Sunteți pe pagina 1din 19

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes mellitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu

penyakit menahun yang ditandaidengan kadar glukosa darah (gula darah)

melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktusama atau lebih dari 200

mg/dl, dan kadar gula puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl. (Misnadiarly,

2006).

2.1.2 Etiologi

Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan, penyebab

diabetes belum diketahui secara pasti. Namun faktor turunan cukup

mempengaruhi adanya diabetes. Penyebab diabetes adalah pankreas yang

tidak dapat menghasilkan/ insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika

seseorang mempunyai kecenderungan genetis ke arah diabetes,

kegemukan dapat menyebabkan faktor penyebab, terutama kegemukan

yang terjadi disekitar perut (obesitas sentral). Kegemukan dapat

menghentikan kerja insulin dalam menurunkan kadar gula darah dan hal

ini disebut resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Oleh

sebab adanya kenaikan jumlah klien obesitas, diabetes jenis ini juga mulai

banyak ditemukan. Mulanya, diabetes jenis ini terjadi pada orang paruh

baya, tetapi kini banyak terjadi pada remaja bahkan pada anak-anak.
Pada beberapa kasus, diabetes dapat diatasi dengan diet dan

penurunan berat badan. Banyak orang yang menderita obesitas mengalami


7

kesulitan menurunkan berat badanya. Beberapa dari mereka menerapkan

pola diet yang ketat,tetapi kadar gula darah dalam tubuh tetap tinggi.

Untuk itu, mereka tetap memerlukan suntikan insulin.


Memang benar sebagian besr klien diabetes tipe 2 adalah mereka

yang mengalami obesitas tapi bukan berarti orang yang kurus terbebas dari

diabetes tipe ini. Orang yang kurus terutama orang yang baru saja

mengalami penurunan berat badan secara drastis, dapat terkena diabetes

(Charies Fox & Anne klivert, 2010).

2.1.3 Patofisiologi

Menurut Baradero (2009) diabetes terjadi apabila jumlah insulin

mengalami defisiensi (kekurangan), akan mengalami hiperglikemia. Efek

utama kekurangan insulin adalah pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel

tubuh, yang mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai

setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml, peningkatan mobilisasi lemak dan

daerah penyimpanan lemak sehingga menyebabkan kelainan metabolisme

lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler, pengurangan protein

dalam jaringan tubuh.

Kekurangan insulin bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan

insulin sama sekali atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak

mencukupi. Hal ini tampak pada IDDM (DM Tipe 1). Sedangkan kekurangan

insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah

yang normal, tetapi insulinnya tidak efektif. Hal ini tampak pada NIDDN (DM

Tipe 2).
8

Dari semua hormon yang terkait dalam metabolisme glukosa, hanya

insulin yang bisa menurunkan kadar gula darah. Hormon insulin dihasilkan

oleh sel beta Pulau Langerhans yang terdapat pada pankreas. Peran insulin

adalah melihat bahwa sel dapat memakai bahan bakar. Insulin berperan sebagai

"kunci" yang bisa membuka pintu sel agar bahan bakar bisa masuk ke dalam

sel.

Penyebab gangguan endokrin utama pankreas adalah produksi dan

kecepatan pemakaian metabolik insulin. Kurangnya insulin secara relatif dapat

mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan glukosa dalam urin. Dalam

keadaan normal, makanan yang telah dicerna dalam gastrointestinal diubah

menjadi glukosa, lemak, dan asam amino serta masuk kedalam peredaran

darah. Dengan insulin, hepar dapat mengambil glukosa, lemak dan asam amino

dari peredaran darah. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang

lain disimpan dalam sel otot dan sel lemak.

