Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
VERTIGO
OLEH
MUHAMMAD RIZAL FIRDAUS
1614901110185
I. Konsep Vertigo
1.1. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan (Labuguen,
2006).
1.2. Etiologi
1.2.1. Otologi 24-61% kasus
1.2.1.1. Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
1.2.1.2. Meniere Desease
1.2.1.3. Parese N VIII Uni/bilateral
1.2.1.4. Otitis Media
1.2.2. Neurologik 23-30% kasus
1.2.2.1. Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
1.2.2.2. Ataksia karena neuropati
1.2.2.3. Gangguan visus
1.2.2.4. Gangguan serebelum
1.2.2.5. Gangguan sirkulasi LCS
1.2.2.6. Multiple sklerosis
1.2.2.7. Vertigo servikal
1.2.3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
1.2.3.1. Tekanan darah naik turun
1.2.3.2. Aritmia kordis
1.2.3.3. Penyakit koroner
1.2.3.4. Infeksi
1.2.3.5. Hipoglikemia
1.2.3.6. Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
1.2.4. Psikiatrik > 50% kasus
1.2.4.1. Depresi
1.2.4.2. Fobia
1.2.4.3. Anxietas
1.2.4.4. Psikosomatis
1.2.5. Fisiologik Melihat turun dari ketinggian.
Klien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Klien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika
akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari
tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali klien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar klien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau
beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
1.4. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang
terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada
saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis
media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik.
Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan
penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo
juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak
stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke
pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga
sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-
beda.
1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Penatalaksanaan Medikasi
1.7.1.1. Pada fase akut penderita harus dibaringkan dan diberi
Avoming 25 mg tiap 6 jam. Kalau muntah dan vertigo hebat
penderita perlu dirawat di Rumah Sakit. Promethazine 25
mg dan Chlorpromazine 1,25 mg melalui IM tiap 6jam
selama 24 jam akan mengurangi muntah dan vertigo yang
hebat.
1.7.1.2. Pada fase tenang penderita dianjurkan untuk:
a. Mengurangi minum hanya sampai tiga gelas sehari.
b. Pantang garam.
1.7.2. Penatalaksanaan Operatif
Apabila pendengaran masih baik dianjurkan operasi untuk
menghilangkan vertigo sambil mempertahankan pendengarannya
seperti:
1.7.2.1. Miringotomi dan pemasangan gromet dapat mengurangi
vertigo.
1.7.2.2. Dekomprese sakus endolimfatikus untuk mengurangi
tekanan di dalam labirin mukosa dapat menghilangkan
vertigo.
1.7.2.3. Perusakan dengan ultra sonik terhadap labirin untuk
mempertahankan koklea telah dicoba pula tetapi cara ini
sudah banyak ditinggalkan oleh ahli THT.
1.7.2.4. Apabila satu telinga tuli besar dan menyebabkan
kambuhnya vertigo perusakan labirin membranosa perlu
dilakukan dengan cara operasi ini penderita dibebaskan
sama sekali dari vertigo sedangkan hilangnya pendengaran
tidak merisaukan penderita.
1.8. Pathway
II. Rencana Asuhan Klien dengan Meningitis
2.1. Pengkajian
2.1.1. Aktivitas/Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata,
kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai
nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,
aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
2.1.2. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal,
pucat, wajah tampak kemerahan.
2.1.3. Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi,
kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala,
mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
2.1.4. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, Monosodium Glutamat (MSG) pada migrain,
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan.
2.1.5. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera
kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura; fasialis, olfaktorius,
tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore,
perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka
terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
2.1.6. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada
diri sendiri, respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
2.1.7. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan
cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit
kepala pada gangguan sinus).
2.3. Perencanaan
Diagnosa 1:Resiko Jatuh
2.3.1. Tujuan dan kriteria hasil(NOC)
2.3.1.1. Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan
oleh keseimbangan, gerakan terkoordinasi, perilaku
pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan:
pencegahan jatuh.
2.3.1.2. Memperlihatkan kejadian jatuh, yang dibuktikan oleh
indikator: (1-5: 10 dan lebih, 7-9, 4-6, 1-3, dan tidak ada):
a. Frekuensi jatuh ketika berdiri tegak
b. Frekuensi jatuh ketika berjalan
c. Frekuensi jatuh ketika duduk
d. Frekuensi jatuh ketika berpindah tempat
e. Frekuensi jatuh dari tempat tidur
http://documentslide.com/documents/laporan-pendahuluan-vertigodocx.html
(diakses 6 Desember 2016).
PreseptorAkademik, PreseptorKlinik,
(……………………………………...) (……………………………………..)