Sunteți pe pagina 1din 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

D DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

DIARE

DI

OLEH :

Ns. Puput Heriyanto

2019
BAB I

PEMBAHASAN

3.1. Konsep Dasar Penyakit Diare

A. Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dalam jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100 – 200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair

(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO

(1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.

B. Etiologi

Infeksi merupakan penyebab utama diare baik oleh bakteri, parasit maupun virus.

Prnyebab lain yang dapat menimbulkan diare adalah toksir dan obat, metrisi enternal diikuti

dengan puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal atau berbagai kondisi lain.

Dalam penelitian Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur(1993-1994) terdapat 123 pasien

yang dirawat di bangsal diare didapatkan hasil isolasi dengan E. Coli (38,29%), V. Cholerai

Ogawa (18,29%), dan Aeromonas sp. (14,29%) sebagai tiga penyebab terbanyak.

C. Patogeresis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1) Gangguan Osmotik (diare osmatik)

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmatik dalam rongga usus meringgi sehingga trejadi pengeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.


2) Gangguan Sekresi (diare sekretorik)

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksir) pada dinding usus akan terjadi

peningkatansekresi, air elektrolit ka dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena

terjadi peningkatan isi rongga usus. Fases akan terbentuk seperti air.

Penyebab yang menimbulkan rangsang tersebut adalah :

• Bahan-bahan yang tidak dapat diabsorsi (sepeti obat-obatan dengan ursa

magnesium tinggi, contonya artasid, multivitamin dan mineral, serta obat-obat yang

bersifat laksatif).

• Malabsorpsi karbohidrat. Proses metabolisme karbohidrat oleh bakteri usus akan

menghasilkan gas H2 dan CO2 sehingga timbul kembung dan flatus berlebihan serta

nyeri perut dalam bentuk kram.

• Defisiensi laktosa yang menyebabkan intoleransi laktosa.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurang nya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus manurunakan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

4) Diare inflamasi

Diare ini merupakan diare dengan kerusakan dan kematian eteosit di sertai peradangan,

fases berdarah. Kelompok ini paling sering ditemukan. Terbagi dua yaitu inflamosi non

spesifik dan spesifik. Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn termasuk kelompok inflamasi

nonspesifik.
D. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi fases dan mobilitas

usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan etimatik

disertai gangguanmukosar akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga

mempengruhi konsistensi fases yang terbentuk. Peristaltik saluran cerna yang teratur akan

mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik sedangkan peningkatan motilitas

usus berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang akan mempengaruhi pola

defekasi.

E. Gambaran Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja air, mungkin disertai lendir atau lendir

dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan

empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama

makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat ysng berasal dari laktosa yang tidak

diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena

lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, bila

pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak yaitu

berat badan turun, tenaga berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),

membran mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat.

Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan rata-

rata kehilangan cairan sebanyak 12 1/2 %. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang
sehingga dapat terjadi ranjatan hipovolemik berat dengan gejala denyut jantung menjadi

cepat, denyut nadi cepat (lebih dari 120/menit) dan kecil, tekanan darah menurun sampai tak

terukur, pasien gelisah, sangat lemah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, dan

kadang sianosis serta kesadaran menurun ( apatis, samnolen, kadang sampai

soporokomateus).

Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria) bila sudah terjadi asidosis

metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan

kusmaul) asidosis metabolik terjadi karena (1) kehilangan NaHCO3 melaui tinja diare, (2)

ketosis kelaparan, (3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan

(karena oliguria/anuria), (4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel,

(5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).

F. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi komplikasi

sebagai berikut :

1. Dehidrasi (ringan, sedang dan berat).

2. Renjatan Hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala hipometeorismus, hipotani, otot lemah, bradikardia, dan

perubahan elektro kardiogram).

4. Hipoglekemia.

5. Intolerasi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisieni enzim laktosa.

6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik/ berat.

7. Malrutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang lama/kronik).


G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah tapi lengkap.

b. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreaterin dan berat jenis plasma.

c. Pemeriksaan urin lengkap

d. Pemeriksaan tinja lengkap dan pembiakan tinja dari colok dubur.

e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.

f. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serilogi elicoback jajuri sangat dianjurkan.

H. Peratalaksanan Medik

Dasar pengobatan diare adalah :

1. Pemberian cairan; jenis cairan; cara memberikan cairan, dan jumlah pemberiannya.

2. Dietetik (cara pemberian makanan)

3. Obat-obatan

1. Pemberian cairan

a. Jenis cairan

1) Cairan peroral

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa

cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan Glukosa.

Untuk diare Akut dan diare kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium

90 mEq/L.

Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar Natrium

50-60 mEq/L.

Formula lengkap sering disebut oralit, cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri

(formula tidak lengkap) hanya mengandung gula dan garam(Sukosa dan Nall),
atau air tajin yang di beri garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah

sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah

dehidrasi lebih jauh.

2) Cairan Parenteral.

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan

pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP.


Tabel a-1

Penilaian derajat dehidrase penderita diare

Derajat Dehidrasi
Tanda dan Gejala
a. Tanpa b. Ringan/Sedang c. Berat

A. Anamesis Tinja melembek 3 kali atau lebih Terus menerus

• Diare, atau mencair. sehari dalam jumlah

mencret yang banyak.

• Muntah Tidak ada atau Kadang-kadang Sering.

sedikit

• Rasa haus Tidak ada atau Haus Malas minum atau

sedikit tidak bisa minum

• Kencing Normal Sedikit dan pekat Tidak kencing

selama 6 jam

• Nafsu Anak masih mau Nafsu makan Nafsu makan

makan/ makan/minum dan berkurang, aktivitas berkurang anak

aktivitas bermain menurun. sangat lemas.

B. Pemeriksaan

Fisik

a. Infeksi

• Keadaan Baik Mengantuk/gelisah Lunglai tidak

fisik sadar

• Mata Normal Cekung Sangat cekung

• Air mata Ada Tidak ada -


• Mulut dan Basah Kering Sangat kering

lidah

• Napas Normal Lebih cepat dari Sangat cepat dan

normal dalam

b. Palpasi

• Kulit bila Torgor kembali Turgor kembali Turgor kembali

dicubit. cepat pelan sangat pelan.

