Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
0854-2031
ABSTRACT
Human organ transplantation is one alternative therapies that has been growing
fastly. Imbalance between organ requirement and availability cause organ shortage
organ, that can be solved by using cadaveric donor. The problem formulations are
“How is the medico legal implementation of organ transplantation from cadaveric
donor to increase the public health?” and “What are the obstacles and solutions for
the medico legal implementation of organ transplantation from cadaveric donor to
increase the public health?”. The research method are normative juridical and
empiric approach by means of thinking deductive and specification of the descriptive
analytical research, qualitative normative and empiric as analysis method towards
primary and secondary data. Research reveals that medico legal implementation of
organ transplantation from cadaver organ in Indonesia is very poor, limited only to
cornea; obstacles arise from medic aspect where hospital facing shortage of
competent human resources and facilities, less socialization from doctors, public
unawareness about advantages and social paradigm where a dead body should be
buried whole; law aspect where the law is still unclear. Therefore doctors should be
trained, facilities supply for hospitals and wide socialization. Public also has to
change their mind set. Transplantation regulation should be replaced in accordance
with the new ratified Health Law.
ABSTRAK
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan salah satu alternative pengobatan yang
berkembang pesat. Ketidakseimbangan permintaan dengan ketersediaan organ
menyebabkan komersialisasi organ. Penggunaan donor jenazah menjadi salah satu
solusinya. Perumusan masalah dalam tesis ini adalah “Bagaimana implementasi
medikolegal transplantasi organ dari donor jenazah untuk peningkatan kesehatan
masyarakat?” serta “Bagaimana hambatan dan solusinya dalam pelaksanaan
medikolegal transplantasi organ dari donor jenazah untuk peningkatan kesehatan
masyarakat?”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan
empiris dengan cara berpikir deduktif dan spesifikasi penelitian deskriptif analitis,
metode analisis data kualitatif normatif dan empiris terhadap data primer dan
sekunder. Dari hasil penelitian didapatkan implementasi medikolegal transplantasi
organ dari donor jenazah di Indonesia masih sangat kurang, dimana pelaksanaannya
terbatas pada kornea. Hal ini disebabkan adanya hambatan dari aspek medis dimana
RS kekurangan fasilitas dan SDM yang
serta paradigma bahwa jenazah harus dikuburkan dalam keadaan utuh; maupun
aspek yuridis dimana peraturan yang ada masih belum jelas dan lengkap. Untuk
itu perlu diadakan pelatihan khusus bagi dokter, pengadaan fasilitas bagi Rumah
Sakit serta sosialisasi dari dokter. Masyarakat pun perlu dirangsang untuk mau
mengubah pola pikirnya. Ketentuan tentang transplantasi organ perlu diganti
sesuai dengan UU Kesehatan yang sekarang berlaku.
