Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DI KALIMANTAN TIMUR
OLEH
Rofik,S.Pt,.MP.
Ir.Sarifwan, M.Si
1
Livestock Supervisor on Livestock and Animal Health Services, Provincial Government of East
Kalimantan 75121
2
Section Head of Livestock Data and Information on Livestock and Animal Health Services,
Provincial Government of East Kalimantan 75121
ABSTRACT
The population of cattle in East Kalimantan data of the Livestock and Animal Health Service Year
2016 was 115,000, with birth rate of 19.2% of the population and the growth rate of 6.66% per
year. Supply demand for beef in East Kalimantan is very unbalanced or in other words the
availability of beef is not sufficient for meat in East Kalimantan. Acceleration efforts are
implemented in 2 ways, internally and externally. Adult female cow is an asset (factory) in an
effort to increase the population in an area, the number of adult female cows in East Kalimantan
as much as 41.12% of the total population. The birth spacing of the adult female cow has greatly
affected the rate of population growth internally. Data were collected through several secondary
data sources, data from BPS, East Kalimantan Provincial Animal Husbandry Office and Dinas
handling livestock in Disticts. Data analysis also uses Descriptive analysis method, Comparative
Analysis, Causality Analysis. Longest Calving Interval of 48 Months in 2014 occurred in West
Kutai and the shortest 14 Months in Samarinda, the longest 2015 Year occurred in Balikpapan and
shortest 18 Months in North Penajam Paser, the longest 2016 year in Balikpapan City and the
shortest 17 Months in East Kutai and Penajam Paser Utara. The breeding range of cattle in East
Kalimantan in succession from 2014, 2015 and 2016 is 27 months, 25 months and 20 months.
Potential reproductive efficiency of adult female cattle in East Kalimantan, from 2014-2016 shows
distance compared to potential minus 15, minus 13 and minus 8 months.
Keywords: Cattle, Calving Interval, Potential
ABSTRAK
Populasi sapi di Kalimantan Timur data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2016
sebanyak 115.000 ekor, dengan angka kelahiran 19,2% dari populasi dan angka pertumbuhan
6,66% per Tahun. Supply demand kebutuhan daging sapi di Kalimantan Timur sangat tidak
berimbang atau dengan kata lain ketersediaan daging sapi tidak mencukupi kebutuhan daging di
Kalimantan Timur. Upaya-upaya percepatan dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara internal
maupun secara eksternal. Sapi betina dewasa merupakan aset (pabrik) dalam upaya peningkatan
populasi di suatu daerah, jumlah sapi betina dewasa di Kalimantan Timur sebanyak 41,12% dari
total populasi. Jarak kelahiran dari sapi betina dewasa yang dimiliki sangat mempengaruhi angka
pertumbuhan populasi secara internal. Data dikumpulkan melalui beberapa sumber data sekunder,
data berasal dari BPS, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas-dinas yang
menangani peternakan di Kabupaten dan Kota. Analisis data juga menggunakan metode analisis
Deskriptif, Analisis Komparatif, Analisis Kausalitas. Jarak Kelahiran terpanjang 48 Bulan pada
Tahun 2014 terjadi di Kabupaten Kutai Barat dan terpendek 14 Bulan di Kota Samarinda, Tahun
2015 terpanjang 62 Bulan terjadi di Kota Balikpapan dan terpendek 18 Bulan di Kabupaten
Penajam Paser Utara, Tahun 2016 terpanjang 38 Bulan di Kota Balikpapan dan terpendek 17 Bulan
di Kutai Timur dan Penajam Paser Utara. Jarak beranak sapi di Kalimantan Timur berturut-turut
dari tahun 2014, 2015 dan 2016 adalah 27 bulan, 25 bulan dan 20 Bulan. Potensi efisiensi
reproduksi Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur, berturut-turut dari Tahun 2014-2016
menunjukkan pemendekan jarak beranak dibandingkan potensi yaitu minus 15, minus 13 dan
minus 8 bulan.
