Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
“Keperawatan Gerontik ”
Oleh Kelompok 23 :
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan “Asuhan Keperawatan Akut Miokard Infark ”
ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Keperawatan
Gerontik Studi S1 Keperawatan Lintas Jalur Universitas Muhammadiyah Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-
pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada dosen Keperawatan Gerontik
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran
dan kritik sangatlah kami harapkan demi kesempurnan makalah berikutnya. Kami harapkan
semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu
pengetahuan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang
panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus
berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat
atau faktor ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya
yang bahkan menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih lama. Alasan
ini menyebabkan situasi Tuberkulosis Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus
yang terus meningkat serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama negara-negara
yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden
countries), sehingga pada tahun 1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia mencanangkan
Tuberkulosis Paru sebagai salah satu kedaruratan dunia (global emergency).
Tuberkulosis Paru juga merupakan salah satu emerging diseases.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan agar mahasiswa memahami
proses patologi tuberculosis paru.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah diharapkam mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pernafasan
b. Menjekaskan etiologi penyakit tuberculosis
c. Menjelaskan patogenesis penyakit tuberculosis
d. Menjelaskan proses terjadinya penyakit tuberculosis
e. Menjelaskan manifestasi klinik penyakit tuberculosis
f. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tuberculosis
g. Menjelaskan komplikasi penyakit tuberculosis
h. Menjelaskan prognosis penyakit tuberculosis
i. Menjelaskan epidemiologi penyakit tuberculosis
1
D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan
dan menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari
penyakit sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
pada dewasa dengan gangguan sistem pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan
untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun
teknik yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet.
Hasilnya digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data
sebagai sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan
dalam bentuk makalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobakterium
tuberculosis. Kuman batang aerobic yang tahan asam ini, dapat merupakan
mikroorganisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri pathogen, tapi
hanya strain bovin dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm, ukuran ini lebih kecil dari sel darah merah.
Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,
tulang dan nodus limfe.
3
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian
bawah), konka nasalis media ( bagian tengah), konka nasalis superior ( bagian atas).
Diantara konka terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian
atas), meatus medialis ( lekukan bagian tengah ), meatus inferior ( lekukan bagian
bawah ). Meatus ini dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang
yang berhubungan dengan tekak, lubang disebut koana. Dasar dari rongga hidung
dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa
rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas,
sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus
ethmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-
reseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka
bagian kiri kanan dan sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang
menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut
tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan
rongga hidung dengan perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga
mulut bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke
belakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan
getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah
belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
di bawahnya. Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsu pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring
dilapisi oleh selaput lendir,kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel
epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2 bah, di atas pita suara palsudan tidak
mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati yang membentuk
suara disebut vokalis.
d. Trakea
Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan
ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-
4
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat
pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama
dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan
kebawah ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada
bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli terdapat gelembung paru
yang disebut alveoli.
f. Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga
dadakavum mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus.
Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama
pleura. Pleura terbagi 2 yaitu viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat
tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru
kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3
lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri terdiri 2 lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus satu dengan
yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah
bening dan saraf-saraf.
2. Fisiologis Pernafasan
a. Pernafasan paru-paru
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut
dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan
oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambi oleh sel darah merah dibawa
ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru
karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler
darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida lebih banyak.
5
b. Pernafasan jaringan
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh
tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan
oksigen ke dalam jaringan, mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru-paru
dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
c. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter).
Udaha yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml
disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan
pada pernafasan biasa.
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu
kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan
yang terletak di dalam medula oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang
disalurkan melalui saraf spinalis ke otot pernafasan (otot diagfragma atau interkostalis).