(1-3 detik) (> 3 detik)

• Nadi Normal  Lebih cepat dari Sangat cepat dan

120x/menit normal dalam

• Umbun- Normal Cekung Sangat cekung

umbun

c. Berat badan (bila Sedikit kehilangan Kehilangan 5-9% Kehilangan 10%

dapat diukur) berat badan. berat badan berat badan atau

lebih

Kesimpulan Penderita tidak Penderita Penderita

mengalami mengalami mengalami dehirasi

dehidrasi dehidrasi ringan/ berat bila

sedang bila menunjukkan 1

menunjukkan satu gejala bertanda (x)

gejala bertanda (x) ditambah 1 atau

di tambah 1 atau lebih gejala lain.

lebih gejala lain.

Tabel a-2
Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi

pada anak berumur 2-5 tahun.

Derajat PWL* NWL** CWl*** Jumlah

Dehidrasi

Ringan 30 80 25 135

Sedang 50 80 25 155

Berat 80 80 25 185

Tabel a-3

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat

menurut berat badan dan umur

Berat Badan Umur PWL* NWL** CWl*** Jumlah

0 – 3 kg 0 – 1 bl 150 125 25 300

3 – 10 kg 1 bl – 2 th 125 100 25 250

10 – 15 kg 2 – 5 th 100 80 25 205

15 – 25 kg 5 – 10 80 25 25 130

Keterangan :

* PWL : Preview water losses (ml/kg BB) (cairan yang hilang karena muntah).

** NWL : Normal water losses (ml/kg BB) (ciran urine, penguapan kulit, pernapasan).

*** CWL : Concomitant water losses (ml/kg BB) (karena diare dan muntah-muntah terus).

Jadi mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari

berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan

umur dan berat badannya.

b. Cara memberikan cairan dan jumlah pemberiannya.


1). Sebelum ada dehidrasi.

• Peroral sebanyak anak mau minum atau satu gelas tiap defekasi.

2). Dehidrasi ringan.

• 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral (intragastik).

• Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari (ad libitum).

3). Dehidrasi sedang

• 1 jam pertama: 50-100 ml/kg BB peroral/intragastik (conde).

• Selanjutnya: 125 ml/kg BB/ hari (ad libitum)

4). Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg.

• 1 Jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes/kg BB/menit (set infus ukuran

1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kh BB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

• 7 jam berikutnya: 12 ml/kg BB/jam 3 tetes/kg/menit (set infus 1 ml – 15

tetes). Atau 13 tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

• 16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit perotal atau intragasikum. Bila anak

tidak mau minum dapat diturunkan DG aa intrawera 2 tetes /kg BB/menit

(1 ml = 15 tetes) atau tiga tetes/kg BB/menit (91 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.

• 1 jam pertama: 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes).

Atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

• 7 jam berikutnya: 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15

tetes), atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).


• 16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak

tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravera 2 tetes/kg

BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.

• 1 jam pertama: 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes)

atau 7 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

• 7 jam berikutnya: 10 ml/kg BB /jam atau 2 ½ tetes/kg BB/menit (1 ml = 15

tetes).

• 16 jam berikutnya: 105 ml/kg BB oralit perarol, atau bila anak tidak mau

minum diberikan DG aa intravera 1 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau

1 ½ tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 kg.

• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam.

• Jenis cairan: cairan 4 : 1 (4 bgn glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½ %).

• Kecepatan: 4 jam pertama 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit (1 ml

= 15 tetes) atau 8 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

B. Pengobatan Dietetik

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7 kg, jenis makanan:

• Susu (ASI dan atau Formula yang mengandung letetosa rendah dan asam

lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).

• Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak

tidak mau minum susu karena di rumah tidak bisa.


• Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya

susu yang tidak mengandung latetosa atau asam lemak yang berarti sedang

atau jenuh.
Cara memberikannya:

Hari 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan makanan paroral. Bila diberi

ASI/susu Formula tetapi diare masih sering, berikan oralit selang seling

dengan ASI, misalnya 2 kali ASI/susu khusus, 1 kali oralit.

Hari 2 : Sampai ke-4: ASI atau Susu Formula rendah lektosa penuh.

Hari 3 : Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau

makanan biasa, disesuaikan dengan umur bayi dan berat badannya.

3. Obat-obatan

a. Obat anti sekresi

• Asetosal : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.

• Klopormazim : dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari

b. Obat spasmolitik dan lain-lain

Umumnya obat spasmolitik seperi papaverin, ekstrak beladoa, opium leporemid tidak

digunakan untuk mengatasi diare lagi.

c. Antibiotik

Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tiada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya

kolera diberikantetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari. Antibiotik juga dapat diberika bila

terdapat penyakit penyerta spt: OMA, Foringitis, Bronkitis atau Bronkopreumonia.

d. Antiemetik

Hanya diberikan bila terdapat muntah pada klien. Misalnya metrklopropamid,

prokloprazin, dan domperidon.

3.2. Pengelolaan Asuhan Keperawatan


Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, penulis menggunakan pendekatan

proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan “proses yang sistematis, proses yang saling

berhubungan, yang disusun menjadi lima tahap yang menekankan asuhan keperawatan secara

individual”, (Depkes RI, 1998).

Lima tahap dalam proses keperawatan meliputi :pengkajian data, diagnosa keperawatan,

perencanaan tindakankeperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama dari proses keperawatan, diman data dikumpulkan

(Masilyn E. Doenges, 1998). Pengkajian merupakan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan

data sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan pearwatan seorang pasien, keluarga dan

masyarakat. ( Depkes RI, 1998). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara percakapan

informal, observasi, konsultasi, wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratarium dan

pemeriksaan penunjang lainnya.

Adapun data dasar yang perlu dikaji pada pasien diare, yaitu: mengenai karakteristik feses

seperti warna, bau, bentuk, konsentasi, frekwensi dan jumlah, faktor penghilang atau pemberat,

tanda dan gejala yang menyertai. ( pengkajian keperawatann kritis, Laura A. Tablot, 1997 ).

