 hari, nyeri telinga
saat mengunyah
• Teman dg keluhan serupa (+)
KA
• Pemeriksaan Fisik: T 38 oC, edema preaurikula s.d
mandibula bilateral

• Dx: Parotitis Epidemika


• Pernyataan yg kurang tepat?
Parotitis Epidemika
• Infeksi virus Mumps, gol. Paramyxovirus
• Transmisi dan patogenesis
• Masuk melalui hidung/mulut  replikasi di mukosa sal.napas atas 
kel.limfe regional  viremia 3-5 hari  organ target: kelenjar parotis,
ovarium, pankreas, tiroid, ginjal, jantung, otak  apoptosis sel
• Gej.klinis
• Prodromal: malaise, nyeri otot daerah leher, nyeri kepala
• Diikuti pembengkakan kel.liur: parotis, submaksilaris, sublingual.
Sebagian besar (70-80%) bilateral, 25% uni
• Gej.klasik: sakit telinga jika mengunyah, nyeri jika makan asam
• Orkitis-epididimitis  gej.klinis tersering kedua setelah parotitis pada
laki-laki dewasa
• Diagnosis ditegakkan secara klinis, fitur lain:
• Riw.kontak 2-3 minggu sebelum onset
• Parotitis atau keterlibatan kelenjar lain
• Tanda meningitis aseptik
Buku Ajar Infeksi IKA FKUI
CDC – epidemic parotitis
Parotitis Epidemika
• Terapi: self-limiting
disease, suportif: hidrasi
dan nutrisi yang cukup,
analgesik untuk
mengurangi nyeri
• Komplikasi: ketulian akibat
neuritis, mielitis, DM
(patogenesis belum jelas),
hepatitis, miokarditis,
artitis, tiroiditis

Buku Ajar Infeksi IKA FKUI


CDC – epidemic parotitis
Vaksinasi MMR
• MMR (Mumps, Morbili,
Rubella): Trimovax
• Live attenuated
• Kontraindikasi:
imunokompromais,
malignancy
• Jadwal:
• 15 bulan
• 5 tahun
Jadi, pernyataan yg kurang tepat
adalah...
C. Dapat dicegah dg vaksinasi
50 Hib

S-ar putea să vă placă și