Sunteți pe pagina 1din 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar tiroid (berat normal 20-30 gram) tersusun atas folikel yang dibatasi oleh sel
epitel kuboid dan mengandung timbunan sekresi protein (koloid). Fungsi utama sel epitel
tiroid adalah mensintesis asam amino beryodium (iodinated amino acids), tiroksin (T4)
dan tri-iodotironin (T3).
Sekresi T3 dan T4 dibawah kendali umpan balik (feedback) negatif oleh TSH dari
hipofisis anterior.Kelenjar tiroid juga mengandung populasi sel yang disebut sel C, yang
tersebar diseluruh kelenjar dan mensekresi kalsitonin, suatu hormon peptida yang
berperan dalam metabolisme kalsium. Karsinoma mendular, tumor yang berasal dari sel
ini.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin,
serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid
yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan
kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya ,
sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar
hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan
sebagian lagi melalui hipotalamus.
Jenis penyakit kelenjar tiroid yang disebabkan oleh malfungsi sekresi yaitu
hipotiroidisme dan hipertiroidisme, dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional
dalam menangani hal-hal yang terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan
asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang
terjadi akibat hipotiroid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hipotiroidisme?
2. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?
3. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?
4. Bagaimana patofisiologi pada hipotiroid?
5. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?
6. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?
7. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?
8. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotiroid.
Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan definisi Hipotiroid.
2. Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipotiroid.
3. Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4. Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipotiroid.

1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipotiroid.
2. Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipotiroid.
3. Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4. Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien pada penyakit
Hipotiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Hipotiroidisme (miksedema) adalah sindroma klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan
T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme akan menurun dan mukopolisakarida
tertimbun dalam jaringan ikat dermis sehingga tampak gambaran wajah miksedema yang
khas. Apabila hipotiroidisme terjadi pada bayi baru lahir, akan menimbulkan kegagalan
pertumbuhan fisik dan mental yang sering bersifat ireversibel. Keadaan ini disebut
kretinisme. Kretinisme dapat timbul endemik pada suatu daerah geografik yang dietnya
kekurangan yodium yang berguna untuk mensintesis hormon tiroid.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar
tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-
konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai
5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum
terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.
Dibawah adalah beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang
dewasa diantaranya yaitu :
1. Hashimoto's thyroiditis
Penyebab yang paling umum dari hipotiroid di Amerika adalah suatu kondisi
yang diwariskan/diturunkan yang disebut Hashimoto’s thyroiditis. Kondisi ini
dinamakan menurut Dr. Hakaru Hashimoto yang pertama kali menjelaskannya
pada tahu 1912. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya membesar (gondokan)
dan mempunyai suatu kemampuan yang berkurang untuk membuat hormon-
hormon tiroid. Hashimoto’s adalah suatu penyakit autoimun dimana sistim imun
tubuh secara tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal. Kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis genetik.
Ini berarti bahwa kecenderungan mengembangkan Hashimoto's thyroiditis dapat
terjadi di keluarga-keluarga. Hashimoto's adalah 5 sampai 10 kali lebih umum
pada wanita-wanita daripada pria-pria.
2. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan
disebabkan oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai
suatu lymphocyte, kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic thyroiditis. Kondisi ini
adalah terutama umum setelah kelahiran dan sebenarnya dapat mempengaruhi
sampai 8% dari wanita-wanita setelah mereka melahirkan. Pada kasus-kasus ini,
biasanya ada suatu fase hipertiroid (dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang
berlebihan bocor keluar dari kelenjar yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase
hipotiroid yang dapat berlangsung sampai enam bulan. Mayoritas dari wanita-
wanita yang terpengaruhi akhirnya kembali pada suatu fungsi tiroid yang normal,
meskipun ada suatu kemungkinan dari hipotiroid yang tertinggal.
Meskipun jarang, hipotiroidisme dapat terjadi pada bayi baru lahir, bayi, anak-
anak dan remaja juga. Bayi yang lahir dengan tidak atau kelenjar tiroid yang tidak
semestinya menunjukkan gejala penyakit kuning dan sering tersedak dengan
wajah sombong dan lidah menonjol.Terdiagnosis hypothyroidism selama
kehamilan meningkatkan kemungkinan kelahiran mati atau keterlambatan
pertumbuhan janin. Gejala hipotiroidisme selama dan setelah kehamilan meliputi
kelelahan, penurunan berat badan, pusing, depresi, masalah konsentrasi dan
pengembangan gondok. Pada orang tua, tanda-tanda yang kadang-kadang bingung
dengan penyakit Alzheimer dan demensia

3. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)


Pasien-pasien yang telah dirawat untuk suatu kondisi hipertiroid (seperti
penyakit Graves) dan menerima yodium ber-radioaktif mungkin ditinggalkan
dengan sedikit atau tidak ada jaringan tiroid yang berfungsi setelah perawatan.
Kemungkinan dari ini tergantung pada sejumlah faktor-faktor termasuk dosis
yodium yang diberikan, bersama dengan ukuran dan aktivitas dari kelenjar tiroid.
Jika tidak ada aktivitas yang signifikan dari kelenjar tiroid enam bulan setelah
perawatan yodium ber-radioaktif, biasanya diperkirakan bahwa tioroid tidak akan
berfungsi lagi secara memadai. Akibatnya adalah hipotiroid. Serupa dengannya,
pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi akan diikuti oleh hipotiroidisme.

4. Penyakit pituitari atau hipotalamus


1. Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior
Malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar TRH
(Thyroid Stimulating Hormone) dan TSH (Thyrotropin Releasing Hormone),
yang akan berdampak pada kadar HT (Hormon Tiroid) yang rendah.
Dan jika yang terjadi malfungsi itu adalah hipofisis maka akan
menyebabkan kadar TSH rendah sehingga berdampak pada kadar HT menjadi
rendah pula, namun TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan
balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Jika kerusakkan itu disebabkan oleh penyakit pituitary (hipofisis
anterior), kondisi ini disebut "hipotiroid sekunder (secondary
hypothyroidism)". Jika kerusakkan disebabkan oleh penyakit hipothalamus,
ia disebut "hipotiroid tersier (tertiary hypothyroidism)".
2. Malfungsi kelenjar tiroid
Malfungsi kelenjar tiroid menyebabkan kadar HT yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.

3. Obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk merawat suatu tiroid yang aktif
berlebihan (hipertiroid) sebenarnya mungkin menyebabkan hipotiroid. Obat-
obat ini termasuk methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU). Obat
psikiatris, lithium (Eskalith, Lithobid) yang sering digunakan untuk terapi
gangguan mood adalah juga diketahui merubah fungsi tiroid dan
menyebabkan hipotiroid. Menariknya, obat-obat yang mengandung suatu
jumlah yang besar dari yodium seperti amiodarone (Cordarone), potassium
iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s solution dapat menyebabkan perubahan-
perubahan dalam fungsi tiroid, yang mungkin berakibat pada tingkat-tingkat
darah dari hormon tiroid yang rendah.
4. Kekurangan yodium yang berat
Kondisi kekurangan yodium yang berat dapat dibagi menjadi 2 penyebab
hipotiroid, yaitu:
a. Sebab-sebab bawaan (kongenital)
 Ibu kurang mendapat bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb).
Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab
tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang. Pada daerah-
daerah dari dunia dimana ada suatu kekurangan yodium dalam
makanan, hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5% sampai 15%
dari populasi.
 Pengobatan yodium radio-aktif
 Induksi obat-obatan
 Idiopatik.
 Hashimoto’s Thyroiditis
b. Sebab-sebab yang didapat (acquired)
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi
atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah :
 Tiroiditis limfositik menahun
Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika
peradangan disebabkan oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih
yang dikenal sebagai suatu limfosit, kondisinya dirujuk sebagai
lymphocytic thyroiditis. Pada kasus-kasus ini, biasanya ada suatu
fase hipertiroid (dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang
berlebihan bocor keluar dari kelenjar yang meradang), yang diikuti
oleh suatu fase hipotiroid yang dapat berlangsung sampai enam
bulan.
 Tiroidektomi.
Karsinoma tiroid dapat sebagai penyebab, tetapi tidak selalu
menyebabkan hipotiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi. Tiroidektomi
merupakan pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi, yang
biasanya akan diikuti oleh hipotiroid. Selain itu, pemberian obat
penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan
jaringan tiroid, semua pengobatan ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme. (Price, 2000).
 Defisiensi yodium (gondok endemik).
Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi
iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar
tiroid. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk
menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang
rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam
makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang
aktif (hipotiroidisme goitrosa). (Price, 2000)

