Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Adilla Zulfana.. Muhammad Aqhil.. Dani Septia S.. Delia Dzahri.. Devia Oktaviandra..
Dewi Rani P.. Drian Danya H.. Fakhrul Hijri.. Falah.. Firyali Rahmani S.. Ghivarel Adriensa..
M Rizki Fonna.. M. Fadhil Ihsan Y.. Nabilla Azka N.. Rajasa MN..
Salsabila Nadiva.. Taj Nisa M Hidayat.. Wahyu Syahrul R
Tutorial 1
Ms. Anne, 20 year old, came to Puskesmas Jatinangor with chief complaints of recurrent
redness pach and fissure with scale on both palms that sometimes accompanied by soreness
and itch since 1 year ago. Previously she went to General Practioner and was treated with
cream and pills. Her complaint subsided, but reappear when medication finished.
Instruction :
Page 2
Tutorial 1
Ms. Anne is a college student and also work as a part timer in restaurant, doing the dishes.
She notice her hands are often wet and have a regular contact with dertergent. Although the
itch came occasionally, but it does not affected by sweating nor that it more prominent at
tnight. She live in a dormitory with four roommate but there are no similar symptom in her
roommate. There are no lesion on other site of her body. The doctor performed physical
examination and it revealed :
Vital sign and general status : within normal limit
Dermatological status
Distribution : Regioner, bilateral, symmetric
Characteristic of lesion : Some confluenced, irregular, sized smallest 2x1 cm 5x3 cm, flat, dry.
Instructions :
1. Does this information change your hypothesis?
2. What is erythematous macule, fissure, and scale?
3. What kind of other information do you need more to support your hypothesis/diagnosis?
Instructions :
1. List futher problems you can identify from the above mentioned informations
2. How has this information changed your hypothesis?
3. How is the pathomechanism of the disease in this patient?
4. Describe about dermatosis due to plant!
Page 4
Tutorial 1
Patient was diagnosed as suspected chronic cumulative irritant contact dermatitis.
The doctor gives some advises to Ms. Anne :
- Avoid contact with suspected trigger (detergent) if possible, using hand protection
while working if avoidance is imposible
- To take the treatment regularly
- Appointment for patch test after skin lesion recover
The patient was treated with :
- Clobetasol propionate ointment 0.05%, applied once daily, for 1 week.
- Urea 10% cream applied twice daily
Instructions :
1. Describe the classification of the hypothesis/diagnosis
2. Has the doctor give appropriate treatment?
3. Describe about pharmacology of medications prescribed for Ms. Anne
4. How is the prevention of ICD in this patient associated with her job?
5. How is the mind mapping if this case?
6. What are the prognosis for the patient for ad bonan, ad functionam, and ad sanationam?
Page 5 [EPILOG]
A month later, Ms Anne came to puskesmasfor a follow up. The skin of both palms were
smooth, and both scales and fissures were dismished. She was no longer complaining about
soreness.
Ms. Anne advised to continue applied emmolient regulary on both palms and using hand
protection while working.
I : Ms. A 20 Y.O
HT PE LE
D : chronic cumulative
irritant contact dermatitis
Management :
Prognosis :
Non Pharmacology : Avoid contact with suspected
triggerand using protection, taking treatment reguraly, Ad Vitam : Ad Bonam
appoinment for patch test
Ad Functionam : Ad Bonam
Pharmacology : Clobetasol propionate oinment 0,05%
applied once daily for 1 week, Urea10% cream aplied Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
5
twice daily
1 RF : occupation
Suspected repeaated exposure with detergen
1
Direct contact with stratum corneum
Urea cream
prostaglandin IL -31 cytokine
4
Induce Vasodilation
hypotalamus Itching
Prognosis : Ad vitam : ad bonam
Erithematus ( tidak ada gejala yang mengancam jiwa)
redness Ad functionam : ad bonam
Sorenes macule
( karna kerusakan sel masih pada
epidermis, kemungkinan tidak terbentuk
scar)
Ad sanationam : dubia ad bonam
( keluhan tidak akan kambuh kembali jika
pengobatan selesai, namun jika pasien
tidak menggunakan protect equipment hal
tersebut dapat kembali lagi )
1. Diketahu bahwa peyebab utama peradangan atau iritasi pada kulit tangan adalah akibat paparan detergen secara
berulang, detergen ini akan berdampak langsung pada jaringan kulit pada lapisan atas yakni pada lapisan stratum
korneum.
