Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
D DENGAN
DIARE
DI
OLEH :
2019
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dalam jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 – 200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
B. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Prnyebab lain yang dapat menimbulkan diare adalah toksir dan obat, metrisi enternal diikuti
dengan puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal atau berbagai kondisi lain.
Dalam penelitian Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur(1993-1994) terdapat 123 pasien
yang dirawat di bangsal diare didapatkan hasil isolasi dengan E. Coli (38,29%), V. Cholerai
Ogawa (18,29%), dan Aeromonas sp. (14,29%) sebagai tiga penyebab terbanyak.
C. Patogeresis
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmatik dalam rongga usus meringgi sehingga trejadi pengeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksir) pada dinding usus akan terjadi
peningkatansekresi, air elektrolit ka dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terjadi peningkatan isi rongga usus. Fases akan terbentuk seperti air.
magnesium tinggi, contonya artasid, multivitamin dan mineral, serta obat-obat yang
bersifat laksatif).
menghasilkan gas H2 dan CO2 sehingga timbul kembung dan flatus berlebihan serta
4) Diare inflamasi
Diare ini merupakan diare dengan kerusakan dan kematian eteosit di sertai peradangan,
fases berdarah. Kelompok ini paling sering ditemukan. Terbagi dua yaitu inflamosi non
spesifik dan spesifik. Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn termasuk kelompok inflamasi
nonspesifik.
D. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi fases dan mobilitas
usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan etimatik
mempengruhi konsistensi fases yang terbentuk. Peristaltik saluran cerna yang teratur akan
mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik sedangkan peningkatan motilitas
usus berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang akan mempengaruhi pola
defekasi.
E. Gambaran Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja air, mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat ysng berasal dari laktosa yang tidak
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, bila
pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak yaitu
berat badan turun, tenaga berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
membran mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan rata-
rata kehilangan cairan sebanyak 12 1/2 %. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang
sehingga dapat terjadi ranjatan hipovolemik berat dengan gejala denyut jantung menjadi
cepat, denyut nadi cepat (lebih dari 120/menit) dan kecil, tekanan darah menurun sampai tak
terukur, pasien gelisah, sangat lemah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, dan
soporokomateus).
Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria) bila sudah terjadi asidosis
metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul) asidosis metabolik terjadi karena (1) kehilangan NaHCO3 melaui tinja diare, (2)
ketosis kelaparan, (3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan
(karena oliguria/anuria), (4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel,
F. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi komplikasi
sebagai berikut :
2. Renjatan Hipovolemik.
4. Hipoglekemia.
5. Intolerasi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisieni enzim laktosa.
b. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreaterin dan berat jenis plasma.
e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.
f. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serilogi elicoback jajuri sangat dianjurkan.
H. Peratalaksanan Medik
1. Pemberian cairan; jenis cairan; cara memberikan cairan, dan jumlah pemberiannya.
3. Obat-obatan
1. Pemberian cairan
a. Jenis cairan
1) Cairan peroral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa
Untuk diare Akut dan diare kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium
90 mEq/L.
Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar Natrium
50-60 mEq/L.
Formula lengkap sering disebut oralit, cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri
(formula tidak lengkap) hanya mengandung gula dan garam(Sukosa dan Nall),
atau air tajin yang di beri garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah
2) Cairan Parenteral.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
Derajat Dehidrasi
Tanda dan Gejala
a. Tanpa b. Ringan/Sedang c. Berat
sedikit
selama 6 jam
B. Pemeriksaan
Fisik
a. Infeksi
fisik sadar
lidah
normal dalam
b. Palpasi
umbun
lebih
Tabel a-2
Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi
Dehidrasi
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
Tabel a-3
10 – 15 kg 2 – 5 th 100 80 25 205
15 – 25 kg 5 – 10 80 25 25 130
Keterangan :
* PWL : Preview water losses (ml/kg BB) (cairan yang hilang karena muntah).