2.3 Klasifikasi Hipotiroid


Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi
tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya
disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika
sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier. (Brunner
&Suddarth.2001).
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :

Jenis Organ Keterangan


Hipotiroidisme Kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi
primer penyakit Hashimoto tiroiditis
(sejenis penyakit autoimmune)
dan terapi radioiodine(RAI)
untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
Hipotiroidisme kelenjar hipofisis(pituitari) Terjadi jika kelenjar hipofisis
sekunder/ sentral tidak menghasilkan cukup
hormon perangsang tiroid
(TSH) untuk merangsang
kelenjar tiroid untuk
menghasilkan jumlah tiroksin
yang cukup. Biasanya terjadi
apabila terdapat tumor di
kelenjar hipofisis, radiasi atau
pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid
tidak lagi dapat menghasilkan
hormon yang cukup.
Hipotiroidisme hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus
tertier gagal menghasilkan TRH yang
cukup. Biasanya disebut juga
disebut hypothalamic-pituitary-
axis hypothyroidism.

Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu,
umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun.
Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala dini yang umum tidak spesifik.
2. Keletihan ekstrim.
3. Rambut rontok, kuku mudah patah, kulit kering, dan kebas serta semutan jari-jari.
4. Suara parau dan serak.
5. Gangguan mental; suhu tubuh dan nadi menjadi subnormal; berat badan meningkat
tanpa hubungan dengan peningkatan masukan makanan.
6. Pada hipotiroidisme berat suhu tubuh dan frekuensi nadi menjadi subnormal;
penambahan berat badan tidak berhubungan dengan peningkatan masukan makanan.
7. Pasien sering mengeluh dingin dalam lingkungan yang hangat.
8. Respon emosional menjadi lambat sejalan dengan perkembangan kondisi; proses
mental tumpul dan pasien tampak apatis.
9. Bicara lambat; lidah membesar; tangan dan kaki ukurannya membesar konstipasi; dan
terjadi ketulian.
10. Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibanding pria dan terdapat
kaitan kecendrungan mengarah pada aterosklerosis dengan segala akibatnya.
11. Hipotiroidisme lanjut; perubahan kepribadian, efusi pleura, efusi perikardial, dan
kelemahan otot-otot pernapasan.
12. Miksedema; kulit menjadi menebal, rambut menipis dan rontok; wajah menjadi tanpa
ekspresi dan seperti topeng
13. Pasien dengan meksidema lanjut mengalami hipotrmik. Secara abnormal sensitif
terhadap sedatif, opiat, dan perparat anastetik; obat-obat ini diberikan dengan
kewaspadaan penuh.

 Manifestasi klinis per sistem:


1. Sistem integumen :
Kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal; pertumbuhan kuku buruk,
kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
2. Sistem pulmonari : hipoventilasi, dipsnea
3. Sistem kardiovaskular :
Bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, hipotensi, toleransi terhadap
aktivitas menurun.
4. Metabolik :
Penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap
dingin.
5. Sistem muskuloskeletal :
Nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang melambat
6. Sistem neurologi :
Intelektual yang melambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
7. Sistem gastrointestinal :
Anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi, distensi abdomen.
8. Sistem reproduksi :
Pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa
menstruasi yang memanjang
9. Psikologis : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri

2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH)
yang merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang
meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
 Pemeriksaan darah
Mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis
kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan
kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi. Apabila ibu dicurigai menderita
hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibodi anti tiroid. Kadar TBG diperiksa bila
ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan pengobatan hormon tiroid tidak ada
respon.
 Mengukur Up take T3 Resin yang bertujuan untuk mengukur jumlah hormon
tiroid (T3) atau tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti
hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme
dan menurun pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5
cc. Klien puasa selama 6 – 8 jam. Nilai normal yang diperoleh pada orang dewasa
25-35% uptake oleh resin dan pada anak umumnya tidak ada.
 Protein Bound Iodine (PBI) yaitu bertujuan mengukur Iodium yang terikat dengan
protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Specimen yang
dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan
6-8 jam.
 Laju Metabolisme Basal (BMR) yaitu bertujuan untuk mengukur secara tidak
langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama
beberapa waktu.
2. Radiologis
 USG atau CT scan tiroid (menunjukkan ada tidaknya goiter), X-foto tengkorak
(menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior), dan Tiroid
scintigrafi.
 Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan,disgenesisepifis dan keterlambatan
perkembangan gigi. (Sylvia.A.price.1995)
3. Skor Apgar Hipotiroid Kongenital
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5, tetapi
tidak adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan
hipotiroid kongenital.
Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis Score

Hernia umbilicalis 2

Kromosom Y tidak ada (wanita) 1


Pucat, dingin, hipotermi 1

Tipe wajah khas edematus 2

Makroglosi 1

Hipotoni 1

Ikterus lebih dari 3 hari 1

Kulit kasar, kering 1

Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1

Konstipasi 1

Berat badan lahir > 3,5 kg 1

Kehamilan > 40 minggu 1

Total 15

Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama


pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis
matanyarontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan
dantungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital
menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh
rendah. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.