Sedang menurut saran Martin Tucker dalam buku standar perawatan pasien edisi V volume

4, pengkajian pada klien diare adalah :

• Sering defakasi, Warna fases mungkin kuning kehijau-hijauan, dan mengandung darah.

• Penurunan berat badan dan kegagalan meningkat berat badan.

• Penurunan nafsu makan.

• Nyeri dan atau kram abdomen

• Distensi abdomen
• Hiperaktif bising usus

• Kemungkinan muntah, demam, peka rangsang, letargi meningkat ekskoriasi bokong.

• Keadaan dehidrasi :

• Defresi fortanel anterior, mata cekung, turgor kulit buruk, selaput lendir kering, tak ada air

mata saat menangis, oliguria dan berat jenis urina tinggi.

• Ketidakseimbangan elektrolit

• Hipornatremia atau Hipernatremia

• Hipokalemia atau Hiperkalemia

• Asidosis metabolik

• Pengkajian Nutrisi

Selanjutnya dalam kapita selekta kedokteran disebutkan mengenai pengkajian klien diare

sebagai berikut :

1. Anamnesie

• Siapa yang terkena diare

• Dimana terjadinya kontak dengan mikro organisme

• Adakah orang lain yang terkena diare disekitar klien

• Apa yang dimakan atau di minum sebelum terkana diare

2. Pemeriksaan Fisik

Kemungkinan ditemukan muntah, neusea, demam dan nyeri perut. Pada infeksi bakteri infasif

dan di temukan nyeri perut yang hebat, demam yang tinggi, dan dapat ditemukan tanda

perforasi yang membutuhkn pembedahan.

3. Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan darah tepi lengkap


• Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatiri dan berat jenis plasma

• Pemeriksaan urin lengkap

• Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur

• Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan di curigai infeksi sistematis

• Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jajuri sangat dianjurkan

Namun dari seluruh pengkajian yang terdapat dalam teori tidak seluruhnya dilakukan oleh

penulis karena ada beberapa hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah faktor prasarana

kesehatan yang kurang memadai misalnya dalam hal pemeriksaan penunjang. Selain itu alasan

bagi penulis sehingga tidak dilakukannya pengkajian yang sesuai dengan teori adalah kondisi dan

keadaan klien yang belum begitu membutuhkan dilakukannya pemeriksaan penunjang yang

spesifik.

3.2.2. Diagnosa Keperawatan

Setelah data-data yang terkumpul dianalisa maka langkah selanjutnya adalah menarik

kesimpulan dari analisa dan merumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan menurut NANDA, yaitu:

“Penilaian teknik tentang respon individu, keluarta atau komiti terhadap masalah kesehatan

atau kehidupan. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi

keperawatan guna mencapai sasaran yang menunjukkan perawat dapat diandalkan”.

Diagnosa keperawatan ada tiga yaitu: Aktual (terdiri dari masalah, penyebab dan gejala),

resiko (terdiri dari masalah dan penyebab), potensial (terdiri dari masalah saja).

Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sering ditemukan pada pasien dengan

diare, yaitu:

a. Menurut Lynda Juall Carpenito (1999) halaman 188-191.


1. Resiko Tinggi terhadap defisit cairan b/d kehilangan sekunder terhadap muntah dan diare.

2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder

terhadap dilatasi sekunder dan hiperperistaltik.

3. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda serta gejala

komplikasi.

b. Menurut Susan Martin Tucker (1999) halaman 958-960:

1. Diare yang berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi, atau malabsorbsi usus.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan mentoleransi cairan

peroral tanpa muntah dan diare.

3. Perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan seringnya defekasi sehingga iritasi

pada daerah anal dan bokong.

4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

kebutuhan perawatan di rumah dan prosedur yang harus diikuti jika diare berulang.

c. Menurut whalley and Wong (1996) halaman 406-407.

1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan cairan yang berlebihan melalui muntah

dan diare.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak

adekuat.

3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme dalam

saluran gastrointinal.

4. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan iritasi akibat frekuansi diare yang sering.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurangnya informasi.


Pada penulisan kasus ini ditemukan sembilan macam diagnosa keperawatan, yang terdiri

dari tujuh diagnosa keperawatan aktual dan dua diagnosa keperawatan dengan resiko.

Tujuh diagnosa keperawatan aktual tersebut adalah:

1. Diare berhubungan dengan melabsorbsi usus.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak

adekuat.

3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui

muntah dan diare.

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen dan diare.

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah anal akibat frekuensi diare yang

sering.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan kurang volume cairan.

7. Ansietas berhubungan dengan prosedur perawatan yang menimbulkan stress dan krisis situasi.

Dua diagnosa keperawatan dengan resiko adalah:

1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan terpasangnya infus.

2. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang kondisi pembatasan diet dan tanda serta gejala komplikasi.

Dari sembilan diagnosa tersebut terdapat tujuah diagnosa yang sesuai dengan teori

(kepustakaan) dan dua diagnosa yang terdapat dalam kasus terapi tidak terdapat dalam teori. Hal

ini disebabkan karena adanya perbedaan di mana respon yang diberikan berbeda-beda tergantung

pada kondisi dan kebutuhan klien.


Adapun diagnosa keperawatan pd An.D yang tidak sesuai atau yang tidak terdapat dalam

teori adalah:

1. Ansietas berhubungan dengan prosedur perawatan yang menimbulkan stres dan krisis siatusi.

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan terpasangnya infus.

3.2.3. Perencanaan

Yang dimaksud dengan perencanaan dalam proses keperawatan sesuai dengan Depkes RI,

1998 adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah

keperawatan yang dihadapi klien. Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan

dimana tujuan/hasil ditentukan dan intervensi dipilih. Sedang rencana perawatan adalah bukti

tertulis dari tahap dua dan tahap tiga proses keperawatan yang mengindertifikasi masalah atau

kebutuhan klien, tujuan/hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan

menangani masalah atau kebutuhan klien. (Marilynn E. Doerges, 1998)

Adapun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien sesuai diagnosa

yang ada dan jelas diprioritaskan adalah :

a. Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus

Tujuan : diare dapat teratasi dalam jangka waktu 3 x 24 jam

Kriteria standar :

Orang tua klien melaporkan penurunan frekuensi defeleasi, karakteristik feses kembali normal.