** NWL : Normal water losses (ml/kg BB) (ciran urine, penguapan kulit, pernapasan).
*** CWL : Concomitant water losses (ml/kg BB) (karena diare dan muntah-muntah terus).
Jadi mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari
• Peroral sebanyak anak mau minum atau satu gelas tiap defekasi.
• 16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit perotal atau intragasikum. Bila anak
tetes).
• 16 jam berikutnya: 105 ml/kg BB oralit perarol, atau bila anak tidak mau
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 kg.
B. Pengobatan Dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang
• Susu (ASI dan atau Formula yang mengandung letetosa rendah dan asam
• Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
susu yang tidak mengandung latetosa atau asam lemak yang berarti sedang
atau jenuh.
Cara memberikannya:
ASI/susu Formula tetapi diare masih sering, berikan oralit selang seling
Hari 2 : Sampai ke-4: ASI atau Susu Formula rendah lektosa penuh.
Hari 3 : Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau
3. Obat-obatan
Umumnya obat spasmolitik seperi papaverin, ekstrak beladoa, opium leporemid tidak
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tiada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya
d. Antiemetik
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan “proses yang sistematis, proses yang saling
berhubungan, yang disusun menjadi lima tahap yang menekankan asuhan keperawatan secara
Lima tahap dalam proses keperawatan meliputi :pengkajian data, diagnosa keperawatan,
3.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dari proses keperawatan, diman data dikumpulkan
data sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan pearwatan seorang pasien, keluarga dan
masyarakat. ( Depkes RI, 1998). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara percakapan
Adapun data dasar yang perlu dikaji pada pasien diare, yaitu: mengenai karakteristik feses
seperti warna, bau, bentuk, konsentasi, frekwensi dan jumlah, faktor penghilang atau pemberat,
tanda dan gejala yang menyertai. ( pengkajian keperawatann kritis, Laura A. Tablot, 1997 ).
Sedang menurut saran Martin Tucker dalam buku standar perawatan pasien edisi V volume
• Sering defakasi, Warna fases mungkin kuning kehijau-hijauan, dan mengandung darah.
• Distensi abdomen
• Hiperaktif bising usus
• Keadaan dehidrasi :
• Defresi fortanel anterior, mata cekung, turgor kulit buruk, selaput lendir kering, tak ada air
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Asidosis metabolik
• Pengkajian Nutrisi
Selanjutnya dalam kapita selekta kedokteran disebutkan mengenai pengkajian klien diare
sebagai berikut :
1. Anamnesie
2. Pemeriksaan Fisik
Kemungkinan ditemukan muntah, neusea, demam dan nyeri perut. Pada infeksi bakteri infasif
dan di temukan nyeri perut yang hebat, demam yang tinggi, dan dapat ditemukan tanda
3. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan di curigai infeksi sistematis
• Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jajuri sangat dianjurkan
Namun dari seluruh pengkajian yang terdapat dalam teori tidak seluruhnya dilakukan oleh
penulis karena ada beberapa hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah faktor prasarana
kesehatan yang kurang memadai misalnya dalam hal pemeriksaan penunjang. Selain itu alasan
bagi penulis sehingga tidak dilakukannya pengkajian yang sesuai dengan teori adalah kondisi dan
keadaan klien yang belum begitu membutuhkan dilakukannya pemeriksaan penunjang yang
spesifik.
Setelah data-data yang terkumpul dianalisa maka langkah selanjutnya adalah menarik
kesimpulan dari analisa dan merumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan. Diagnosa
“Penilaian teknik tentang respon individu, keluarta atau komiti terhadap masalah kesehatan
Diagnosa keperawatan ada tiga yaitu: Aktual (terdiri dari masalah, penyebab dan gejala),
resiko (terdiri dari masalah dan penyebab), potensial (terdiri dari masalah saja).
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sering ditemukan pada pasien dengan
diare, yaitu:
2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder
dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda serta gejala
komplikasi.
1. Diare yang berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi, atau malabsorbsi usus.
3. Perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan seringnya defekasi sehingga iritasi
kebutuhan perawatan di rumah dan prosedur yang harus diikuti jika diare berulang.
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan cairan yang berlebihan melalui muntah
dan diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak
adekuat.
saluran gastrointinal.
4. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan iritasi akibat frekuansi diare yang sering.
dari tujuh diagnosa keperawatan aktual dan dua diagnosa keperawatan dengan resiko.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak
adekuat.
3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah anal akibat frekuensi diare yang
sering.
7. Ansietas berhubungan dengan prosedur perawatan yang menimbulkan stress dan krisis situasi.
kurang pengetahuan tentang kondisi pembatasan diet dan tanda serta gejala komplikasi.
Dari sembilan diagnosa tersebut terdapat tujuah diagnosa yang sesuai dengan teori
(kepustakaan) dan dua diagnosa yang terdapat dalam kasus terapi tidak terdapat dalam teori. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan di mana respon yang diberikan berbeda-beda tergantung
teori adalah:
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur perawatan yang menimbulkan stres dan krisis siatusi.
3.2.3. Perencanaan
Yang dimaksud dengan perencanaan dalam proses keperawatan sesuai dengan Depkes RI,
1998 adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
keperawatan yang dihadapi klien. Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan
dimana tujuan/hasil ditentukan dan intervensi dipilih. Sedang rencana perawatan adalah bukti
tertulis dari tahap dua dan tahap tiga proses keperawatan yang mengindertifikasi masalah atau
kebutuhan klien, tujuan/hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan
Adapun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien sesuai diagnosa
Kriteria standar :
Orang tua klien melaporkan penurunan frekuensi defeleasi, karakteristik feses kembali normal.
Rencana Tindakan :
1. Kaji dan observasi frekuensi defeleasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
2. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare misal sayuran segar dan buah,
3. Mulai berikan pemasukan cairan oral secara bertahap tawarkan minuman jernih tiap jam,
5. Observasi demam, lebargi, tabikardia, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan
kelesuan
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan melalui
Kriteria standar :
Klien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi seperti turgor kembali normal dan membran mukosa
kembali lembab.
Rencana Tindakan :
3. Lakukan rehidrasi oral untuk rehidrasi dan penggantian terhadap kehilangan cairan.
7. Ukur tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental tiap 4 jam atau sesuai
indikasi.
8. Anjurkan untuk rehidrasi oral dengan cairan rendah sodium seperti air, asi dan susu
9. Instruksikan keluarga untuk pemberian terapi yang tepat, mengukur intake dan output dan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak
kuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam jangka waktu 2 x 24 jam dan klien dapat
Kriteria standar :
Berat badan dalam batas normal sesuai tinggi dan umur klien, klien melaporkan tidak ada rasa
mual dan muntah dan kembalinya nafsu makan dan selera klien dengan mampu menghabiskan
Rencana Tindakan :
yang dimakan.
Tujuan : Gangguan rasa nyaman teratasi setelah dilakukan perawatan dalam jangka
waktu 2 x 24 jam
Rencana tindakan :
2. Atur posisi klien agar berbaring dalam posisi telentang dengan kompes hangat diatas
abdomen.
3. Dorong ibu klien untuk memberikan dalam jumlah kecil tetapi sering dari cairan jernih
4. Instruksikan orang tua klien agar klien dihindarkan dari hal ini :
a. cairan panas/dingin
c. kafein
5. Lindungi area perianal dari iritasi dan menganjurkan ibu selalu menjaga kebersihan daerah
anal.
Kriteria standar :
Suhu badan dalam batas normal 36,5 0C – 370C. berat badan dalam batas normal sesuai tinggi
Rencana Tindakan :
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah anal akibat frekuensi bab encer
yang sering.
