Sunteți pe pagina 1din 17

ANALISIS JARAK KELAHIRAN SAPI (CALVING INTERVAL)

DI KALIMANTAN TIMUR

OLEH

Rofik,S.Pt,.MP.

Ir.Sarifwan, M.Si

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
SAMARINDA
2017
Analisis Jarak Kelahiran Sapi Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016
Di Kalimantan Timur

Calving Interval Analysis from 2011 to 2016


in East Kalimantan

Rofik1, Sarifwan Sumarto2

1
Livestock Supervisor on Livestock and Animal Health Services, Provincial Government of East
Kalimantan 75121
2
Section Head of Livestock Data and Information on Livestock and Animal Health Services,
Provincial Government of East Kalimantan 75121

ABSTRACT

The population of cattle in East Kalimantan data of the Livestock and Animal Health Service Year
2016 was 115,000, with birth rate of 19.2% of the population and the growth rate of 6.66% per
year. Supply demand for beef in East Kalimantan is very unbalanced or in other words the
availability of beef is not sufficient for meat in East Kalimantan. Acceleration efforts are
implemented in 2 ways, internally and externally. Adult female cow is an asset (factory) in an
effort to increase the population in an area, the number of adult female cows in East Kalimantan
as much as 41.12% of the total population. The birth spacing of the adult female cow has greatly
affected the rate of population growth internally. Data were collected through several secondary
data sources, data from BPS, East Kalimantan Provincial Animal Husbandry Office and Dinas
handling livestock in Disticts. Data analysis also uses Descriptive analysis method, Comparative
Analysis, Causality Analysis. Longest Calving Interval of 48 Months in 2014 occurred in West
Kutai and the shortest 14 Months in Samarinda, the longest 2015 Year occurred in Balikpapan and
shortest 18 Months in North Penajam Paser, the longest 2016 year in Balikpapan City and the
shortest 17 Months in East Kutai and Penajam Paser Utara. The breeding range of cattle in East
Kalimantan in succession from 2014, 2015 and 2016 is 27 months, 25 months and 20 months.
Potential reproductive efficiency of adult female cattle in East Kalimantan, from 2014-2016 shows
distance compared to potential minus 15, minus 13 and minus 8 months.
Keywords: Cattle, Calving Interval, Potential
ABSTRAK

Populasi sapi di Kalimantan Timur data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2016
sebanyak 115.000 ekor, dengan angka kelahiran 19,2% dari populasi dan angka pertumbuhan
6,66% per Tahun. Supply demand kebutuhan daging sapi di Kalimantan Timur sangat tidak
berimbang atau dengan kata lain ketersediaan daging sapi tidak mencukupi kebutuhan daging di
Kalimantan Timur. Upaya-upaya percepatan dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara internal
maupun secara eksternal. Sapi betina dewasa merupakan aset (pabrik) dalam upaya peningkatan
populasi di suatu daerah, jumlah sapi betina dewasa di Kalimantan Timur sebanyak 41,12% dari
total populasi. Jarak kelahiran dari sapi betina dewasa yang dimiliki sangat mempengaruhi angka
pertumbuhan populasi secara internal. Data dikumpulkan melalui beberapa sumber data sekunder,
data berasal dari BPS, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas-dinas yang
menangani peternakan di Kabupaten dan Kota. Analisis data juga menggunakan metode analisis
Deskriptif, Analisis Komparatif, Analisis Kausalitas. Jarak Kelahiran terpanjang 48 Bulan pada
Tahun 2014 terjadi di Kabupaten Kutai Barat dan terpendek 14 Bulan di Kota Samarinda, Tahun
2015 terpanjang 62 Bulan terjadi di Kota Balikpapan dan terpendek 18 Bulan di Kabupaten
Penajam Paser Utara, Tahun 2016 terpanjang 38 Bulan di Kota Balikpapan dan terpendek 17 Bulan
di Kutai Timur dan Penajam Paser Utara. Jarak beranak sapi di Kalimantan Timur berturut-turut
dari tahun 2014, 2015 dan 2016 adalah 27 bulan, 25 bulan dan 20 Bulan. Potensi efisiensi
reproduksi Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur, berturut-turut dari Tahun 2014-2016
menunjukkan pemendekan jarak beranak dibandingkan potensi yaitu minus 15, minus 13 dan
minus 8 bulan.
Kata Kunci: Sapi, Jarak Kelahiran, Potensi.
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Populasi sapi di Kalimantan Timur data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun
2016 sebanyak 115.000 ekor, dengan angka kelahiran 19,2% dari populasi dan angka pertumbuhan
6,66% per Tahun. Supply demand kebutuhan daging sapi di Kalimantan Timur sangat tidak
berimbang atau dengan kata lain ketersediaan daging sapi tidak mencukupi kebutuhan daging di
Kalimantan Timur. Upaya-upaya percepatan telah dilakukan pemerintah agar tercapai target yang
telah dicanangkan gubernur Kalimantan Timur dalam pidatonya pada acara rembuk membangun
komitmen bersama mewujudkan ketahanan pangan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
tanggal 28 Januari 2014 di pendopo Lamin Etam, bahwa Kalimantan Timur dapat memiliki 2juta
ekor sapi pada Tahun 2018.