2. Salah satu dari sifat detergen adalah mampu mlarutkan lemak, termasuk jarinagn yang sebagian besar membrannya
disusun oleh lemak (fosfolipid). Sehingga membran sel pada jaringan akan mengalami kerusakan dan sel mengalami
kerusakan. Deergen tersebut juga dapat melarutkan sebum yang terdapat pada kelenjar sebaceus sehingga pemakaian
yang lama akan menyebabkan kulit menjadi kering.
3. Sifat lain dari detergen adalah bersifat basa. Dengan sifat basanya tersebut, beberapa protein akan mengalami
denaturasi. Hal ini akan berakibat fatal jika denaturasi terjadi pada keratin dan protein pengikat sel (desmosom). Hal
ini akan berakibat ikatan sel lepas dan fungsi proteksi sel akan terganggu. Ikatan selyang terlepas akan menyebabkan
pengelupasan dan keretakan pada jaringan kulit.
4. Sel yang mengalami kerusakan akan menginduksi sel sel keratinosit sekitarnya untuk menghasilkan mediator
inflammasi yang akan menyebabkan terjadinya inflammasi. Inflammasi tersebut akan menimbulkan terjadinya
kemerahan pada kulit, disertai dengan rasa gatal dan perih. ( baca : case carbuncle )
1. Epidermis
Epidermis umumnya terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium yang
tersusun dari sel yang disebut keratinosit. Selain keratinosit, terdapat juga tiga jenis sel
epidermis yang jumlahnya lebih sedikit daripada keratinosit, yaitu: melanosit penghasil
pigmen, sel Langerhans, dan sel epitel taktil yang disebut sel Merkel. Epidermis terdiri
dari empat lapisan keratinosit (atau lima lapisan pada kulit tebal):
Salah satu jenis Antigen-presenting cells (APCs) yaitu sel langerhans, berasal
dari monosit, mewakili 2%-8% sel yang ada di epidermis dan biasanya paling
jelas terlihat pada lapisan spinous. Cytoplasmic processes memanjang dari sel
dendritik menuju selah-selah dari sel keratinosit dari semua lapisan, membentuk
jaringan yang cukup padat di epidermis . Sel Langerhans mengikat, memproses,
dan menyajikan antigen ke limfosit T dengan cara yang sama seperti sel dendritik
imun pada organ lain.
Mikroorganisme tidak dapat menembus epidermis tanpa mengaktifkan sel
dendritik ini dan memicu respons imun. Sel Langerhans, bersama dengan limfosit
yang ada epidermis dan APC lainnya di dermis, menjadi komponen utama
kekebalan adaptif kulit. Karena letaknya, kulit terus-menerus berhubungan dekat
dengan banyak molekul antigenik.
2. Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang menyokong epidermis dan mengikatnya ke
jaringan subkutan (hypodermis). Ketebalan dermis bervariasi dengan daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di bagian belakang. Permukaan dermis sangat tidak teratur
dan memiliki banyak proyeksi (papilla dermal) yang saling terkait dengan proyeksi
(epidermal pasak atau punggung) epidermis, terutama pada kulit yang terkena sering
menerima tekanan. Lapisan dermis memiliki 2 bagian yang tidak memiliki batas yang
tegas:
a. Lapisan papilar tipis, yang meliputi papila dermal, terdiri dari jaringan ikat yang
longgar, dengan serat kolagen tipe I dan III, fibroblas dan sel mast yang tersebar, sel
dendritik, dan leukosit. Dari lapisan ini, anchoring anchoring fibrils tipe VII masuk
ke lamina basal, membantu mengikat dermis ke epidermis.
b. Lapisan retikuler yang berada di dasar/dibawah lapisan papilar yang jauh lebih tebal,
terdiri dari jaringan ikat yang tidak teratur dan padat (terutama bundel kolagen tipe
I), dengan lebih banyak serat dan sel yang lebih sedikit daripada lapisan papilar.
