Sunteți pe pagina 1din 14

Evaluasi Pelaksanaan Program Deteksi Dini Kanker Serviks

dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Deteksi Dini Kanker Payudara
dengan Metode Clinical Breast Examination (CBE)

Ulva Nurul Fajriyah1Rizky Amelia2 Dhita Aulia Octaviani3


1,2,3
PoltekkesKemenkes Semarang

Corresponding author: Rizky Amelia

Email: rizkyamelia81@yahoo.com

Received: February 27th, 2019; Revised: April19th, 2019; Accepted:April 25th, 2019

ABSTRACT

Cancer is the number two cause of death in the world. 10 types of cancer in Indonesia, breast
cancer ranks first (21.69%) followed by cervical cancer (17%). To prevent the disease, The Government
launched an early detection program of cervical cancer with Visual Acetic Acid Inspection Method and
early detection of breast cancer by Clinical Breast Examination. The region of Central Java especially
Semarang Regency from 159.621 women of childbearing age only 771 (0.44%) examined. Therefore
need to be evaluated as measured on the basis of indicators of inputs, process, outputs.The researche aims
to evaluated the implementation of early detection program of cervical cancer with Visual Acetic Acid
Inspection Method and early detection of breast cancer with Clinical Breast Examination Method at
Public Health Centreworking areas of Semarang Regency. This research was evaluated of the program,
namely the formative evaluation. The research design used descriptive analytics using Mixed Method
Sequential Explanatory which there Sequential Mixed Method. The results of this research showed that
from the input components, that was 100% of Health Centreworking areas of Semarang Regency has
excellent value. On the process components rated 88.5% very good, 11.5% good. On the component
Output there were 15.4% Public Health Centre very good, 7.7% good, 26.9% enough, 46.2% less, and
3.8% very less.The research concluded was that inputs of the programs that rated very good not
necessarily produce outputs very good as well, it was influenced by the rated of process. Therefore,
suggestions for the implementation of the program in order to further improve the socialization and
advocated, the implementation was done more regularly so that the motivation of the people will be
increase, and than conducting periodic monitoring.

Keyword : Cervical Cancer; Visual Acetic Acid Inspection Method; Breast Cancer; Clinical Breast Examination

Pendahuluan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar


68.638 orang (Depkes RI, 2016).
Kanker merupakan penyebab kematian Jenis kanker tertinggi pada perempuan
nomor dua di dunia. Kanker adalah pertumbuhan adalah kanker payudara dan kanker serviks.
yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah
berubah menjadi ganas. Sel-sel tersebut dapat tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara
tumbuh lebih lanjut dan menyebar ke bagian tubuh yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali
lainnya serta menyebabkan kematian (Depkes RI, sehingga dapat menyebar di antara jaringan atau
2016). organ di dekat payudara atau bagian tubuh lainnya
Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2016). Berdasarkan program
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor atau Surveillance, Epidemiology, and End Results
kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk (SEER) yang dilakukan National Cancer Institutte
atau sekitar 347.792 orang. Prevalensi kanker (NCI) insidensi kanker payudara meningkat seiring
tertinggi terdapat di DI Yogyakarta, yaitu sebesar dengan pertambahan usia. Diperkirakan 1 dari 8
4,1‰. Berdasarkan estimasi jumlah penderita wanita mengalami perkembangan penyakit kanker
kanker, Jawa Tengah merupakan provinsi dengan payudara sepanjang hidupnya.

56
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
Indonesia merupakan negara berkembang leher rahim dan kanker payudara. Program deteksi
yang mempunyai insiden kanker cukup tinggi. dini dilakukan sejak tahun 2008 dengan target
Berdasarkan data SIRS (Sistem Infomasi Rumah program 80% perempuan berusia 30-50 tahun.
Sakit) tahun 2007 dari sepuluh data jenis kanker Namun, dalam pelaksanaannya muncul berbagai
terbanyak di Indonesia, kanker payudara kendala seperti terbatasnya tenaga terlatih dan
menempati urutan pertama dengan angka kejadian fasilitas penunjang (Kementerian Kesehatan,
(21,69%) dilanjutkan dengan kanker 2015).
servikssebanyak (17%) (Rasjidi, 2009). Pada tanggal 21 April 2015 Ibu Negara
Berdasarkan tingginya angka kejadian dan mencanangkan program nasional peningkatan
angka kematian akibat kanker payudara dan kanker peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
serviks, Kementerian kesehatan RI telah deteksi dini kanker pada perempuan di Indonesia
mengembangkan program deteksi dini kanker yang akan berlangsung 5 tahun dan diharapkan
payudara dengan metode CBE (Clinical Breast pada tahun 2019 jumlah WUS (Wanita Usia
Examination) dan deteksi dini kanker serviks Subur) yang dilakukan deteksi dini mencapai 50%.
dengan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) Hal tersebut tentu mampu meningkatkan capaian
yang disertai dengan kebijakan untuk memperkuat pembangunan kesehatan. Karena program tersebut
dan mendorong kepemilikan program pemerintah merupakan indikator keberhasilan pembangunan
daerah dalam pengendalian kanker. Program kesehatan yang tertuang dalam RPJMN (Rencana
tersebut melibatkan seluruh petugas kesehatan, Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan
memberdayakan stakeholders terkait dan Renstra Kemenkes th 2014-2019 (Dinas Kesehatan
masyarakat (Kemenkes RI, 2016). Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Metode IVA untuk deteksi dini kanker Data Ditjen P2P tahun 2016, di Indonesia
serviksdan metode CBE untuk deteksi dini kanker dari tahun 2007-2016 jumlah WUS yang dilakukan
payudara merupakan metode efektif dalam deteksi pemeriksaan IVA dan CBE sebanyak 1.925.943
dini kanker di negara berkembang. WHO WUS dengan IVA positif 73.453 WUS dan
merekomendasikan seluruh wanita yang aktif dicurigai kanker servikssebanyak 1.739 WUS.
berhubungan seks untuk melakukan deteksi dini Terdapat tumor payudara sebanyak 4.030 WUS
karena kunci keberhasilan program pengendalian dan curiga kanker payudara sebanyak 611 WUS
kanker adalah pada penapisan yang efektif dan (Kemenkes RI, 2016). Wilayah Jawa Tengah
penanganan sedini mungkin. Metode skrining dini yang merupakan wilayah dengan estimasi
kanker serviks dapat dilakukan melalui Tes Pap penderita kanker tertinggi, kegiatan IVA dan CBE
Smear jika usia lebih dari 50 tahun dan Inspeksi juga mulai dikembangkan sejak tahun 2007.
Visual dengan asam asetat (IVA) jika usia 30-50 Kegiatan tersebut dimulai dengan pelatihan yang
tahun (Rasjidi, 2009). terstandar untuk menghasilkan dokter dan bidan
IVA adalah metode baru deteksi dini kanker yang mampu melakukan deteksi dini kanker
leher rahim dengan mengoleskan asam asetat (3%- serviks dengan metode IVA dan kanker payudara
5%) ke leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka dengan metode CBE. Sampai dengan tahun 2015
akan terjadi perubahan warna menjadi agak telah dilaksanakan dengan sasaran WUS yaitu usia
keputihan pada leher rahim yang diperiksa Selain 30-50 tahun.
itu WUS (Wanita Usia Subur) diharapkan agar Jumlah WUS yang melakukan deteksi dini
selalu melakukan deteksi dini kanker payudara. di tahun 2014 adalah 47.304 atau 1,08%.
Dapat dilakukan secara mandiri (SADARI) yaitu Sedangkan di tahun 2015 jumlah tersebut menurun
periksa payudara sendiri ataupun melakukan menjadi 18.954 WUS atau 0,30%. Presentase
pemeriksaan CBE di tenaga kesehatan disaat hari tersebut masih sangat jauh dari target Jawa Tengah
ke 7-10 terhitung dari hari pertama menstruasi yaitu 10%, dan target nasional yaitu 50 %. Hal
(Rasjidi, 2009). tersebut tentunya juga diengaruhi oleh beberapa
Upaya deteksi dini kanker serviks telah wilayah yang belum melaporkan pemeriksaan IVA
menjadi program nasional dengan munculnya dan CBE termasuk wilayah Kabupaten Semarang
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. (Kemenkes RI, 2016).
430/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Kabupaten Semarang pada tahun 2015,
Pengendalian Penyakit Kanker. Kemudian belum melaksanakan kegiatan IVA dan CBE.
dilanjutkan dengan keluarnya SK MENKES No. Pelatihan IVA dan CBE di tahun 2015 baru diikuti
1163/MENKES/SK/2007 yaitu terbentuknya oleh satu orang dokter dari Puskesmas Jimbaran
kelompok kerja pengendalian penyakit kanker dan satu orang bidan dari Puskesmas Tuntang.