Upaya-upaya percepatan dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara internal maupun secara
eksternal, Secara internal telah dilakukan kegiatan Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB)
Tahun 2015, Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun 2016 dan kegiatan Sapi Induk Wajib
Bunting (SIWAB) Tahun 2017. Percepatan secara eksternal yaitu pemasukan sapi bibit betina dari
Nusa Tenggara Barat sebanyak 3.565 ekor pada Tahun 2014, dan pemasukan sapi indukan
Brahman Cross sebanyak 1.926 ekor dari Australia dan pemasukan sapi bibit betina sebanyak 554
ekor dari Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2015.

Sapi betina dewasa merupakan aset (pabrik) dalam upaya peningkatan populasi di suatu
daerah, jumlah sapi betina dewasa di Kalimantan Timur sebanyak 40% dari total populasi. Upaya
peningkatan populasi secara internal melalui kelahiran dari sapi betina dewasa diharapkan bisa
maksimal dengan angka kelahiran yang tinggi.

Produksi ternak sapi potong sangat berhubungan dengan performanya, seperti bobot
badan, ukuran tubuh, komposisi tubuh dan kondisi ternak. Penimbangan bobot badan ternak sapi
tidak mungkin dilakukan maka ukuran tubuh dapat digunakan sebagai alat penduga bobot hidup
dan dapat menggambarkan penampilan produksi ternak sapi (Hardjosubroto, 1994).

Jarak kelahiran dari sapi betina dewasa yang dimiliki sangat mempengaruhi angka
pertumbuhan populasi secara internal. Dengan mengetahui jarak kelahiran maka dapat diketahui
efisiensi produksi dari sapi betina dewasa yang dimiliki.
TUJUAN

1. Mengetahui Jarak Kelahiran Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur


2. Mengetahui potensi efisiensi reproduksi Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur

PERMASALAHAN

1. Berapa Jarak Kelahiran Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur


2. Bagaimana potensi efisiensi reproduksi Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur

MANFAAT

Memberikan informasi terkait dengan efisiensi reproduksi sapi betina dewasa dan nantinya
digunakan sebagai penentuan kebijakan dalam upaya peningkatan populasi sapi di Kalimantan
Timur.
METODE

1. Teknik Pengambilan Data


Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini dikumpulkan melalui beberapa
sumber data sekunder, data berasal dari BPS, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur
dan Dinas-dinas yang menangani peternakan di Kabupaten dan Kota. Gambaran sumber
data adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini:

No Parameter/indikator Sumber data


1. Populasi Sapi Dinas Kab/kota tervalidasi
2. Komposisi ternak PSPK Tahun 2011, Survei ST2013, (BPS)
3. Angka Kelahiran Dinas Kab/kota tervalidasi
4. Komposisi Betina Dewasa PSPK Tahun 2011, Survei ST2013, (BPS)
5. Komposisi Bangsa Sapi Survei ST2013, (BPS)
Tabel. 1. Parameter atau indikator dan sumber data

