Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 - A.2 / SEMESTER VIII
1. MITA AYU UTAMI (041 STYC 15)
2. RISMALA PRAMUDITHA (057 STYC 15)
3. RAHMAN HADI PUTRA (051 STYC 15)
4. ROHMI (061 STYC 15)
5. SANTI LESTARI (065 STYC 15)
6. SANUSI (066 STYC 15)
Penulis,
2.1 Definisi
Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak (termasuk
durameter, arachnoid, dan piameter) (Harold, 2005). Meningitis adalah
infeksi cairan otak disertai peradangan yang mengenai piameter (lapisan
dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Organisme penyebab meningitis memasuki area secara langsung sebagai
akibat cedera traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari
tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita
dan droplet (tetesan) infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus,
cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran napas merupakan port
d’entree (tempat masuk) utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri
disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernapasan dan
hasil sekresi (pengeluaran) tenggorokan yang masuk secara hematogen
(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak
(meningens) dan otak.
2.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan
bakteri, diantaranya:
2.2.1 Meningitis Bakteri
Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus,
terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza. Bakteri
yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Meningitis Menurut Faktor Penyebabnya
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya
menurut Muttaqin (2008), yaitu:
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan
2.5 Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran
vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang
di dalam meningen dan di bawah korteks yang dapat menyebabkan trombus
dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis meningitis yaitu :
a. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b. Steroid untuk mengatasi inflamasi
c. Antipiretik untuk mengatasi demam
d. Antikonvulsant untuk mencegah kejang.
2.9 Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara
lain:
a. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
kelumpuhan.
b. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural
karena adanya infeksi oleh kuman.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Primer (Muttain, 2008)
a. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan refleks batuk. Jika ada
obstruksi maka lakukan :
1. Chin lift atau jaw trust
2. Suction atau hisap
3. Guedel airway
4. Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral
b. Breathing
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu apas, dan peningkatan frekuensi pernapasan
yang sering didapatkan pada klien meningitis disertai adanya
gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan
apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi
pleura masif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis).
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer di paru.
c. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normla pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada
tahap lanjut.
d. Dissability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS.
3.3 Intervensi
Intervensi 1
Gangguan perfusi serebra berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Tujuan :
a. Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
b. Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Intervensi 2
Potensial terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran
Intervensi Rasional
Mandiri
Monitor kejang pada tangan, kaki, Gambaran tribalitas sistem saraf
mulut dan otot-otot muka lainnya pusat memerlukan evaluasi yang
sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang
seperti batasan ranjang, papan terjadi
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka
fase akut. jika vertigo, sincope, dan ataksia
terjadi.
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter Untuk mencegah atau mengurangi
seperti; diazepam, phenobarbital, dll. kejang. Catatan : Phenobarbital
dapat menyebabkan respiratorius
depresi dan sedasi.
Intervensi 3
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada saluran nafas
Tujuan: Jalan napas pasien kembali efektif
Kriteria hasil : a. Frekuensi napas 16-20 kali/menit
b. Tidak menggunakan otot bantu napas
c. Tidak ada suara tambahan
d. Dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif
e. Sesak napas berkurang
Intervensi Rasional
Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Memantau dan mengatasi
tambahan, perubahan irama dan komplikasi potensial. Pengkajian
kedalaman, penggunaan otot-otot fungsi pernapasan dengan interval
aksesori, warna, dan kekentalan yang teratur adalah penting karena
sputum. pernapasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan, akibat adanya
kelemahan atau paralisis pada otot-
otot interkostal dan diafragma
berkembang dengan cepat.
Atur posisi fowler dan semifowler. Peninggian kepala tempat tidur
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah inflamasi akut pada selaput otak atau meningens.
Organisme penyebab meningitis bakterial memasuki area secara langsung
sebagai akibat cedera traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan
dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).
4.2 Saran
Makalah mengenai ‘Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Meningitis’ ini
dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun. Penulis sadari
dalam penyusunan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga penyusun
makalah berikutnya dapat melengkapi dan memberi referensi baru.
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North America Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang : Gramedia Pustaka
Utama.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk.
Edisi 8. Jakarta : EGC.