57
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
Kedua puskesmas tersebut diharapkan dapat mulai Metode Penelitian
melaksanakan pemeriksaan IVA mulai awal tahun
2016, sedangkan untuk Pukesmas yang lain di Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi
tahun 2016 seksi SDM Dinas Kesehatan Provinsi program yang digunakan untuk mengetahui
Jawa Tengah mulai memfasilitasi pelatihan IVA seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan
dan CBE dengan mengadakan kegiatan workshop seberapa jauh tujuan tercapai. Jenis penelitian
deteksi dini kanker leher rahim dan kanker evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi formatif.
payudara yang diharapkan setelah diberi pelatihan Evaluasi formatif lebih menekankan dan untuk
mampu melakukan kegiatan deteksi dini tersebut memperbaiki objek yang diteliti, dengan cara
(Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015) menilai kualitas pelaksanaan program, input dan
Berdasarkan data dari Seksi P3KLB di tahun sebagainya. Selain itu evaluasi tersebut digunakan
2016, jumlah WUS yang dilakukan pemeriksaan untuk mendapat feedback dari suatu aktifitas dalam
IVA dan CBE sebanyak 711 WUS dari 159.621 bentuk proses, sehingga dapat digunakan utuk
WUS, atau 0,44%. Hasil IVA positif sejumlah 38 meningkatkan kualitas program (Sugiyono, 2014).
WUS (5,34%), dan terdapat tumor pada 3 WUS Desain penelitian yang digunakan adalah
(0,42%). Presentase WUS yang dilakukan IVA dan deskriptif analitik menggunakan metode
CBE tentunya masih sangat jauh dari target (Dinas kombinasi atau Mixed Method. Menurut
Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015). (Sugiyono, 2011) metode penelitian kombinasi
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Mixed Method) adalah suatu metode penelitian
di Puskesmas Andalas, untuk meningkatkan yang mengkombinasikan atau menggabungkan
cakupan IVA dan CBE, sosialisasi kepada antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif
masyarakat perlu ditingkatkan agar masyarakat untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu
memiliki pengetahuan yang baik, menumbuhkan kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang
kesadaran dan kemauan untuk melakukan lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif.
pemeriksaan IVA (Hoki, 2017). Selain itu untuk Metode kombinasi yang digunakan adalah
mengetahui keberhasilan dan juga hambatan suatu Sequential Explanatory yang terdapat pada
kegiatan, dibutuhkan adanya kegiatan evaluasi. bagianSequential Mixed Method. Dalam metode ini
Evaluasi kegiatan program kesehatan bertujuan pada tahap pertama, peneliti menggunakan metode
untuk meningkatkan sumber daya yang ada di kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan
bidang kesehatan masyarakat secara maksimal metode kualitatif. Hal ini bertujuan untuk
melalui pengembangan suatu sistem yang efektif memperkuat hasil penelitian kuantitatif pada tahap
dan efisien yang diukur berdasarkan indikator pertama (Creswell, 2010)
input, proses, dan output (Direktorat Jenderal Pendekatan kualitatif digunakan sebagai
Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan, 2015) konfirmasi untuk memperkuat data kuantitatif
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang sehingga dapat mengungkapkan peristiwa-
diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian peristiwa riil di lapangan, juga dapat
yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program mengungkapkan nilai-nilai yang tersembunyi
Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode (hidden value), lebih peka terhadap informasi-
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Deteksi informasi yang bersifat diskriptif dan berusaha
Dini Kanker Payudara dengan Metode Clinical mempertahankan keutuhan obyek yang diteliti dan
Breast Examination (CEB)” yang akan untuk metode pendekatan kualitatif yang dipakai
dilaksanakan di Puskesmas Wilayah Kabupaten penelitian adalah menggunakan metode wawancara
Semarang. mendalam.
Tujuan penelitian ini adalahUntuk Metode pengambilan sampel kuantitatif
mengevaluasi pelaksanaan program deteksi dini dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
kanker serviks dengan metode IVA dan deteksi Sampling adalah teknik pengambilan sampel sama
dini kanker payudara dengan metode CBE di dengan populasi (Sugiyono, 2010). Alasan
Puskesmas Wilayah Kabupaten Semarang. mengambil total sampel karena menurut
Manfaat yang dirahapkan, penelitian ini (Sugiyono, 2010) jumlah populasi yang kurang
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atau dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
rekomendasi yang berguna untuk mendukung/ penelitian semuanya. Sampel yang digunakan oleh
meningkatkan program deteksi dini kanker serviks penelitian ini adalah 26 bidan penanggung jawab
dengan metode IVA dan deteksi dini kanker program IVA dan CBE di masing masing
payudara dengan metode CBE. Puskesmas Wilayah Kabupaten Semarang. Metode