2.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian tiroksin
Biasanya dimulai dalam dosis rendah ( 50µg/hari ). Khususnya pada pasien
yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari
atau minggu, sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis
pemeliharaan maksimal 150µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan
maksimal dapat dimulai secepatnya.
2. Pengukuran kadar TSH
Pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan
manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal.
Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya
dengan mengikuti kadar tiroksin bebas. ( Sylvia A. Price. 2006 : 1225 ).
3. Hindari penggunaan pemanas eksternal
Karena alat tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan akan
mengarah kepada kolaps vaskuler
4. Glukosa konsentrat, diberikan jika terjadi hipoglikemi
5. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid)
Merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi
penyakit goiter nontoksik.
6. Pengobatan tambahan termasuk pemeliharaan fungsi vital; pemantauan gas darah
arteri, dan pemberian cairan dengan kewaspadaan karena banyak intoksikasi air.
7. Jika terdapat koma miksedema, hormon tiroid diberikan secara intravena sampai
kesadaran pulih kembali.
2.8 Komplikasi
1. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid.
Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid. (Long,
Barbara.C,2000:261 dan Hudak and Gallo,1996:479)
2. Gondok Endemik
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua
iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan
TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
3. Peripheral neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf
tulang belakang ke seluruh tubuh.
4. Myxedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
5. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada
ovulasi.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu lahir tidak
ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala lidah tebal
dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan
warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya
(ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal,
mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang
juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik
dan sama sekali imbesil. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan
stabilisasi semua gejala dengan segera.
2.9 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Penurunan suhu tubuh: hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi panas
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi GI
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi ventilasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
BMR yang lambat