2. Metode Analisis data


Data dianalisis dengan analisis data secara Kualitatif, metode analisis yang digunakan pada
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif tidak menggunakan alat statistik,
namun dilakukan dengan menginterpretasi tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-angka
yang ada kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
Analisis data juga menggunakan metode analisis kuantitatif terdiri dari beberapa teknik
analisis seperti: 1. Analisis Deskriptif, kita mendeskripsikan hasil data yang terkumpul apa
adanya melalui ukuran-ukuran statistik seperti mean, median, modus dan standar deviasi.
2. Analisis Komparatif, kita membandingkan satu buah fenomena dengan fenomena lain,
atau kita membandingkan fenomena yang sama pada kelompok subjek yang berbeda. 3.
Analisis Kausalitas, kita mempertanyakan lagi kausalitas antara beberapa fenomena yang
secara teori sebetulnya sudah diduga saling mempengaruhi.
3. Definisi Operasional
a. Calving Interval adalah jarak kelahiran sapi dari kelahiran sapi awal dan kelahiran
sapi berikutnya pada sapi betina dewasa dengan satuan waktu.
b. Sapi Betina Dewasa adalah sapi yang telah dewasa kelamin dan dewasa tubuh dan
atau umur 2 sampai dengan 2,5 Tahun ke atas.
c. Populasi Sapi, adalah Jumlah sapi yang berada pada suatu batasan daerah dan atau
wilayah.
d. Komposisi Ternak sapi adalah Jumlah ternak sapi berdasarkan jenis kelamin dan
umur sapi.
e. Efisiensi reproduksi adalah ukuran keberhasilan reproduksi yang dihitung melalui
jumlah kelahiran, jarak kelahiran, Service per Conception dan Conception Rate.
HASIL

Data Populasi dan angka kelahiran sapi laporan dari Kabupaten dan Kota di Kalimantan
Timur yang telah diverifikasi:

Tabel.2. Data Populasi Sapi dan Kelahiran Tahun 2014-2016 kabupaten Kota di Kalimantan
Timur
2014 2015 2016
No. Kabupaten/Kota Populasi Lahir Populasi Lahir Populasi Lahir
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
1. Paser 17,345 2,544 20,502 2,316 21,659 3,918
2. Kutai Barat 6,942 562 7,297 980 8,797 1,500
3. Kutai Kartanegara 26,198 3,789 27,508 5,502 28,969 5,777
4. Kutai Timur 17,406 1,672 17,977 2,102 19,118 4,402
5. Berau 12,580 1,366 13,120 1,673 14,306 2,241
6. Penajam Paser Utara 11,629 2,813 14,299 2,937 16,318 3,512
7. Mahakam Hulu 1,108 110 421 19 431 48
8. Balikpapan 3,398 197 2,996 122 2,767 182
9. Samarinda 4,266 688 4,996 416 5,288 650
10 Bontang 871 129 981 88 1,059 88
Total Kalimantan Timur 101,743 13,870 110,097 16,155 118,712 22,318
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur
Data komposisi ternak di Kabupaten/Kota merupakan data yang seharusnya dapat
dilaporkan oleh Kabupaten/Kota namun dalam pengumpulannya banyak menemui kendal
sehingga data komposisi ternak tidak dapat diambil setiap tahun namun angka komposisi ternak
dapat dilakukan dengan angka pendekatan hasil pendataan yang dilakukan BPS pada tahun 2011.

Tabel.3. Komposisi ternak di Kabupaten/Kota berdasarkan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah
dan Kerbau Tahun 2011
Komposisi Sapi Potong berdasarkan PSPK2011 (%)
No Kabupaten/Kota Betina Jumlah
Jantan Anak Muda Dewasa Jumlah
1 Paser 29.28 8.53 17.01 45.18 70.72 100.00
2 Kutai Barat 29.49 8.99 14.87 46.66 70.51 100.00
3 Kutai Kartanegara 30.60 9.80 14.05 45.55 69.40 100.00
4 Kutai Timur 30.27 8.41 12.82 48.50 69.73 100.00
5 Berau 28.15 9.02 16.66 46.17 71.85 100.00
6 Penajam Paser Utara 29.77 10.05 16.56 43.62 70.23 100.00
7 Mahakam Hulu - - - - - -
8 Balikpapan 57.33 4.42 7.81 30.44 42.67 100.00
9 Samarinda 56.90 5.73 10.81 26.56 43.10 100.00
10 Bontang 53.93 6.61 10.95 28.51 46.07 100.00
Kalimantan Timur 32.07 8.93 14.10 44.90 67.93 100.00
Sumber: BPS, Provinsi Kalimantan Timur
Data komposisi sapi betina dewasa dan yang pernah melahirkan didapatkan dari
parameter survei ST2013 yang dilaksanakan oleh BPS, sehingga angka pendekatan untuk sapi
dewasa yang pernah melahirkan pada masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Komposisi Sapi Betina Dewasa yang pernah melahirkan kabupaten/Kota di Kalimantan
Timur Tahun 2014 sampai dengan 2016
2014 2015 2016
Betina Pernah Betina Pernah Betina Pernah
No. Kabupaten/Kota
Dewasa Melahirkan Dewasa Melahirkan Dewasa Melahirkan
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
1. Paser 7,836 5,416 9,263 6,402 9,786 6,763
2. Kutai Barat 3,239 2,239 3,405 2,353 4,105 2,837
3. Kutai Kartanegara 11,933 8,247 12,530 8,659 13,195 9,119
4. Kutai Timur 8,442 5,834 8,719 6,026 9,272 6,408
5. Berau 5,808 4,014 6,058 4,186 6,605 4,565
6. Penajam Paser 5,073 3,506 6,237 4,311 7,118 4,919
Utara
7. Mahakam Hulu - - - - - -
8. Balikpapan 1,034 715 912 630 842 582
9. Samarinda 1,133 783 1,327 917 1,404 971
10 Bontang 248 172 280 193 302 209
Total Kalimantan Timur 44,747 30,925 48,730 33,677 52,630 36,372
Sumber: Data BPS setelah diolah