58
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
pengambilan sample kualitatif dengan Tabel 2
menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Sample Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan
kualitatif yang dijadikan sebagai informan adalah tingkat pendidikan pada Bulan Maret Tahun 2018
penanggung jawab program IVA dan CBE Dinas di Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang.
Kesehatan Kabupaten Semarang, dua bidan Tingkat Pendidikan f %
pelaksana program IVA dan CBE Puskesmas, dua D III 10 38,5
Kepala Puskesmas dan empat WUS yang ada di D IV/ S I 16 61,5
wilayah Kabupaten Semarang. S II 0 0,0
Instrumen dalam penelitian ini adalah Total 26 100
lembar penilaian, lembar observasi dan pedoman Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa 38,5%
wawanca. Lembar penilaian yang digunakan diuji atau 10 orang responden memiliki pendidikan
validitasnya menggunakan Expert Judgement, terakhir DIII, 61,5 % atau 16 orang responden
kemudian diolah menggunakan metode Aiken’s memiliki pendidikan terakhir D IV.
V,dan hasilnya terbukti valid. Kemudian diuji
kembali dengan uji reliabilitas menggunakan ICC Tabel 3
(Intraclass Correlation Coefficients). Hasil yang Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan
didapatkan adalah 0,730, Sehingga dapat masa kerja pada Bulan Maret Tahun 2018 di
disimpulkan bahwa lembar penilaian peneliti Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang.
reliabel karena hasil perhitungan lebih dari 0,6
Masa Kerja (Tahun) f %
(Sugiyono,2011)(Suharsimi,2008)
Etika dalam penelitian ini menggunakan <20 0 0
Informed Consent, Anonimity, Confidentiality 20-25 16 61,5
(Kerahasiaan), Beneficience (Manfaat), Non- >25 10 38,5
Maleficence dan menggunakan Etichal Clearance Total 26 100
sebagai bukti kelayakan penelitian yan diterbitkan Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa 0%
oleh Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan responden yang masa kerjanya <20 tahun, 61,5 %
Semarang. atau 16 orang responden memiliki masa kerja 20-
25 tahun, dan 38,5% atau 10 orang responden
Hasil dan Pembahasan memiliki masa kerja <25 tahun.

Karakteristik Responden Tabel 4


Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan
Tabel 1 lama bekerja sebagai penanggung jawab program
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan pada Bulan Maret Tahun 2018 di Puskesmas
umur pada Bulan Maret Tahun 2018 di Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang.
Wilayah Kerja Kabupaten Semarang.
Usia (Tahun) f %
Usia (Tahun) f % <1 14 53,8
<45 1 3,8 1-2 11 42,3
45-50 24 92,3 >2 1 3,8
>50 1 3,8 Total 26 100
Total 26 100 Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa 53,8%
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa 3,8% atau 14 responden memiliki masa kerja sebagai
responden berusia <45 tahun, 92,3% berusia 45 penanggungjawab program <1 tahun, 42,3% atau
sampai dengan 50 tahun, dan 3,8% berusia >50 11 responden selama 1-2 tahun, dan 3,8 atau 1
tahun. responden >2 tahun.

Analisis Penilaian Input, Proses dan Output


59
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
tahun 2016 diikuti oleh 10
Tabel 5 puskesmas di wilayah kabupaten
Distribusi Penilaian Input, Proses, Output Program semarang. Kemudia disusul di
IVA dan CBE pada Bulan Maret Tahun 2018 di tahun 2017 16 puskesmas yang ada
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang. di wilayah Kabupaten Semarang.
Komponen Hasil Penilaian f % Pelatihan tersebut diikuti oleh 1
Input Sangat Baik 26 100 bidan dan 1 dokter dari masing
Baik 0 0 masing puskesmas. Pelatihan
Cukup 0 0 dilakukan dengan bekerjasama
Kurang 0 0 dengan POGI. Selain itu setelah
Sangat Kurang 0 0 diberi pelatihan dinas kesehatan
Proses Sangat Baik 23 88 memberikan perlengkapan sarana
prasarana seperti alat dan
Baik 3 12
sebagainya secara lengkap.”
Cukup 0 0
“Kemudian untuk pembiayaan
Kurang 0 0
pengadaan barang semua
Sangat Kurang 0 0 bersumber pada anggran dinas
Output Sangat Baik 4 15,4 kesehatan, dan untuk pemeriksaan
Baik 2 7,7 oleh masyarakat di cover oleh BPJS
Cukup 7 26,9 kesehatan, sehingga pelayanan
Kurang 12 46,2 tersebut geratif tanpa dipungut
Sangat Kurang 1 3,8 biaya.”
Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa 2a “Kebijakan di puskesmas sudah
hasil penilaian komponen input di Puskesmas diberikan.......”
Wilayah Kerja Kabupaten Semarang adalah 100% “SDM sudah ada ada dokter H dan
sangat baik. Hasil penilaian komponen proses di bu N..”
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang “Sarana prasarana sudah dibawakan
mayoritas bernilai sangat baik yaitu 88% dari 100 dari dinas kesehatan, pengadaan
%. Dan hasil penilaian komponenoutput di dari dinas kesehatan, biaya
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang pemeriksaan gratis”
bervariasi. Namun penilaian terbanyak adalah 12% “Anggaran menyesuaikan sana
puskesmas hasilnya kurang. (dinas kesehtan)
2b “Untuk kebijakan puskesmas
a. Analisis Kualitatif mengikuti arahan dari Dinas
Kesehatan. Setelah dicanangkannya
Tabel 6. program pemeriksaan IVA oleh Ibu
Hasil studi kualitatif vaiabel input Iriyana Jokowi pada tahun 2015,
Informan Pernyataan puskesmas mengikuti pelatihan dan
1a “Kebijkan Dinas Kabupaten arahan yang diberikan oleh dinas
Semarang merupakan kelanjutan kesehatan”.
kebijakan dari Dinas Kesehatan “Puskesmas B mengikuti pelatihan
Provinsi dan Dinas Kesehatan di tahun 2016, kami merupakan
Pusat. Tentunya program IVA puskesmas 10 pertama yang
harus dilaksanakan. Untuk mengikuti peatihan”
peraturan seperti Undang-Undang “Untuk sarana prasarana pengadaan
kami mengikuti panduan dari pusat, dari dinas kesehatan akan tetapi
dan peraturan tersebut diberikan puskesmas bekerja sama dengan
kepada tenaga yang dilakukan pihak terkait untuk pengadaan
pelatihan dan disosialisasikan peralatan tambahan”
kepada tenaga kesehatan terkait di “Biaya pemeriksaan pada
Kabuaten Semarang”. masyarakat gratis, dan dana sudah
“Nah...bagaimana kegiatannya?” sesuai dengan anggaran dinas
“Kami melakukan pelatihan kesehatam dan uskesmas”
pelatihan IVA dan CBE yang pada 3a “Kebijakan yang ada sesuai dengan