Kata Kunci: Sapi, Jarak Kelahiran, Potensi.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Populasi sapi di Kalimantan Timur data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun
2016 sebanyak 115.000 ekor, dengan angka kelahiran 19,2% dari populasi dan angka pertumbuhan
6,66% per Tahun. Supply demand kebutuhan daging sapi di Kalimantan Timur sangat tidak
berimbang atau dengan kata lain ketersediaan daging sapi tidak mencukupi kebutuhan daging di
Kalimantan Timur. Upaya-upaya percepatan telah dilakukan pemerintah agar tercapai target yang
telah dicanangkan gubernur Kalimantan Timur dalam pidatonya pada acara rembuk membangun
komitmen bersama mewujudkan ketahanan pangan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
tanggal 28 Januari 2014 di pendopo Lamin Etam, bahwa Kalimantan Timur dapat memiliki 2juta
ekor sapi pada Tahun 2018.
Upaya-upaya percepatan dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara internal maupun secara
eksternal, Secara internal telah dilakukan kegiatan Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB)
Tahun 2015, Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun 2016 dan kegiatan Sapi Induk Wajib
Bunting (SIWAB) Tahun 2017. Percepatan secara eksternal yaitu pemasukan sapi bibit betina dari
Nusa Tenggara Barat sebanyak 3.565 ekor pada Tahun 2014, dan pemasukan sapi indukan
Brahman Cross sebanyak 1.926 ekor dari Australia dan pemasukan sapi bibit betina sebanyak 554
ekor dari Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2015.
Sapi betina dewasa merupakan aset (pabrik) dalam upaya peningkatan populasi di suatu
daerah, jumlah sapi betina dewasa di Kalimantan Timur sebanyak 40% dari total populasi. Upaya
peningkatan populasi secara internal melalui kelahiran dari sapi betina dewasa diharapkan bisa
maksimal dengan angka kelahiran yang tinggi.
Produksi ternak sapi potong sangat berhubungan dengan performanya, seperti bobot
badan, ukuran tubuh, komposisi tubuh dan kondisi ternak. Penimbangan bobot badan ternak sapi
tidak mungkin dilakukan maka ukuran tubuh dapat digunakan sebagai alat penduga bobot hidup
dan dapat menggambarkan penampilan produksi ternak sapi (Hardjosubroto, 1994).
Jarak kelahiran dari sapi betina dewasa yang dimiliki sangat mempengaruhi angka
pertumbuhan populasi secara internal. Dengan mengetahui jarak kelahiran maka dapat diketahui
efisiensi produksi dari sapi betina dewasa yang dimiliki.
TUJUAN
PERMASALAHAN
MANFAAT
Memberikan informasi terkait dengan efisiensi reproduksi sapi betina dewasa dan nantinya
digunakan sebagai penentuan kebijakan dalam upaya peningkatan populasi sapi di Kalimantan
Timur.
METODE
Data Populasi dan angka kelahiran sapi laporan dari Kabupaten dan Kota di Kalimantan
Timur yang telah diverifikasi:
Tabel.2. Data Populasi Sapi dan Kelahiran Tahun 2014-2016 kabupaten Kota di Kalimantan
Timur
2014 2015 2016
No. Kabupaten/Kota Populasi Lahir Populasi Lahir Populasi Lahir
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
1. Paser 17,345 2,544 20,502 2,316 21,659 3,918
2. Kutai Barat 6,942 562 7,297 980 8,797 1,500
3. Kutai Kartanegara 26,198 3,789 27,508 5,502 28,969 5,777
4. Kutai Timur 17,406 1,672 17,977 2,102 19,118 4,402
5. Berau 12,580 1,366 13,120 1,673 14,306 2,241
6. Penajam Paser Utara 11,629 2,813 14,299 2,937 16,318 3,512
7. Mahakam Hulu 1,108 110 421 19 431 48
8. Balikpapan 3,398 197 2,996 122 2,767 182
9. Samarinda 4,266 688 4,996 416 5,288 650
10 Bontang 871 129 981 88 1,059 88
Total Kalimantan Timur 101,743 13,870 110,097 16,155 118,712 22,318
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur
Data komposisi ternak di Kabupaten/Kota merupakan data yang seharusnya dapat
dilaporkan oleh Kabupaten/Kota namun dalam pengumpulannya banyak menemui kendal
sehingga data komposisi ternak tidak dapat diambil setiap tahun namun angka komposisi ternak
dapat dilakukan dengan angka pendekatan hasil pendataan yang dilakukan BPS pada tahun 2011.