DIAGNOSA
No NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Intoleransi aktivitas 1. Energi konservation  Aktiviti terapi
berhubungan dengan 2. Aktiviti tolerance 1. Kolaborasikan
kelemahan fisik 3. Self care: AD.rs dengan tenaga
4. Kriteria hasil: rehabilitasi medik
a. Berpartisipasi dalam dalam merencanakan
aktifitas fisik tanpa program terapi yang
disertai peningkatan tepat
tekanan darah, nadi 2. Bantu klien untuk
dan RR mengidentifikasi
b. Mampu melakukan aktifitas yang mampu
aktifitas sehari-hari dilakukan
(ADLS) secara 3. Bantu untuk memilih
mandiri aktifitas konsisten
c. Tanda-tanda vital yang sesuai dengan
normal kemampuan fisik,
d. Energi fisikomotor psikologi dan sosial
e. Level kelemahan 4. Bantu untuk
f. Mampu berpindah mengidentifikasi dan
dengan atau tanpa mendapatkan sumber
bantuan alat yang diperlukan
g. Status untuk aktifitas yang
kardiopulmunari diinginkan
adekuat 5. Bantu untuk
h. Sirkulasi status baik mendapatkan alat
i. Status respirasi, bantu aktifitas seperti
pertukaran gas dan korsi roda
fentilasi adekuat 6. Bantu untuk
mengidentifikasi
untuk aktifitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan waktu luang
8. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
9. Sediakan pengobatan
pasif bagi yang aktif
beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motifasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual..
2 Penurunan suhu tubuh: NOC NIC
hipotermia berhubungan Kriteria hasil: 1. temperature regulation
dengan penurunan  Suhu tubuh dalam batas 2. monitor suhu setiap dua
produksi panas normal jam
Batasan karakteristik  Nadi dan pernapasan 3. monitor tekanan
 Suhu tubuh dibawah dalam rentang normal darah,nadi dan
normal, kulit dingin, pernafasan
hiperttensi,pucat,me 4. monitor warna dan
nggigil,takikardi suhu kulit
Faktor yang 5. tingkatkan intake cairan
berhubungan: 6. selimuti pasien untuk
Penuaan, konsumsi mencegah kehilangan
alkohol,kerusakan hangat nya tubuh
hipotalamus,penurunan 7. diskusikan tentang
laju metabolisme,tidak pengaturan suhu
beraktifitas,malnutrisi, 8. berikan antipiretik jika
trauma perlu
9. Vital sign monitoring:
 monitor TTV
 auskultasi tekanan
darah pada kedua
lengan dan
bandingkan monitor
TTV
setelah,sebelum dan
selama aktifitas
 monitor kualitas nadi
 monitor irama
pernafasan
 monitor suhu,warna
dan kelembaban
kulit
 identifikasi
perubahan ari tanda-
tanda vital
3 Konstipasi berhubungan NOC NIC
dengan penurunan Kriteria hasil: Constipation
fungsi GI  Mempertahankan feces 1. monitor tanda dan
Batasan karakteristik: lunak setiap1-3 hari gejala,bising
Nyeri abdomen,  bebas dari usus,feces
anoreksia, feces tampak ketidaknyamanan dan frekuensi,volume,kosu
darah, perubahan pada konstipasi ltasi dengan dokter
pola defekasi,  mengidentifikasi tentang pendekatan
penurunan volume indikator untuk dan penurunan bising
feces, rasa rektal penuh, mencegah konstipasi usus
keletihan umum, feces  Feces lunak den 2. identifikasi faktor
keras dan berbentuk, berbentuk penyebab
salit kepala, bising usus 3. dukung intake cairan
hiperaktif dan hipoaktif, 4. pantau tanda dan
nyeri pada saat defekasi, gejala konstipasi
perkusi abdomen pekak, 5. memantau bising usus
muntah. 6. jelaskan etiologi
Faktor yang masalah untuk
berhungan: tindakan kepada
Fungsional pasien
 kelemahan otot 7. menyusun jadwal ke
abdomen toilet
 kebiasaan defekasi 8. mendorong
tidak teratur meningkatkan asupan
Psikologis: cairan kecuali di
 depresi kontraindikasi
 stress 9. anjurkan pasien atau
 emosi keluarga untuk
Mekanis: mencatat keadaan tinja

 ketidakseimbangan 10. anjurkan klien untuk

elektroli diet tinggi serat

 obesitas 11. timbang BB pasien

 kemooroid secara teratur


12. ajarkan pasien atau
 tumor
keluarga tentang
Fisiologis:
proses pencernaan
 perubahan pola
yang normal
makan
 asupan cairan dan
serat tidak cukup
 dehidrasi
 kurangnya higine
oral
4 Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas berhubungan Kriteria hasil: Airway manageman:
dengan depresi ventilasi  Mendemonstrasikan 1. Buka jalan nafas
Batasan karakteristik batuk efektif dan suara 2. Posisikan pasien untuk
 Perubahan kedalaman nafas yang bersih memaksimalkan
pernafasan  Menunjukkan jalan fentilasi
 penurunan tekanan nafas yang paten 3. Identifikasi perlunya
ekspirasi ,penuranan  Tanda-tanda vital alat jalan nafas
ventilasi seminit. dalam rentang normal bantuan
 Penurunan kapasitas 4. Lakukan fisioterapi
vital. dada jika perlu

 Dipneu 5. Keluarkan sekret

 peningkatan diameter dengan batuk atau


saction
anterior posterior 6. Auskultasi suara nafas
 fase expirasi 7. Atur intex untuk
memanjang cairan
 takipneu mengobtimalkan
Faktor yang keseimbangan
berhubungan: 8. Monitor respirasi dan
 Ansietas O2

 Posisi tubuh 9. Pertahankan jalan

 Deformitas tulang nafas yang paten

dan dinding dada 10. Monitor peralatan dan

 Keletihan aliran oksigen


11. Monitor adanya
 Gangguan
kecemasan pasien
muskuloskeletal
Vital sign monitoring
 Obesitas
1. Pantau TTV
 Nyeri
2. Monitor suara paru
3. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
5 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Kriteria hasil: Nutrition manageman:
kebutuhan tubuh  BB meningkat 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan  BB ideal sesuai dengan makanan
laju BMR yang lambat tinggi badan 2. Kolaborasi dengan
Batasan karakteristik:  Mengidentifikasi ahli gizi
 Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien
 Menghindari  Menunjukkan untuk meningkatkan
makanan peningkatan fungsi protein dan vitamin c
 BB menurun mengecap dan menelan 4. Berikan makanan