60
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
peraturan yang diberikan dan “Kegiatan evaluasi selalu
menggunakan UU terbaru sebagai dilakukan”.
acuan” 2b “Proses sosialisasi terus kami
“Untuk SOP kita sudah ada, semua lakuakan... biasanya yang action
perlengkaan sudah diberikan oleh bidan bidan di desa..kemudian
dinas kesehatan.” advokasi juga terus dilakukan.
3b “Kebijakan telah ada, sarana Karena wilayah Puskesmas B
prasarana sudah lengkap, tinggal merupakan wilayah industri disini
masyarakatnya yang belum mau kami bekerja sama dengan pabrik
datang.” pabrik yang ada. Ternyata pabrik
Berdasarkan tabel 6, dapat disimpulkan pabrikpun membutuhkan kita tanpa
bahwa seluruh informan berpendapat indikator kita harus kesana terlebih dahulu.
input yang ada di Kabupaten Semarang sudah Mereka meminta kita datang dan
sesuai. Bahwa kebijakan sudah sesuai, di setiap melakukan pemeriksaan pada
Puskesmas sudah mempunyai tenaga terlatih dan pegawainya. Jadi memang harus
tersertifikasi IVA dan CBE. Kemudian untuk ada sedikit tekanan dari pihak
sarana prasarana sudah lengkap dan peralatan pimpinan agar karyawan mau
berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten mengikuti pemeriksaan IVA.”
Semarang. Selain itu pendanaan berasal dari “Untuk pelaksanaan pemeriksaan di
anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten dan biaya puskesmas terjadwal 1 minggu
pemeriksaan adalah geratis untuk seluruh WUS sekali, namun pemeriksaan juga
yang ada di wilayah Kabupaten Semarang. Hal fleksibel. Misalkan ada yang
tersebut tentunya sesuai dengan hasil penilaian pasang IUD kita IVA dulu, sedang
indikator input yaitu “Sangat Baik”. hari emeriksaan khusus IMS/PMS
kita IVA dulu, jadi tidak terpaku
Tabel 7. Hasil studi kualitatif vaiabel Proses ada jadwal. Kalau untuk mobile
Informan Pernyataan kita keliling ke masyarakat dan
1 “Kegiatan advokasi kami lakukan” pabrik pabrik.”
“Kegiatan sosialisasi juga terus “Untuk kegiatan monitoring dan
menerus dilakukan. Kemarin evaluasi baru menjalankan sebulan
sempat karna Bupati kita adalah sekali, namun pelaporan dan
seorang SpOg beliau sempat pencatatan tetap dikerjakan di setia
memberikan penyuluhan kepada akhir bulan.”
organisasi darmawanita dinas 3a “Walaupun IVA ini sudah
kesehatan.” dicanangkan tapi saya yakin
“Untuk pelaksanaannya mengikuti masyarakat belum banyak yang tau
standar pelayanan yang ada, sehingga perlu lebih
seharusnya dilakukan secara rutin disosialisasikan lagi. Kalau di
minimal 1 minggu sekali. Selain itu Puskesmas B sosialisasi sudah
juga dilakukan ketika ada eringatan sangat sering... dan untuk
hari hari tertentu” mensiasati agar masyarakat mau
“Kegiatan monev dilakukan setiap periksa, saat sosialisasi kita
bulan, pelaporan dan pencatatan sekaligus mebawa peralatan yang
juga dikerjakan di setiap bulan”. ada.”
2a “Advokasi, sosialisasi sudah “Untuk laporan dan pencatatan
dilakukan....tapi ya bagaimana di dilakukan setiap 1 bulan sekali”
daerah sini kan darah banyak santri 3b “Ya..sosialissi sudah, tapi ya karena
jadi masih banyak yang tabu. masyarakat banyak yang tabu ya
Kecuali kalau Kyainya sini sudah jadinya belum ada yang
boleh atau mengharuskan mungkin periksa...ditambah lagi deengan
pada mau brangkat” dokternya di puskesmas itu laki –
“Untuk pelaksanaan dan laki ya tambah pada ga mau.”
pemeriksaan saat ini belum ada 4a “Saya belum pernah periksa IVA
masyarakat yang periksa” dan belum tau tentang IVA”

61
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
“Belum pernah diberi penyuluhan IVA dan CBE seerti yang disampaikan oleh
tentang IVA kalau kanker sudah” informan 2a :
“Bu RT juga tidak pernah bicara “Advokasi, sosialisasi sudah
tentang IVA” dilakukan....tapi ya bagaimana di daerah sini kan
4b “Saya sudah pernah dieriksa IVA di daerah banyak santri jadi masih banyak yang tabu.
kalimantan, tempat tinggal saya Kecuali kalau Kyainya sini sudah boleh atau
dulu. Dan selama 2 tahun saya mengharuskan mungkin pada mau brangkat”.
disini saya belum ernah dapat Dengan demikian proses sosialisasi dan advokasi
soaialisasi tentang IVA. Berbeda khususnya untuk tokoh masyarakat harus lebih
dengan di kalimantan disana saya ditingkatkan.
dan suami diwajibkan untuk ikut 1) Tabel 7. Hasil studi kualitatif vaiabel Output
jika ada sosialisasi kesehatan Informan Pernyataan
reproduksi” 1 “Cakupan pemeriksaan IVA terus
4c “Saya tau IVA dari penyuluhan bu bertambah nanti bisa dicek di data
bidan waktu PKK. Bu RT waktu itu yang ada”.
juga sempat menyampaikan tentang 2a “Ya cakupan di Puskesmas S masih
pencegahan kanker leher rahim dan 0 ya karena itu tadi kendala muncul
payudara. Cuma ya itu Mbak saya dari masyarakat yang belum mau
belum periksa tidak ada yang untuk periksa, karena masih tabu
nganter ke puskesmas karena suami dan sebaginya. Ya sehingga yang
saya dari pagi sampai sore kerja erlu dilakukan memang
dan saya masih punya anak kecil. meningkatkan sosialisasi, advokasi,
Mau saya ajak takut rewel. Tapi dan kerjasama dengan PKK, kader
waktu itu setelah penyuluhan ada dan sebaginya.”
pemeriksaan tapi ya dibatasi 2b “Alhamdulillah cakupan terus
jumlahnya. Saya nomer terakhiran bertambah...artinya banyak
jadi belum bisa periksa. Tapi masyarakat yang termotivasi untuk
katanya bu bidan, bidan desa sini periksa karena sosialisasi yang kita
bulan depan ada petugas yang berikan serta pengaruh dari
datang ke puskesmas desa buat pendekatan pendekatan dan proses
meriksa. advokasi tentunya.”
4d “Ya saya pernah periksa IVA satu 3a “Untuk Cakupan ya terus naik,
kali Mbak. Saya periksanya di karena yang eriksa juga semakin
Puskesmas waktu mau pasang bertambah ditambah lagi kerjasama
spiral. “ kita dengan pabrik juga banyak.
“Sebelumnya juga sudah tau IVA Sehingga banyak orang yang ingin
dari bu bidan puskesmas Mbak, tau apa itu IVA , bagaimana IVA
waktu kumpulan Kader di dan sebagainya. Tentunya dengan
Puskesmas.” keingintahuan itu masyarakat jadi
“Ya ada pemeriksaan kanker leher termotivasi untuk periksa IVA”
rahim, payudara dikasi penyuluhan. “Respon masyarakat, karyawan
Trus ya saya kalau ada PKK tak pabrik selama ini juga baik”
sampaikan bareng sama bu RW” 3b “Ya memang belum ada WUS yang
Berdasarkan tabel 7, bahwa di dapatkan mau periksa..jadi untuk mengatasi
hasil wawancara yang kurang sinkron dari itu ya meningkatkan sosialisasi,
Informan 2a, 3a, 4a, 4b yang dalam satu wilayah. meningkatkan kerjasama. Untuk
Bahwa proses advokasi dan sosialisasi yang nanti rencana minggu depan pihak
disampaikan oleh petugas sudah dilakukan, namun puskesmas akan melakukan
masih banyak manyarakat yang masih tabu dengan pemeriksaan pada tokoh tokoh
hal tersebut. Selain itu informasi, sosialisasi belum masyarakat dulu kemudia kader
merata, sehingga WUS tidak mengerti tentang IVA kader ibu ibu PKK. Setelah itu
dan CBE. Tokoh masyarakat sangat berpengaruh harapannya mereka mampu
dalam pelaksanaan program untuk meningkatkan mensiosialisasikan pemeriksaan
minat masyarakat dalam melakukan pemeriksaan IVA dan para WUS jadi termotivasi

