Sunteți pe pagina 1din 30

TIM SOOCA 2017 1

This is the effort of dedication


For our live in Unpad Faculty of Medicine

for #ArvaGet A.......

Adilla Zulfana.. Muhammad Aqhil.. Dani Septia S.. Delia Dzahri.. Devia Oktaviandra..
Dewi Rani P.. Drian Danya H.. Fakhrul Hijri.. Falah.. Firyali Rahmani S.. Ghivarel Adriensa..
M Rizki Fonna.. M. Fadhil Ihsan Y.. Nabilla Azka N.. Rajasa MN..
Salsabila Nadiva.. Taj Nisa M Hidayat.. Wahyu Syahrul R

TIM SOOCA 2017 2


Page 1

Tutorial 1

Ms. Anne, 20 year old, came to Puskesmas Jatinangor with chief complaints of recurrent
redness pach and fissure with scale on both palms that sometimes accompanied by soreness
and itch since 1 year ago. Previously she went to General Practioner and was treated with
cream and pills. Her complaint subsided, but reappear when medication finished.

Instruction :

1. Identify Ms. Anne problems!


2. What is erythematous patch, fissure, and scale?
3. Generate list of possible hypothesis or her problems! (priority according to SKDI 2012)
4. Which skin function affected by the occurence of the problem?
5. In the which layer of skin does the scale occur?
6. List the learning issues that you will need to deal with case and set priorities!
7. What further information do you need?

Page 2
Tutorial 1
Ms. Anne is a college student and also work as a part timer in restaurant, doing the dishes.
She notice her hands are often wet and have a regular contact with dertergent. Although the
itch came occasionally, but it does not affected by sweating nor that it more prominent at
tnight. She live in a dormitory with four roommate but there are no similar symptom in her
roommate. There are no lesion on other site of her body. The doctor performed physical
examination and it revealed :
Vital sign and general status : within normal limit
Dermatological status
Distribution : Regioner, bilateral, symmetric

Location : On both palms

Characteristic of lesion : Some confluenced, irregular, sized smallest 2x1 cm 5x3 cm, flat, dry.

Type of lesions : Erythematous macules, fissure, scale

Instructions :
1. Does this information change your hypothesis?
2. What is erythematous macule, fissure, and scale?
3. What kind of other information do you need more to support your hypothesis/diagnosis?

TIM SOOCA 2017 3


Page 3
Tutorial 1
Additional history taking :
Patient denied contact with plant, playing to park, walking bare foot, or any contact with bald
cat in the last few weeks.
Laboratory examination :
KOH examination from palms : no hyphae nor spores

Instructions :
1. List futher problems you can identify from the above mentioned informations
2. How has this information changed your hypothesis?
3. How is the pathomechanism of the disease in this patient?
4. Describe about dermatosis due to plant!

Page 4
Tutorial 1
Patient was diagnosed as suspected chronic cumulative irritant contact dermatitis.
The doctor gives some advises to Ms. Anne :
- Avoid contact with suspected trigger (detergent) if possible, using hand protection
while working if avoidance is imposible
- To take the treatment regularly
- Appointment for patch test after skin lesion recover
The patient was treated with :
- Clobetasol propionate ointment 0.05%, applied once daily, for 1 week.
- Urea 10% cream applied twice daily

Instructions :
1. Describe the classification of the hypothesis/diagnosis
2. Has the doctor give appropriate treatment?
3. Describe about pharmacology of medications prescribed for Ms. Anne
4. How is the prevention of ICD in this patient associated with her job?
5. How is the mind mapping if this case?
6. What are the prognosis for the patient for ad bonan, ad functionam, and ad sanationam?

Page 5 [EPILOG]
A month later, Ms Anne came to puskesmasfor a follow up. The skin of both palms were
smooth, and both scales and fissures were dismished. She was no longer complaining about
soreness.
Ms. Anne advised to continue applied emmolient regulary on both palms and using hand
protection while working.

TIM SOOCA 2017 4


Overview Concept Map

I : Ms. A 20 Y.O

E : contact with chemical


RF : Occupation
substance (detergent)

CC : Recurrent rednes patch & fissure with scale,


sometimes accompanied with soreness and itch

Dermatitis due Scabies ACD ICD Tinea manus


to plants

HT PE LE

 Redness patch &  Distribution : KOH examination :


fissure on both regioner, bilateral,
 No hyphae
palms + soreness symmetric
and itch  Location : both palms  No spores
 Regular contacts  Characteristic :
with detergent multiple, some
 It doesn‟t affected confluenced, irregular,
by sweating nor that sized smallest 2x1 cm
it more prominent at – 5x3 cm, flat dry
night  Type of lesion :
 Denied contact with erythematous
plant macules, fissure, scale

D : chronic cumulative
irritant contact dermatitis

Management :
Prognosis :
Non Pharmacology : Avoid contact with suspected
triggerand using protection, taking treatment reguraly, Ad Vitam : Ad Bonam
appoinment for patch test
Ad Functionam : Ad Bonam
Pharmacology : Clobetasol propionate oinment 0,05%
applied once daily for 1 week, Urea10% cream aplied Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

5
twice daily

TIM SOOCA 2017


Final Concept Map
Ms. A, 20 YO, Female

1 RF : occupation
Suspected repeaated exposure with detergen
1
Direct contact with stratum corneum

Solve some lipid in Denaturation of protein


top of keratinocyte
keratine Cell junction-build
Membrane of protein
ceratinocyte rupture Detergen ooze 3
2 to dermis Cell juntion
Mediator released detached
Clobetasol Detergen solves sebum
inflammation propionate on sebacous gland desquamation
fissure

Skin become dry scale


D : CHRONIC CUMULATIVE ICD

Urea cream
prostaglandin IL -31 cytokine
4

Induce Vasodilation
hypotalamus Itching
Prognosis : Ad vitam : ad bonam
Erithematus ( tidak ada gejala yang mengancam jiwa)
redness Ad functionam : ad bonam
Sorenes macule
( karna kerusakan sel masih pada
epidermis, kemungkinan tidak terbentuk
scar)
Ad sanationam : dubia ad bonam
( keluhan tidak akan kambuh kembali jika
pengobatan selesai, namun jika pasien
tidak menggunakan protect equipment hal
tersebut dapat kembali lagi )

1. Diketahu bahwa peyebab utama peradangan atau iritasi pada kulit tangan adalah akibat paparan detergen secara
berulang, detergen ini akan berdampak langsung pada jaringan kulit pada lapisan atas yakni pada lapisan stratum
korneum.

2. Salah satu dari sifat detergen adalah mampu mlarutkan lemak, termasuk jarinagn yang sebagian besar membrannya
disusun oleh lemak (fosfolipid). Sehingga membran sel pada jaringan akan mengalami kerusakan dan sel mengalami
kerusakan. Deergen tersebut juga dapat melarutkan sebum yang terdapat pada kelenjar sebaceus sehingga pemakaian
yang lama akan menyebabkan kulit menjadi kering.

3. Sifat lain dari detergen adalah bersifat basa. Dengan sifat basanya tersebut, beberapa protein akan mengalami
denaturasi. Hal ini akan berakibat fatal jika denaturasi terjadi pada keratin dan protein pengikat sel (desmosom). Hal
ini akan berakibat ikatan sel lepas dan fungsi proteksi sel akan terganggu. Ikatan selyang terlepas akan menyebabkan
pengelupasan dan keretakan pada jaringan kulit.