Tujuan : Gangguan integritas kulit dapat teratasi setelah diberikan tindakan keperawatan
Kriteria standar :
Daerah perianal terjaga kebersihannya. Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mengeluh
Rencana tindakan :
2. Berikan salep seperti asam oxide pada daerah perianal sesuai pesanan
3. Anjurkan ibu klien untuk memberikan daerah anal sesudah bab secara lembut dan
g. Ansietas berhubungan dengan prosedur perawatan yang menimbulkan stres dan krisis situasi
Tujuan : Ansietas hilang atau berkurang sesudah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Standar :
Klien nampak tenang, klien tidak ketakutan saat perawat menghampiri, terbina trust antara
Rencana Tindakan :
2. Lakukan kontak dengan klien dengan waktu yang singkat tetapi sering
5. Gunakan stimulasi sensasi dan hiburan yang tepat ( terapi bermain ) jika kondisi klien
memungkinkan
Kriteria Standar :
Tidak ada tanda – tanda infeksi dan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Rencana Tindakan :
i. Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapetik berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda serta gejala komplikasi
Tujuan : penatalaksanaan regimen terapentik efektif selama perawatan
Kriteria Standar :
Orang tua klien mau bekerja sama dengan tim kesehatan dalam dalam memberikan perawatan
pada anaknya. Orang tua klien mengerti tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda serta
gejala komplikasi
Rencana Tindakan :
a. Agen penyebab
b. Tindakan pencegahan
c. Tindakan pencegahan
keluaran cairan
RESUME KASUS
Dalam bab ini penulis akan menyajikan suatu kasus dengan menggunakan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun kasus yang
akan disajikan adalah klien dengan diare, sejak tanggal 9 Agustus
Data yang diperoleh adalah berdasarkan pengamatan langsung, anamnesa klien dan
keluarganya, informasi dari perawat dan dokter serta catatan keperawatan dan medis.
2.1 Pengkajian
Data yang penulis kumpulkan dalam tahap pengkajian pada tanggal 9 Agustus adalah
sebagai berikut :
2.1.1 Identitas Klien
Klien bernama An. D, berusia 2,4 tahun (tanggal lahir 16 April 2017), jenis kelamin laki-
laki, beragama Islam, belum menikah, pekerjaan orang tua (ayah) swasta, ibu hanya sebagai ibu
rumah tangga, pendidikan terakhir ayah SMEA dan ibu SMP, alamat Mulawarman
Sejak hari Rabu (7 Agustus 2019) jam 17.00 sore klien mengeluh sakit kepala, badan terasa
panas. Jam 21.00 wita klien buang air besar terus-menerus lebih dari 10 kali, konsistensi cair,
lendir (+) , busa (+) , warna feses kecokelatan, bau busuk (+). Sejak itu klien tak makan atau
minum. Kamis pagi (8 Agustus 2019) ibu klien membawa klien ke Puskesmas. Pukul 24.00 wita
Pada waktu masuk rumah sakit klien dalam keadaan sadar, mengeluh sesak nafas,
kemudian klien kejang dan badan terlihat membiru (cyanosis), setelah tanda-tanda vital diukur
ternyata suhu badan 400C, pernafasan 28 kali/menit, dan denyut nadi 104 kali/menit. Diagnosa
Klien pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit diare ± 6 bulan yang lalu. Klien
mendapat imunisasi dasar secara lengkap. Mengenai perawatan kehamilan dan antenatal dilakukan
Penyakit yang sering dialami pada anggota keluarga An. D yaitu batuk, flu dan gastritis.
Cara mengatasi penyakit pada keluarga An. D yaitu dengan berobat ke Puskesmas.
Genogram :
Keterangan Genogram :
: Perempuan
: Laki –Laki
: Klien (Anak D)
Klien tinggal dengan kedua orang tuanya dan 1 orang kakak perempuan yang berusia 10
tahun. Hubungan antar anggota keluarga cukup harmonis. Ayah klien bekerja sebagai karyawan
di perusahaan bangunan. Penghasilan tiap bulan tidak tentu tetapi cukup untuk memenuhi
Klien dapat berkomunikasi dengan cukup baik, daya ingat dan konsentrasi baik, keadaan
emosi saat ini agak labil. Klien merasa cemas dan takut dengan situasi yang dialaminya saat ini
berhubungan dengan dampak hospitalisasi serta berbagai prosedur perawatan yang menimbulkan
a. Pola Nutrisi
Klien mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari, begitu pula selama dirawat di
rumah sakit. Sebelum masuk rumah sakit klien nampak tidak mau makan/minum. Namun saat
b. Pola Eliminasi
Klien mempunyai kebiasaan buang air besar di rumah satu kali sekali, dan buang air
kecil tidak tentu banyaknya, serta tidak ada keluhan dalam buang air besar maupun buang air
kecil selama ini. Namun sejak dua hari yang lalu klien buang air besar berbentuk encer dengan
Selama sakit pemenuhan kebersihan diri klien dilakukan oleh sang ibu dengan penuh perhatian
Klien di rumah waktu tidur malam sekitar pukul 21.30 wita dan tidur siang pukul 14.00
wita.