Penegndalian oleh saraf. Pusat otomatik dalam medula oblongata mengantarkan implus
eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diagfragma oleh
saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kotraksi ritmik pada otot diagfragma dan
interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit. Pengendalian secara
kimia. Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi kecepatan dan
dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga
kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk
mengirim keluar implus saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
e. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi
akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik,
inspirasi istirahat-ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik.
f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa
menimbulkan kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau
pikiran dan anoreksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit,
tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna
darah merahnya hilang berganti kebiruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga,
lengan dan kaki disebut sianosis.
g. Dinamika pernafasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke
arah dinding torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari
6
dinding toraks dan memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding
toraks dan diagfragma, tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan
pernafasan ini dihasilkan oleh otot pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma
yang relaksasi muncul tinggi menuji diagfragma membebaskan ruang pelengkap
diantara diagfragma dan dinding toraks.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan makrofag yang
menyebar sebelum berkembang atau membentuk hipersensitifitas atau imunitas sebagian
besar akan bertahan didalam sel-sel darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui
sistem limfa. Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun
infeksi kecil akan menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak mengalami
proses degenerasi nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh masa basil tuberculosis
seperti keju, sel-sel darah putih yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material
akan mencari dan akan masuk ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum.
Kebanyakan tuberculosis primer sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan
jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi yang mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup
yang dapat aktif kembali setelah beberapa tahun dan dapat menyebabkan infeksi TB post
primer atau TB sekunder.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
a. Tanda :
1) Penurunan berat badan
2) Anoreksia
3) Dispneud
4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
b. Gejala :
1) Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC
yang masuk.
2) Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.
7
3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengan bagian paru.
4) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis).
5) Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit
kepala, mering, nyeri otot, keringat malam.
E. PRONOSIS
Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit ini di diagnosis dan
di obati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa kerusakan serius yang menetap.
Makin baik kesadaran pasien ketika pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien
dalam keadaan koma, prognasis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10%-
30% pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan menetap. Oleh karena
akibat dari penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis.
F. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
o Mengobservasi tanda-tanda vital
o Pemberian zat gizi tktp
o Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
o Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
o Membuang sputum pada tempat yang khusus
2. Medis
o OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri
sida dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
o Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisida.
o Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
o Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
8
A. Pengobatan tuberkulosis yang modern berdasarkan pemberian obat yang efektif.
Terapi harian dengan regimen termasuk isoniazid dan rifampin selama 9 hingga
12 bulan mewakili pengobatan paling efektif yang tersedia dan mampu mencapai
hasil yang baik pada 99 % pasien. Banyak ahli menambahkan obat ketiga pada
awal pengobatan sampai uji sensitivitas tersedia; pirazinamid 1,5-2 g merupakan
obat ketiga yang optimal, dan etambutol 15 mg/kg juga efektif. Pada negara
berkembang yang harga obat merupakan faktor dari isoniazid 300 mg dan
tioasetazon 150 mg selama 12 hingga 18 bulan memberikan regimen yang dapat
mencapai angka penyembuhan 80 hingga 90 persen.
B. Program pengobatan jangka pendek paling baik dianjurkan yang terdiri dari dua
fase. Fase intensif dua bulan pertama dengan pemberian setiap hari harus meliputi
isoniazid 300 mg, rifampin 600 mg, dan pirazinamid 1,5-2 mg dan juga
mencangkup baik streptomisin 0,75-1 g ataupun etambutol 15 mg/kg.
D. Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau dibawah
pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis
cenderung rendah.
9
BAB III
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
- Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
- Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, keletihan,
batuk dan terbentuknya sputum.
- Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna
sekresi, frekuensi batuk dan nyeri dada.
- Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles),
fremitus, egofoni, dan perkusi pekak.
- Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
- Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya tentang
tuberkulosis dan pengobatannya.
- Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.
- Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang.
- Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam.
- Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat
pirogen kuman TBC.
- Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan /
anoreksia.
- Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak
adekuat.
- PK : efek samping medikasi.
- PK : TB miliaris.
10
- Kaji tingkat kepatuhan pasien untuk pengobatan jangka lama.
- Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol pengobatan dengan baik.
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang faktor pendukung dan penghambat
pengobatan.
3) Meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
- Kaji faktor-faktor yang menimbulkan keletihan.
- Pantau tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Jelaskan manfaat aktivitas untuk mempercepat proses penyembuhan.
- Tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri, bantu jika keletihan terjadi.
- Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat.
4) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Kaji tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
- Jelaskan bagaimana suhu tubuh dapat meningkat akibat infeksi.
- Pertahankan hidrasi adekuat.
- Kolaborasi pemberian antipiretika bila perlu.
5) Mengatasi nyeri akut.
- Kaji tingkat nyeri (PQRST).
- Jelaskan penyebab terjadinya nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
6) Meningkatkan nutrisi yang adekuat.
- Kaji status nutrisi dan faktor-faktor yang mungkin mengganggu nafsu makan.
- Jelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
- Anjurkan makan porsi kecil tapi sering.
- Kolaborasi diet dengan ahli gizi.
- Kolaborasi pemberian vitamin.
7) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pencegahan penularan.
- Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara mencegah penularan.
- Diskusikan faktor-faktor yang pendukung dan penghambat penularan.
- Instruksikan pasien dan keluarga tentang prosedur pengendalian infeksi (menutup
mulut saat batuk,mencuci tangan,membuang sputum pada tempatnya)
8) Mencegah komplikasi efek samping obat.
- Pantau tanda / gejala efek samping obat.
- Jelaskan efek samping masing-masing OAT.
- Jelaskan hal-hal yang harus dihindari /dilakukan terhadap masing-masing jenis
OAT.
- Pantau kadar enzim-enzim hepar, BUN, Kreatinin untuk mendeteksi fungsi hepar
dan ginjal.
- Instruksikan pasien menghubungi perawat/dokter bila terjadi efek samping.
11
9) Mencegah komplikasi TB Miliaris
- Jelaskan tanda-tanda penyebaran infeksi TBC ke bagian tubuh non pulmonal.
- Pantau tanda-tanda infeksi TBC non pulmonal (lonjakan suhu tubuh, perubahan
fungsi ginjal dan kognitif).
- Lapor dokter bila terdapat tanda TB Miliaris
PENYIMPANGAN KDM
Kuman TB Reaksi Inflamasi
Me aktivitas seluler infasi pada saluran nafas Pe produksi mukus
Pe metabolisme Limfatogen dan Hematogen Penumpukan sekresi
Mukus Pd Jln Nafas
12
ASUHAN KEPERAWATAN DEGAN GANGUAN PERNAPASAN TB PARU
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.B
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Bt. Merah
Tanggal Masuk RS : 09-10-19 /20.50 Wit
Tanggal Pengkajian : 14-10-2019 /10.00 Wit
No.Register Medis : 10 80 89
Diagnosa Medis : TB PARU
Nama Penanggung Jawab : Tn A
Pekerjaan : Pns
Hub. Dengan klien : Anak
c. Faktor pencetus
Daya tahan tubuh menurun dan Faktor usia
d. Keluhan yang menyertai
Badan lemas,sesak bila aktivitas berlebihan,
berkeringat dingin terutama pada malam hari,
kurang nafsu makan.