4. Sel yang mengalami kerusakan akan menginduksi sel sel keratinosit sekitarnya untuk menghasilkan mediator
inflammasi yang akan menyebabkan terjadinya inflammasi. Inflammasi tersebut akan menimbulkan terjadinya
kemerahan pada kulit, disertai dengan rasa gatal dan perih. ( baca : case carbuncle )

TIM SOOCA 2017 6


Learning Issues
1. Structure of the skin
2. Skin function
3. Type of lesion
4. Shape of skin lesion
5. Dermatological Status
6. Irritant contact dermatitis
a. Definition
b. Epidemiologi
c. Etiology and pathogenesis
d. Influencing factors
e. Clinical type of ICD
f. Diagnostic criteria of ICD
7. Pemeriksaan penunjang
8. Treatment
9. Prevention
10.Prognosis
11.BHP
12. PHOP

TIM SOOCA 2017 7


Structure of Skin
Lapisan Kulit

1. Epidermis
Epidermis umumnya terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium yang
tersusun dari sel yang disebut keratinosit. Selain keratinosit, terdapat juga tiga jenis sel
epidermis yang jumlahnya lebih sedikit daripada keratinosit, yaitu: melanosit penghasil
pigmen, sel Langerhans, dan sel epitel taktil yang disebut sel Merkel. Epidermis terdiri
dari empat lapisan keratinosit (atau lima lapisan pada kulit tebal):

TIM SOOCA 2017 8


a. Lapisan basal (stratum basale)
adalah satu lapisan sel kuboidal basofilik atau kolumnar pada membran dasar
di persimpangan dermal-epidermal. Hemidesmosom pada membran sel basal
bergabung dengan sel-sel ini ke lamina basal, dan desmosom mengikat sel-sel
lapisan ini bersama-sama di permukaan lateral dan atas. Titik dasar stratum
ditandai oleh aktivitas mitosis yang intens dan sel progenitor untuk semua lapisan
epidermis. Selain sel induk basal untuk keratinosit yang ditemukan di sini, juga
terdapat pada lekukan pada selubung folikel rambut yang kontinu dengan
epidermis. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, tergantung pada usia,
wilayah tubuh, dan faktor lainnya.
b. Lapisan spinosum (stratum spinosum)
biasanya lapisan paling tebal, terutama di lekukan(ridge) epidermal dan terdiri
dari sel-sel polihedral yang umumnya memiliki nuklei inti dengan nukleolina dan
sitoplasma yang secara aktif mensintesis keratin. Tepat di atas lapisan basal,
beberapa sel masih bisa membelah dan zona gabungan ini kadang disebut stratum
germinativum. Filamen keratin berkumpul di sini ke dalam kumpulan mikroskopik
yang terlihat yang disebut tonofibril yang bertemu dan berakhir pada desmosom-
desmosom yang mengikat lapisan-lapisan sel.
c. Lapisan granular (stratum granulosum)
terdiri dari tiga sampai lima lapis sel yang gepeng dan sedang menjalani
proses diferensiasi terminal keratinisasi. Sitoplasma sel-sel tersebut dipenuhi
dengan massa basofilik yang disebut butiran keratohyalin. Ciri karakteristik pada
sel lapisan granular juga mencakup granula lamelar yang berasal dari Golgi,
struktur ovoid kecil (100 × 300 nm) dengan banyak lamella yang mengandung
berbagai lipid dan glikolipid.
d. Lapisan lusidum (stratum lucidum)
hanya ditemukan di kulit tebal, terdiri dari lapisan tipis dan translucent dari
keratinosit eosinofilik gepeng yang disatukan oleh desmosom.Sel-sel yang terdapat
pada lapisan ini memiliki ciri: nukleus dan organel telah hilang, dan sitoplasma
hampir seluruhnya terdiri dari filamen keratin yang dikemas dalam matriks padat
elektron.
e. Lapisan korneum (stratum corneum)
terdiri dari 15-20 lapisan squamous keratinized cell yang terisi dengan birefringent
filamentous keratins. Filamen keratin mengandung setidaknya enam polipeptida
berbeda dengan massa molekul berkisar antara 40 sampai 70 kDa, disintesis selama
diferensiasi sel pada lapisan yang belum mature. Saat terbentuk, keratin tonofibril
dipenuhi oleh filaggrin dan protein lainnya dalam butiran keratohyalin. Pada akhir
keratinisasi, sel hanya mengandung protein amorphous, fibrillar dengan membran
plasma yxang dikelilingi oleh lapisan kaya lipid.

TIM SOOCA 2017 9


Melanocytes
Warna kulit adalah hasil dari beberapa faktor, yang terpenting adalah
kandungan keratinosit dari melanin dan karoten dan jumlah pembuluh darah di
dermis. Eumelanins adalah pigmen coklat atau hitam yang diproduksi oleh
melanosit, jenis sel khusus epidermis yang ditemukan di antara sel-sel lapisan basal
dan folikel rambut. Pigmen serupa yang ditemukan orang yang memiliki rambut
merah disebut pheomelanin (Gr. Phaios, dusky + melas, hitam). Melanosit adalah
turunan neural crest yang bermigrasi ke dalam lapisan dasar epidermis embrio,
dimana pada akhirnya satu melanosit terakumulasi
untuk setiap lima atau enam keratinosit basal (600-1200 / mm2 kulit). Mereka
memiliki pewarnaan pucat, sel-sel tubuh bulat yang dilekatkan oleh
hemidesmosom ke lamina basal, namun tidak memiliki keterikatan pada keratinosit
tetangga.
Langerhans Cells

Salah satu jenis Antigen-presenting cells (APCs) yaitu sel langerhans, berasal
dari monosit, mewakili 2%-8% sel yang ada di epidermis dan biasanya paling
jelas terlihat pada lapisan spinous. Cytoplasmic processes memanjang dari sel
dendritik menuju selah-selah dari sel keratinosit dari semua lapisan, membentuk
jaringan yang cukup padat di epidermis . Sel Langerhans mengikat, memproses,
dan menyajikan antigen ke limfosit T dengan cara yang sama seperti sel dendritik
imun pada organ lain.
Mikroorganisme tidak dapat menembus epidermis tanpa mengaktifkan sel
dendritik ini dan memicu respons imun. Sel Langerhans, bersama dengan limfosit
yang ada epidermis dan APC lainnya di dermis, menjadi komponen utama
kekebalan adaptif kulit. Karena letaknya, kulit terus-menerus berhubungan dekat
dengan banyak molekul antigenik.

TIM SOOCA 2017 10


Merkel Cells atau epithelial tactile cells

adalah mechanoreceptors sensitif yang penting untuk


sensasi sentuhan halus. Bergabung dengan desmosom pada
keratinosit lapisan epidermal basal, sel Merkel menyerupai
sel sekitarnya namun dengan sedikit konten melanosom.
Sel merkel terdapat sangat banyak di kulit pada bagian
tubuh yang sangat sensitif seperti ujung jari dan pada dasar
beberapa folikel rambut. Sel Merkel berasal dari sel induk
yang sama dengan keratinosit dan ditandai oleh granula
neurosecretori padat yang berasal dari Golgi yang
mengandung peptida.

2. Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang menyokong epidermis dan mengikatnya ke
jaringan subkutan (hypodermis). Ketebalan dermis bervariasi dengan daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di bagian belakang. Permukaan dermis sangat tidak teratur
dan memiliki banyak proyeksi (papilla dermal) yang saling terkait dengan proyeksi
(epidermal pasak atau punggung) epidermis, terutama pada kulit yang terkena sering
menerima tekanan. Lapisan dermis memiliki 2 bagian yang tidak memiliki batas yang
tegas:
a. Lapisan papilar tipis, yang meliputi papila dermal, terdiri dari jaringan ikat yang
longgar, dengan serat kolagen tipe I dan III, fibroblas dan sel mast yang tersebar, sel
dendritik, dan leukosit. Dari lapisan ini, anchoring anchoring fibrils tipe VII masuk
ke lamina basal, membantu mengikat dermis ke epidermis.
b. Lapisan retikuler yang berada di dasar/dibawah lapisan papilar yang jauh lebih tebal,
terdiri dari jaringan ikat yang tidak teratur dan padat (terutama bundel kolagen tipe
I), dengan lebih banyak serat dan sel yang lebih sedikit daripada lapisan papilar.
Juga terdapat jaringan serat elastis yang memberikan elastisitas pada kulit. Terdapat
proteoglikan di antara kolagen dan serat elastis yang kaya akan dermatan sulfat.

Didalam kedua bagian dermis, terdapat rangkaian banyak pembuluh darah and
lymphatic vessels. Nutritive vessels(pembuluh darah yang menyediakan nutrisi untuk sel
sekitar) membentuk 2 major plexuses:

a. Di antara lapisan kulit papilar dan retikular terdapat plasenta subpilillus


mikrovaskuler, dari mana cabang kapiler meluas ke papila dermal dan membentuk
jaringan kapiler yang kaya nutrisi tepat di bawah epidermis.
b. Sebuah deep plexus dengan pembuluh darah dan limfatik yang lebih besar terletak di
dekat pertemuan dermis dan lapisan subkutan. Selain fungsi nutrisi, pembuluh darah
kulit juga memiliki fungsi thermoregulatory, yang melibatkan banyak anastomosis
arteriovenosa atau shunt yang berada di antara dua pleksus utama. Shunts
menurunkan aliran darah di lapisan papiler untuk meminimalkan pembuangan panas
pada kondisi dingin dan meningkatkan aliran ini untuk memudahkan kehilangan
panas saat panas, sehingga membantu menjaga suhu tubuh konstan.

TIM SOOCA 2017 11


3. Lapisan Subkutan (Subcutaneous)
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar
ke organ yang berkontur. Lapisan ini, juga disebut hypodermis atau fasia superfisial.
Mengandung adiposit yang bervariasi jumlahnya di berbagai wilayah tubuh dan
bervariasi menurut ukuran gizi. Pasokan vaskular yang luas pada lapisan subkutan
meningkatkan serapan cepat insulin atau obat-obatan yang disuntikkan ke dalam jaringan
ini.
4. Sensory receptors
Dengan permukaannya yang besar dan lokasi eksternal, kulit berfungsi sebagai
penerima berbagai rangsangan dari lingkungan. Reseptor sensorik yang beragam hadir di
kulit, termasuk ujung saraf yang sederhana tanpa sel Schwann atau penutup kolagen dan
struktur yang lebih kompleks dengan serat indra yang tertutup oleh glia dan kapsul
jaringan ikat yang halus. Unencapsulated receptor meliputi:
a. Sel Merkel, masing-masing terkait dengan ujung saraf yang meluas, yang berfungsi
sebagai reseptor tonik untuk sentuhan ringan dan untuk merasakan tekstur suatu
benda.
b. Free nerve endings di dermis papilar dan tersebar ke lapisan epidermis bawah, yang
berfungsi untuk merespons suhu tinggi, suhu rendah, nyeri, dan gatal, tetapi juga
berfungsi sebagai reseptor taktil.
c. Root hair plexuses, jaringan serat sensorik yang mengelilingi dasar folikel rambut di
dermis retikuler yang mendeteksi gerakan rambut. Encapsulated receptor adalah
phasic mechanoreceptors, berfungsi untuk merespons dengan cepat rangsangan pada
kulit. Di kulit manusia, terdapat 4 jenis:
 Meissner corpuscles adalah struktur elips, terdiri dari akson sensorik yang
berkelok-kelok di antara sel Schwann gepeng yang tersusun tegak lurus
terhadap epidermis di papila dermal.
 Lamellated (pacinian) corpuscles adalah struktur oval besar, ditemukan jauh di
dalam dermis retikuler dan hipodermis, dengan kapsul luar dan terdiri dari 15-
50 lapisan concentric lamellae of flattened Schwann cells dan kolagen yang
mengelilingi unmyelinated axon yang bercabang. Lamellated corpuscles
dikhususkan untuk merasakan sentuhan kasar, tekanan (sentuhan terus-
menerus), dan getaran.
 Krause end bulbs adalah struktur ovoid yang terenkapsulasi, dengan kapsul
kolagen yang sangat tipis yang dipenetrasi oleh serat sensorik. Ditemukan
terutama di kulit penis dan klitoris untuk vibrasi rendah..
 Ruffini corpuscles Memiliki kolagen dankapsul fusiform yang menempel erat
ke jaringan ikat di sekitarnya, dengan akson sensorik yang distimulasi oleh
peregangan (ketegangan) atau putaran (torsi) di kulit.
5. Skin glands
a. Sebaceous Glands
Sebaceous gland tertanam dibagian dermis di sebagian besar tubuh, kecuali di
kulit telapak dan telapak tangan yang tebal. Sebaceous gland adalah kelenjar
acinar bercabang dengan beberapa acini yang menyatu pada saluran pendek yang

TIM SOOCA 2017 12


biasanya bermuara ke bagian atas folikel rambut. Sebuah folikel rambut dan
sebaceous gland berasosiasi untuk membentuk unit pilosebase. Ceruk sel induk
dari daerah tonjolan folikel juga membentuk sel progenitor sebaceous gland yang
terkait. Di daerah berbulu tertentu, seperti penis, klitoris, kelopak mata, dan puting
susu, sebaceous ducts terhubung langsung ke permukaan epidermis. Acini
kelenjar sebaceous adalah contoh klasik dari sekresi holokrin. Mereka memiliki
lapisan basal dari flattened epithelial cells pada lamina basal, yang berkembang
biak dan kemudian mengalami diferensiasi terminal menjadi sebosit, penghasil
lipid yang berisi dengan tetesan lemak kecil.
b. Sweat glands
Ada dua jenis kelenjar keringat, eccrine dan apocrine, dengan fungsi,
distribusi, dan detail struktural yang berbeda.
 Kelenjar keringat Eccrine tersebar luas di kulit dan paling banyak ditemukan
di telapak kaki. Terdapat kurang lebih 3 juta kelenjar keringat eccrine pada
rata-rata orang yang kira-kira sama dengan massa ginjal, dan menghasilkan
sebanyak 10 L / d keringat, tingkat sekresi yang jauh melebihi kelenjar
eksokrin lainnya. Berkeringat adalah respons fisiologis terhadap peningkatan
suhu tubuh selama latihan fisik atau tekanan panas dan merupakan cara yang
paling efektif untuk mengatur suhu tubuh manusia.
 Kelenjar keringat Apocrine, sebagian besar terdapat pada kulit
daerah aksila dan perineum. Perkembangan mereka tergantung pada hormon
seks dan belum fungsional sampai setelah masa pubertas. Komponen sekresi
kelenjar apokrin memiliki lumens jauh lebih besar daripada kelenjar eccrine
dan terdiri dari sel simple cuboidal, eosinophilic cells dengan banyak butiran
sekretori yang juga mengalami eksositosis.