62
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
periksa.” Berdasarkan tabel 4.16 di dapatkan
4a “Kalau pemeriksaan itu penting informasi bahwa cakupan pemeriksaan akan naik
saya mau periksa” jika semakin banyak WUS yang periksa. Dan
4b “Saya sudah pernah periksa, tapi untuk meningkatkan WUS periksa harus
kalau akan diadakan pemeriksaan memberikan penyuluhan, sosialisasi tentang
saya bersedia untuk ikut” kanker dan cara pencegahannya secara baik di
4c “Kanker leher rahim itu ya kanker dukung dengan media yang tepat.
yang menyerang leher rahim Pembahasan Input Pelaksanaan Program
peremuan. Kanker payudara juga Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA
penyakit yang menyerang payudara dan Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Metode
peremuan.” CBE.
“Kalau cara meriksanya wktu itu bu Input dalam pelaksanaan program IVA dan
bidan bilang...ini yang kanker leher CBE di Kabupaten Semarang dinilai “Sangat
rahim ya mb di kasih cuka. Kalau Baik”. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari
yang payudara kemarin diajarin penilaian indikator indikator yang ada seperti
SADARI.” Kebijakan, SDM, Sarana dan Prasarana serta Dana,
“Tujuan perika ya biar tau kita kena berikut penjelasannya:
kanker ndak kalau kena ya biar a. Kebijakan
cepet diobati” Kebijakan untuk pelaksanaan program IVA
“Periksa IVA ya penting ya dan CBE di Kabupaten Semarang sangatlah baik.
Mbak...Kalau ndak periksa ya ga Dari analisis kuantitatif 100% Puskesmas Wilayah
tau kita kena atau gak to, takute nek Kerja Kabupaten Semarang mendapat nilai
kena tapi ga tau.” “Sangat Baik”. Hal tersebut sesuai dengan hasil
“Saya itu mau baget periksa wawancara yang disampaikan oleh 5 informan.
Mbak...tapi ya itu waktune. Jadi ya Berikut cuplikan wawancara dari informan 1
paling bulan depan nunggu yang perihal kebijakan program IVA dan CBE di
meriksa ke puskesmas desa.” Kabupaten Semarang.
4d “Oh..ya Mbak..Kanker leher rahim “Kebijakan Dinas Kabupaten Semarang
itu kanker yang menyerang leher merupakan kelanjutan kebijakan dari Dinas
rahim, jadi harus waspada kalau Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Pusat.
keputihan banyak, bau, warnanya Tentunya program IVA harus dilaksanakan. Untuk
ijo, trus kalau hubungan itu bisa peraturan seperti Undang-Undang kami mengikuti
ngluarin darah. Kata bu bidan kalau panduan dari pusat, dan peraturan tersebut
sudah keluar darah begitu sudah diberikan kepada tenaga yang dilakukan pelatihan
parah Mbak. Kalau kanker dan disosialisasikan kepada tenaga kesehatan
payudara bisa periksa sendiri di terkait di Kabupaten Semarang”
rumah kalau habis mandi kan bersih Hasil wawancara tersebut juga sesuai
namya SADARI. Kalau ada dengan pendapat informan yang lain bahwa
benjolan, putingnya ngeluarin kebijakan Pemerintah Kabupaten Semarang telah
cairan. diberikan dan sesuai. Namun, hingga saat ini
“Kemarin waktu saya periksa itu belum ada peraturan yang membahas tentang
yang dibuka punya saya trus sanksi-sanksi dalam pelaksanaan IVA jika
ditutul, apa ya Mbak dikasi cuka. dilakukan dengan tidak sesuai. Hasil analisa
Trus dilihat sama bu bidan. Kata bu tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten
bidan saya keputihannya banyak. Semarang sudah terdapat peraturan daerah yang
Tai ya alhamdulillah Mbak kalau menerukan dari undang-undang negara, surat
gitukan cepet diobati. Coba kalau keputusan tentang pelaksanaan program IVA dan
ndak periksa Mbak, ndak tau kita CBE dan penetapan SOP. Hal tersebut sesuai
itu sehat apa engga to, jadinya ya dengan teori bahwa kebijakan adalah aturan tertulis
periksa itu penting. Payudaranya yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
juga di periksa di pengang pengang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan
nyari berjolan sama dilihatin tujuan untuk menciptakan tatanilai baru dalam
keadaannya gimana." masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan
utama para anggota organisasi atau anggota