WOC
Diabetes melitus
9

Kelainan metabolisme

Kelainan metabolisme karbohidrat Kelainan metabolisme karbohidrat

Input glukosa output glukosa penurunan proses :


Darah meningkat Darah menurun transkripsi, translasi, replikasi

Hiperglikemia pertumbuhan jaringan terhambat


Glikosuria luka tidak terkontrol & sukar sembuh
Arterosklerosis PK: infeksi
Angiopati MK : resiko tinggi infeksi dan kelelahan

Pembuluh darah besar Pembuluh darah


Makrovaskuler/ kecil
Makroangiopati perubahan kulit atropi

MK: MK: Kerusakan ulserasi


-potensi cedera jaringan perifer
-kerusakan kulit
Gangren dengan arkus kecil MK: gangguan integritas kulit
Amputasi minor MK: - gangguan rasa nyaman (nyeri),
- Gangguan mobilitas fisik.

(Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus terhadap gangren, Anonim, 2012 ).


2.1.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien diabetes menurut Riyadi & Sukarmin


10

(2008) meliputi :

1. Obat-Obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

a. Golongan sulfoniluria

b. Golongan binguanid

c. Alfa glukosidase inhibitor

2. Insulin

Insulin ada 3 jenis adalah:

a. RI (Regular Insulin)

b. NPN

c. PZI (Protamme Zinc Insulin)

3. Diet

2.2 Konsep Dasar Gangren

2.2.1 Pengertian Gangren

Gangren adalah kerusakan jaringan yang timbul disebabkan bagian organ

yang terkena mengalami kekurangan aliran darah akibat berbagai macam

faktor misalnya penyakit vaskuler, trauma atau infeksi (Pranoto, 2008).

Gangren merupakan istilah untuk mendefinisikan pembusukan atau

kematian jaringan atau organ yang disebabkan oleh karena kekurangan suplai

darah. Terjadi sebagai komplikasi dari peradangan atau infeksi yang

berhubungan dengan penyakit menahun, seperti diabetes mellitus (Anurogo,

2011).

2.2.2 Batasan Karakteristik

Batasan karakteristik terdapat 2 macam yaitu :


11

1. Mayor meliputi terputusnya jaringan epidermal dan dermal

2. Minor meliputi kulit gundul, eritema, lesi (primer dan sekunder), serta

pruritus (gatal-gatal)

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Pranoto (2008) yang dikutip dalam Tjokroprawiro (2001)

klasifikasi yang sering digunakan adalah klasifikasi Wagner, yaitu:

1. Derajat 0 : kaki resiko tinggi, tak ada ulkus, pembentukan callus

2. Derajat 1 : ulkus superfisial secara klinis tak ada infeksi

3. Derajat 2 : ulkus dalam, sering dengan selulitis, tak ada abses atau infeksi

tulang

4. Derajat 3 : ulkus dalam yang melibatkan tulang dan pembentukan abses

5. Derajat 4 : gangren lokal (ibu jari, kaki, tumit)

6. Derajat 5 : gangren seluruh kaki

2.2.4 Etiologi

1. Gangguan vaskuler

2. Gangguan syaraf

3. Tekanan mekanik (Ekaputra, 2013)

4. Neuropati

5. Penyakit arterial

6. Deformitas kaki (Hariani & Perdanakusuma, 2008).

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi


12

Faktor – faktor yang mempengaruhi atas terjadinya gangren dibagi

menjadi endogen dan faktor eksogen.

1. Faktor endogen :
a) Genetik, metabolik
b) Angiopati diabetik
c) Neuropati diabetik
2. Sedangkan eksogen meliputi :
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat

Terjadinya gangren sendiri disababkan oleh faktor-faktor disebutkan

dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya gangren adalah

angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor paling penting

untuk terjadinya gangren. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan

terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan

menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga

akan mengalami trauma tanpa terasa, yang akan mengakibatakn luka pada

kaki. Gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki

sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki .

Angiopati akan menyebabkan tergangguanya aliran darah ke kaki. Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka klien

akan mengalami sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Mellitus Dengan

Gangguan Integritas Kulit (Luka Gangren)

Proses keperawatan adalah metode perencanaan pemberian asuhan

keperawatan yang rasional dan sistematis secara individual untuk individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Ada 5 fase yang saling berhubungan dan
13

saling bergantung dalam proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Nursalam, 2009).