SUMBER : JUNQUEIRA BASIC HISTOLOGY

Skin Function
1. Protektif (Permeability Barrier)
Batas fisik yang membatasi kulit membentuk barrier baik physical (stratum corneum)
maupun chemical (lipid, acid, lysozyme, antimicrobial peptide). Permeabilitas selektif
mencegah antigen masuk ke dalam kulit dan memungkinkan sejumlah obat dapat
diberikan (contoh : koyo). Pembatas ini juga mampu untuk menahan cairan agar tidak
keluar dari tubuh melalui pembentukan keratin dan granula lamellar oleh stratum
granulosum. Sel granulosum mengandung substansi lemak dalam jumlah yang banyak
sehingga membuat batas hidrofobik dan membuat air tidak mampu menembus
2. Protection from Ultraviolet rays

TIM SOOCA 2017 13


Melalui dark pigment melanin yang diproduksi oleh melanosit dan ditempatkan pada
keratinosit agar tersebar di seluruh permukaan kulit
3. Protection From Pathogens (Immune Surveillance)
Pada kulit fungsi ini dilakukan secara spesifik oleh Antigen Presenting Cells atau sel
Langerhans yang ada pada lapisan spinosum. Sel-sel ini dapat menjangkau ke sel-sel
keratinosit lain sehingga dapat memproses dan mengambil antigen tersebut untuk
kemudian dibawa ke sel T-Limfosit untuk kemudia dikenali.
4. Sensorik Mekanoreseptor
Kulit berfungsi sebagai alat indera untuk merasakan sensasi dari luar, seperti sentuhan
tekanan dan lain-lain. Yang memediasi dari respon ini adalah saraf yang ada di dalam
kulit. Saraf yang ada di kulit terdiri dari 2 bagian, yaitu saraf yang ujungnya tidak
diselimuti sel schwann (unencapsulated) dan saraf yang ujungnya diselimuti sel schwann
(encapsulated)
a. Unencapsulated :
 Merkel Sel : reseptor untuk sentuhan lembut yang konstan dan merasakan tekstur
dari objek tertentu,terletak menempel pada membrane basalis kulit
 Ujung Saraf Bebas : berada pada dermis papiler (yang berdekatan dengan
epidermis), berfungsi untuk merasakan suhu rendah, nyeri, dan gatal
 Plexus Pada akar rambut : serabut-serabut sensorik yang mengelilingi dasar
folikel rambut pada dermis reticular (dermis bagian bawah) yang melacak
pergerakan rambut
b. Encapsulated :
 Korpuskel Meissner : terletak pada dermal papillae, berbentuk seperti spiral yang
dibentuk oleh sel schwann, berfungsi unutk merasakan impuls (Sentuhan sesaat)
dan stimulant yang berfrekuensi rendah.
 Korpuskel Pacini : struktur oval yang ditemukan pada reticular dermis dan
jaringan subkutan, berfungsi untuk merasakan sentuhan yng keras serta tekanan
yang menyebabkan kulit tertekan dalam
 Korpuskel Krause : saraf yang berstruktur gepeng, berkolagen, dan biasanya
ditemukan pada penis dan klitoris, fungsinya untuk merasakan getaran yang
berfrekuensi rendah
 Korpuskel Ruffini : berbentuk fusiform terletak pada dermis, dan berfungsi untuk
merasakan ketegangan dan twisting dari kulit

Fisiologi (Gatal) : suatu rangsangan yang dihasilkan apabila ada suatu rangsangan
yang merusak sel mast pada lapisan epidermis kulit yang akan merusak sel mast dan
menyebabkan sel mast mengeluarkan mediator histamine sehingga menstimulasi ujung
saraf bebas yang bertugas untuk meneruskan impuls saraf kearah bagian otak yang
mengintrepetasi rasa gatal (lobus parietal)

5. Pelaksana Termoregulatorik (sebagai kaki tangan)


Lapisan lemak dan rambut di kepala dapat berfungsi sebagai insulator. Keringat
Merupakan media pengeluaran panas yang merupakan efek fisiologis saat terjadi kenaikan
suhu tubuh. Melibatkan arteriovenous anastomoses.

TIM SOOCA 2017 14


a. Warm:
 Vasodilatasi pembuluh darah pada dermis
Semua pembuluh darah pada kulit membesar sehingga menaikkan volume, aliran
darah dan menaikkan transfer panas. Hal ini disebabkan inhibisi saraf simpatetik
pada posterior hipotalamus yang menyebabkan vasoskonstriksi, sehingga
menyebabkan aktivitas saraf parasimpatetik dan suhu tubuh menurun
 Keringat
Efek dari kenaikan suhu tubuh ini membuat dilepaskannya produksi panas dari
hasil metabolism tubuh dan membuat kelenjar keringat mensekresi keringat
 Penurunan produksi panas
Mekanisme ini menurunkan produksi panas melalui gerakan menggigil.
b. Cold:
 Vasokontstriksi kulit pada tubuh
Disebabkan hipotalamus posterior
 Piloereksi
Stimulasi simpatetik yang dilakukan saraf menyebabkan otot arrector pili rambut
berkontraksi dan membuat rambut berdiri
 Peningkatan thermogenesis
Brown adipose tissue di lapisan subkutan pada balita membuat meningkatnya
stimulant simpatetik mediator2 seperti epinephrine and norephineprine dan
menstimulasi peningkatan metabolisme sel dan menciptakan panas
6. Metabolik
Sel-sel kulit dapat menyintesis vitamin D3 dengan prekursor yang didapat kulit via
eksposur sinar UV. Vitamin ini nantinya akan digunakan dalam metabolisme kalsium
yang dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Elektrolit berlebih serta sisa-sisa
metabolisme
7. Sinyal seksual
Pigmentasi dan rambut pada kulit merupakan indikator visual kesehatan yang terlibat
dalam ketertarikan antar jenis kelamin. Serta kulit juga memproduksi sex feromon melalui
kelenjar keringat apokrin yang sangat penting untuk daya Tarik seksual
8. Wound Repair/Cutaneus Wound Healing
Kulit juga berfungsi sebagai tempat penyembuhan luka yaitu dengan pembentukan
jaringan scab.
a. Darah menggumpal pada luka setelah keluar dari pembuluh darah yang cedera
b. Keping darah melepaskan kemokin dan growth factor
c. Neutrophil dan makrofag membersihkan bakteri dan sisa-sisa sel yang terdapat pada
luka itu
d. Formasi scab : sel-sel epidermis (stratum basale) bermigrasi kea rah luka serta
terdehidrasi dan menjadi jaringan mati
e. Pertumbuhan sel epidermis dan fibroblast dilepaskan makrofag
f. Pembentukan jaringan granulasi

TIM SOOCA 2017 15


g. Pada tahap akhir, epidermis tidak lagi bisa memproduksi rambur ataupun kelenjar dan
menjadi scar tissue