Selama di rumah sakit tidur klien agak terganggu karena suasana yang asing bagi klien,
e. Aktivitas Bermain
Klien di rumah biasanya bermain dengan orang tuanya dan saudara perempuannya,
kadang dengan teman sebaya. Namun klien lebih suka bermain dengan yang berusia di atasnya,
Selama di rumah sakit kebutuhan klien akan bermain kurang terpenuhi, dan hal ini
Tersenyum umur 40 hari, Miring umur 2,5 bulan, Tengkurap umur 3 bulan, Membalik
badan sendiri umur 3,5 bulan, Duduk umur 7,5 bulan, Merangkak umur 8 bulan, Berdiri umur
10 bulan, Berjalan umur 11 bulan, Mengucapkan dua patah kata umur 12 bulan
Tingkat kesadaran klien compos mentis, keadaan klien sedang, orientasi dan persepsi
klien baik.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah = 90/70 mmHg, denyut nadi 100 kali/menit, pernafasan 26 kali/menit,
c. Ukuran Antropometrik :
Kepala tidak ada benjolan, rambut sehat tidak berbau, kulit kepala cukup bersih. Muka
agak lonjong, pupil berbentuk bulat isokhor, konjunktiva anemis, sklera tidak ikhterik, vesus
Posisi septum nasi tidak deviasi, pasien tidak menggunakan pernafasan cuping hidung,
liang telinga bersih dan tidak ada kelainan dan gangguan pendengaran.
Keadaan bibir agak kering, tidak ada stomatitis, rongga mulut bersih, tidak terdapat
caries pada gigi dan keadaan gusi sehat, namun ditemukan adanya bau mulut.
Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, vena jugularis normal, denyut
e. Pemeriksaan Thoraks
Bentuk thoraks bulat, takipnea 28 kali/menit, pola pernafasan teratur dalam perkusi
dinding dada tympani, suara nafas vesicular dan tidak terdapat suara nafas tambahan.
Pemeriksaan jantung ictus cordis berada di ICS kelima pada linea medio clavicularis
kiri, tidak terdapat bunyi jantung tambahan dan frekuensi denyut jantung 104 kali/menit.
f. Pemeriksaan Integumen dan Ekstremitas
Keadaan kulit bersih, turgor normal (kembali cepat/segera setelah ditekan), kulit
kering, warna kulit sedikit ikhterik . Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak ada kelainan.
Bentuk abdomen agak cembung simetris, tidak ada tanda-tanda acites, tidak ada
benjolan atau massa, peristaltik usus terdengar 16 kali/menit, cepat, nyaring dan keras, bunyi
tympani dan nyeri tekan pada epigastrium. Genetalia dan sekitarnya bersih, tidak ada kelainan.
Daerah rectum nampak sedikit kemerahan. Hepar dan lien tidak eraba.
- Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Agustus 2019 yaitu Hb 10,4 g/dl, leucocyt 5300
2.1.11. Penatalaksanaan
Tanggal 8 Agustus 2019 ,Sanfrima syrup 2x1 cth, Sanmol syrup 3x1 cth, Koopektat
3x1 cth. Bila terjadi kejang diberikan stesolid 5 mg per rectal.
Dari hasil pengkajian data yang dilakukan, maka rumusan diagnosa keperawatan yang
didapat yaitu :
1. Tanggal 9 Agustus 2019
Data subyektif :
Orang tua klien mengatakan anaknya berak encer ± 4 kali, tija bercampur darah sedikit.