Adalah Susruta dari India yang melakukan autolog (pemindahan suatu jaringan atau
transplantasi kulit. Seorang dokter di Cina, organ ke tempat lain dalam tubuh yang
Pien Chi'ao melakukan pertukaran jantung. sama), homotransplantasi (pemindahan
Kemudian, muncullah John Hunter (1728- suatu jaringan atau organ dari tubuh
1793) yang dianggap sebagai pioner bedah seseorang ke tubuh orang lain), dan
eksperimental, termasuk bedah trans heterotransplantasi atau xenotransplantasi
plantasi yang mampu membuat kriteria yang merupakan pemindahan suatu
teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan atau organ dari satu spesies ke
jaringan transplantasi yang tumbuh di spesies lain.6
tempat baru. Pada awal abad ke-20, Wiener
dan Landsteiner menyokong perkembang an Diagnosis Kematian
transplantasi dengan menemukan golongan
darah sistem ABO dan sistem Rhesus. Saat Penentuan kematian erat kaitannya
ini, perkembangan ilmu kekebalan tubuh dengan transplantasi organ dengan donor
makin berperan dalam keberhasilan jenazah dimana organ harus diambil pada
tindakan transplantasi. saat donor sudah mati agar tidak
Sejak kesuksesan transplantasi yang menimbulkan persoalan. Di Indonesia,
pertama kali berupa ginjal dari donor hukum yang mengatur tentang definisi
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, kematian adalah Pasal 1 Ayat (g) PP
perkembangan di bidang transplantasi maju Transplantasi Organ Tubuh, yang menyata
dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi kan bahwa mati adalah keadaan insani yang
memungkinkan pengawetan organ, diyakini oleh ahli kedokteran yang
penemuan obat-obatan anti penolakan yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan
semakin baik sehingga berbagai organ dan dan atau denyut jantung seseorang telah
jaringan dapat ditransplantasikan. berhenti. Secara medis, berdasarkan
Beberapa jenis transplantasi yang ketentuan yang dikeluarkan IDI pada tahun
sudah pernah dilakukan adalah pencangko 1988, kriteria mati adalah keadaan dimana
kan arteri mammaria interna di dalam telah terjadi kematian batang otak. Dokter
operasi lintas koroner oleh dr. George E yang boleh menentukan kematian donor di
Green, pencangkokan jantung dari jantung Indonesia, sesuai pasal 12 PP Transplantasi
kera ke manusia oleh dr. Bernard, Organ Tubuh, adalah dua dokter berbeda
pencangkokan sel-sel substansia nigra dari yang tidak berhubungan dengan dokter yang
jenazah bayi ke penderita Parkinson oleh melakukan transplantasi.
dr. Andreas Bjorknlund, serta
pencangkokan organ seperti ginjal, hati Cara Memperoleh dan Pengawetan
dan sumsum tulang. Organ
adalah usia dan ukuran yang tepat, kematian seseorang yang sudah berhak melakukan
otak, sistem kardiovaskuler cukup stabil, perbuatan hukum, yaitu apabila sudah
tidak ada sepsis sistemik, tidak a d a k o n t cukup umur dan sehat akalnya. Menurut
a m i n a s i a b d o m e n u n t u k hukum perdata di Indonesia, seseorang
transplantasi ginjal, hati atau pankreas, tidak dikatakan sudah cukup umur jika sudah
ada keganasan (kecuali kanker otak primer berumur 21 tahun atau sudah menikah. Di
atau kulit), tidak ada hipertensi menahun, Indonesia, hukum positif yang mengatur
tidak ada antigen hepatitis, tidak ada masalah transplantasi organ tubuh adalah
diabetes melitus (kontraindikasi relatif). UU Kesehatan Tahun 2009 Pasal 64 ayat
Selebihnya, terdapat criteria yang lebih (1) berbunyi : “Penyembuhan penyakit
spesifik untuk masing-masing organnya. dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan
Jaringan untuk transplantasi umumnya dapat melalui transplantasi organ dan/atau
disimpan di bank organ, sedangkan organ jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat
tertentu harus dicangkok kan dalam waktu kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi,
yang singkat. Terdapat beberapa teknik serta penggunaan sel punca.”
pengawetan organ atau jaringan yang dapat Selain itu, transplantasi organ
digunakan. Dua teknik pengawetan yang tubuh juga diatur dalam PP Transplantasi
umum digunakan saat ini adalah Organ Tubuh Pasal 1 Huruf (e) dan
penyimpanan dingin dan perfusi pulsatif Penjelasan Umum, yang berbunyi:
hipotermik:7 “Transplantasi adalah rangkaian tindakan
Secara teknik bedah, transplantasi kedokteran untuk pemindahan alat
suatu organ dapat dilakukan dengan dua dan/atau jaringan tubuh manusia yang
teknik, yaitu ortotopik dan heterotopik. berasal dari tubuh sendiri atau tubuh
orang lain dalam rangka pengobatan untuk
Tinjauan Yuridis Transplantasi Organ menggantikan alat dan/atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik.”