Type of Skin Lession


Lesi (lesion) any pathological or traumatic discontinuity of tissue or loss of function of a part
–medical dictionary Dorland (Suatu kelainan patologis suatu jaringan yang dapat
menimbulkan gejala/symptom)

TYPES :
1. Primary skin lesion
Lesi yang pertama kali timbul, terjadi karena ada perubahan anatomik dari epidermis,
dermis, atau jaringan subkutan. Jenisnya ada:
a. Macule
Kelainan kulit/membran mukosa yang ditandai dengan perubahan warna semata,
datar / dua dimensi, dan memiliki batas yang jelas. Perubahan warna pada lesi dapat
terjadi karena :
 Destruksi dari melanosit
 Dilatasi dari pembuluh darah di dermis
 Inflamasi pada dinding pembuluh darah yang disertai dengan keluarnya sel darah
merah
Tipe-tipe macule:
 Erytheme
 Hyperpigmented. contoh : post inflammatory, hyperpigmentation
 Hypopigmented. contoh : tinea versicolor
 Depigmented. contoh: vitiligo

Papule Plaque

b. Papule
Kelainan kulit yang ditandai dengan penonjolan diameter < 0,5 cm, solid, dan isinya
jaringan padat (limfosit, debris, lemak, dll). Kalau dilapisi scale namanya
papulosquamous lesion. Bentuk dan jenis permukaan: sessile, penduculates, dome-
shaped, flat-topped, rough, smooth, etc. Contohnya pada lichen planus dan scabies
c. Plaque
Kelainan kulit yang ditandai dengan penonjolan diameter > 0,5 cm (tinggi < luas)
dan solid. Contohnya psoriasis vulgaris

TIM SOOCA 2017 16


Nodul Urtica

d. Nodule
Kelainan kulit yang ditandai dengan penonjolan diameter > 0,5 cm, solid,
round/ellipsoidal. Types (based on anatomic components primarily involved)
epidermal, epidermal-dermal, dermal, dermal-subdermal, dan subcutaneous.
e. Wheal/Urtica
Kelainan kulit berupa penonjolan yang berisi cairan dan dapat hilang dalam beberapa
jam (evanescent). Edema yang disebabkan ekstravasasi plasma. Contohnya kaligata
dan kalau dilewatin ulat bulu.

f. Vesicle
Kelainan kulit yang ditandai dengan gelembung , diameter < 0,5cm, dan berisi cairan
jernih
g. Bulae
Kelainan kulit yang ditandai dengan gelembung, diameter > 0,5cm, dan berisi cairan
jernih
h. Pustule
Kelainan kulit yang ditandai dengan gelembung, diameter > 0,5cm, dan berisi cairan
keruh berupa pus/nanah. Kalau pusnya menggantung dinamakan bulae hypophion.
Contohnya vertigo bulosa
i. Cyst
Kelainan kulit berupa penonjolan kulit yang berisi cairan semi-solid (sel dan
produknya seperti keratin) dan diliputi kantung (epithelium sejati). Berbentuk bulat
atau oval dengan cairan didalamnya menyebar, batas tidak jelas. Tegang dan
keras.Contohnya cystic hidradenoma.
2. Secondary Skin Lesion
Terjadi akibat perubahan lesi primer yang tidak diobati. Jenisnya ada:
Raised Lesion
a. Scale (Stratum corneum yang terlepas)
Type of lesion :

TIM SOOCA 2017 17


b. Lichenification
Penebalan kulit dengan tanda yang mencolok menyerupai kulit pohon dan diinduksi
oleh garukan atau gosokan kulit
Depressed Lesion
a. Erosion: Hilangnya lapisan kulit tidak sampai stratum basal, terbatas sampai
epidermis, dan tidak akan berdarah.
b. Excoriation: Lebih dalam dari erosion, hilangnya lapisan kulit melewati stratum
basale, dan akan berdarah. (Note : kalau menurut fitzpatrick dan RSHS, jika primary
lesion digaruk maka itu termasuk ke excoriation)
c. Ulcer:
Kerusakan sampai dermis bahkan subkutan. Borders: rolled, undermined, punched
out, jagged, or angular. Base: clean, jagged, necrotic.
d. Fissure: Hilangnya kontinuitas dari permukaan kulit atau mukosa, biasanya berupa
garis (linear), hasil dari tekanan yang berlebihan atau berkurangnya elastisitas
jaringan.
e. Crustae: Serum, darah, atau purulent exudate yang mengering pada permukaan
kulit. The color of crust:
 Yellow-brown: from serous secretion (crusta pustulosa)
 Turbid yellowish-green: from purulent secretion (crusta medica mentosa)
 Reddish-black: from hemmorhagic secretion (crusta sanguinolenta)
 Clean: from liquid (crusta serosa)
f. Scar: Proliferasi jaringan fibrosa untuk menggantikan kolagen yang rusak. Warnanya
pink-merah sebelum menjadi hypo/hyperpigmented. Tipenya athropy, hypertrophic,
dan eutrophic
g. Striae: Munculnya linear depression beberapa sentimeter sebagai hasil dari
perubahan reticular colagen yang terjadi dengan peregangan cepat pada kulit.

TIM SOOCA 2017 18


h. Sinus: rongga yang menghubungkan 1 tempat ke tempat lain atau ke permukaan
kulit. Contohnya pada hidradenitis suppurativa

3. Spesific skin lesion


Suatu kelainan kulit yang sudah merujuk pada diagnosis tertentu
a. Comedo: folikel rambut yang terdilatasi dan terisi lemak atau keratin
 Terbuka: hitam, karena terjadi oksidasi (blackhead)
 Tertutup: putih (whitehead)
b. Telangiectasia: pelebaran kapiler yang terlihat di permukaan kulit, contohnya: terjadi
akibat penggunaan krim malam
c. Burrow: terowongan pada stratum ocrneum yang disebabkna oleh parasit
d. Milia: seperti biji beras, white bumps that tipically appears on the nose and cheek,
terjadi ketika keratin terperangkap di permukaan kulit. Contohnya biang keringat.

Shape of Skin Lesion


1. Annular : berbentuk cincin,lesinya berbeda dengan pusatnya
2. Round/Nummular/Discoid : berbentuk seperti koin, Biasanya lesi
bulat sampai lonjong dengan morfologi seragam dari ujung ke
ujung (Nummular Eczema,Plaque-Type Psoriasis,Discoid Lupus)
3. Polycylic : Terbentuk dari penggabungan lingkaran,cincin dan Annular

cincin yang tidak lengkap/tidak sempurna (Urticaria,Subacute


Cutaneous Lupus,Erythematosus)
4. Arcuate : Berbentuk Busur,Terjadi akibat pembentukan lesi
annulus yang tidak lengkap (Urticaria, Subacute Cutaneous
Round

TIM SOOCA 2017 19


Lupus,Erythematosus)
5. Linear : Menyerupai garis lurus
6. Reticular : Seperti cincin yang agak teratur atau cincin parsial (Livedo Reticularis, Cutis
Marmorata)
7. Serpiginous : Berkelok kelok seperti ular (Cutaneous Larva Migrans)
8. Targetoid : Memiliki tiga zona yang berbeda (Erythema Multiforme)
9. Whorled : (Incontinentia Pigmenti, Hypomelanosis Of Ito, Linear and Whorled Nevoid
Hypermelanosis)