Juga terdapat jaringan serat elastis yang memberikan elastisitas pada kulit. Terdapat
proteoglikan di antara kolagen dan serat elastis yang kaya akan dermatan sulfat.
Didalam kedua bagian dermis, terdapat rangkaian banyak pembuluh darah and
lymphatic vessels. Nutritive vessels(pembuluh darah yang menyediakan nutrisi untuk sel
sekitar) membentuk 2 major plexuses:
Skin Function
1. Protektif (Permeability Barrier)
Batas fisik yang membatasi kulit membentuk barrier baik physical (stratum corneum)
maupun chemical (lipid, acid, lysozyme, antimicrobial peptide). Permeabilitas selektif
mencegah antigen masuk ke dalam kulit dan memungkinkan sejumlah obat dapat
diberikan (contoh : koyo). Pembatas ini juga mampu untuk menahan cairan agar tidak
keluar dari tubuh melalui pembentukan keratin dan granula lamellar oleh stratum
granulosum. Sel granulosum mengandung substansi lemak dalam jumlah yang banyak
sehingga membuat batas hidrofobik dan membuat air tidak mampu menembus
2. Protection from Ultraviolet rays
Fisiologi (Gatal) : suatu rangsangan yang dihasilkan apabila ada suatu rangsangan
yang merusak sel mast pada lapisan epidermis kulit yang akan merusak sel mast dan
menyebabkan sel mast mengeluarkan mediator histamine sehingga menstimulasi ujung
saraf bebas yang bertugas untuk meneruskan impuls saraf kearah bagian otak yang
mengintrepetasi rasa gatal (lobus parietal)
TYPES :
1. Primary skin lesion
Lesi yang pertama kali timbul, terjadi karena ada perubahan anatomik dari epidermis,
dermis, atau jaringan subkutan. Jenisnya ada:
a. Macule
Kelainan kulit/membran mukosa yang ditandai dengan perubahan warna semata,
datar / dua dimensi, dan memiliki batas yang jelas. Perubahan warna pada lesi dapat
terjadi karena :
Destruksi dari melanosit
Dilatasi dari pembuluh darah di dermis
Inflamasi pada dinding pembuluh darah yang disertai dengan keluarnya sel darah
merah
Tipe-tipe macule:
Erytheme
Hyperpigmented. contoh : post inflammatory, hyperpigmentation
Hypopigmented. contoh : tinea versicolor
Depigmented. contoh: vitiligo
Papule Plaque
b. Papule
Kelainan kulit yang ditandai dengan penonjolan diameter < 0,5 cm, solid, dan isinya
jaringan padat (limfosit, debris, lemak, dll). Kalau dilapisi scale namanya
papulosquamous lesion. Bentuk dan jenis permukaan: sessile, penduculates, dome-
shaped, flat-topped, rough, smooth, etc. Contohnya pada lichen planus dan scabies
c. Plaque
Kelainan kulit yang ditandai dengan penonjolan diameter > 0,5 cm (tinggi < luas)
dan solid. Contohnya psoriasis vulgaris
d. Nodule
Kelainan kulit yang ditandai dengan penonjolan diameter > 0,5 cm, solid,
round/ellipsoidal. Types (based on anatomic components primarily involved)
epidermal, epidermal-dermal, dermal, dermal-subdermal, dan subcutaneous.
e. Wheal/Urtica
Kelainan kulit berupa penonjolan yang berisi cairan dan dapat hilang dalam beberapa
jam (evanescent). Edema yang disebabkan ekstravasasi plasma. Contohnya kaligata
dan kalau dilewatin ulat bulu.
f. Vesicle
Kelainan kulit yang ditandai dengan gelembung , diameter < 0,5cm, dan berisi cairan
jernih
g. Bulae
Kelainan kulit yang ditandai dengan gelembung, diameter > 0,5cm, dan berisi cairan
jernih
h. Pustule
Kelainan kulit yang ditandai dengan gelembung, diameter > 0,5cm, dan berisi cairan
keruh berupa pus/nanah. Kalau pusnya menggantung dinamakan bulae hypophion.