Transplantasi organ sangat erat
kaitannya dengan bidang hukum karena di METODE PENELITIAN
dalamnya juga terdapat hak dan kewajiban
orang yang berpotensi menimbulkan Tipe penelitian yang digunakan
permasalahan. Transplantasi dengan donor dalam penelitian ini adalah penelitian
hidup menimbulkan dilema etik, dimana yuridis normatif dan yuridis empiris. Yuridis
transplantasi pada satu sisi dapat normatif berarti suatu cara meneliti dalam
membahayakan donor namun di satu sisi penelitian hukum yang dilakukan terhadap
dapat menyelamatkan hidup pasien bahan pustaka atau data sekunder belaka
(resipien).8 dan dengan menggunakan metode berpikir
Perlu diingat, bahwa sebelum deduktif serta kriterium kebenaran koheren.
seseorang memutuskan menjadi donor Yuridis empiris berarti penelusur an
hidup, seseorang harus mengetahui dan kenyataan hukum di tengah masyarakat
mengerti risiko yang akan dihadapinya, dibandingkan dengan keadaan teoritisnya.
selain itu orang tersebut tidak boleh Spesifikasi penelitian yang diguna
mengalami tekanan psikologi. Sehingga kan adalah deskriptif analitis, yaitu
yang dapat menjadi donor hidup adalah membuat deskripsi atau gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai
7 F. Charles Brunicardi, et al., 2010, Schwartz's
Principle of Surgery, edisi 9, McGraw-Hill,
fakta, sifat dan hubungan antar fenomena
Amerika Serikat, hal. 127 atau gejala yang diteliti sambil meng
8 R.Truog, 2008, The Ethics of Organ Donation analisisnya, yaitu mencari sebab akibat
by Living Donors, Oxford University Press, dari suatu hal dan menguraikannya secara
England, hal. 3.
konsisten dan sistematis secara logis. dari segi etika dan moral. Terdapat
Jenis data yang dipergunakan perdebatan sengit di kalangan para teolog
dalam penelitian ini, yaitu data primer dan yang berfokus pada prinsip totalitas.
sekunder yang meliputi bahan hukum Transplantasi organ dari donor hidup wajib
primer, sekunder, dan tertier. Metode memenuhi 4 persyaratan, yaitu resiko yang
pengumpulan data yang dipergunakannya dihadapi oleh donor harus proporsional
adalah dengan cara penelitian kepustakaan dengan manfaat yang didatangkan oleh
dan dokumenter (library and documen tindakan tersebut atas diri resipien,
tation research) dan penelitian lapangan pengangkatan organ tubuh tidak boleh
(field research). mengganggu secara serius kesehatan donor
Sampel penelitian ditetapkan atau fungsi tubuhnya, perkiraan penerima
berdasarkan metode purposive non random an organ tersebut oleh resipien, serta donor
sampling, yaitu penarikan sampel dengan wajib memutuskan dengan penuh kesadaran
cara memilih atau mengambil subjeksubjek dan bebas dengan mengetahui resiko yang
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. mungkin terjadi. Keuntungan dari
Secara rinci, populasi yang digunakan penggunaan donor hidup adalah jadwal
adalah masing-masing 5 dokter dan 5 proses transplantasi dapat ditentukan
pengunjung umum dari RSUP dr. Kariadi dengan pasti sehingga memungkinkan
Semarang dan RS Telogorejo Semarang. pemeriksaan pra transplantasi yang lebih
Data dari penelitian ini akan menyeluruh dan teliti, mendapatkan donor
disajikan dalam bentuk deskripsi yang yang cocok dengan resipien menjadi lebih
berupa uraian secara mendalam mengenai mudah yang tentunya akan mengurangi
permasalahan yang dibahas. Metode resiko paska transplantasi, serta keuntung
analisis data yang digunakan dalam an psikologis baik dari donor maupun
penelitian ini adalah metode kualitatif resipien.