63
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada bahwa bidan pelaksana program IVA minimal
umumnya bersifat problem solving dan proaktif. berjumlah 1 orang dan dokter umum yang telah
Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan dilatih minimal 1 orang (Kemenkes RI, 2015)
(Regulation), kebijakan lebih bersifat adaptif dan Data tersebut juga didukung dengan
intepratatif, meskipun kebijakan juga mengatur pendapat hasil wawancara informan diantaranya
“apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. adalah pendapat informan 1.
Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum “Kami melakukan pelatihan pelatihan IVA
tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang dan CBE yang pada tahun 2016 diikuti oleh 10
spesifik. Kebijakan harus memberi peluang puskesmas di wilayah kabupaten semarang.
diintepretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada Kemudia disusul di tahun 2017 16 puskesmas yang
(Marbun, 2010). ada di wilayah Kabupaten Semarang. Pelatihan
b. SDM (Sumber Daya Manusia) tersebut diikuti oleh 1 bidan dan 1 dokter dari
Tenaga atau manusia merupakan masing masing puskesmas. Pelatihan dilakukan
sumberdaya penting dan utama dalam dengan bekerjasama dengan POGI. Selain itu
melaksanakan suatu program guna mencapai setelah diberi pelatihan dinas kesehatan
tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya tenaga memberikan perlengkapan sarana prasarana
atau kemampuan manusia, maka suatu program seperti alat dan sebagainya secara lengkap.”
tidak dapat berjalan atau terlaksana. Menurut Pendapat tersebut sesuai dengan realita yang
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2014 ada bahwa di masing masing Puskesmas Wilayah
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang Kerja Kabupaten Semarang mempunya minimal 1
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta dokter dan 1 bidan yang telah tersertifikasi IVA
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan dan CBE.
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk SDM sangat berpengaruh dalam
jenis tertentu memerlukan kewenangan unntuk pelaksanaan program, jika terdapat kekurangan
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan tenaga pelaksana maka dapat menyebabkan tidak
yang dapat melakukan pemeriksaan IVA adalah maksimalnya pelaksanaan suatu program. Menurut
bidan terlatih, dokter umum terlatih dan dokter Indiahono (2009) kegagalan dalam implementasi
spesialis Obstetri dan ginekologi (Kementerian sering terjadi karena sumberdaya manusia tidak
Kesehatan RI, 2017) mencukupi, tidak memadai, ataupun tidak
Berdasarkan hasil penelitian terkait tenaga kompeten dibidangnya.
pelaksana program deteksi dini kanker servik c. Sarana dan Prasarana
dengan IVA dan deteksi dini kanker payudara Sarana adalah segala jenis peralatan,
dengan CBE, bahwa tenaga pelaksana yang terlibat perlengkpan dan fasilitas yang berfungsi sebagai
yaitu bidan dan dokter umum yang telah dilatih. alat utama dalam pelaksanaan suatu program
Hal tersebut sesuai dengan pedoman yang ada pada sedangkan prasarana adalah suatu tempat atau
Permenkes No. 34 tahun 2015 bahwa yang boleh ruangan untuk melaksanakan program. Penjelasan
melaksanakan adalah bidan dan dokter yang sudah tersebut memberikan arahan bahwa sarana dan
mendapatkan pelatihan mengenai IVA. prasarana merupakan seperangkat alat yang
Keberhasilan suatu program ditentukan oleh digunakan dalam suatu proses kegiatan baik
kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang
melaksanakannya. Semakin tinggi kualitas SDM keduanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang
yang dimiliki oleh suatu program, maka semakin telah ditentukan.
tinggi pula tujuan yang akan dicapai. Begitu pula Menurut hasil penelitian Mursyid (2003),
sebaliknya, apabila SDM pada suatu program menyatakan bahwa pelaksanaan suatu program
memiliki kualitas yang rendah, maka tujuan yang selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana
telah ditetapkan tidak sepenuhnya dapat tercapai. yang mendukung sehingga program tersebut dapat
Sumber daya manusia yang termpil berati mampu terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.
melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan Tanpa ketersedian sarana dan prasarana, suatu
baik dan benar. kegiatan tidak dapat diselesaikan sebagaiman
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh seharusnya, bahkan akan mengalami hambatan
Puskesmas di Kabupaten Semarang telah atau tidak berjalan dengan lancer. Sarana dan
memunyai 1 bidan dan 1 dokter yang mendapat prasarana merupakan seperangkat alat yang
pelatihan IVA dan CBE. Jumlah tersebut sesuai digunakan untuk proses kegiatan salah satunya
dengan pedoman Permenkes No. 34 tahun 2015

64
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
dalam pelaksanaan program deteksi dini kanker Kabupaten Semarang, dan sesuai dengan peraturan
servik dengan metode IVA. pemerintah bahwa pasien yang memiliki Jaminan
Berdasarkan hasil penelitian yang di Kesehatan Nasional yang berlaku, tidak dikenakan
dasarkan pada lembar penilaian dan diungkapkan biaya apabila sesuai dengan syarat dan prosedur
oleh informan, untuk sarana dan prasarana yang yang berlaku (Kemenkes RI, 2015)
bersifat alat dan bahan pendukung pemeriksaan Pembahasan Proses Pelaksanaan Program
yang ada di Puskesmas berasal dari Dinas Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA
Kesehatan Kabupaten dalam keadaan baik dan dan Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Metode
memadai. Hal tersebut sesuai dengan hasil CBE.
penilaian yang dilakukan oleh peneliti bahwa alat Proses pelaksanaan program deteksi dini
dan bahan yang digunakan dalam keadaan lengkap kanker serviks dengan metode IVA dan kanker
dan baik serta sesuai pedoman Permenkes No. 34 payudara dengan metode CBE di Kabupaten
tahun 2015 sehingga tidak mengalami kendala Semarang 88% berjalan sangat baik dan 12 %
dalam melaksanakan pemeriksaan. Pengadaan alat berjalan baik. Kendalanya muncul pada indikator
dan bahan untuk pemeriksaan berasal dari pelaksanaan pemeriksaan. Berikut uraian
pemerintah pusat dan dikelola sendiri oleh masing- pembahasan komponen proses penilaian
masing puskesmas. pelaksanaan program.
d. Dana a. Advokasi
Dana merupakan salah satu sumber daya Berdasarkan hasil penelitian dapat
yang terpenting dalam menunjang keberhasilan disimpulkan bahwa pihak Dinas Kesehatan
sebuah program. Dana harus digunakan Kabupaten Semarang telah menjalankan tugasnya
sedemikian rupa agar tujuan yang ditetapkan dapat melakukan kegiatan advokasi. Dalam hal ini
tercapai. Sumber dana untuk kegiatan di Bupati Kabuaten Semarang turun langsung
puskesmas berasal dari pemerintah yang kemudian memberikan pengarahan, penyuluhan kepada ASN
dikelola sendiri oleh masing-masing puskesmas (Aparatur Negara Sipil). Selain itu seluruh
untuk melaksanakan kegiatan. Menurut Permenkes Puskesmas di Kabuaten Semarang telah melakukan
No.34 bahwa sumber dana untuk pelaksanaan kerja sama dengan camat PKK, dan advokad
program bersumber dari Anggaran Pendapatan dan lainnya.
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Hal tesebut sudah sesuai dengan
Daerah, Jaminan Kesehatan dan dapat berupa Berdasarkan (Kemenkes RI, 2013)(Kementerian
sumber lain. Kesehatan RI, 2017) advokasi ditujukan kepada
Berdasarkan hasil penelitian, sumber dana para pengambil keputusan atau orang/ institusi
pelaksanaan program IVA memang bersumber dari yang berpengaruh seperti gubernur, bupati, camat,
APBD yang kemudian dikelola sendiri oleh setiap kepala desa, ketua tim penggerak PKK, Dharma
Puskesmas. Seluruh Pasien yang melakukan Wanita, LSM, dan lain-lain.
pemeriksaan IVA dan CBE di Kabupaten Tujuannya adalah agar para pengambil
Semarang baik mempunyai jaminan kesehatan keputusan atau pimpinan memberikan dukungan
ataupun tidak, tidak dipungut biaya. Seperti yang baik dana maupun moril guna peningkatan
tertera pada Peraturan Bupati No 75 Tahun 2015 kegiatan. Advokasi dilakukan oleh kepala dinas
Tentang Pembebasan Tarif Retribusi Pelayanan kesehatan beserta jajarannya.
Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat dan Namun pada kenyataannya masih terdapat
Jejaringnya Bagi Penduduk dalam Wilayah masyarakat yang tabu karena kurangnya campur
Kabupaten Semarang yang Tidak Memiliki tangan tokoh masyarakat seperti yang disampaikan
Jaminan Kesehatan. Bahwa “Jasa sarana, jasa oleh informan 2a bahwa
pelayanan kesehatan dan obat pada Pusat “Advokasi, sosialisasi sudah
Kesehatan Masyarakat yang telah diberikan bagi dilakukan....tapi ya bagaimana di daerah sini kan
penduduk Kabupaten Semarang yang belum darah banyak santri jadi masih banyak yang tabu.
memiliki jaminan kesehatan dibiayai Anggaran Kecuali kalau Kyainya sini sudah boleh atau
Pendapatan dan Belanja Daerah”(Dinas mengharuskan mungkin pada mau brangkat”
Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015). Hal tersebut tentunya menunjukkan bahwa
Selain itu pasien yang mempunyai jaminan peran tokoh masyarakat sangat besar untuk
kesehatan biaya pemeriksaan akan ditanggung oleh meningkatkan kemauan masyaraka periksa IVA
pihak jaminan kesehatan seperti BPJS. Hal tersebut dan CBE.
sesuai dengan kebijakan dan otonomi daerah b. Sosialisasi