Dermatologycal Status
1. Distribusi lesi kulit
Periksa seluruh permukaan kulit dan nilailah luas
lesi seperti :
 Localized (lokal, di 1 tempat saja atau one
spot)
 Regional (berdasarkan regio tubuh), misalnya
di regio palmar (telapak tangan)
 Generalized (seluruh tubuh tapi masih terlihat
kulit normal)
 Universal (lesi ada di seluruh permukaan kulit,
sudah tidak ada kulit normal)
2. Pola khas / Characteristic pattern (jika tidak cocok dengan pola khas maka bisa
dilewat)
a. Symmetry/Asymmetry
 Simetri : Bagian dextra-sinistra (kanan-kiri) sama seperti dilipat.
 Asimetri : Bagian dextra-sinistra (kanan-kiri) tidak sama.
b. Bilateral/Unilateral
 Bilateral : Bagian dextra-sinistra (kanan-kiri) sama. Contohnya
psoriasis di lengan
 Unilateral : Satu saja. Contohnya, tanda lahir bawaan
c. Dermatomal
Berdasarkan urutan persarafan kulit. Contohnya pada herpes zoster
3. Lokasi lesi kulit

TIM SOOCA 2017 20


Tentukan lokasi lesi kulit dari scalp hingga kaki dengan acuan regio anatomi. Lokasi
khas :
a. Flexural b. Extensor

c. Intertriginous: daerah 2 kulit yang saling bergesekan atau bersentuhan.


d. Glabrous : Daerah yang tidak memiliki hair follicle seperti telapak tangan dan kaki.
Area terbuka

Irritant Contact Dermatitis


Definisi : Contact dermatitis adalah sebuah kondisi inflamasi kulit akut atau kronis yang
disebabkan oleh interaksi cutaneous dengan agen biologi, fisik, atau kimiawi.

Epidemiologi

Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan dari 257.800 kasus penyakit tak menentu yang
dilaporkan pada tahun 2008 untuk semua industri, 18,9% dianataranya adalah penyakt kulit
dengan 90% - 95% dari penyakitkulit tersebut adalah contact dermatitis. 80% nya merupakan
ICD.

United States Statistic

ICD paling sering terjadi akibat kontak yang berulang-ulang dengan irritant, dan seringkali
terutama saat bekerja yang kontak dengan air, perawatan tubuh, kosmetik, dan bahan kimia
lainnya. Seperti mencuci tangan, pakaian, makanan, bersih-bersih, perawat rumah sakit,
penata rambut, dan sebagainya. Prevalensi occupational hand dermatitis ditemukan 55,6%
pada dua ICU dan 69,7% pada pekerja yang paling terpapar. Frekuensi mencuci tangan lebih
dari 35 kali per shift sangat terkait dengan occupational hand dermatitis.

European studies

TIM SOOCA 2017 21


Lebih banya terjadi pada pekerjaan yang berhubungan dengan makanan dan tata rias. Tingkat
kejadian dermatitis kontak iritan tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per
10.000 pekerja per tahun), tukang roti (23,5 kasus per 10.000 pekerja per tahun), dan juru
masak kue kering (16,9 kasus per 10.000 pekerja per tahun.)

Sexual differences in incidence

Secara signifikan lebih sering 2 kali lipat pada perempuan, akibatnya dari faktor lingkungan
bukan genetik. Peran lebih pada perempuan untuk membersihkan rumah, merawat anak di
rumah, dan pekerjaan-pekerjaan yang feminim seperti tata rambut, perawatan, pengasuhan.

Age-related difference in incidence

Terjadi pada beragam usia. Untuk bayi biasanya iritasi terhadap popok, untu orang yang lebih
dewasa biasanya karena sabun, cat, obat, makeup, detergen, bisa atau biasa disebut
occupational hand dermatitis.

https://emedicine.medscape.com/article/1049353-overview#a5
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8e page 499\
Influencing Factors

ICD adalah penyakit multifaktor yang dapat dipengaruhi oleh faktor eksogen (iritan dan
lingkungan) juga faktor endogen (host).

1. Exogenous Factors
Faktor-faktor yang termasuk eksogen diantaranya:
a. Sifat kimia iritan : pH, keadaan fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi,
ionisasi, vehicle, dan kelarutan.
b. Karakteristik eksposur : jumlah, konsentrasi, durasi dan tipe kontak, paparan bersama
iritan yang lain, dan interval setelah paparan sebelumnya.
c. Faktor lingkungan : regio tubuh, kelembapan, dan suhu. Misal, kelembapan dan suhu
yang rendah menyebabkan berkurangnya kandungan air dalam stratum corneum
sehingga membuat kulit lebih permeable terhadap iritan.
d. Faktor mekanis : tekanan, gesekan, atau abrasi.
e. Radiasi ultraviolet (UV).

Crossover phenomenon = Saat satu atau lebih iritan dikombinasikan atau secara
serempak digunakan, dapat timbul efek sinergis atau antagonis sebagai akibat dari
interaksi spesifik sel dengan senyawa, atau perubahan permeabilitas kulit oleh satu atau
lebih senyawa, yang tidak akan terjadi jika iritan digunakan sendiri.

2. Endogenous Factors
a. Faktor Genetik
Hipotesis : genetik manusia mengontrol kemampuan setiap individu untuk melawan
radikal bebas, merubah level enzim antioksidan, kemampuan untuk membentuk
protein protektif terhadap heat shock, variasi dalam kemampuan responsif terhadap
iritan.
b. Jenis Kelamin

TIM SOOCA 2017 22


Mayoritas ICD klinis terjadi pada tangan, dan perempuan terhitung sebagai mayoritas
penderitanya. Namun, hal ini lebih dikarenakan hubungan demografis daripada
hubungan gender, karena faktanya wanita lebih banyak terpapar iritan dan pekerjaan
yang banyak terpapar oleh air (wet work) dan cenderung mencari pengobatannya
daripada laki-laki.
c. Usia
Anak usia dibawah 8 tahun lebih rentan terhadap absorpsi perkutan terhadap bahan
kimia dan reaksi iritan. Sebagian besar penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
antara permeasi (permeation) penghalang kulit dengan bertambahnya usia. Data
tentang pengaruh penuaan pada iritasi kulit eksperimental saling bertentangan. Iritasi
kulit yang terlihat (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak
terlihat (barrier damage) dapat meningkat pada orang tua.
d. Etnis
Tidak ada studi yang menunjukkan pengaruh signifikan tipe kulit terhadap
perkembangan ICD.
e. Skin Site
Fungsi barrier setiap area kulit bisa berbeda-beda, misalnya kulit pada wajah, leher,
skrotum, dan punggung tangan lebih rentan terhadap ICD. Sedangkan telapak tangan
dan telapak kaki lebih resisten.
f. Atopy
Riwayat atopik merupakan salah satu risk factor dari irritan hand dermatitis. Orang
yang memiliki riwayat atopic dermatitis lebih rentan terhadap irritan dermatitis
dikarenakan ambang batas yang lebih rendah untuk terjadinya iritasi kulit, gangguan
fungsi penghalang kulit (skin barrier), dan proses
penyembuhan yang lebih lambat.

Singkatnya, faktor risiko ICD yang paling penting adalah


toksisitas inheren bahan kimia untuk kulit manusia dan
penetrasinya. Faktor endogen yang paling penting adalah
atopik.

Clinical Type of ICD

ICD terbagi menjadi 10 tipe klinis dimana setiap tipe


termasuk kedalam subtipe akut atau kronik.