normatif untuk data sekunder dan Pada umumnya, transplantasi dari
kualitatif empiris untuk menganalisa data donor jenazah tidak menemui masalah
primer. Analisa dilakukan dengan bermakna dari segi etika dan moral.
interpretasi atau pemaknaan data, tanpa Tuntutan kriteria moral yang harus dipenuhi
perhitungan statistik. adalah penentuan saat kematian yang tepat
dan perihal persetujuan. Dalam hal
HAS ILPE N E LITIANDAN pengambilan organ dari jenazah ini dikenal
PEMBAHASAN adanya 2 sistem yang diberlakukan secara
internasional, yaitu sistem izin
Donor Hidup dan Donor Jenazah (toestemming system) dan sistem tidak
tidak berkeberatan (geen bezwaar system).9
Saat ini, baik transplantasi dengan PP Transplantasi Organ menyatakan bahwa
donor hidup maupun donor jenazah telah pengambilan organ dari korban yang
disetujui oleh semua agama yang diakui di meninggal dunia dilakukan atas dasar
Indonesia. Hal ini tercatat dalam persetujuan dari keluarga terdekat. Dalam
Kesepakatan Kemayoran yang merupakan kasus dimana keluarga terdekat tidak ada,
salah satu hasil Simposium Nasional II maka keluarga jenazah harus diberitahu.
Yagina dan Pernefri tahun 1995. Namun, Jika dalam waktu 2 x 24 jam keluarga
masih terdapat perdebatan luas baik di jenazah tidak ditemukan, maka dapat
kalangan dokter, pasien, maupun pakar dilakukan pengambilan organ tanpa izin
dari bidang lain (filsafat dan teologi).
Transplantasi organ dari donor hidup 9 9 Djaja Surya Atmadja, Transplantasi Organ
mendatangkan lebih banyak permasalahan dan Aspek Medikolegalnya, Percetakan
Universitas Indonesia, Jakarta, 2010, hal. 7.
keluarga. Pengaturan ini tidak bermanfaat Transplantasi Organ Tubuh ini merupakan
banyak dalam praktek. peraturan pelaksana dari UU Kesehatan
Secara ringkas, keuntungan dari yang lama, yaitu UU No. 9 Tahun 1960 t e
penggunaan donor jenazah adalah tidak ntangPokok-pokokKesehata
ditemuinya resiko masalah kesehatan di n (selanjutnya disebut UU Pokok Kesehat
masa yang akan datang bagi pihak donor, an). Padahal untuk saat ini peraturan pada
dapat membantu mengatasi masalah bidang kesehatan telah berganti dengan
kekurangan organ, serta efek psikologis UU Kesehatan Tahun 2009. Maka dapat
yang positif dan membangun. Namun, dikatakan bahwa ketentuan mengenai
transplantasi dengan donor jenazah ini juga Transplantasi Alat serta Jaringan Tubuh
memiliki beberapa kekurangan, yaitu Manusia ini mengandung inkonsistensi
sulitnya mempertahankan kesegaran dasar hukum yang menjadi acuannya
jaringan serta tingkat kecocokan organ dimana pada kedua UU tersebut terdapat
antara resipien dengan donor yang lebih perbedaan mengenai landasan filosofis.