Oarang tua klien dan keluarga menghindari faktor pemberat.

Rencana Tindakan :

1. Kaji dan observasi frekuensi defeleasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
2. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare misal sayuran segar dan buah,

sereal, bumbu minuman karbonat dan produk susu

3. Mulai berikan pemasukan cairan oral secara bertahap tawarkan minuman jernih tiap jam,

hindari minuman dingin.

4. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong istirahat adekuat

5. Observasi demam, lebargi, tabikardia, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan

kelesuan

6. Kolaborasi dalam pemberian antikolinergik dan antibiotik

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan melalui

muntah dan diare.

Tujuan : kebutuhan cairan tubuh terpenuhi setelah diberikan tindakan perawatan

dalam jangka waktu 3 x 24 jam.

Kriteria standar :

Klien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi seperti turgor kembali normal dan membran mukosa

kembali lembab.

Orang tua klien dan klien mempertahankan hidrasi yang adekuat.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat kebutuhan cairan tubuh klien.

2. Kaji tanda – tanda dehidrasi serta observasi intake dan output

3. Lakukan rehidrasi oral untuk rehidrasi dan penggantian terhadap kehilangan cairan.

Berikan dalam jumlah sedikit khususnya jika klien muntah.

4. Sesudah rehidrasi tawarkan diet umum yang dapat di toleransi.

5. Berikan dan monitor cairan parenteral sesuai pesanan.


6. Timbang berat badan tiap hari.

7. Ukur tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental tiap 4 jam atau sesuai

indikasi.

8. Anjurkan untuk rehidrasi oral dengan cairan rendah sodium seperti air, asi dan susu

formula bebas / rendah laktosa.

9. Instruksikan keluarga untuk pemberian terapi yang tepat, mengukur intake dan output dan

menilai tanda – tanda dehidrasi.

10. Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan antibiotik

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak

kuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam jangka waktu 2 x 24 jam dan klien dapat

mempertahankan status nutrisi yang adekuat

Kriteria standar :

Berat badan dalam batas normal sesuai tinggi dan umur klien, klien melaporkan tidak ada rasa

mual dan muntah dan kembalinya nafsu makan dan selera klien dengan mampu menghabiskan

porsi makan yang disediakan.

Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi klien serta intake dan output

2. Timbang berat badan tiap hari

3. Observasi dan catat respon klien terhadap diet yang diberikan

4. Sesudah rehidrasi anjurkan ibu tetap memberi asi

5. Hindari pemberian diet BERAT ( Bananas, Rice, Apples, Teastor Tea )

6. Diskusikan tentang pilihan diet dari pada membahas pantangan diet.


7. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama makan dan pantau persentase makanan

yang dimakan.

8. Anjurkan untuk memberikan makanan cair sedikit tapi sering.

d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen dan diare.

Tujuan : Gangguan rasa nyaman teratasi setelah dilakukan perawatan dalam jangka

waktu 2 x 24 jam

Rencana tindakan :

1. Kaji keadaan abdomen dan faktor penyebab kram

2. Atur posisi klien agar berbaring dalam posisi telentang dengan kompes hangat diatas

abdomen.

3. Dorong ibu klien untuk memberikan dalam jumlah kecil tetapi sering dari cairan jernih

dingin ( misal air, agar – agar, jahe ) 30-60ml

4. Instruksikan orang tua klien agar klien dihindarkan dari hal ini :

a. cairan panas/dingin

b. makanan yang mengandung serat atau lemak

c. kafein

5. Lindungi area perianal dari iritasi dan menganjurkan ibu selalu menjaga kebersihan daerah

anal.

6. Kolaborasi dalam pemberian terapi dan antibiotik

e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan kurang volume cairan

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal dalam jangka waktu 2 x 24 jam

Kriteria standar :
Suhu badan dalam batas normal 36,5 0C – 370C. berat badan dalam batas normal sesuai tinggi

dan usia. Turgor baik, mukosa bibir lembab

Rencana Tindakan :

1. Kaji peningkatan suhu tubuh dan observasi tanda – tanda dehidrasi.

2. Beri kompres hangat daerah dahi dan aksila

3. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

4. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan rehidrasi oral pada klien

5. Anjurkan ibu untuk memberikan pakaian yang menyerap keringat

6. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah anal akibat frekuensi bab encer

yang sering.

Tujuan : Gangguan integritas kulit dapat teratasi setelah diberikan tindakan keperawatan

Kriteria standar :

Daerah perianal terjaga kebersihannya. Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mengeluh

perih dan gatal daerah peranal.

Rencana tindakan :

1. Kaji daerah anal dan observasi dari infeksi

2. Berikan salep seperti asam oxide pada daerah perianal sesuai pesanan

3. Anjurkan ibu klien untuk memberikan daerah anal sesudah bab secara lembut dan

menggunakan bahan yang lunak

4. Kolaborasi dalam pemberian anti fungial

g. Ansietas berhubungan dengan prosedur perawatan yang menimbulkan stres dan krisis situasi
Tujuan : Ansietas hilang atau berkurang sesudah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Standar :

Klien nampak tenang, klien tidak ketakutan saat perawat menghampiri, terbina trust antara

perawat dan klien dan keluarga ikut serta dalam perawatan

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien dan faktor penyebabnya

2. Lakukan kontak dengan klien dengan waktu yang singkat tetapi sering

3. Gunakan sentuhan, pegangan, dan suara yang lembut kepada klien

4. Jangan membohongi klien dalam melakukan tindakan

5. Gunakan stimulasi sensasi dan hiburan yang tepat ( terapi bermain ) jika kondisi klien

memungkinkan

6. Mengikutsertakan keluarga dalam perawatan sesuai kemampuan keluarga

h. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan terpasangnya infus.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi selama infus terpasang