65
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
Sosialisasi pemeriksaan IVA berdasarkan seminggu. Dengan demikian masih ada uskesmas
pedoman yang ada bahwa penyuluhan kepada yang belum menjalankan pemeriksaan sesuai
sasaran merupakan hal pertama yang harus ketentuan.
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Sosialisasi dalam d. Monitoring dan Evaluasi
pelaksanaan program deteksi dini dengan metode Sesuai dengan pedoman pada Permenkes
IVA dan deteksi dini kanker payudara dengan No. 34 tahun 2015 bahwa pengawasan dilakukan
metod CBE ini bertujuan meningkatkan sewaktu-waktu untuk mengetahui kemajuan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat program, kualitas pelayanan dan kendala yang
terhadap deteksi dini kanker serviks, dengan ditemui. Kemuadian evaluasi dilakukan secara
harapan masyarakat berkeinginan untuk melakukan berjenjang oleh Dinas Kesehatan ataupun melalui
deteksi dini kanker serviks tersebut. supervisi. Hasil temuan kemudian ditindaklanjuti
Sosialisasi ini dilakukan oleh petugas dengan melakukan koreksi pada setiap indikator
puskesmas, sasaran penyuluhan adalah PKK, program tersebut.
Kader dan lintas sektor lainnya. Dalam Berdasarkan hasil penelitian, monitoring
pelaksanaan sosialisasi diberikan pengetahuan yang dilakukan belum optimal karena kepala
mengenai kanker servik dan pendeteksiannya. puskesmas hanya menerima berupa laporan
Diharapkan pengetahuan masyarakat tentang bulanan mengenai jumlah pasien yang melakukan
pentingnya deteksi dini kanker leher rahim pemeriksaan. Kemudian belum juga dilakukan
diharapkan meningkat, masyarakat sadar dan tindak lanjut ataupun evaluasi mengenai
tergerak untuk memeriksakan diri. pelaksanaan program IVA tersebut. Sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa soasiali pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
yang dilakuan oleh pihak puskesmas belum Kabupaten Semarang berupa penerimaan
merata. Ada WUS yang belum mengetahui tentang pelaporan setiap bulan. Menurut Azrul Azwar
IVA dan CBE. Selain itu WUS yang merupakan (2008) bahwa supervise yang dilakukan oleh
pendatang dari lain provinsi yang pernah seorang atasan penting dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan IVA belum pernah meningkatkan kinerja implementasi terlebih jika
mengikuti kegitan sosialisasi di desanya mengenai supervise dilakukan melalui pengamatan langsung
IVA dan CBE. terhadap pekerjaan yang dilakukan, tidak hanya
Pemeriksaan IVA merupakan hal yang terbatas berdasarkan pengamatan dokumen saja.
relatif baru bagi masyarakat, oleh sebab itu upaya Pencatatan hasil pemeriksaan memiliki
sosialisasi untuk menambah wawasan merupakan fungsi sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan yang
hal utama untuk memberdayakan dan akan diberikan selanjutnya. Berdasarkan pedoman
menggerakkann masyarakat untuk mau melakukan PTM bahwa pencatatan dan pelaporan dilakukan
pemeriksaan, dan hal ini harus dillakukan secara secara elektronik. Sesuai Permenkes no. 34 tahun
tepat sasaran, terjadwal dan melibatkan kerjasama 2015 bahwa dokter, bidan, dan tenaga kesehatan
dengan kader dan tokoh masyarakat untuk bisa terlatih yang menjadi pelaksana pelayanan
mencapai seluruh sasaran. Hal tersebut sesuai kesehatan masyarakat dan/atau pelayanan
penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) kesehatan perorangan dalam Penanggulangan
bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan, peran Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim wajib
kader, penyuluhan kesehatan dan dukungan melakukan pencatatan dan pelaporan program
keluarga berpengaruh dalam pelaksanaan berdasarkan surveilans penyakit tidak menular
pemeriksaan IVA. Berdasarkan hasil penelitian bahwa petugas
c. Pelaksanaan Pemeriksaan kesehatan melakukan pelaporan dalam dua bentuk
Pelaksanaan deteksi dini kanker servik yaitu manual dan elektronik. Laporan manual
dengan metode IVA di tiap puskesmas memiliki diberikan kepada kepala puskesmas dan untuk
jadwal yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil dinas kesehatan kota Semarang laporan diberikan
penelitian terdapat Puskesmas yang melaksakanan dengan menggunakan e-mail, pelaoran dilakuakan
pemeriksaan rutin 1-2 minggu sekali dan terdapat satu bulan sekali.
puskesmas yang melakukan pemeriksaan tidak Pembahasan Output Pelaksanaan Program
rutin. Petugas beralasan bahwa penjadwalan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA
tersebut agar pelaksanaan lebih terkoordinir dan dan Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Metode
menyesuaikan dengan petugas yang ada. Menurut CBE.
Permenkes No. 34 tahun 2015 bahwa pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian output yang
pendeteksian dilakukan minimal 2-3 kali dalam didapat dari input kemudian proses di setiap