Contohnya vertigo bulosa
i. Cyst
Kelainan kulit berupa penonjolan kulit yang berisi cairan semi-solid (sel dan
produknya seperti keratin) dan diliputi kantung (epithelium sejati). Berbentuk bulat
atau oval dengan cairan didalamnya menyebar, batas tidak jelas. Tegang dan
keras.Contohnya cystic hidradenoma.
2. Secondary Skin Lesion
Terjadi akibat perubahan lesi primer yang tidak diobati. Jenisnya ada:
Raised Lesion
a. Scale (Stratum corneum yang terlepas)
Type of lesion :
Dermatologycal Status
1. Distribusi lesi kulit
Periksa seluruh permukaan kulit dan nilailah luas
lesi seperti :
Localized (lokal, di 1 tempat saja atau one
spot)
Regional (berdasarkan regio tubuh), misalnya
di regio palmar (telapak tangan)
Generalized (seluruh tubuh tapi masih terlihat
kulit normal)
Universal (lesi ada di seluruh permukaan kulit,
sudah tidak ada kulit normal)
2. Pola khas / Characteristic pattern (jika tidak cocok dengan pola khas maka bisa
dilewat)
a. Symmetry/Asymmetry
Simetri : Bagian dextra-sinistra (kanan-kiri) sama seperti dilipat.
Asimetri : Bagian dextra-sinistra (kanan-kiri) tidak sama.
b. Bilateral/Unilateral
Bilateral : Bagian dextra-sinistra (kanan-kiri) sama. Contohnya
psoriasis di lengan
Unilateral : Satu saja. Contohnya, tanda lahir bawaan
c. Dermatomal
Berdasarkan urutan persarafan kulit. Contohnya pada herpes zoster
3. Lokasi lesi kulit
Epidemiologi
Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan dari 257.800 kasus penyakit tak menentu yang
dilaporkan pada tahun 2008 untuk semua industri, 18,9% dianataranya adalah penyakt kulit
dengan 90% - 95% dari penyakitkulit tersebut adalah contact dermatitis. 80% nya merupakan
ICD.
ICD paling sering terjadi akibat kontak yang berulang-ulang dengan irritant, dan seringkali
terutama saat bekerja yang kontak dengan air, perawatan tubuh, kosmetik, dan bahan kimia
lainnya. Seperti mencuci tangan, pakaian, makanan, bersih-bersih, perawat rumah sakit,
penata rambut, dan sebagainya. Prevalensi occupational hand dermatitis ditemukan 55,6%
pada dua ICU dan 69,7% pada pekerja yang paling terpapar. Frekuensi mencuci tangan lebih
dari 35 kali per shift sangat terkait dengan occupational hand dermatitis.
European studies
Secara signifikan lebih sering 2 kali lipat pada perempuan, akibatnya dari faktor lingkungan
bukan genetik. Peran lebih pada perempuan untuk membersihkan rumah, merawat anak di
rumah, dan pekerjaan-pekerjaan yang feminim seperti tata rambut, perawatan, pengasuhan.
Terjadi pada beragam usia. Untuk bayi biasanya iritasi terhadap popok, untu orang yang lebih
dewasa biasanya karena sabun, cat, obat, makeup, detergen, bisa atau biasa disebut
occupational hand dermatitis.
https://emedicine.medscape.com/article/1049353-overview#a5
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8e page 499\
Influencing Factors
ICD adalah penyakit multifaktor yang dapat dipengaruhi oleh faktor eksogen (iritan dan
lingkungan) juga faktor endogen (host).