Kriteria Standar :

Tidak ada tanda – tanda infeksi dan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Rencana Tindakan :

1. Kaji dan observasi adanya tanda inveksi

2. Lakukan perawatan infus dengan teknik aseptik dan antiseptik

3. Monitor tanda vital dan awasi adanya peningkatan suhu tubuh

4. Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri g lingkungan

i. Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapetik berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda serta gejala komplikasi
Tujuan : penatalaksanaan regimen terapentik efektif selama perawatan

Kriteria Standar :

Orang tua klien mau bekerja sama dengan tim kesehatan dalam dalam memberikan perawatan

pada anaknya. Orang tua klien mengerti tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda serta

gejala komplikasi

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pemahaman orang tua klien, jelaskan hal berikut :

a. Agen penyebab

b. Tindakan pencegahan

c. Tindakan pencegahan

2. Diskusikan pembatasan diet

a. Makanan tinggi serat

b. Makanan tinggi lemak

c. Air yang sangat panas atau dingin

3. Anjurkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini :

a. Ketidak mampuan untuk menyerap keringat

b. Urin coklat gelap menetap selama > 12 jam

c. Fase bercampur darah

4. Jelaskan pentingnya mempertahankan keseimbangan antara masukan cairan oral dan

keluaran cairan

5. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat

6. Jelaskan tindakan pencegahan

a. Penyimpanan / pendinginan makanan yang tepat


b. Pembersihan alat dapur yang tepat

c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang makanan.


BAB II

RESUME KASUS

Dalam bab ini penulis akan menyajikan suatu kasus dengan menggunakan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun kasus yang
akan disajikan adalah klien dengan diare, sejak tanggal 9 Agustus
Data yang diperoleh adalah berdasarkan pengamatan langsung, anamnesa klien dan

keluarganya, informasi dari perawat dan dokter serta catatan keperawatan dan medis.

2.1 Pengkajian

Data yang penulis kumpulkan dalam tahap pengkajian pada tanggal 9 Agustus adalah
sebagai berikut :
2.1.1 Identitas Klien

Klien bernama An. D, berusia 2,4 tahun (tanggal lahir 16 April 2017), jenis kelamin laki-

laki, beragama Islam, belum menikah, pekerjaan orang tua (ayah) swasta, ibu hanya sebagai ibu

rumah tangga, pendidikan terakhir ayah SMEA dan ibu SMP, alamat Mulawarman

2.1.2 Keluhan Utama/

Klien buang air besar encer lebih dari 10 kali.

2.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Sejak hari Rabu (7 Agustus 2019) jam 17.00 sore klien mengeluh sakit kepala, badan terasa

panas. Jam 21.00 wita klien buang air besar terus-menerus lebih dari 10 kali, konsistensi cair,

lendir (+) , busa (+) , warna feses kecokelatan, bau busuk (+). Sejak itu klien tak makan atau

minum. Kamis pagi (8 Agustus 2019) ibu klien membawa klien ke Puskesmas. Pukul 24.00 wita

bada klien terasa panas, klien mengeluh pusing.

Pada waktu masuk rumah sakit klien dalam keadaan sadar, mengeluh sesak nafas,

kemudian klien kejang dan badan terlihat membiru (cyanosis), setelah tanda-tanda vital diukur
ternyata suhu badan 400C, pernafasan 28 kali/menit, dan denyut nadi 104 kali/menit. Diagnosa

medis ditetapkan Gastroenteritis dan Dehidrasi.

2.1.4 Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Klien pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit diare ± 6 bulan yang lalu. Klien

mendapat imunisasi dasar secara lengkap. Mengenai perawatan kehamilan dan antenatal dilakukan

ibu secara rutin.

2.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit yang sering dialami pada anggota keluarga An. D yaitu batuk, flu dan gastritis.

Cara mengatasi penyakit pada keluarga An. D yaitu dengan berobat ke Puskesmas.

Genogram :

Keterangan Genogram :

: Perempuan

: Laki –Laki

: Klien (Anak D)

: Menderita Penyakit Keturunan (Hipertensi)


: Tinggal dalam satu rumah

2.1.6 Riwayat Sosial Ekonomi

Klien tinggal dengan kedua orang tuanya dan 1 orang kakak perempuan yang berusia 10

tahun. Hubungan antar anggota keluarga cukup harmonis. Ayah klien bekerja sebagai karyawan

di perusahaan bangunan. Penghasilan tiap bulan tidak tentu tetapi cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehari-hari.

2.1.7 Riwayat Psikologis

Klien dapat berkomunikasi dengan cukup baik, daya ingat dan konsentrasi baik, keadaan

emosi saat ini agak labil. Klien merasa cemas dan takut dengan situasi yang dialaminya saat ini

berhubungan dengan dampak hospitalisasi serta berbagai prosedur perawatan yang menimbulkan

stres pada pasien.

2.1.8 Pola Aktivitas/Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Klien mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari, begitu pula selama dirawat di

rumah sakit. Sebelum masuk rumah sakit klien nampak tidak mau makan/minum. Namun saat

ini klien sudah mau menghabiskan seperempat sampai setengah porsi.

b. Pola Eliminasi

Klien mempunyai kebiasaan buang air besar di rumah satu kali sekali, dan buang air

kecil tidak tentu banyaknya, serta tidak ada keluhan dalam buang air besar maupun buang air

kecil selama ini. Namun sejak dua hari yang lalu klien buang air besar berbentuk encer dengan

frekuensi 3-6 kali sehari/lebih sering dari biasanya.

c. kebersihan Diri/Personal Hygiene


Klien mandi dua kali sehari, sikat gigi dua kali sehari, kuku dipotong seminggu sekali.

Selama sakit pemenuhan kebersihan diri klien dilakukan oleh sang ibu dengan penuh perhatian

sehingga klien tetap merasa nyaman dan bersih.

d. Pola Istirahat dan Tidur

Klien di rumah waktu tidur malam sekitar pukul 21.30 wita dan tidur siang pukul 14.00

wita.

