Sunteți pe pagina 1din 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian
otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.
Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Stroke disebabkan oleh trombosis, embolisme serebral,
iskemia, dan hemoragi serebral. Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak
di bangsal atau ruangan hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf.
Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat
kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, maka sangatlah penting bagi usia muda
untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat
melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke dan 25% atau 125.000 meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan
atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah
penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian di rumah sakit.
Berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa stroke masih merupakan masalah
utama dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
masalah krusial ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek
preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekedar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat
dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat, dan

1
akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis tertarik
untuk menulis laporan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
stroke khususnya stroke dengan perdarahan atau stroke hemoragik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Stroke?
2. Apa etiologi dari Stroke?
3. Apa gambaran klinis stroke ?
4. Apa faktor-faktor resiko stroke ?
5. Apa klasifikasi Stroke ?
6. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari stroke?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Stroke?
8. Apa saja komplikasi dari Stroke?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain :
1. Mampu menjelaskan definisi dari Stroke.
2. Mampu menjelaskan etiologi dari Stroke.
3. Mampu menjelaskan gambaran klinis stroke.
4. Mampu menjelaskan faktor-faktor resiko stroke.
5. Mampu menjelaskan klasifikasi stroke.
6. Mampu menjelaskan patofisiologi dan pathway dari Stroke .
7. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari Stroke .
8. Mampu menjelaskan komplikasi dari Stroke .
9. Mampu memahami, menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Stroke .

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stroke


Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang
lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan
darah dalam arteri serebral akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan
menjadi dua subkategori, yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis,
serebri media dan basilaris), dan trombosis pada arteri kecil.Tiga puluh persen
stroke disebabkan trombosis arteri besar, sedangkan 20% stroke disebabkan
trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke dalam korteks serebri
(misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan yang
menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih 32% stroke
disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas
dari tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari
seluruh kejadian stroke (Washington University, 2011).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi
suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis,
terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap
perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma)(Lynda Juall Carpenito, 2009).
Menurut WHO. (2009) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala
sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.

3
2.2 Etiologi Stroke

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain :

1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda
dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :

a. Atherosklerosis

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya


kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan


kepingan thrombus (embolus)
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat


dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )

4
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.


b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.

5
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

Menurut Baughman, C Diane.dkk (2009) tanda dan gejala dari stoke adalah:

a. Kehilangan motorik, Disfungsi motorik paling umum adalah


hemiplegia(paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis(kelemahan
salah satu sisi) dan disfagia.

b. Kehilangan komunikasi, Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria


(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).

c. Gangguan persepsi, Meliputi disfungsi persepsi visual humanus,


heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan
hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.

d. Kerusakan fungsi kognitif, perestesia(terjadi pada sisi yang


berlawanan).
e. Disfungsi kandung kemih, Meliputi inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin(mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang
berlanjut. (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

2.3 Gambaran Klinis

Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau sroke merupakan


sirkulasi serebral yang dapat disebabkan karena trombus, embolus dan
perdarahan serebral.Embolus dapat merupakan akibat bekuan darah plek aorta
matosa fragmen, lemak dan udara.embolus pada otak kebanyakan berasal dari
jantung, sekunder terhadapinfark miokard atau fibrilasi atrium, Jika etiologi

6
stroke adalah hemorargi maka faktor pencetusnya biasanya adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler seperti Malformasi Arteri Venera (MAV) dan aneurisma
serbral lebih rentan terhadap ruptur dan menyebabkan hemorargia pada
hipertensi.

Pada stroke trombosis atau embolik bagian otak yang mengalami iskhemik
atau infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan meluas setelah
serangan pertama dapat terjadi edema serebral dan peningkatan intra
kranial(PTIK) herniasai dan kematian setelah trombolitik terjadi pada area yang
luasnya saat serangan, karena stroke trombolitik banyak terjadi karena
arterosklerosis, maka ada resiko terjadi stroke untuk masa mendatang.

Pada pasien yang sudah pernah mengalami stroke embolitik pasien juga
mengalami atau mempunyai kasus untuk mengalami stroke jika penyebabnya
tidak ditangani.Jika luas jaringan otak yang rusak akibat stroke hemorargik tidak
besar dan bukan pada tempat yang vital, maka pasien dapat pulih dengan defisit
minimal. Jika hemorargik luas terjadi pada daerah yang vital, pasien mungkin
tidak dapat pulih (price, 2000)

2.4 Faktor-Faktor Resiko


Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi dan DM.
2. Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia.
3. Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit
jantung lainnya.
4. Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma pada arteri
dan penurunan faktor pembekuan darah (leukemia, pengobatan dengan anti
koagulan)
5. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi kerusakan pembuluh darah arteri
sebelumnya : penyakit jantung angina, TIA., suplai darah menurun pada
ektremitas.

7
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam
meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian tersebut
diantaranya, adalah:

1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan
antara keduanya itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko terjadinya
stroke. Namun dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal
tersebut berkaitan secara langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu
berat dapat menimbulkan MCI.
3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama
terkena serangan stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak daripada
wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar,
namun tidak ada bukti secara medis yang menyatakan hal ini.
5. Riwayat keluarga.

2.5 Klasifikasi Stroke

1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu


:
a. Stroke Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid.Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
otak tertentu.Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat.Kesadaran pasien umumnya menurun.

b. Stroke Non Haemorhagic


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder .Kesadaran umummnya baik.

2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

8
a. TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan
hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap
atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.

2.6 Patofisiologi Stroke


Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme
vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan
jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus
dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Thrombus mengakibatkan ;

1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat

9
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan
perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah..
Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.

Pathway Terlampir

10
2.7 Penatalaksanaan Stroke

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang


sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki
hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

Pengobatan Stroke
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

Pengobatan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan membuka arteri
karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

11
2.8 Komplikasi Stroke
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi , komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,


konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas
dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.
4. Hidrocephalus

12
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

2) Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti
Rochani, 2000)

3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)

4) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga hipertensi maupun DM

5) Riwayat psikososial

13
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

6) Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.

c) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.

d) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, mudah lelah.

e) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot

f) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi
akibat gangguan bicara.

g) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

h) Pola sensori dan kognitif

14
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya
terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

i) Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat
anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

j) Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

• Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

• Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara

• Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

2. Pemeriksaan integumen

• Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bedrest 2-3 minggu

• Kuku : perlu dilihat adanya clubbingfinger, cyanosis

15
• Rambut : umumnya tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan kepala dan leher

• Kepala : bentuk normocephalik

• Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

• Leher : kaku kuduk jarang terjadi

4. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

5. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bedrest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.

6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

7. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

8. Pemeriksaan neurologi

(1) Pemeriksaan nervuscranialis

Umumnya terdapat gangguan nervuscranialis VII dan XII central.

(2) Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

(3) Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

16
(4) Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)

2. Diagnosa Keperawatan

17
18

S-ar putea să vă placă și