Tabel.3. Komposisi ternak di Kabupaten/Kota berdasarkan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah
dan Kerbau Tahun 2011
Komposisi Sapi Potong berdasarkan PSPK2011 (%)
No Kabupaten/Kota Betina Jumlah
Jantan Anak Muda Dewasa Jumlah
1 Paser 29.28 8.53 17.01 45.18 70.72 100.00
2 Kutai Barat 29.49 8.99 14.87 46.66 70.51 100.00
3 Kutai Kartanegara 30.60 9.80 14.05 45.55 69.40 100.00
4 Kutai Timur 30.27 8.41 12.82 48.50 69.73 100.00
5 Berau 28.15 9.02 16.66 46.17 71.85 100.00
6 Penajam Paser Utara 29.77 10.05 16.56 43.62 70.23 100.00
7 Mahakam Hulu - - - - - -
8 Balikpapan 57.33 4.42 7.81 30.44 42.67 100.00
9 Samarinda 56.90 5.73 10.81 26.56 43.10 100.00
10 Bontang 53.93 6.61 10.95 28.51 46.07 100.00
Kalimantan Timur 32.07 8.93 14.10 44.90 67.93 100.00
Sumber: BPS, Provinsi Kalimantan Timur
Data komposisi sapi betina dewasa dan yang pernah melahirkan didapatkan dari
parameter survei ST2013 yang dilaksanakan oleh BPS, sehingga angka pendekatan untuk sapi
dewasa yang pernah melahirkan pada masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Komposisi Sapi Betina Dewasa yang pernah melahirkan kabupaten/Kota di Kalimantan
Timur Tahun 2014 sampai dengan 2016
2014 2015 2016
Betina Pernah Betina Pernah Betina Pernah
No. Kabupaten/Kota
Dewasa Melahirkan Dewasa Melahirkan Dewasa Melahirkan
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
1. Paser 7,836 5,416 9,263 6,402 9,786 6,763
2. Kutai Barat 3,239 2,239 3,405 2,353 4,105 2,837
3. Kutai Kartanegara 11,933 8,247 12,530 8,659 13,195 9,119
4. Kutai Timur 8,442 5,834 8,719 6,026 9,272 6,408
5. Berau 5,808 4,014 6,058 4,186 6,605 4,565
6. Penajam Paser 5,073 3,506 6,237 4,311 7,118 4,919
Utara
7. Mahakam Hulu - - - - - -
8. Balikpapan 1,034 715 912 630 842 582
9. Samarinda 1,133 783 1,327 917 1,404 971
10 Bontang 248 172 280 193 302 209
Total Kalimantan Timur 44,747 30,925 48,730 33,677 52,630 36,372
Sumber: Data BPS setelah diolah
Jarak Beranak (Calving Interval) secara ideal yaitu 12 sampai dengan 13 Bulan, sehingga
sapi dewasa betina yang pernah melahirkan diharapkan setiap tahun melahirkan. Jarak beranak
Sapi dihitung dengan membagi jumlah sapi betina dewasa yang pernah melahirkan dengan jumlah
pedet yang lahir.