Jarak Beranak (Calving Interval) secara ideal yaitu 12 sampai dengan 13 Bulan, sehingga
sapi dewasa betina yang pernah melahirkan diharapkan setiap tahun melahirkan. Jarak beranak
Sapi dihitung dengan membagi jumlah sapi betina dewasa yang pernah melahirkan dengan jumlah
pedet yang lahir.

Tabel.5. Sapi Betina Dewasa yang pernah melahirkan dan angka kelahiran pedet di
Kabupaten/Kota Kalimantan Timur Tahun 2014 sampai dengan 2016
2014 2015 2016
Pernah Lahir Pernah Lahir Pernah Lahir
No. Kabupaten/Kota
Melahirkan (ekor) Melahirkan (ekor) Melahirkan (ekor)
(ekor) (ekor) (ekor)
1. Paser 5,416 2,544 6,402 2,316 6,763 3,918
2. Kutai Barat 2,239 562 2,353 980 2,837 1,500
3. Kutai Kartanegara 8,247 3,789 8,659 5,502 9,119 5,777
4. Kutai Timur 5,834 1,672 6,026 2,102 6,408 4,402
5. Berau 4,014 1,366 4,186 1,673 4,565 2,241
6. Penajam Paser Utara 3,506 2,813 4,311 2,937 4,919 3,512
7. Mahakam Hulu* - 110 - 19 - 48
8. Balikpapan 715 197 630 122 582 182
9. Samarinda 783 688 917 416 971 650
10 Bontang 172 129 193 88 209 88
Total Kalimantan Timur 30,925 13,870 33,677 16,155 36,372 22,318
*) Kabupaten Mahakam Hulu tidak dapat dihitung karena komposisi ternak belum diketahui
Tabel.6. Jarak Kelahiran (Calving Interval) Sapi di Kalimantan Timur tahun 2014 - 2016
2014 2015 2016
No. Kabupaten/Kota Calving Waktu Calving Waktu Calving Waktu
Interval (Bulan) Interval (Bulan) Interval (Bulan)
1. Paser 2.1 26 2.8 33 1.7 21
2. Kutai Barat 4.0 48 2.4 29 1.9 23
3. Kutai Kartanegara 2.2 26 1.6 19 1.6 19
4. Kutai Timur 3.5 42 2.9 34 1.5 17
5. Berau 2.9 35 2.5 30 2.0 24
6. Penajam Paser Utara 1.2 15 1.5 18 1.4 17
7. Mahakam Hulu*
8. Balikpapan 3.6 44 5.2 62 3.2 38
9. Samarinda 1.1 14 2.2 26 1.5 18
10 Bontang 1.3 16 2.2 26 2.4 29
Total Kalimantan Timur 2.2 27 2.1 25 1.6 20
*) Kabupaten Mahakam Hulu tidak dapat dihitung karena komposisi ternak belum diketahui