1. Exogenous Factors
Faktor-faktor yang termasuk eksogen diantaranya:
a. Sifat kimia iritan : pH, keadaan fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi,
ionisasi, vehicle, dan kelarutan.
b. Karakteristik eksposur : jumlah, konsentrasi, durasi dan tipe kontak, paparan bersama
iritan yang lain, dan interval setelah paparan sebelumnya.
c. Faktor lingkungan : regio tubuh, kelembapan, dan suhu. Misal, kelembapan dan suhu
yang rendah menyebabkan berkurangnya kandungan air dalam stratum corneum
sehingga membuat kulit lebih permeable terhadap iritan.
d. Faktor mekanis : tekanan, gesekan, atau abrasi.
e. Radiasi ultraviolet (UV).
Crossover phenomenon = Saat satu atau lebih iritan dikombinasikan atau secara
serempak digunakan, dapat timbul efek sinergis atau antagonis sebagai akibat dari
interaksi spesifik sel dengan senyawa, atau perubahan permeabilitas kulit oleh satu atau
lebih senyawa, yang tidak akan terjadi jika iritan digunakan sendiri.
2. Endogenous Factors
a. Faktor Genetik
Hipotesis : genetik manusia mengontrol kemampuan setiap individu untuk melawan
radikal bebas, merubah level enzim antioksidan, kemampuan untuk membentuk
protein protektif terhadap heat shock, variasi dalam kemampuan responsif terhadap
iritan.
b. Jenis Kelamin
1. Irritant Reaction
Secara klinis, hal ini terjadi sebagai reaksi akut
monomorfik yang meliputi scaling, low-grade
erythema, vesicles, atau erosi dan biasanya
terlokalisasi pada bagian dorsum tangan dan jari-
jari. Sering terjadi pada individu yang terpapar
pekerjaan basah. Reaksi iritasi dapat sembuh total atau
Major Minor
Subjektif
Symptom terjadi dalam menit hingga jam Symptom terjadi dalam 2 minggu setelah
dengan memberi rasa setelah terkena irritant: terkena irritant
1. Sakit
Objektif
Pemeriksaan Penunjang
(Patch Testing)
1) Tes yang sering digunakan untuk membedakan Allergic Contact Dermatitis (ACD)
dengan Irritant Contact Dermatitis (ICD). Tujuannya untuk menegakan diagnosis pada
pasien dengan diagnostic hypoyhesis Contact Dermatitis (CD).
2) Hasil positif dari tes menandakan pasien ACD dan hasil negatif menandakan pasien ICD.
3) Patch Testing digunakan untuk mengidentifikasi allergen(s) pada pasien dengan ACD.
4) Berbagai alergen dapat digunakan untuk patch test. Setiap alergen telah diuji untuk
menemukan konsentrasi terbaik untuk menunjukkan reaksi alergi tanpa menyebabkan
iritasi pada mereka yang tidak alergi terhadap alergen.
5) Hasil yang diperoleh tidak selalu benar, terkadang hampir
semua area uji menjadi merah dan gatal (Angry back) false
postitive result. Bisa juga hanya terjadi sedikit atau tidak ada
reaksi terhadap alergen yang menyebabkan dermatitis false
negative result.
Substansi yang di tes : “semuanya mungkn tidak akan ditempelkan ke kulit tapi biasanya ini
berupa zat additif dari salaf ( ointment), pakaian, bahan kulit ( leather), dan material dalam
kehidupan sehari-hari. Biasanya : Balsam of Peru, Benzocaine, Chrome, Clioquinol, Cobalt,
Epoxy resin, Ethylenediamine, Formaldehyde, Fragrances, Imidazolidinyl urea, Neomycin,
Nickel, Paraben mix, Paraphenylenediamine, Plants, P-tert butylphenol, Formaldehyde resin,
Quaternium-15, Rosin, Rubber accelerators, dan Wool alcohols (lanolin)
Result (Hasil) : Jika terdapat raksi terhadap suatu substansi, maka akan diketahui substansi
apa yang merupakan alergen dan benda apa yang mengandung senyawa tersebut
Source : https://www.dermnetnz.org/topics/patch-tests/
American Academy of Dermatology
Treatment
Non Pharmacology : Hindari paparan iritan atau menggunakan proteksi jika tidak bisa
menghidarinya. (Kausatif)
Pharmacology
Krim Urea 10% sebanyak 2 kali sehari juga diberikan sebagai pelembab kulit
sehingga kulit tidak kering dan mudah rusak.