Selama di rumah sakit tidur klien agak terganggu karena suasana yang asing bagi klien,

agak ribut dan agak panas.

e. Aktivitas Bermain

Klien di rumah biasanya bermain dengan orang tuanya dan saudara perempuannya,

kadang dengan teman sebaya. Namun klien lebih suka bermain dengan yang berusia di atasnya,

dibanding teman sebaya.

Selama di rumah sakit kebutuhan klien akan bermain kurang terpenuhi, dan hal ini

dapat menimbulkan gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selama sakit.

f. Riwayat Tumbuh Kembang

Tersenyum umur 40 hari, Miring umur 2,5 bulan, Tengkurap umur 3 bulan, Membalik

badan sendiri umur 3,5 bulan, Duduk umur 7,5 bulan, Merangkak umur 8 bulan, Berdiri umur

10 bulan, Berjalan umur 11 bulan, Mengucapkan dua patah kata umur 12 bulan

2.1.9 Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum dan Status Mental

Tingkat kesadaran klien compos mentis, keadaan klien sedang, orientasi dan persepsi

klien baik.
b. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah = 90/70 mmHg, denyut nadi 100 kali/menit, pernafasan 26 kali/menit,

dan suhu badan 36,40C.

c. Ukuran Antropometrik :

BB lahir : 3800 g BB saat ini : 10.000 g


TB lahir : 50 cm TB saat ini : 79 cm
Lingkar kepala 46 cm
Lingkar lengan atas 15 cm
Lingkar dada 52 cm
Lingkar perut 55 cm
d. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kepala tidak ada benjolan, rambut sehat tidak berbau, kulit kepala cukup bersih. Muka

agak lonjong, pupil berbentuk bulat isokhor, konjunktiva anemis, sklera tidak ikhterik, vesus

normal dan tidak ada peninggian tekanan bola mata.

Posisi septum nasi tidak deviasi, pasien tidak menggunakan pernafasan cuping hidung,

liang telinga bersih dan tidak ada kelainan dan gangguan pendengaran.

Keadaan bibir agak kering, tidak ada stomatitis, rongga mulut bersih, tidak terdapat

caries pada gigi dan keadaan gusi sehat, namun ditemukan adanya bau mulut.

Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, vena jugularis normal, denyut

nadi carotes teraba cepat 104 kali/menit.

e. Pemeriksaan Thoraks

Bentuk thoraks bulat, takipnea 28 kali/menit, pola pernafasan teratur dalam perkusi

dinding dada tympani, suara nafas vesicular dan tidak terdapat suara nafas tambahan.

Pemeriksaan jantung ictus cordis berada di ICS kelima pada linea medio clavicularis

kiri, tidak terdapat bunyi jantung tambahan dan frekuensi denyut jantung 104 kali/menit.
f. Pemeriksaan Integumen dan Ekstremitas

Keadaan kulit bersih, turgor normal (kembali cepat/segera setelah ditekan), kulit

kering, warna kulit sedikit ikhterik . Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak ada kelainan.

g. Pemeriksaan Abdomen dan Genetalia

Bentuk abdomen agak cembung simetris, tidak ada tanda-tanda acites, tidak ada

benjolan atau massa, peristaltik usus terdengar 16 kali/menit, cepat, nyaring dan keras, bunyi

tympani dan nyeri tekan pada epigastrium. Genetalia dan sekitarnya bersih, tidak ada kelainan.

Daerah rectum nampak sedikit kemerahan. Hepar dan lien tidak eraba.

2.1.10. Pemeriksaan Penunjang

- Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Agustus 2019 yaitu Hb 10,4 g/dl, leucocyt 5300

mm3, haematocyt 34 %, dan trombo 198.000 mm3.

2.1.11. Penatalaksanaan

Tanggal 8 Agustus 2019 ,Sanfrima syrup 2x1 cth, Sanmol syrup 3x1 cth, Koopektat
3x1 cth. Bila terjadi kejang diberikan stesolid 5 mg per rectal.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian data yang dilakukan, maka rumusan diagnosa keperawatan yang
didapat yaitu :
1. Tanggal 9 Agustus 2019

Diare berhubungan dengan malabsorpsi usus.

Data subyektif :

Orang tua klien mengatakan anaknya berak encer ± 4 kali, tija bercampur darah sedikit.

Data obyektif :

Buang air besar encer meningkat, konsistensi cair, warna kuning, bercampur darah sedikit, bau

busuk.
2. Tanggal 9 Agustus 2019

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak

adekuat.

Data subyektif :

Ibu klien mengatakan anaknya berak encer ± 4 kali, dan klien makan hanya sedikit sekitar 1/5

porsi yang disediakan.

Data obyektif :

Berat badan menurun = 10 kg, sebelumnya 11 kg, keadaan klien lemah, porsi makan hanya

dimakan sedikit saja sekitar 1/5 porsi dari porsi yang disediakan.

3. Tanggal 9 Agustus 2019

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah perianal akibat buang air besar

encer yang sering.

Data subyektif :

Ibu klien mengatakan anaknya berak encer ± 4 kali, dan klien kadang mengeluh gatal dan perih

daerah perianal.

Data obyektif :

Klien sering buang air besar encer, daerah perianal nampak kemerahan.
2.3 Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan pada pasien gastrouteritis yang penulis susun


berdasarkan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Tanggal 9 Agustus 2019. Diagnosa keperawatan nomor : 1.

Tujuan : Diare dapat teratasi dalam jangka waktu 3x24 jam

Kriteria standar :

Orang tua klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal. Orang

tua klien dan keluarga mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.

Rencana tindakan :

1.1 Kaji dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.

Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengakji beratnya diare.


1.2 Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misal sayuran segar dan buah,

sereal, bumbu, minuman karbonat dan produk susu.

Rasional : Untuk menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.

1.3 Mulai berikan pemasukan cairan peroral secara bertahap .

Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.

Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menurunkan atau


menghilangkan rangsang makanan/cairan.
Pemasukan cairan peroral secara bertahap mencegah kram dan diare berulang, namun
cairan dingin dapat meningkatkan mobilitas usus.
1.4 Jelaskan manfaat istirahat dan dorong istirahat adekuat, anjurkan untuk tirah baring.