Tabel.5. Sapi Betina Dewasa yang pernah melahirkan dan angka kelahiran pedet di
Kabupaten/Kota Kalimantan Timur Tahun 2014 sampai dengan 2016
2014 2015 2016
Pernah Lahir Pernah Lahir Pernah Lahir
No. Kabupaten/Kota
Melahirkan (ekor) Melahirkan (ekor) Melahirkan (ekor)
(ekor) (ekor) (ekor)
1. Paser 5,416 2,544 6,402 2,316 6,763 3,918
2. Kutai Barat 2,239 562 2,353 980 2,837 1,500
3. Kutai Kartanegara 8,247 3,789 8,659 5,502 9,119 5,777
4. Kutai Timur 5,834 1,672 6,026 2,102 6,408 4,402
5. Berau 4,014 1,366 4,186 1,673 4,565 2,241
6. Penajam Paser Utara 3,506 2,813 4,311 2,937 4,919 3,512
7. Mahakam Hulu* - 110 - 19 - 48
8. Balikpapan 715 197 630 122 582 182
9. Samarinda 783 688 917 416 971 650
10 Bontang 172 129 193 88 209 88
Total Kalimantan Timur 30,925 13,870 33,677 16,155 36,372 22,318
*) Kabupaten Mahakam Hulu tidak dapat dihitung karena komposisi ternak belum diketahui
Tabel.6. Jarak Kelahiran (Calving Interval) Sapi di Kalimantan Timur tahun 2014 - 2016
2014 2015 2016
No. Kabupaten/Kota Calving Waktu Calving Waktu Calving Waktu
Interval (Bulan) Interval (Bulan) Interval (Bulan)
1. Paser 2.1 26 2.8 33 1.7 21
2. Kutai Barat 4.0 48 2.4 29 1.9 23
3. Kutai Kartanegara 2.2 26 1.6 19 1.6 19
4. Kutai Timur 3.5 42 2.9 34 1.5 17
5. Berau 2.9 35 2.5 30 2.0 24
6. Penajam Paser Utara 1.2 15 1.5 18 1.4 17
7. Mahakam Hulu*
8. Balikpapan 3.6 44 5.2 62 3.2 38
9. Samarinda 1.1 14 2.2 26 1.5 18
10 Bontang 1.3 16 2.2 26 2.4 29
Total Kalimantan Timur 2.2 27 2.1 25 1.6 20
*) Kabupaten Mahakam Hulu tidak dapat dihitung karena komposisi ternak belum diketahui
Tabel .7. Jarak Kelahiran (Calving Interval) Sapi di Kalimantan Timur tahun 2014 - 2016
(Dalam Bulan)
No. Kabupaten/Kota 2014 2015 2016
1 Paser 26 33 21
2 Kutai Barat 48 29 23
3 Kutai Kartanegara 26 19 19
4 Kutai Timur 42 34 17
5 Berau 35 30 24
6 Penajam Paser Utara 15 18 17
7 Mahakam Hulu* 0 0 0
8 Balikpapan 44 62 38
9 Samarinda 14 26 18
10 Bontang 16 26 29
Total Kalimantan Timur 27 25 20
*) Kabupaten Mahakam Hulu tidak dapat dihitung karena komposisi ternak belum diketahui
Tabel .8. Potensi Jarak Kelahiran (Calving Interval) Sapi di Kalimantan Timur Tahun 2014 -
2016
2014 2015 2016
9 Samarinda 12 14 -2 12 26 -14 12 18 -6
Tolok ukur keberhasilan reproduksi sapi adalah terjadinya kelahiran kembali sapi yang
telah melahirkan dengan waktu yang tidak lama. Parameter yang sering digunakan untuk
mengetahui efisiensi reproduksi adalah umur kawin pertama, umur beranak pertama, interval
kawin pertama setelah beranak, service per conception (S/C), interval kawin pertama sampai
terjadi kebuntingan, masa kosong (days open), masa bunting dan selang beranak (calving interval)
(Atabany, 2012).
Jenis bangsa sapi yang ada di Kalimantan Timur hampir 91% merupakan jenis sapi bali,
sapi bali sangat terkenal adaptif dan reproduksi yang sangat bagus.Tingkat kelahiran anak sapi bali
sebesar 98,1%. Tingkat kelahiran dihitung dari jumlah total anak yang lahir dari jumlah induk
dalam satu tahun. Kematian janin atau abortus menjadi penyebab utama tingkat kelahiran (Lestari,
2012).
Tingkat kelahiran juga dapat menunjukkan bahwa sapi betina tersebut potensi beranak
kembali pada Tahun depan, jika angka kelahiran 98,1% dihitung dari betina dewasa pada satu
tahun maka didapatkan bahwa dalam setiap tahun 98,1 ekor melahirkan, dan 1,9% tidak
melahirkan dalam waktu 1 tahun. Sehingga didapatkan angka jarak kelahiran 100% dibagi 98,1%
maka jarak beranak 1,01 (12,2 bulan).
Optimalnya hanya 60%-70% pengawinan sapi betina yang akan dapat menghasilkan
anak, walaupun dibawah kondisi ideal dan efisiensi deteksi birahi, tingkat kelahiran anak sapi tidak
akan mencapai 100%. Penyebabnya adalah kegagalan saat pengawinan ternak dan kematian janin.