1. Irritant Reaction
Secara klinis, hal ini terjadi sebagai reaksi akut
monomorfik yang meliputi scaling, low-grade
erythema, vesicles, atau erosi dan biasanya
terlokalisasi pada bagian dorsum tangan dan jari-
jari. Sering terjadi pada individu yang terpapar
pekerjaan basah. Reaksi iritasi dapat sembuh total atau

TIM SOOCA 2017 23


apabila tidak diberikan treatment dapat berprogres menjadi cumulative irritant
dermatits.
2. Acute ICD
Umumnya terjadi setelah paparan pertama dengan irritan yang kuat.
Menimbulkan sensasi seperti terbakar (burning), gatal atau perih. Pasien mungkin
juga mengalami erythema, edema, dan vesikulasi dengan exudate, bullae, dan
nekrosis jaringan pada kasus yang parah.
3. Delayed Acute Irritancy
Merupakan iritasi akut tapi tanpa terlihat adanya tanda-tanda inflamasi selama 8-
24 jam atau lebih setelah paparan.
4. Chronic Cumulative ICD
Merupakan tipe ICD yang paling sering ditemukan dalam praktik klinik. Disebut
juga sebagai traumiterative ICD dan disebabkan oleh paparan iritan yang berulang-
ulang pada kulit, dimana zat kimia yang terlibat seringkali banyak dan lemah serta
tidak cukup kuat untuk menyebabkan irritant dermatitis. Umumnya iritan berupa sabun,
detergen, surfaktan, pelarut organik, minyak, serta kosmetik.
Awalnya, cumulative contact dermatitis menimbulkan gatal, sakit, dan
beberapa bercak kulit kering yang terlokalisasi; lalu erythema, hyperkeratosis
dan fissura dapat terbentuk. Gejala tidak muncul segera setelah terjadi paparan, namun
muncul setelah verhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-bertahun setelah paparan.
Chronic cumulative ICD cukup ambigu dengan ACD sehingga dibutuhkan
patch test. Prognosisnya bervariasi.
5. Subjective (symptomatic, sensory) Irritancy
Pasien mengeluh adanya gatal, perasaan geli, perih, sensasi seperti terbakar
atau sensasi lainnya setelah melakukan kontak dengan iritan, tapi tanpa terlihat
adanya perubahan pada kulitnya. Umumnya terjadi pada bagian wajah, kepala dan
leher. Penyebabnya umumnya kosmetik, sunscreen dan pakaian wol.
6. Suberythematous (nonerythematous) Irritation
Iritasi tidak tampak secara langsung, tapi tampak perubahan secara
histologi. Pada umumnya gejalanya berupa sensasi seperti terbakar, gatal atau perih.
7. Frictional Dermatitis
Iritasi mekanik dapat diakibatkan dari microtrauma dan gesekan yang
berulang kali.
8. Traumatic Reactions

TIM SOOCA 2017 24


Terjadi setelah trauma akut pada kulit seperti terbakar atau laserasi dan
biasanya terjadi pada tangan selama 6 bulan atau lebih. Proses penyembuhan pada
tipe dermatitis ini berkepanjangan, menimbulkan erythema, scale, papule, atau vesicle
dapat muncul.
9. Pustular or Acneiform
Pustular atau reaksi jerawat biasanya terjadi setelah melakukan pekerjaan yang
terpapar minyak, logam berat dan halogen tapi juga setelah menggunakan suatu
kosmetik. Umumnya terjadi pada seseorang yang tipe kulitnya berminyak dan
mengalami atopi.

10. Asteatotic Irritant Eczema (exsiccation eczematid)


Exsiccation eczematid biasanya terjadi pada pasien lansia yang seringkali mandi
tanpa menggunakan pelembab setelahnya pada kulit mereka. Gejala yang timbul berupa
gatal yang terus-menerus, kulit kering, dan scale ichtyosiform (scale yang bentuknya
seperti sisik ikan).

Diagnostic Criteria of ICD

1. Dalam membedakan diagnosis, ada beberapa hal yang perlu ditanyakan :


a. Pekerjaan
b. Hobi
c. Riwayat penyakit dahulu (dermatitis kontak)
2. Riwayat terpapar terhadap:
a. Geseran
b. Pekerjaan basah ( wet- work)
c. Sabun, Detergent
d. Bahan pelarut organik/alkali
e. Kelembapan udara
3. Untuk membedakan ACD dan ICD, “patch test” harus dilaksanakan (dibahas di LI
selepas ini).
4. Transepidermal water loss (TEWL) dapat menunjukkan kerusakan perlindungan kulit
tetapi tidak dapat membedakan ACD dan ICD. Berikut adalah kriteria ICD yang tegas

Major Minor
Subjektif

Symptom terjadi dalam menit hingga jam Symptom terjadi dalam 2 minggu setelah
dengan memberi rasa setelah terkena irritant: terkena irritant

1. Sakit

TIM SOOCA 2017 25


2. Membakar
3. Menyengat
4. Berasa gatal

Objektif

Macule erythema Kurangnya kecenderungan dermatitis


Hyperkeratosis menyebar.
Fissure Perubahan morfologi menghasilkan
Vesiculation perbedaan kosentraasi yang kecil. Jangka
Kulit yang kering dan merepuh waktu kontak pada lesi menyebabkan
Proses penyembuhan berlaku perbedaan besar pada kerusakan kulit,

More : Fitzpatrick page 505

Pemeriksaan Penunjang
(Patch Testing)
1) Tes yang sering digunakan untuk membedakan Allergic Contact Dermatitis (ACD)
dengan Irritant Contact Dermatitis (ICD). Tujuannya untuk menegakan diagnosis pada
pasien dengan diagnostic hypoyhesis Contact Dermatitis (CD).
2) Hasil positif dari tes menandakan pasien ACD dan hasil negatif menandakan pasien ICD.
3) Patch Testing digunakan untuk mengidentifikasi allergen(s) pada pasien dengan ACD.
4) Berbagai alergen dapat digunakan untuk patch test. Setiap alergen telah diuji untuk
menemukan konsentrasi terbaik untuk menunjukkan reaksi alergi tanpa menyebabkan
iritasi pada mereka yang tidak alergi terhadap alergen.
5) Hasil yang diperoleh tidak selalu benar, terkadang hampir
semua area uji menjadi merah dan gatal (Angry back)  false
postitive result. Bisa juga hanya terjadi sedikit atau tidak ada
reaksi terhadap alergen yang menyebabkan dermatitis  false
negative result.