Rasional : Istirahat menurunkan mobilitas usus, juga menurunkan laju


metabolisme bila terjadi infeksi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat
tak terkontrol.
1.5 Observasi demam, letargi, takikardian, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas

dan kelesuan.

Rasional : Ini merupakan tanda bahwa toksik mengakolon/perforasi dan


peritonisis akan terjadi atau telah terjadi sehingga memerlukan intervensi medik
segera.
1.6 Kolaborasi dalam pemberian terapi antikolinergik dan antibiotik.

Rasional : Antikolinergik untuk menurunkan mobilitas / peristaltik


gastrointestinal dan menurunkan sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan
diare, antibiotik untuk mengobati infeksi sufuratif lokal.

2. Tanggal 9 Agustus 2019. Diagnosa keperawatan nomor : 2.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam jangka waktu 2x24 jam dan klien dapat
mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria standar :
Berat badan dalam batas normal sesuai tinggi dan umur, klien melaporkan tidak ada rasa mual
dan muntah dan kembalinya nafsu makan dan selera makan klien dengan mampu
menghabiskan porsi makan yang disediakan.
Rencana tindakan :
2.1 Kaji status nutrisi klien serta intake dan output

Rasional : Sebagai perbandingan dalam menentukan perubahan nutrisi klien selama


sakit.
2.2 Timbang berat badan tiap hari

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien.


2.3 Observasi dan catat respon klien terhadap diit yang diberikan.

Rasional : Untuk menilai toleransi klien terhadap diit yang diberikan.


2.4 Sesudah rehidrasi, anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI.

Rasional : Pemberian ASI dapat membantu dalam mempercepat proses


penyembuhan.
2.5 Hindari pemberian diit BRAT (Bananas, Rice, Apple dan Toast/Tea).

Rasional : Karena diit ini mengandung tingkat energi dan protein yang rendah,
karbohidrat yang terlalu tinggi, serta rendah kadar elektrolitnya.
2.6 Diskusikan tentang pilihan diit daripada membahas pantangan diit.

Rasional : Klien dan keluarga menjadi tak berselera bila diit terlalu dibatasi.
2.7 Berikan lingkungan yang menyenangkan selama makan dan pantau persentase makanan

yang dimakan.

Rasional : Nafsu makan terangsang pada situasi yang relaks dan


menyenangkan.
2.8 Anjurkan untuk memberikan makanan cair sedikit tapi sering.

Rasional : Pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastrik
sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.
3. Tanggal 9 Agustus 2019. Diagnosa keperawatan nomor : 3.

Tujuan : Gangguan integritas kulit dapat teratasi setelah diberikan tindakan keperawatan.

Kriteria standar :
Daerah perianal terjaga kebersihannya. Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mengeluh
perih dan gatal daerah perianal.
Rencana tindakan :
3.1 Kaji keadaan daerah anal dan observasi dari infeksi.

Rasional : Agar dapat diketahui keadaannya dan dilakukan intervensi segera sesuai
kondisi klien.
3.2 Berikan salep seperti asam oxide pada daerah perianal sesuai pesanan.

Rasional : Untuk melindungi kulit anal dari iritasi.


3.3 Anjurkan ibu klien untuk membersihkan daerah anal sesudah buang air besar secara

lembut dan menggunakan bahan yang lunak, atau sabun non alkaline dan air.

Rasional : Karena cara membersihkan dan bahan yang digunakan akan


mempengaruhi keadaan kulit klien.
3.4 Kolaborasi dalam pemberian antifungial.

Rasional : Untuk pengobatan bila ada infeksi jamur pada kulit daerah anal.

2.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan keperawatan berpedoman pada perencanaan dan didokumentasikan

dalam catatan keperawatan dari tanggal 9 Agustus 2019 .

1. Tanggal 9 Agustus 2019

a. Masalah keperawatan pertama : Diare

1.1 Menanyakan kepada keluarga klien mengenai frequensi diare, karakteristik tinja,

jumlah dan faktor pencetus, didapatkan klien BAB encer > 4 kali sehari, feses cair

bercampur lendir dan sedikit berdarah , jumlah banyak dan faktor pencetus tidak

diketahui.

1.2 Bersama keluarga mengidentifikasi makanan dan cairan yang harus di hindari karena

dapat mencetuskan diare

1.3 Bersama keluarga mulai melakukan pemberian rehidrasi oral secara bertahap, dan klien

mau melakukannya

1.4 Menganjurkan kepada orang tua klien agar klien diberikan istirahat yang adekuat dan

membujuk klien agar mau istirahat saja ditempat tidur

1.5 Memeriksa keadaan klien apakah ada demam, takikardia dan demam serta memeriksa

hasil pemeriksanaan laboratorium dan ditemukan.

1.6 Memberikan obat makan pagi, Sarprima 1 cth, Sarmol 1 cth dan koopeletat 1 cth, obat

berhasil diminumkan.
b. Masalah keperawatan kedua : Perubahan Nutrisi

2.1 Mengevaluasi intake dan output klien, klen BAB encer + 4 kali, makan hanya sedikit

sekali. Hanya sekitar 1/5 porsi dihabiskan.

2.2 Menimbang BB klien, berat badan 10 Kg

2.3 Menanyakan kepada ibu klien makanan apa yang biasa menimbulkan diare pada klien,

dan ternyata pemberian susu formula yang mengandung laktosa menimbulkan diare pada

klien.