 Diare yang terpilih

 Kehilangan rambut 5. Ajarkan pasien

berlebihan membuat catatan

 Bising usus hiperaktif makanan harian


6. Monitor jumlah
 Membran mukosa
pucat nutrisi dan kandungan
 Tonus otot menurun kalori
 Sariawan di rongga Nutrisi monitoring
mulut 1. BB pasien dalam
 Kelemahan otot untuk batas normal
mengunyah dan 2. Monitor adanya
menelan pengaruh BB
Faktor yang 3. Monitor lingkungan
berhubungan: selama makan

 Biologis 4. Jadwalkan

 Ekonomi pengobatan dan

 Ketidak mampuan tindakan tidak selama

untuk mengabsobsi jam makan

nutrisi 5. Monitor kulit kering


dan perubahan
 Ketidak mampuan
pikmentasi
untuk mencerna
6. Monitor keadaan
makanan
rambut
 Ketidak mampuan
7. Monitor mual
menelan makanan
muntah
 Faktor psikologis
8. Monitor keadaan
mata
9. Catat adanya udema,
hiperemik, hipertonik,
papila lidah dan
kafitas oral
10. Catat warna lidah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak 4 hari yang
lalu seperti tertekan benda berat dibagian dada, timbul saat bernafas dan beraktifitas,
terdapat benjolan dileher, pasien mengatakan belum BAB selama 4 hari yang lalu,
tidak ada nafsu makan, suaranya sudah seminggu ini parau.
Hasil pemeriksaan didapat TD : 90/60 mmHg, Nadi : 64x/menit, Suhu : 37,3 oC,
RR: 25x/menit, wheezing (+), Hasil Rontgen : Efusi Pleura, Hasil pemeriksaan
laboratorium :
 HB : 8 g/dl
 T3 : 0,15 mg/dl
 T4 : 0,2 ug/dl
 TSH : 5,00 u1U/ml
3.2 Asuhan Keperawatan
a. Keluhan Utama : pasien mengeluh sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Seorang wanita berusia 28 tahun datang dengan keluhan sesak 4 hari yang lalu
seperti tertekan benda berat dibagian dada, timbul saat bernafas dan beraktifitas,
merasakan nyeri pada leher seperti ditusuk-tusuk, skala 6, timbul saat dibuat untuk
menelan, tidak ada nafsu makan 1 porsi hanya habis 4 sendok, kesehariannya
tidak suka makan asin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan
keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
d. Riwayat Kesehataan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau
menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit
keturunan.
e. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
1. B1 (Breathing)
 Inspeksi :
- Bentuk dada simetris
- Gerakan dinding dada dextra dan sinistra simetris
- Frekuensi pernafasan 25x/menit
- Tidak terdapat lesi
 Palpasi :
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Tidak terdapat emfisema subkutis
- Ekspansi dada anterior posterior terangkat, bergerak bebas
sesuai irama pernafasan
- Fremitus vocal : getaran terasa oleh kedua telapak tangan
- Taktil fremitus : bunyi dinding dada terdengar
 Perkusi :
- Anterior dan posterior terdengar bunyi sonor
 Auskultasi :
- Wheezing (+) anterior thorax
- Terdengar bunyi bronchial diatas trakea
2. B2 (Blood)
 Inspeksi :
- Tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi
- Irama jantung : 64x/menit, regular
 Palpasi :
- Tidak terdapat peningkatan JVP
- Tidak terdapat thrill
- Iktus cordis pada ICS 5, CRT < 2 detik
 Perkusi :
- Tidak terdapat pembesaran jantung
- Suara dullness pada area jantung
- Redup pada jantung
 Auskultasi :
- S1 dan S2 normal
- Tidak ada bunyi jantung tambahan
3. B3 (Brain)
 Inspeksi :
- Compos mentis, GCS 4,5,6
- Tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan disekitar kepala
4. B4 (Bladder)
 Inspeksi :
- Tidak terpasang kateter
- Warna urin : kuning kecoklatan
- Tidak terdapat distensi kandung kemih
 Palpasi :
- Tidak ada benjolan pada abdomen, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Timpani
5. B5 (Bowel)
 Inspeksi :
- Tidak ada lesi, tidak ada kelainan atau benjolan
 Palpasi :
- Abdomen tidak asites
- Nyeri tekan pada kuadran kiri atas, daerah epigastrium
dibawah processus xifoideus, skala 6
 Perkusi :
- Suara timpani, pekak pada daerah hepar
 Auskultasi :
- Bising usus : 4x/menit, interval teratur
6. B6 (Bone)
 Inspeksi :
- Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm
- Ekstremitas bawah : tidak terpasang alat bantu
- Kekuatan otot : 4 4
44
 Palpasi : tidak ada gangguan