PREVENTION
ICD merupakan faktor risiko untuk perkembangan penyakit ACD, Oleh karena itu
diadakannya prevensi untuk mencegah terjadinya ACD pada pasien kita yang mengalami
ICD. Beberapa usaha bentuk prevensi adalah :
Mengedukasi masyarakat bagaimana cara menghindari iritasi.
Menjelaskan bagaimana akibat dari suatu aktifitas dapat menyebabkan ICD.
Memakai perlengkapan pelindung. Hal ini sangat bergantung kepada pekerjaannya dan
faktor risiko dari pekerjaannya. Contohnya adalah yang terjadi pada pasien kita adalah
dengan menyarankan pasien untuk memakai sarung tangan pelindung untuk menghindari
kontak dengan bahan-bahan yang dicurigai sebagai trigger ICD. Untuk kasus kali ini
adalah detergen.
Penggunaan sarung tangan merupakan pencegahan terbaik untuk ICD. Apalagi untuk
pasien-pasien yang mempunyai pekerjaan yang membuat kita basah.
Hindari mengunakan sarung tangan yang tahan air dalam waktu lama untuk mengurangi
keringat.
Pemilihan bahan dari sarung tangan ini merupakan hal yang sangat penting. Karena jika
salah justru dapat menyebabkan atau memperparah ICD.
Penggunaan pelembab kulit itu juga merupakan salah satu bentuk pencegahan dari ICD.
Prognosis
Healing usually occurs within 2 weeks of removal of noxious stimuli; in more chronic cases,
6 weeks or longer may be required. In the setting of occupational ICD, only onethird of
individuals have complete remission and two-thirds may require allocation to another job;
Source : Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 7th edition, page 23
Ad Vitam : Ad Bonam
Prognosis ad vitam adalah prognosis yang menyatakan apakah perjalanan penyakit pasien
akan mengakibatkan ancaman kelangsungan hidup pada pasien atau tidak.
Artinya, kelangsungan hidup pasien baik. Dimana, treatment yang dilakukan berfungsi untuk
tidak terpapar lagi detergent secara langsung
Ad Functionam : Ad Bonam
Prognosis ad fungsionam adalah prognosis yang menyatakan apakah perjalanan penyakit
pasien akan mengakibatkan terganggunya fungsi organ pada pasien atau tidak.
Artinya, fungsi organ pasien baik. Dimana terdapat treatment untuk menghilangkan symptom
berupa scale, dan mengurangi inflamasi.
BHP
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi yang terjadi, faktor penyebabnya, dan
treatment apa saja yang harus didapatkan.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa faktor resiko dari kondisi yang dialami pasien adalah
pekerjaannya.
3. Memberikan informed consent kepada pasien mengenai KOH test dan patch test yang
dilakukan.
a. Tindakan medis dan tujuan
Pengambilan sampel menggunakan metode scrapping, dilanjutkan dengan KOH test
–untuk mengetahui adanya infeksi fungal dan patch test dengan tujuan untuk
mengetahui adanya alergi atau tidak.
b. Prosedur
Membersihkan daerah yang akan diambil sampel, lalu pengambilan sampel dengan
metode scrapping
PHOP
1. Promotive : Melakukan edukasi terhadap masyarakat tentang Irritant Contact Dermatitis
(ICD), penyebabnya, serta cara untuk menghindari/prevensi ICD seperti menggunakan
alat proteksi contoh pada kasus ini adalah sarung tangan (gloves).
2. Preventive : menggunakan alat proteksi seperti sarung tangan (gloves).
3. Curative : Clobetasol propionate ointment 0,05% digunakan (dioles) 1x sehari selama 1
minggu dan Urea 10% cream digunakan (dioles) 2x sehari
4. Rehabilitative : mengkontrol kesembuhan dari luka/lession dengan doker.