rendah. Selain itu, tidak semua individu
dapat menerima konsep transplantasi organ Implementasi Medikolegal
dari donor jenazah; baik sebagai pihak Transplantasi Organ dari Donor
resipien maupun pihak keluarga sebagai Jenazah untuk Peningkatan Kesehatan
wakil dari donor yang sudah meninggal. Masyarakat
jenazah. Kendala ini dapat dikelompokkan mengatur mengenai calon donor yang
berdasarkan kedua aspek yang mendasari meninggal akibat bunuh diri maupun
nya, yaitu aspek medis dan aspek yuridis. pembunuhan, serta pasal yang mengatur
Hambatan aspek medis dapat dibagi mengenai saksi. Peraturan perundangan ini
menjadi hambatan dari pihak penyeleng kemudian perlu disosialisasikan baik
gara (dokter dan Rumah Sakit) berupa kepada pihak Rumah Sakit dan dokter-
kurangnya Sumber Daya Manusia yang dokter maupun kepada pasien baik sebagai
kompeten maupun fasilitas penunjang yang calon resipien maupun calon donor. Selain
dibutuhkan serta dari pihak dokter; dan itu, diperlukan pembentukan peraturan yang
hambatan yang ditemui dari pihak pasien, mengatur masalah penyediaan dana
yaitu kurangnya pemahaman akan besarnya tambahan untuk penyediaan fasilitas
manfaat transplantasi dari donor jenazah pendukung di Rumah Sakit terutama dalam
dan paradigma sosial yang berakar pada hal pengawetan organ.
agama, kepercayaan maupun adat istiadat
yang mempercayai bahwa jenazah harus KESIMPULAN
dikuburkan dalam keadaan utuh.
Untuk itu, diperlukan pengadaan Transplantasi merupakan salah
dan pengikutsertaan tim dokter yang satu pilihan terapi yang sedang
dicanangkan untuk menangani trans berkembang pesat. Organ untuk
plantasi dalam pelatihan khusus untuk transplantasi dapat diambil dari donor
meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, hidup atau donor jenazah dengan
pengupayaan permintaan bantuan dana mempertimbangkan keuntungan dan
kepada pihak pemerintah untuk memenuhi kekurangan dari masing masing jenis
kebutuhan fasilitas penunjang, serta dokter donor. Saat ini, kendala terbesar dalam
diharapkan akan lebih giat mensosialisasi pelaksanaan transplantasi baik di dunia
kan perihal transplantasi dengan donor maupun di Indonesia adalah kurangnya
jenazah kepada pasien sebagai salah satu organ donor yang kemudian melahirkan
opsi terapi yang sekiranya akan mampu permasalahan komersialisasi organ.
merangsang pasien untuk mengubah pola Penggunaan donor jenazah adalah
pikirnya akan besarnya manfaat dari salah satu bentuk upaya untuk mengatasi
transplantasi organ dengan donor jenazah kekurangan organ. Sayangnya, implemen
ini serta penggeseran paradigm yang telah tasi medikolegal transplantasi organ
mengakar tersebut. dengan donor jenazah di Indonesia hingga
Adapun hambatan dari aspek yuridis saat ini masih kurang. Penelitian ini
yang ditemui adalah inkonsistensi asas dilakukan di 2 Rumah Sakit di Semarang
kepastian hukum, perundangan yang masih yangtercatatpernahmelakuk
belum lengkap serta kurangnya sosialisasi a n transplantasi ginjal dengan donor
perundangan yang mengatur mengenai hidup, namun hanya salah satunya yang
transplantasi organ dengan donor jenazah pernah menjalankan transplantasi kornea
ini. Sehingga diperlukan pembentu kan dari donor jenazah.
Peraturan Pemerintah yang baru mengikuti Hambatan yang ditemui dari aspek
Undang-Undang Kesehatan terbaru dan medis dapat dibagi menjadi hambatan yang
sudah ditetapkan serta Permenkes yang ditemui dari pihak dokter atau Rumah Sakit
mengikutinya. Dalam Peraturan Pemerintah sebagai penyelenggara dan dari pihak
yang baru ini perlu dilakukan beberapa pasien sebagai pihak penerima. Hambatan
revisi dimana definisi mati perlu diperbaiki dari pihak penyelenggara adalah kekurang
mengikuti ketentuan IDI yang terbaru, an sumber daya manusia yang kompeten,
penambahan pasal yang kurangnya fasilitas, serta kurang aktifnya