Tabel .7. Jarak Kelahiran (Calving Interval) Sapi di Kalimantan Timur tahun 2014 - 2016
(Dalam Bulan)
No. Kabupaten/Kota 2014 2015 2016
1 Paser 26 33 21
2 Kutai Barat 48 29 23
3 Kutai Kartanegara 26 19 19
4 Kutai Timur 42 34 17
5 Berau 35 30 24
6 Penajam Paser Utara 15 18 17
7 Mahakam Hulu* 0 0 0
8 Balikpapan 44 62 38
9 Samarinda 14 26 18
10 Bontang 16 26 29
Total Kalimantan Timur 27 25 20
*) Kabupaten Mahakam Hulu tidak dapat dihitung karena komposisi ternak belum diketahui
Tabel .8. Potensi Jarak Kelahiran (Calving Interval) Sapi di Kalimantan Timur Tahun 2014 -
2016
2014 2015 2016

No. Kabupaten/Kota Jarak Selisih Jarak Selisih Jarak Selisih


Potensi Potensi Potensi
Beranak jarak Beranak jarak Beranak jarak
(Bulan) (Bulan) (Bulan)
(Bulan) (bulan) (Bulan) (bulan) (Bulan) (bulan)

1 Paser 12 26 -14 12 33 -21 12 21 -9

2 Kutai Barat 12 48 -36 12 29 -17 12 23 -11

3 Kutai Kartanegara 12 26 -14 12 19 -7 12 19 -7

4 Kutai Timur 12 42 -30 12 34 -22 12 17 -5

5 Berau 12 35 -23 12 30 -18 12 24 -12


Penajam Paser 12 15 -3 12 18 -6 12 17 -5
6
Utara
7 Mahakam Hulu 12 0 12 12 0 12 12 0 12

8 Balikpapan 12 44 -32 12 62 -50 12 38 -26

9 Samarinda 12 14 -2 12 26 -14 12 18 -6

10 Bontang 12 16 -4 12 26 -14 12 29 -17

Total Kalimantan Timur 12 27 -15 12 25 -13 12 20 -8


PEMBAHASAN

Tolok ukur keberhasilan reproduksi sapi adalah terjadinya kelahiran kembali sapi yang
telah melahirkan dengan waktu yang tidak lama. Parameter yang sering digunakan untuk
mengetahui efisiensi reproduksi adalah umur kawin pertama, umur beranak pertama, interval
kawin pertama setelah beranak, service per conception (S/C), interval kawin pertama sampai
terjadi kebuntingan, masa kosong (days open), masa bunting dan selang beranak (calving interval)
(Atabany, 2012).

Jenis bangsa sapi yang ada di Kalimantan Timur hampir 91% merupakan jenis sapi bali,
sapi bali sangat terkenal adaptif dan reproduksi yang sangat bagus.Tingkat kelahiran anak sapi bali
sebesar 98,1%. Tingkat kelahiran dihitung dari jumlah total anak yang lahir dari jumlah induk
dalam satu tahun. Kematian janin atau abortus menjadi penyebab utama tingkat kelahiran (Lestari,
2012).

Tingkat kelahiran juga dapat menunjukkan bahwa sapi betina tersebut potensi beranak
kembali pada Tahun depan, jika angka kelahiran 98,1% dihitung dari betina dewasa pada satu
tahun maka didapatkan bahwa dalam setiap tahun 98,1 ekor melahirkan, dan 1,9% tidak
melahirkan dalam waktu 1 tahun. Sehingga didapatkan angka jarak kelahiran 100% dibagi 98,1%
maka jarak beranak 1,01 (12,2 bulan).

Optimalnya hanya 60%-70% pengawinan sapi betina yang akan dapat menghasilkan
anak, walaupun dibawah kondisi ideal dan efisiensi deteksi birahi, tingkat kelahiran anak sapi tidak
akan mencapai 100%. Penyebabnya adalah kegagalan saat pengawinan ternak dan kematian janin.
Hal tersebut merupakan akibat dari interaksi antara genetik, lingkungan dan manajemen. (Ball and
Peter, 2004)

Jarak beranak sapi di Kalimantan Timur berturut-turut dari tahun 2014, 2015 dan 2016
adalah 27 bulan, 25 bulan dan 20 Bulan pada tabel 7., dengan distribusi per kabupaten/kota
seperti pada gambar.1.
Gambar. 1. Grafik Calving Interval dalam satuan Bulan per Kabupaten/kota di Kalimantan
Timur Tahun 2014-2016
Jarak Kelahiran terpanjang 48 Bulan pada Tahun 2014 terjadi di Kabupaten Kutai Barat
dan terpendek 14 Bulan di kota Samarinda, Tahun 2015 terpanjang 62 Bulan terjadi di Kota
Balikpapan dan terpendek 18 Bulan di kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2016 terpanjang 38
Bulan di Kota Balikpapan dan terpendek 17 Bulan di Kutai Timur dan Penajam Paser Utara.