Hal tersebut merupakan akibat dari interaksi antara genetik, lingkungan dan manajemen. (Ball and
Peter, 2004)
Jarak beranak sapi di Kalimantan Timur berturut-turut dari tahun 2014, 2015 dan 2016
adalah 27 bulan, 25 bulan dan 20 Bulan pada tabel 7., dengan distribusi per kabupaten/kota
seperti pada gambar.1.
Gambar. 1. Grafik Calving Interval dalam satuan Bulan per Kabupaten/kota di Kalimantan
Timur Tahun 2014-2016
Jarak Kelahiran terpanjang 48 Bulan pada Tahun 2014 terjadi di Kabupaten Kutai Barat
dan terpendek 14 Bulan di kota Samarinda, Tahun 2015 terpanjang 62 Bulan terjadi di Kota
Balikpapan dan terpendek 18 Bulan di kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2016 terpanjang 38
Bulan di Kota Balikpapan dan terpendek 17 Bulan di Kutai Timur dan Penajam Paser Utara.
Jarak Kelahiran pada sapi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut: (1)
Perkawinan setelah melahirkan terlambat (lebih dari 103 hari), (2) Muncul Birahi kembali setelah
melahirkan terlambat, (3) Kelahiran yang abnornal sehingga mengganggu kesehatan rahim, (4)
Terjadi gangguan reproduksi pasca melahirkan.
Faktor yang mempengaruhi fertilitas sapi setelah melahirkan terdapat 4 faktor utama yang
mempengaruhi infertilitas sapi setelah melahirkan yaitu : 1) Infertilitas umum 2) Anestrus post
partum,3).Siklus birahi yang singkat, 4) Involusi uterus, masing-masing faktor diatas
mempengaruhi lamanya terjadinya kelahiran (partodiharjo, 1992)
Hal serupa disampaikan bahwa rataan jarak beranak sapi Bali di Kecamatan Bangkinang
adalah 379.75 ± 22.79 hari dengan koefisien keragaman sebesar 6%, dan yang mempengaruhi
jarak beranak adalah lama penyapihan, dan jarak kawin kembali. (Mawaddah Ridha, IddayatiI dan
Triani Adeuna, 2007),
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jarak Kelahiran Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur berturut-turut dari tahun 2014-
2016 adalah 27 bulan, 25 bulan dan 20 Bulan.
2. Potensi efisiensi reproduksi Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur, berturut-turut dari
Tahun 2014-2016 menunjukkan pemendekan jarak beranak dibandingkan potensi yaitu
minus 15, minus 13 dan minus 8 bulan.
Saran
Atabany, A. (2012). Efisiensi Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH) Pada Generasi
Induk dan Generasi Keturunannya. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Ball and Peter. (2004). Reproduction in Cattle. 3rd Ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Bearden, J.H., J.W. Fuquay, and S.T. Willard. (2004). Applied Animal Reproduction, 6th ed. New Jersey:
Upper Saddle River.
BPS. (2011). Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau. Samarinda: Badan Pusat Statistik provinsi
kalimantan Timur.
BPS. (2014). Angka Hasil Survei Rumah Tangga Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda:
Badan Pusat Statistik Provinsi kalimantan Timur.
Ihsan, M. N. (2011). Ilmu Reproduksi Ternak dasar. Malang : Universitas Brawijaya Press.
Lestari, A. (2012). Produktivitas, Potensi Dan Prospek Pengembangan Sapi Bali (Bos Javanicus) Di Desa
Pa’rappunganta Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Bogor: Departemen Ilmu Reproduksi
Institut Pertanian Bogor.
Mahmud Siswanto, Ni Wayan Patmawati, Ni Nyoman Trinayani, I Nengah Wandia, I Ketut Puja. (2013).
Penampilan Reproduksi Sapi Bali pada Peternakan Intensif di Instalasi Pembibitan Pulukan.
Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Vol. 1, No. 1: 11-15.
Mawaddah Ridha, IddayatiI dan Triani Adeuna. (2007). Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jarak
Beranak Sapi Bali di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan, 65-69.