2.3.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pengumpulan informasi tentang status

kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial

budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi,

kemampuan fungsi dan gaya hidup.

a. Identitas Umum

Diabetes sering muncul setelah memasuki usia 45 tahun terlebih pada

orang dengan overweight, pada pekerjaan banyak yang dialami oleh

pegawai perkantoran, bos perusahaan, dan penjabat pemerintah. (Riyadi

& Sukarmin, 2008).

b. Keluhan Utama

Beberapa klien mengalami penurunan fungsi neuropati yang akan

berkurang sensasi nyeri, sehingga mereka sering datang pada kondisi

yang sudah lebih buruk (selulitis). Atau ada yang datang dengan

keluhan nyeri hebat terutama pada saat istirahat atau saat kaki

ditinggikan terutama pada arteri ulcer ( Ekaputra, 2013).

c. Riwayat Penyakit
14

1) Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka dan

upaya yang telah dilakukan oleh klien untuk mengatasinya.

Gangren biasanya terjadi karena trauma, infeksi, penggunaan

sepatu yang kekecilan, bisa juga terjadi karena kapalan, mata ikan,

cantengan kutil dan radang ibu jari pada penyandang Diabetes.

2) Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Diabetes dapat terjadi saat kehamilan dan biasanya tidak dialami

setelah melahirkan namun perlu diwaspadai akan kemungkinan

mengalami diabetes yang sesunggunya dikemudian hari. Penyakit

yang dapat menjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus dan perlu

dilakukan pengkajian diantaranya:

a) Penyakit pankreas

b) Gangguan penerimaan insulin

c) Gangguan hormonal

d) Pemberian obat-obatan seperti glukokortikoid (sebagai obat

radang), Furosemid (sebagai diuretik), Thiazid (sebagai

diuretik), Beta bloker (obat jantung), Produk yang mengandung

estrogen (kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon) (Riyadi &

Sukarmin,2008).

e) Obesitas (Kelebihan lemak tubuh obesitas membuat tubuh

resisten terhadap insulin karena itu akan terjadi resistensi

insulin, sehingga gula akan tetap dalam darah, yang akan


15

mengakibatkan peningkatan gula darah atau diabetes)

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat diabetes dalam keluarga , bila ada kakek, nenek, ibu, ayah

atau sanak saudara yang mengidap diabetes. Riwayat diabetes

gestasional terdahulu, misalnya melahirkan anak dengan berat

badan lebih dari 4 kg (Nabyl, 2009).

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Status penampilan kesehatan yang sering muncul adalah kelemahan

fisik. Tingkat kesadaran normal, latergi, stupor, koma (tergantung kadar

gula darah yang dimiliki dan kompensasi untuk melakukan kompensasi

kelebihan gula darah) (Riyadi & Sukarmin, 2008).

b. Sistem Pernafasan

Inspeksi adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada klien DM

mudah terjadi infeksi. Auskultasi suara nafas klien apakah ada suara

nafas tambahan atau akibat dari sputum batuknya. Pada diabetisi kalau

batuk berlangsung lama, karena sistem imun menurun. Diabetisi lebih

mudah menderita TBC paru dibandingkan dengan orang yang normal

(Tjokroprawiro, 2006).

c. Sistem Kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi atau hipotensi, Aritmia, kardiomegali.

d. Sistem Neurosensori
16

Terjadi penurunan sensori, parastesia, anastesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorientasi.(Setiwati, 2012). Klien

diabetes mellitus biasanya merasakan gejala seperti pusing, sakit

kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot parastesia, gangguan

penglihatan (Riyadi & Sukarmin, 2008). Hilangnya sensasi pada ujung-

ujung ekstremitas bawah, nyeri, berkurangnya terhadap sensasi getar,

propioseptik, baal-baal dan pada tahap lanjut dapat menimbulkan

gangguan motorik yang disertai dengan hilangnya refleks-refleks

tendon dalam. terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

e. Sistem Pencernaan

Klien mengalami nafsu makan menurun, mual muntah, mukosa mulut

kering, lidah terasa tebal dan mengalami gangguan rasa pengecapan,

perut mudah terasa penuh, kembung (Misnadiarly, 2006).