2.4 Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan asi pada klien

2.5 Memberi penjelasan kepada ibu tentang pembatasan diet BRAT (Banana/pisang,

Apple/buah-buahan, dan teh)

2.7 Menganjurkan orang tua untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bila lien makan.

c. Masalah keperawatan ketiga : Gangguan Integritas Kulit

3.1 Melakukan pemeriksaan daerah anal, ditemukan daerah anal nampak sedikit kemerahan

3.2 Mengingatkan ibu klien untuk tetap menjaga kebersihan daerah anal dengan mencuci

daerah anal sesudah BAB dengan air dan sabun secara lembut.

d. Masalah keperawatan keempat : Ansietas

4.1 Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga sambil mengkaji tingkat kecemasan yang

dialami klien

4.2 Melakukan kontak dengan klien dalam waktu yang singkat, menyapa klien dan

menanyakan keadaannya
4.3 Dalam melakukan kontak dengan menggunakan sentuhan dan suara yang lembut dengan

klien

4.4 Melakukan pemeriksaan fisik dengan didampingi kedua orang tua, menjelaskan setiap

tndakan yang akan dilakukan pada klien, dan memberi kesempatan klien untuk memegang

alat-alat pemeriksa yang digunakan

4.6 Mengikutsertakan keluarga dalam perawatan sesuai kemampuan keluarga

e. Masalah keperawatan kelima : Resiko terjadi Infeksi

5.1 Memeriksa keadaan infus dan mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi, tidak terdapat

tanda-tanda infeksi namun klien sering melakukan gerakan pada daerah terpasang infus

5.2 Merawat inpus dengan mengganti plaster dan memberi bethadin serta memperbaiki

fiksasinya

5.3 Bersama ibu menyeka klien dan mengganti baju klien serta mengganti laken dan

merapikan lingkungan klien

5.4 Mengobservasi dan mengatur tetesan inpus, tetesan inpus lancar dan sesuai pesanan

5.5 Mengukur suhu badan klien; suhu badan = 36,7 oC

f. Masalah keperawatan keenam : Gangguan rasa nyaman

6.1 Melakukan pemeriksaan daerah abdomen, abdomen teraba agak keras. Menanyakan

kepada ibu mengenai faktor penyebab dan ibu mengatakan akibat makan buah

kelengkeng

6.2 Mengatur posisi klien untuk berbaring telentang dan memberi kompres hangat diatas

abdomen

6.3 Mengenjurkan ibu untuk memberikan klien cairan jernih dingin dalam jumlah kecil tetapi

sering seperti air dan agar-agar


6.4 Memberitahu orang tua klien agar klien dihindarkan dari cairan panas/dingin, makanan

yang mengandung lemak atau serat seperti susu tinggi laktosa dan buah, serta kafein

2.5 Evaluasi

Pada tahap akhir ini akan diuraikan perkembangan klien sesuai batas waktu yang telah

ditetapkan untuk melihat perkembangan keadaan klien dan sejauh mana keberhasilan

pelaksanaan keperawatan yang dilakukan. Evaluasi tersebut dicantumkan dalam catatan

perkembangan yang diukur melalui data subyektif dan objektif yang terkumpul kemudian yang

dianalisa untuk menentukan perencanaan selanjutnya. Adapun hasil evaluasi yang penulis

temukan pada An. D adalah sebagai berikut :

1. Tanggal 09 Agustus 2019

a. Diagnosa keperawatan pertama

Subyektif :

Ibu Klien mengatakan Klien bab encer > 4 kali, tinja berbentuk cair bercampur

lendir dan sedikit darah, jumlahnya banyak.

Objektif :

Turgor sedang (kembali segera), mukosa bibir agak kering, klien nampak lemas, nadi

100 x/menit.

Analisa :

Masalah belum teratasi.

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi :

1.1 Kaji dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.

1.2 Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare


1.3 Berikan pemasukan cairan peroral secara bertahap

1.4 Dorong untuk istirahat adekuat

1.5 Observasi demam, dan takikardia

1.6 Kolaborasi dalam pemberian terapi

b. Diagnosa Keperawatan kedua

Subjektif:

Ibu Klien mengatakan Klien tidak mau makan

Objektif :

Berat badan turun jadi 10 Kg, sebelum sakit 11 Kg

Klien nampak lemas, porsi yang disediakan dimakan hanya sedikit saja.

Analisa :

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

2.1. Kaji status nutrisi klien serta intake dan output

2.2. Timbang berat badan setiap hari

2.4. Anjurkan ibu untuk memberikan Asi

2.5. Jelaskan pada keluarga untuk menghindari diet BRAT

c. Diagnosa Keperawatan Ketiga

Subjektif :

Ibu mengatakan selalu membersihkan daerah anal anaknya sesudah membuang air

besar

Objektif :
Ibu Klien membasuh daerah anal klien sesudah bab dengan air dan sabun secara

lembut.

Analisa :

Masalah teratasi sebagian

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi :

3.1 Kaji keadaan daerah anal dan observasi tanda infeksi.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan pada resume kasus dan pembahasan penulis dapat mengambil


beberapa kesimpulan yaitu :
1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100-200 perjam) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO

(1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.

2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Anak D ditemukan sembilan diagnosa keperawatan,

yaitu :

a. Diare berhubungan dengan malabsorpsi usus.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake

tidak adekuat.

c. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui

diare dan muntah.

3. Kesenjangan masalah yang ada antara teori dan kasus secara nyata seperti masalah

ansietas dan rester infeksi berhubungan dengan terpasangnya infus dapat teratasi dengan

upaya penanggulangan keperawatan dan kolaborasi yang baik.

4. Perencanaan asuhan keperawatan yang lengkap dan spesifik sangat membantu dalam

menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien.

5. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Anak D penulis melaksanakan asuhan

sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain, klien dan keluarga klien sehingga masalah yang ditemukan pada Anak D dapat

diatasi.

4.2 Saran

1. Untuk Dinas Kesehatan dan Instansi yang terkait perlu ditingkatkan pelaksanaan program

penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan memberi penjelasan

tentang resiko timbulnya penyakit menular yang bersifat endemik.

2. Untuk para Pelaksana Kesehatan

Diharapkan kerjasama yang baik yang telah ada selama ini ditingkatkan lagi demi

terlaksananya asuhan keperawatan yang semakin berkualitas pada klien.

3. Untuk Teman Sejawat

Diharapkan agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diare secara

spesifik dan komprehensif sehingga jumlah angka kematian klien dengan diare khususnya

pada anak dan balita tidak bertambah lagi.

S-ar putea să vă placă și