13
4. Pola Aktivitas Sehari-Hari
14
5. Aspek Psikososial
- status emosional : Pasien tidak emosional
- Persepsi diri : Pasien khawatir dengan kondisinya serta sering
bertanya tentang penyakit yang dialaminya
- pola interaksi klien :Pasien beriteraksi dengan baik
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pengamatan umum
1. Keadaan umum : Lemah
2. Keadaan sakit : Sedang
3. Tingkat kesadaran : Sadar
4. Ekspresi Wajah : Tampak gelisah
b. Pengukuran geometri
1. BB Sekarang : 49 kg
2. TB Saat pengkajian : 160 cm
3. BBI : 54 kg
4. Kesimpulan : BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)
c. Tanda –Tanda vital
1. Suhu : 36˚C
2. Nadi : 100x/menit
3. Respirasi : 26x/menit
4. Tekanan darah : 120/70mmHg
15
d. Peradangan : Tidak ada
e. Perdarahan : Tidak ada
f. Menggunakan alat bantu : Tidak ada
g. Keluhan : Tidak ada
6. Dada( Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi)
a. Bentuk dada : Semitris
b. Pergerakan pernafasan : Cepat
c. Bunyi pernafasan : Vesikuler
d. Pola nafas/batuk : Batuk kering
e. Sputum : Kental
f. Frekwensi pernafasan : Takipnea ( 26x/menit)
g. Bunyi nafas tambahan : Ronchi (+)
h. Keluhan : Ada kelainan
7. Jantung
a. Bunyi jantung ( S1,S2) : S1 dan S2 Normal
b. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
c. Irama jantung : Irreguler ( tidak teratur)
d. Keluhan : Jantung berdebar-debar
8. Abdomen
a. Bentuk : Normal
b. Bunyi usus : Normal
c. Bising arteri : Normal
d. Pembesaran hepar : Tidak ada
e. Pembesaran ginjal : Tidak ada
f. Kandung kemih : Tidak ada kelainan
g. keluhan : Tidak ada kelainan
16
9. Ekstrimitas
a. Ekstrimitas atas : Terpasang IVFD RL 24 tetes/menit
b. Ekstrimitas bawah : Tidak ada keluhan
10. Pemeriksaan neurologis
a. Tingkat kesadaran : Sadar
b. Koordinasi : Baik
c. Memori : Baik
d. Orientasi : bingung
e. Kelumpuhan motorik : Tidak ada
f. Gangguan sensorik : Tidak ada keluhan
7. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 04 Februari 2010
- Foto Thorak :
Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
- Lab darah :
Nilai Abnormal Nilai normal
HB : 10,7 gr % HB : 14-16 gr %
Loukosit : 12.900 nm³ Leukosit : 5000-10.000 nm
LED 15-30 mm/jam LED 10-20 mm/jam
8. Therapy/Pengobatan/ Penatalaksanaan
1. Therapy Cairan RL 24 tetes/menit
2. Therapy Obat OAT :
a. Rifampisin 450 mg tab 1X1/oral (pagi)
b. Isoniazid (INH) 300 mg tab 1x1/oral(pagi)
c. Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x1/oral(pagi
d. Etambutol (E) 250 mg tab 1x1/oral(pagi
e. Streptomisin (S)Injeksi 0,50 gr /24 jam
8. Klasifikasi Data
17
8. Pasien khawatir dengan kondisinya Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif (kesan
serta bertanya tentang penyakit yang proses spesifik)
dialaminya Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
9. Tingkat pendidikan hanya lulusan BB tidak ideal (kurang 5Kg dari BBI)
SD Keadaan rongga mulut : kering
Ekspresi wajah Tampak gelisah
18
Kurang Kurang Pengetahuan
DS : Pasien mengatakan informasi yang
- Khawatir akan kondisinya serta cukup tentang
bertanya tentang penyakit yang penyakitnya
dialaminya
- Tingkat pendidikan hanya lulusan SD
DO:
- Ekspresi wajah gelisah
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kental dalam rongga beruncus
yang ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan
- Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
- Sesak bila beraktivitas
- Keringat dingin pada malam hari
- Dada terasa sakit pada saat batuk
DO :
- Sputum kental
- Takipnea
- Ronki (+)
- Loukosit : 12.900 mm³
- LED 15-30 mm/jam
- Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
- Respirasi : 26x/menit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
DS :
- Pasien Mengatakan
19
- Badan Lemas
- Mulut Kering
- Kurang nafsu makan
DO :
- K/U Lemah
- BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)
- Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
- Keadaan rongga mulut : kering
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tidak napsu makan
20
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
21
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
22
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
23
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa;
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;
1. Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang terinfeksi
TB Paru seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita TB.
2. Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan menjalani
pemeriksaan fisik, uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan pemeriksaan
bekteriologi atau histology.
3. Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu;
regimen harus terdiri dari banyak obat-obatan yang sesuai untuk
organismetersebut,
obat-obatan tersebut harus digunakan secara teratur,
terapi obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi
yang efektifdan paling aman dalam waktu yang terpendek.
25
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002
26