f. Sistem Muskuloskeletal - Integumen

Adanya penyebaran lemak, penyebaran masa otot, cepat lelah, lemah

dan nyeri serta adanya gangren pada ektermitas. Pada kulit yang

mengalami gangren tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka,

kelembapan kulit kering, kasar, turgor kulit menurun. Suhu tubuh pada

klien diabetes yang mengalami infeksi gangren akan mengalami

hipertermi (Riyadi & Sukarmin, 2008). Terjadi penurunan sensasi nyeri,

terjadi perubahan atrofi kaki yang menyebabkan perubahan titik tumpu

kaki dan berakibat terjadinya ulserasi pada kaki (Nabyl, 2009).


17

g. Sistem Urinari

Poliuri, retensio urine, inkontensia urine, rasa panas atau nyeri saat

berkemih tak ada perubahan warna, bau barangkali ada aroma unsur

gula (Riyadi & Sukarmin, 2008).

3. pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukam adalah:


a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120

mg/dl dan dua jam post prandial >200mg/dl.


b) Hemoglobin Glikosilasi (HbA1c)

Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang

mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2

hingga 3 bulan. Nilai normal antara pemeriksaan yang satu dengan yang

lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memiliki

sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 7 hingga 9% (Lemone,

2008).

c) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemriksaan

dilakukan dengan cara Benect (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui

perubahan warna pada urine: hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan

merah bata (++++).


d) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuai dengan jenis kuman. (Setiwati, 2012)


18

4. Pola Fungsi Kesehatan

Menurut Nabyl (2009) Pola fungsi kesehatan bagi klien gangren diabetik

meliputi :

a. Perubahan pola dan gaya hidup klien

Pada klien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata

laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif

terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur

pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya

penjelasan yang benar dan mudah dimengerti klien.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka

kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan

keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan

menurum dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi

status kesehatan klien. ). Menurut Riyadi & Sukarmin ( 2008). pada

pengkajian intake cairan klien akan teruji banyak minum (sehari mungkin

2500-4000 cc)

c. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang

menyebabkan klien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada

urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.


19

d. Pola tidur dan istirahat

Adanya poliuri, nyeri pada luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan

mempengaruhi waktu tidur dan istirahat klien, sehingga pola tidur dan

waktu tidur klien mengalami perubahan. Menurut Riyadi & Sukarmin

(2008), pada pengkajian juga dapat dilihat penampilan klien dengan wajah

sayu, mata merah dengan verbalisasi keluhan rasa kantuk.

e. Pola aktivitas dan latihan

Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah

menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari

secara maksimal, klien mudah mengalami kelelahan.

f. Pola hubungan dan peran

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan klien malu

dan menarik diri dari pergaulan.

g. Pola sensori dan kognitif

Klien dengan gangren cenderung mengalami neuropati dan mati rasa pada

luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan klien

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,

lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan


20

menyebabkan klien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada

keluarga.

i. Pola seksual dan reproduksi

Pada pola seksual reproduksi relatif tidak megalami perubahan kecuali

klien mengalami komplikasi seperti, Angiopati dapat terjadi pada sistem

pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan

potensi seks, gangguan kualitas kemampuan ereksi, serta memberi dampak

pada proses ejakulasi serta orgasme.

j. Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak

berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang

negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat

menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

adaptif atau konstruktif.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka

gangren tidak menghambat dalam melaksanakan ibadah tetapi

mempengaruhi pola ibadah klien.

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan respon

individu terhadap rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun lingkungan.
21

Dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan

mengubah.