Jarak Kelahiran pada sapi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut: (1)
Perkawinan setelah melahirkan terlambat (lebih dari 103 hari), (2) Muncul Birahi kembali setelah
melahirkan terlambat, (3) Kelahiran yang abnornal sehingga mengganggu kesehatan rahim, (4)
Terjadi gangguan reproduksi pasca melahirkan.

Faktor yang mempengaruhi fertilitas sapi setelah melahirkan terdapat 4 faktor utama yang
mempengaruhi infertilitas sapi setelah melahirkan yaitu : 1) Infertilitas umum 2) Anestrus post
partum,3).Siklus birahi yang singkat, 4) Involusi uterus, masing-masing faktor diatas
mempengaruhi lamanya terjadinya kelahiran (partodiharjo, 1992)

Menurut Kurniawan (2009), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap calving interval


ditingkat ternak yaitu service per konsepsi, lama waktu kosong, birahi pertama postpartus,
perkawinan pospartus, skor kondisi tubuh, lama waktu sapih, lama laktasi, dan penyakit-penyakit
reproduksi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Calving Interval: (1) Umur pertama kali dikawinkan,
bahwa hewan betina muda tidak boleh dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkinkan
untuk suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Hal ini karena dewasa kelamin terjadi sebelum
dewasa tubuh tercapai. Sapi-sapi dara sebaiknya dikawinkan menurut ukuran dan berat badannya
bukan menurut pertimbangan umur, (2) Umur pertama kali melahirkan umur beranak pertama
adalah umur sapi saat mengalami beranak yang pertama kalinya, (3). Birahi pertama setelah
beranak Semakin panjang estrus pertama setelah beranak akan memperpanjang calving interval.
Calving interval dipengaruhi oleh jarak dari beranak sampai dengan perkawinan pertama. Birahi
pertama setelah beranak pada sapi perah lamanya bervariasi antara hari ke 30 dan 72 (partodiharjo,
1992), (4). Deteksi birahi merupakan faktor yang penting, karena deteksi birahi gagal maka siklus
estrus akan terlewat dan peternak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan. Untuk
memperoleh hasil deteksi estrus yang akurat peternak tidak hanya melihat dari catatan saja, akan
tetapi dari pengamatan tiap hari. Pengamatan estrus tiap harinya akan lebih baik apabila dilakukan
beberapa kali sehari, agar estrus dapat terdeteksi secara cepat sehingga dapat langsung dikawinkan.
(5). Perkawinan setelah beranak, Interval atau jarak antara partus atau beranak ke birahi pertama
adalah 45--103 hari, ovulasi pertama setelah beranak biasanya terjadi tanpa disertai gejala estrus
dan berlangsung 35--45 hari setelah beranak (Ihsan, 2011). (6). Skor kondisi Tubuh, kegemukan
pada sapi dapat menyebabkan penimbunan lemak pada saluran reproduksi terutama ovarium yang
dapat menyebabkan gangguan siklus birahi. Akibat lain yang dapat ditimbulkan dari kegemukan
adalah tingkat kebuntingan yang rendah, distokia, abortus, dan retensio secundinae. (Bearden, J.H.,
J.W. Fuquay, and S.T. Willard., 2004) bahwa satu parameter yang dapat digunakan untuk
pemeliharaan sapi yaitu dengan melihat body condition score, nilai BCS yang ideal adalah 3
(sedang) untuk sapi betina dengan tujuan pembibitan (Naufal, 2016). (6) Service per conception,
(7) Lama waktu kosong, waktu kosong adalah jumlah hari atau jarak waktu ternak tersebut beranak
sampai saat perkawinan yang berhasil sampai terjadi kebuntingan. Salah satu ukuran yang
menandakan adanya gangguan reproduksi pada suatu peternakan sapi khususnya sapi perah adalah
masa kosong yang melebihi 120 hari dan tidak ada masa kosong kurang dari 30 hari
(Hardjopranjoto, 1995) Salah satu pengukuran kesuburan pada sapi perah adalah masa kosong.
Masa kosong sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain musim beranak, manajemen,
banyaknya populasi, tingkat produksi susu, umur dan teknik inseminasi buatan ,masa kosong
sebagai deteksi awal kelainan reproduksi dan indikator efisiensi reproduksi.
Gambar. 2. Grafik Selisih dengan potensi jarak Beranak yang ideal dapat dicapai
Jarak Beranak sapi di Kalimantan Timur sudah menunjukkan pemendekan jarak yaitu
dengan progress pemendekan dari 27 Bulan Tahun 2014 hingga di tahun 2016 menjadi 20 Bulan.
Potensi jarak beranak sapi di Kalimantan Timur yang mayoritas bangsa sapi bali, belum
menunjukkan angka yang memuaskan, yaitu 20 Bulan pada Tahun 2016, potensi jarak beranak
sapi bali dapat mencapai 350,46 ± 27,98 hari atau berkisar 11 sampai 12,5 Bulan (Mahmud
Siswanto, Ni Wayan Patmawati, Ni Nyoman Trinayani, I Nengah Wandia, I Ketut Puja, 2013).