f. Analisis Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Defisiensi iodium Ketidakefektifan
 Pasien mengeluh pola nafas
sesak 4 hari yang Penekanan produksi HT
lalu seperti
tertekan benda TSH merangsang kelenjar
berat dibagian tiroid untuk mensekresi
dada skala 6
timbul saat Kelenjar tiroid membesar
bernafas dan
beraktifitas Akumulasi proteoglikan
DO : hidrophilik dirongga
 Terdapat interstisial
pembesaran di
leher Akumulasi cairan dirongga
 TTV : pleura
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64x/menit Penurunan ekspansi paru
RR : 25x/menit,
dangkal Sesak nafas
 Wheezing (+)
 Hasil foto thorax : Ketidakefektifan pola nafas

efusi pleura

g. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa Intervensi
No Tujuan
Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakuakan  Mendemonstra Airway
pola nafas tindakan sikan batuk management
berhubungan keperawatan selama efektif dan 1. Buka jalan
dengan depresi 1x24 jam diharapkan suara nafas nafas
ventilasi masalah keperawatan yang bersih 2. Posisikan
DS : pola nafas tidak  Menunjukkan pasien untuk
 Pasien efektif dapat teratasi jalan nafas memaksimalk
mengeluh sesak yang paten an fentilasi
4 hari yang lalu Tanda-tanda 3. Identifikasi
seperti tertekan vital dalam perlunya alat
benda berat rentang normal jalan nafas
dibagian dada bantuan
skala 6 timbul 4. Lakukan
saat bernafas fisioterapi
dan beraktifitas dada jika
DO : perlu
 Terdapat 5. Keluarkan
pembesaran di sekret dengan
leher batuk atau
 TTV : saction
TD : 90/60 6. Auskultasi
mmHg suara nafas
Nadi : 7. Atur intex
64x/menit untuk cairan
RR : mengobtimalk
25x/menit, an
dangkal keseimbangan
 Wheezing (+) 8. Monitor

 Hasil foto respirasi dan

thorax : efusi O2

pleura 9. Pertahankan
jalan nafas
yang paten
10. Monitor
peralatan dan
aliran oksigen
11. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
Vital sign
monitoring
1. Pantau TTV
2. Monitor suara
paru
3. Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan

h. Impementasi
Diagnosa
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi TTD
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Senin, 1. Melakukan observasi
pola nafas 6 Maret 2017 TTV
berhubungan 2. Berikan terapi O2
dengan depresi 3. Bantu pasien untuk
ventilasi mencoba menelan
makanan
4. Ajarkan pasien untuk
beraktivitas secara
bertahap
5. Anjurkan pasien untuk
posisi yang lebih
nyaman, misalnya
: posisi semifowler
(Peninggian kepala
tempat tidur, posisi
setengah duduk)
6. Kolaborasikan dengan
tim medis lain
7. Lakukan pemeriksaan
laboratorium
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipotiroidisme merupakan penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai
akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.
Penyebab terjadinya hipotiroidisme seperti malfungsi hipotalamus dan
hipofisis anterior, malfungsi kelenjar tiroid,sebab-sebab bawaan (kongenital),
pengobatan yodium radio aktif, induksi obat-obatan, tiroiditis limfositik menahun,
tiroidektomi, defisiensi yodium (gondok endemik).
Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada klien hipotiroidisme seperti wajah
seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher dan lidah tebal,
perlambatan daya pikir dan gerakan yang lambat, penurunan frekuensi denyut
jantung, pembesaran jantung, dan penurunan curah jantung, pembengkakan dan
edema kulit, terutama dibawah mata dan pergelangan kaki, penurunan kecepatan
metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan, dan penurunan
penyerapan zat gizi dari saluran pencernaan, keluaran urine menurun, konstipasi,
perubahan-perubahan dalam sistem reproduksi, kulit kering dan bersisik serta rambut
kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan endokrin. Jakarta: Kedokteran.


EG
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC
Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:Kedokteran.
EGC
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC

S-ar putea să vă placă și