Masalah yang mungkin terjadi pada klien diabetes adalah " Gangguan

integritas kulit berhubungan dengan adanya luka gangren”

2.3.3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan

yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi

keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan dan kriteria hasil

pemenuhan integritas kulit yaitu:

a.Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

b.Kriteria Hasil yang dapat ditunjukan yaitu :

1. Berkurangnya edema sekitar luka


2. Pus dan jaringan nekrosis berkurang.
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
5. Tanda-tanda infeksi lokal (rubor, dolor, tumor, calor, funsiolesa)
berkurang.
6. Kadar glukosa darah terkontrol (glukosa darah sebelum makan 90-130
mg/dl), sesudah makan <180 mg/dl, glukosa darah puasa ≤126mg/dl).
c.Rencana Keperawatan :

1. Kaji kondisi luka klien meliputi keadaan luka bersih/kotor, ukuran luka,

adanya pus atau jaringan nekrotik.

Rasional : pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan

akan membantu dalam melakukan tindakan selanjutnya (Ekaputra, 2013).


22

2. Lakukan pembersihan luka dengan tehnik steril dengan menggunakan

larutan NaCl dan kasa steril.

Rasional : mencegah peningkatan prosentase mikroorganisme akibat

kelainan metabolik (glukosa tinggi) (Doengoes, 2000).

3. Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting

sedikit demi sedikit.

Rasional : dengan pembuangan jaringan nekrotik luka dapat mengalami

granulasi (jaringan baru yang mulai tumbuh) .

4. Tutup luka dengan kasa steril untuk selanjutnya dibalut.

Rasional : menjaga kebersihan luka atau meminimalkan kontaminasi

silang (Riyadi & Sukarmin, 2008).

5. Ukur gula darah

Rasional : Untuk mengetahui kadar gulah darah klien

6. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan uji kultur bila perlu.

Rasional : untuk mengetahui jenis kuman dan pemilihan terapi (antibiotik)

yang tepat (Doengoes, 2000).

7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian insulin dan antibotik.

Rasional : pemberian insulin bertujuan untuk menurunkan hiperglikemia

dan meningkatkan penyembuhan sedangkan pemberian antibiotik

bertujuan untuk pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi (Riyadi &

Sukarmin, 2008).

8. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

perawatan kaki diabetes, penyakit diabetes, komplikasi dan pencegahan


23

serta diet untuk diabetes.

Rasional: meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dalam

pengobatan dan pencegahan serta komplikasi diabetes.

2.3.4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.

Sebelum melakukan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini atau tidak. Setelah selesai

implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah

dilakukan dan bagaimana respon klien.

Tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan integritas kulit pada

klien diabetes melitus dengan gangren meliputi:

1. Mengkaji kondisi luka klien meliputi keadaan luka bersih/kotor, adanya

pus dan jaringan nekrotik.

2. Melakukan pembersihan luka dengan tehnik steril dengan menggunakan

larutan NaCl dan kasa steril.

3. Melakukan nekrotomi dengan alat steril agar mengalami granulasi.

4. Menututup luka dengan kasa kering dan selanjutnya dibalut.

5. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan uji kultur jika dibutuhkan.

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian insulin dan obat antibiotik.
24

7. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara

perawatan kaki diabetik dan pengelolaan DM (pola makan, gaya hidup

stres, kontrol rutin gula darah, terapi obat).

2.3.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena

kesimpulan yang ditarik dibuat berdasarkan kriteria hasil yang ingin

dicapai. Evaluasi menentuan apakah perencanaan keperawatan harus di

akhiri atau dilanjutkan atau diubah (Kozier, dkk.2010). Hasil yang

diharapkan setelah pasien diabetes melitus gangren mendapat tindakan

keperawatan adalah sebagai berikut :


a. Berkurangnya edema sekitar luka
b. Pus dan jaringan nekrosis berkurang
c. Adanya jaringan granulasi
d. Bau busuk luka berkurang

S-ar putea să vă placă și