Hal serupa disampaikan bahwa rataan jarak beranak sapi Bali di Kecamatan Bangkinang
adalah 379.75 ± 22.79 hari dengan koefisien keragaman sebesar 6%, dan yang mempengaruhi
jarak beranak adalah lama penyapihan, dan jarak kawin kembali. (Mawaddah Ridha, IddayatiI dan
Triani Adeuna, 2007),
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jarak Kelahiran Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur berturut-turut dari tahun 2014-
2016 adalah 27 bulan, 25 bulan dan 20 Bulan.
2. Potensi efisiensi reproduksi Sapi Betina Dewasa di Kalimantan Timur, berturut-turut dari
Tahun 2014-2016 menunjukkan pemendekan jarak beranak dibandingkan potensi yaitu
minus 15, minus 13 dan minus 8 bulan.

Saran

1. Pemerintah melakukan kegiatan yang mengupayakan pemendekan jarak kelahiran.


2. Petugas melakukan pendampingan terhadap kelahiran sapi sehingga proses kelahiran sapi
dipastikan aman dan sehat, hal ini berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi selanjutnya
(terjadinya Birahi).
3. Melakukan peningkatan frekuensi kegiatan pemeriksaan status reproduksi setelah
melahirkan yaitu pada hari ke 61 sampai 103 hari.
4. Mengupayakan perkawinan pada hari ke 61 sampai 103 hari setelah melahirkan, agar
terjadi kebuntingan.
DAFTAR PUSTAKA

Atabany, A. (2012). Efisiensi Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH) Pada Generasi
Induk dan Generasi Keturunannya. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Ball and Peter. (2004). Reproduction in Cattle. 3rd Ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.

Bearden, J.H., J.W. Fuquay, and S.T. Willard. (2004). Applied Animal Reproduction, 6th ed. New Jersey:
Upper Saddle River.

BPS. (2011). Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau. Samarinda: Badan Pusat Statistik provinsi
kalimantan Timur.

BPS. (2014). Angka Hasil Survei Rumah Tangga Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda:
Badan Pusat Statistik Provinsi kalimantan Timur.

Hardjopranjoto, S. (1995). Ilmu Kemajiran Ternak. Surabaya: Airlangga University Press.

Hardjosubroto, W. (1994). Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Jakarta: Grasindo.

Ihsan, M. N. (2011). Ilmu Reproduksi Ternak dasar. Malang : Universitas Brawijaya Press.

Lestari, A. (2012). Produktivitas, Potensi Dan Prospek Pengembangan Sapi Bali (Bos Javanicus) Di Desa
Pa’rappunganta Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Bogor: Departemen Ilmu Reproduksi
Institut Pertanian Bogor.

Mahmud Siswanto, Ni Wayan Patmawati, Ni Nyoman Trinayani, I Nengah Wandia, I Ketut Puja. (2013).
Penampilan Reproduksi Sapi Bali pada Peternakan Intensif di Instalasi Pembibitan Pulukan.
Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Vol. 1, No. 1: 11-15.

Mawaddah Ridha, IddayatiI dan Triani Adeuna. (2007). Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jarak
Beranak Sapi Bali di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan, 65-69.

Naufal, M. N. (2016). Skor Kondisi Tubuh Sapi. http://diary-veteriner.blogspot.co.id/2012/02/skor-


kondisi-tubuh-sapi.html diakses pada 31 Oktober 2016.

partodiharjo, S. (1992). Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara.

S-ar putea să vă placă și