Data obyektif :
Buang air besar encer meningkat, konsistensi cair, warna kuning, bercampur darah sedikit, bau
busuk.
2. Tanggal 9 Agustus 2019
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake tidak
adekuat.
Data subyektif :
Ibu klien mengatakan anaknya berak encer ± 4 kali, dan klien makan hanya sedikit sekitar 1/5
Data obyektif :
Berat badan menurun = 10 kg, sebelumnya 11 kg, keadaan klien lemah, porsi makan hanya
dimakan sedikit saja sekitar 1/5 porsi dari porsi yang disediakan.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah perianal akibat buang air besar
Data subyektif :
Ibu klien mengatakan anaknya berak encer ± 4 kali, dan klien kadang mengeluh gatal dan perih
daerah perianal.
Data obyektif :
Klien sering buang air besar encer, daerah perianal nampak kemerahan.
2.3 Perencanaan
Kriteria standar :
Orang tua klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal. Orang
Rencana tindakan :
1.1 Kaji dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
dan kelesuan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam jangka waktu 2x24 jam dan klien dapat
mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria standar :
Berat badan dalam batas normal sesuai tinggi dan umur, klien melaporkan tidak ada rasa mual
dan muntah dan kembalinya nafsu makan dan selera makan klien dengan mampu
menghabiskan porsi makan yang disediakan.
Rencana tindakan :
2.1 Kaji status nutrisi klien serta intake dan output
Rasional : Karena diit ini mengandung tingkat energi dan protein yang rendah,
karbohidrat yang terlalu tinggi, serta rendah kadar elektrolitnya.
2.6 Diskusikan tentang pilihan diit daripada membahas pantangan diit.
Rasional : Klien dan keluarga menjadi tak berselera bila diit terlalu dibatasi.
2.7 Berikan lingkungan yang menyenangkan selama makan dan pantau persentase makanan
yang dimakan.
Rasional : Pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastrik
sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.
3. Tanggal 9 Agustus 2019. Diagnosa keperawatan nomor : 3.
Tujuan : Gangguan integritas kulit dapat teratasi setelah diberikan tindakan keperawatan.
Kriteria standar :
Daerah perianal terjaga kebersihannya. Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mengeluh
perih dan gatal daerah perianal.
Rencana tindakan :
3.1 Kaji keadaan daerah anal dan observasi dari infeksi.
Rasional : Agar dapat diketahui keadaannya dan dilakukan intervensi segera sesuai
kondisi klien.
3.2 Berikan salep seperti asam oxide pada daerah perianal sesuai pesanan.
lembut dan menggunakan bahan yang lunak, atau sabun non alkaline dan air.
Rasional : Untuk pengobatan bila ada infeksi jamur pada kulit daerah anal.
2.4 Pelaksanaan
1.1 Menanyakan kepada keluarga klien mengenai frequensi diare, karakteristik tinja,
jumlah dan faktor pencetus, didapatkan klien BAB encer > 4 kali sehari, feses cair
bercampur lendir dan sedikit berdarah , jumlah banyak dan faktor pencetus tidak
diketahui.
1.2 Bersama keluarga mengidentifikasi makanan dan cairan yang harus di hindari karena
1.3 Bersama keluarga mulai melakukan pemberian rehidrasi oral secara bertahap, dan klien
mau melakukannya
1.4 Menganjurkan kepada orang tua klien agar klien diberikan istirahat yang adekuat dan
1.5 Memeriksa keadaan klien apakah ada demam, takikardia dan demam serta memeriksa
1.6 Memberikan obat makan pagi, Sarprima 1 cth, Sarmol 1 cth dan koopeletat 1 cth, obat
berhasil diminumkan.
b. Masalah keperawatan kedua : Perubahan Nutrisi
2.1 Mengevaluasi intake dan output klien, klen BAB encer + 4 kali, makan hanya sedikit
2.3 Menanyakan kepada ibu klien makanan apa yang biasa menimbulkan diare pada klien,
dan ternyata pemberian susu formula yang mengandung laktosa menimbulkan diare pada
klien.