Langkah – langkah patch testing

1. Berbagai macam alergen (25 substansi ) yang terdapat pada

TIM SOOCA 2017 26


patch round alumunium chambers di aplikasikan ke bagian kulit (biasanya punggung,
tapi bisa pada bagian luka yang sudah sembuh seperti pada kasus ini)
2. Patch ditempelkan selama 48 jam, kemudian dilepas setelah 2 hari pemasangan.
3. 2 hari kemudian (4 hari setelah pemasangan patch) dermatologist akan melakukan
pembacaan hasil.
Negative (-)
Irritant reaction (IR) : Sweat rash, follicular pustule, and burn like reaction
Equivocal / uncertain (+/-) : refer to a pink area under the test chamber
Weak positive (+) : slightly elevated pink or red plaques
Strong positive (++) : „papulovesicles’ and extreme reactions are blisters or ulcers
Extreme reaction (+++)

Substansi yang di tes : “semuanya mungkn tidak akan ditempelkan ke kulit tapi biasanya ini
berupa zat additif dari salaf ( ointment), pakaian, bahan kulit ( leather), dan material dalam
kehidupan sehari-hari. Biasanya : Balsam of Peru, Benzocaine, Chrome, Clioquinol, Cobalt,
Epoxy resin, Ethylenediamine, Formaldehyde, Fragrances, Imidazolidinyl urea, Neomycin,
Nickel, Paraben mix, Paraphenylenediamine, Plants, P-tert butylphenol, Formaldehyde resin,
Quaternium-15, Rosin, Rubber accelerators, dan Wool alcohols (lanolin)

Result (Hasil) : Jika terdapat raksi terhadap suatu substansi, maka akan diketahui substansi
apa yang merupakan alergen dan benda apa yang mengandung senyawa tersebut

Source : https://www.dermnetnz.org/topics/patch-tests/
American Academy of Dermatology

Treatment
Non Pharmacology : Hindari paparan iritan atau menggunakan proteksi jika tidak bisa
menghidarinya. (Kausatif)

Pharmacology

Pemberian Clobetasol Propionate ointment 0,05% sebanyak 1 kali sehari dalam


1 minggu dapat membantu dalam proses penyembuhan. Clobetasol ini merupakan obat
corticosteroid yang sangat kuat (high Potency). Walau menuai banyak kontroversi namun
pemberian topical corticosteroid bisa membantu dalam proses penyembuhan.

TIM SOOCA 2017 27


Corticosteroid adalah obat anti-inflammasi yang akan menginhibisi produksi
mediator-mediator inflammasi seperti Prostaglandin dan Leucotrienes. Mekanisme kerjanya
adalah sebagai berikut :

1. Masuk melalui membran sel.


2. Membentuk compleks ligan-reseptor.
3. Masuk ke nukleus dan mengontrol sintesis protein.
4. Formasi protein yang bisa menginhibisi enzim phospholipase A2 yang berguna untuk
menyuplai arachidonica acid yang selanjutnya akan digukan untuk membentuk mediator
inflammasi.
5. Mengubah permeabilitas membran sel.
6. Memodifikasi produksi neurohormones.

Krim Urea 10% sebanyak 2 kali sehari juga diberikan sebagai pelembab kulit
sehingga kulit tidak kering dan mudah rusak.

PREVENTION

ICD merupakan faktor risiko untuk perkembangan penyakit ACD, Oleh karena itu
diadakannya prevensi untuk mencegah terjadinya ACD pada pasien kita yang mengalami
ICD. Beberapa usaha bentuk prevensi adalah :
 Mengedukasi masyarakat bagaimana cara menghindari iritasi.
 Menjelaskan bagaimana akibat dari suatu aktifitas dapat menyebabkan ICD.
 Memakai perlengkapan pelindung. Hal ini sangat bergantung kepada pekerjaannya dan
faktor risiko dari pekerjaannya. Contohnya adalah yang terjadi pada pasien kita adalah
dengan menyarankan pasien untuk memakai sarung tangan pelindung untuk menghindari
kontak dengan bahan-bahan yang dicurigai sebagai trigger ICD. Untuk kasus kali ini
adalah detergen.
 Penggunaan sarung tangan merupakan pencegahan terbaik untuk ICD. Apalagi untuk
pasien-pasien yang mempunyai pekerjaan yang membuat kita basah.
 Hindari mengunakan sarung tangan yang tahan air dalam waktu lama untuk mengurangi
keringat.
 Pemilihan bahan dari sarung tangan ini merupakan hal yang sangat penting. Karena jika
salah justru dapat menyebabkan atau memperparah ICD.
 Penggunaan pelembab kulit itu juga merupakan salah satu bentuk pencegahan dari ICD.

Sumber : Fitzpatrick‟s Dermatology in General Medicine Edisi 8

Prognosis
Healing usually occurs within 2 weeks of removal of noxious stimuli; in more chronic cases,
6 weeks or longer may be required. In the setting of occupational ICD, only onethird of
individuals have complete remission and two-thirds may require allocation to another job;

TIM SOOCA 2017 28


atopic individuals have a worse prognosis. In cases of chronic subcritical levels of irritant,
some workers develop tolerance, or “hardening.”

Source : Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 7th edition, page 23

Ad Vitam : Ad Bonam
Prognosis ad vitam adalah prognosis yang menyatakan apakah perjalanan penyakit pasien
akan mengakibatkan ancaman kelangsungan hidup pada pasien atau tidak.
Artinya, kelangsungan hidup pasien baik. Dimana, treatment yang dilakukan berfungsi untuk
tidak terpapar lagi detergent secara langsung

Ad Functionam : Ad Bonam
Prognosis ad fungsionam adalah prognosis yang menyatakan apakah perjalanan penyakit
pasien akan mengakibatkan terganggunya fungsi organ pada pasien atau tidak.
Artinya, fungsi organ pasien baik. Dimana terdapat treatment untuk menghilangkan symptom
berupa scale, dan mengurangi inflamasi.

Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam


Prognosis ad sanationam adalah prognosis yang menyatakan apakah penyakit yang saat ini
diderita oleh pasien akan diderita kembali (kambuh) atau tidak.
Artinya, kemungkinan dia akan terpapar kembali dengan detergent, namun masih baik.
Dikarenakan pasien ini memiliki pekerjaan cuci piring dimana mudah sekali terpapar. Dan
kita tidak bisa menyarankan untuk pindah cari pekerjaan lain. Oleh karena itu, kita bisa
melakukan dengan cara menganjurkan memakai sarung tangan.

BHP
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi yang terjadi, faktor penyebabnya, dan
treatment apa saja yang harus didapatkan.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa faktor resiko dari kondisi yang dialami pasien adalah
pekerjaannya.
3. Memberikan informed consent kepada pasien mengenai KOH test dan patch test yang
dilakukan.
a. Tindakan medis dan tujuan
Pengambilan sampel menggunakan metode scrapping, dilanjutkan dengan KOH test
–untuk mengetahui adanya infeksi fungal dan patch test dengan tujuan untuk
mengetahui adanya alergi atau tidak.
b. Prosedur
Membersihkan daerah yang akan diambil sampel, lalu pengambilan sampel dengan
metode scrapping

TIM SOOCA 2017 29


4. Menjelaskan mengenai apa saja yang harus dihindari oleh pasien, serta management
yang harus dilakukan sejelas-jelasnya agar pasien mampu mengaplikasikannya.
5. Melakukan follow up terhadap pasien.
6. Memberitahukan hal-hal tersebut tanpa menyinggung pasien.

PHOP
1. Promotive : Melakukan edukasi terhadap masyarakat tentang Irritant Contact Dermatitis
(ICD), penyebabnya, serta cara untuk menghindari/prevensi ICD seperti menggunakan
alat proteksi contoh pada kasus ini adalah sarung tangan (gloves).
2. Preventive : menggunakan alat proteksi seperti sarung tangan (gloves).
3. Curative : Clobetasol propionate ointment 0,05% digunakan (dioles) 1x sehari selama 1
minggu dan Urea 10% cream digunakan (dioles) 2x sehari
4. Rehabilitative : mengkontrol kesembuhan dari luka/lession dengan doker.

TIM SOOCA 2017 30

S-ar putea să vă placă și