2.5 Memberi penjelasan kepada ibu tentang pembatasan diet BRAT (Banana/pisang,
2.7 Menganjurkan orang tua untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bila lien makan.
3.1 Melakukan pemeriksaan daerah anal, ditemukan daerah anal nampak sedikit kemerahan
3.2 Mengingatkan ibu klien untuk tetap menjaga kebersihan daerah anal dengan mencuci
daerah anal sesudah BAB dengan air dan sabun secara lembut.
4.1 Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga sambil mengkaji tingkat kecemasan yang
dialami klien
4.2 Melakukan kontak dengan klien dalam waktu yang singkat, menyapa klien dan
menanyakan keadaannya
4.3 Dalam melakukan kontak dengan menggunakan sentuhan dan suara yang lembut dengan
klien
4.4 Melakukan pemeriksaan fisik dengan didampingi kedua orang tua, menjelaskan setiap
tndakan yang akan dilakukan pada klien, dan memberi kesempatan klien untuk memegang
5.1 Memeriksa keadaan infus dan mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi namun klien sering melakukan gerakan pada daerah terpasang infus
5.2 Merawat inpus dengan mengganti plaster dan memberi bethadin serta memperbaiki
fiksasinya
5.3 Bersama ibu menyeka klien dan mengganti baju klien serta mengganti laken dan
5.4 Mengobservasi dan mengatur tetesan inpus, tetesan inpus lancar dan sesuai pesanan
6.1 Melakukan pemeriksaan daerah abdomen, abdomen teraba agak keras. Menanyakan
kepada ibu mengenai faktor penyebab dan ibu mengatakan akibat makan buah
kelengkeng
6.2 Mengatur posisi klien untuk berbaring telentang dan memberi kompres hangat diatas
abdomen
6.3 Mengenjurkan ibu untuk memberikan klien cairan jernih dingin dalam jumlah kecil tetapi
yang mengandung lemak atau serat seperti susu tinggi laktosa dan buah, serta kafein
2.5 Evaluasi
Pada tahap akhir ini akan diuraikan perkembangan klien sesuai batas waktu yang telah
ditetapkan untuk melihat perkembangan keadaan klien dan sejauh mana keberhasilan
perkembangan yang diukur melalui data subyektif dan objektif yang terkumpul kemudian yang
dianalisa untuk menentukan perencanaan selanjutnya. Adapun hasil evaluasi yang penulis
Subyektif :
Ibu Klien mengatakan Klien bab encer > 4 kali, tinja berbentuk cair bercampur
Objektif :
Turgor sedang (kembali segera), mukosa bibir agak kering, klien nampak lemas, nadi
100 x/menit.
Analisa :
Perencanaan :
Lanjutkan intervensi :
1.1 Kaji dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Subjektif:
Objektif :
Klien nampak lemas, porsi yang disediakan dimakan hanya sedikit saja.
Analisa :
Perencanaan:
Subjektif :
Ibu mengatakan selalu membersihkan daerah anal anaknya sesudah membuang air
besar
Objektif :
Ibu Klien membasuh daerah anal klien sesudah bab dengan air dan sabun secara
lembut.
Analisa :
Perencanaan :
Lanjutkan intervensi :
4.1 Simpulan
biasanya (normal 100-200 perjam) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Anak D ditemukan sembilan diagnosa keperawatan,
yaitu :
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan intake
tidak adekuat.
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui
3. Kesenjangan masalah yang ada antara teori dan kasus secara nyata seperti masalah
ansietas dan rester infeksi berhubungan dengan terpasangnya infus dapat teratasi dengan
4. Perencanaan asuhan keperawatan yang lengkap dan spesifik sangat membantu dalam
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain, klien dan keluarga klien sehingga masalah yang ditemukan pada Anak D dapat
diatasi.
4.2 Saran
1. Untuk Dinas Kesehatan dan Instansi yang terkait perlu ditingkatkan pelaksanaan program
Diharapkan kerjasama yang baik yang telah ada selama ini ditingkatkan lagi demi
Diharapkan agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diare secara
spesifik dan komprehensif sehingga jumlah angka kematian klien dengan diare khususnya