66
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang Semarang, dan Empat WUS dari Puskesmas
bermacam macam. Terdapat 15,4% atau 4 Wilayah Kerja Kabupaten Semarang, untuk
puskesmas yang mendapatkan nilai output sangat mendapatkan penjelasan tentang program IVA dan
baik, kemudian 7,7% atau 2 puskesmas mendapat CBE secara lebih mendetail. Dengan demikian
nilai baik. Lalu 26,9% atau 7 puskesmas mendapat peneliti mendapatkan sebanyak mungkin informasi
nilai cukup dan 46,2% atau 12 puskesmas tentang pemahaman dari topik penelitian secara
mendapat nilai kurang, serta 3,8% atau 1 lebih mendalam sehingga hasil yang didapatkan
puskesmas masih mendapatkan nilai yang sangat lebih maksimal kredibel.
kurang.
Dalam melakukan program IVA dan CBE Simpulan
harapannya cakupan pemeriksaan setiap bulan
terus bertambah. Namun hal tersebut tentunya Komponen input yaitu 100% atau 26
diengaruhi oleh input dan proses pelaksannan. Puskesmas Wilayah Kerja di Kabupaten Semarang
Input yang dinilai sangat baik belum tentu memiliki nilai sangat baik. Komponen proses
menghasilkan output yang sangat baik pula. Proses terdapat 88,5% atau 23 Puskesmas memiliki nilai
yang sangat baik juga belum tentu menghasilkan yang sangat baik, 11,5% atau 3 Puskesmas
output yang sangat baik pula. Output memiliki 4 memiliki nilai baik, dan 0% puskesmas yang
indikator yaitu bertambahnya cakupan memiliki nilai cukup, kurang, dan sangat kurang.
pemeriksaan bulan maret yang naik dibandingkan Komponen Output terdapat terdapat 15,4% atau 4
dengan bulan februari, meningkatnya motivasi puskesmas yang mendapatkan nilai sangat baik,
masyarakat yang diwujudkannya semakin kemudian 7,7% atau 2 puskesmas mendapat nilai
bertambahnya masyarakat yang periksa IVA dan baik. kemudian 26,9% atau 7 puskesmas mendapat
CBE,meningkatnya penemuan lesi dan benjolan nilai cukup dan 46,2% atau 12 puskesmas
yang dicuriga kanker, dan pernah ditemukannya mendapat nilai kurang, serta 3,8% atau 1
kasus kanker serviks dan kanker payudara oleh puskesmas masih mendapatkan nilai yang sangat
petugas di puskesmas tersebut dari hasil kurang. Input yang dinilai sangat baik belum tentu
pemeriksaan IVA dan CBE. menghasilkan output yang sangat baik, hal tersebut
Pada penelitian ini peneliti mempunyai dipengaruhi oleh hasil penilaian Proses.Hasil
kekuatan dan keterbatasan dalam penelitan. analisis kualitatif adalah masih rendahnya cakupan
Keterbatasan penelitian terletak dari instrumen pemeriksaan IVA dan CBE diakibatkan oleh
yang belum sempurna karena dibuat oleh peneliti kurangnya motivasi masyarakat akibat dari belum
sendiri berdasarkan tinjauan pustaka yang ada. meratanya kegiatan sosialisasi dan kurangnya
Walaupun instrumen dibuat berdasarkan tinjauan kegiatan advokasi.Sebagian masyarakat masih
pustaka yang ada, tetapi mungkin masih ada aspek- menganggap tabu tentang pemeriksaan IVA dan
aspek yang terlewat karena keterbatasan peneliti CBE sehingga perlu peranan tokoh masyarat untuk
dalam memahami konsep tersebut, namun sudah meningkatkan kemauan masyarakat dalam
diatasi dengan melakukan ujicoba dengan melakukan pemeriksaan IVA dan CBE.
melakukan uji validitas dengan menggunakan Dalam upaya meningkatkan keberhasilan
metode pendapat dari ahli (judgements experts) program IVA dan CBE di Kabupaten Semarang,
dengan uji Aiken’V dan reabilitasnya petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan
menggunakan metode reliabilitas antar rater. mampu untuk membangun kerjasama lintas
Kekuatan dari penelitian ini adalah penelitian ini program dan sektoral dan memberikan sosialisasi
mengangkat kasus aktual tentang evaluasi kepada advokad, WUS atau masyarakat secara
pelaksanaan program IVA dan CBE yang merata sehingga pengetahuan tentang kanker
merupakan program yang sedang dilaksanakan di serviks, kanker payudara, IVA, CBE, dapat
Kabupaten Semarang.Selain itu pada penelitian ini, meningkat. Selain itu terus meningkatkan
pada variabel yang memerlukan eksplorasi yang pelayanan pemeriksaan menjadi lebih
lebih dalam, maka dilakukan wawancara bermutu.Tokoh masyarakat diharapkan mampu
mendalam kepada 9 informan yaitu kepada Satu ikut berpartisipasi dalam mensukseskan program
Penanggungjawab Program IVA dan CBE di Dinas IVA dan CBE, dengan melakukan pendekatan
Kesehatan Kabupaten Semarang. Dua Kepala kepada masyarakat.Puskesmas meningkatkan
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Semarang. perannya dalam pelaksanaan program deteksi dini
Dua Bidan Penanggungjawab Program IVA dan kanker servik dengan metode IVA dan deteksi dini
CBE di Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten kanker payudara dengan metode CBE seperti

67
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
melakukan sosialisasi serta melakukan kerjasama il2015/Profil_2015_fix.pdf.
dengan pihak-pihak yang berpengaruh di Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan
lingkungan sekitar. Kepala puskesmas melakukan Lingkungan (2015) ‘Rencana Aksi Program
evaluasi untuk menilai dan meningkatkan kinerja Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
petugas dalam pelaksanaan program IVA. Lingkungan Tahun 2015-2019’, pp. 1–59.
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Ferlay, J. et al. (2012) ‘GLOBOCAN 2012:
melakukan pengawasan dan evaluasi secara Estimated Cancer Incidence, Mortality and
berkala sehingga dapat mengoptimalkan Pravelence Worldwide’, International
pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks Agency for Research on Cancer (IARC)
dan kanker payudara.Mengadakan pelatihan WHO, 18 January, p. 1. Available at:
kembali dengan menambah jumlah tenaga yang http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_can
terlatih dengan cara tenaga kesehatan khusunya cer.aspx.
bidan dan dokter diberikan pelatihan. Menyusun GLOBOCAN (2012) ‘Breast Cancer Estimated
perda yang berkaitan dengan sanksi-sanksi yang Incidence, Mortality and Prevalence
dapat diberikan ketika pelaksanaan program IVA Worldwide in 2012’, International Agency
dan CBE tidak dilaksanakan dengan for Research on Cancer (IARC) WHO.
sesuai.Mengkaji ulang indikator indikator dalam Available at:
komponen output sehingga ketika melakukan http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_can
monitoring maupun evaluasi hasil yang didapatkan cer.aspx.
tidak rancu dan lebih efektif. Herawati, I. (2007) Evaluasi Program Pendidikan
Bagi peneliti selanjutnya yang akan Anak Usia Dini Bagi Anak dari Keluarga
melakukan penelitian yang sama mengenai Miskin di TPA Bringharjo Yogyakarta,
pelaksanaan program deteksi dini kanker servik Pendidikan. Jakarta: Departemen Sosial RI
dengan metode IVA dan deteksi dini kanker Badan Pendidikan dan Penelitian
payudara dengan metode CBE dapat melakukan Kesejahteraan Sosial.
penelitian dengan lebih memperdalam dan Hoki, S. (2017) ‘Evaluasi Implementasi Program
terperinci dalam hal kualitas SDM. Selain itu dapat Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode
melakukan penelitian dengan menggunakan IVA di Puskesmas Andalas 2016’,
variabel lain yang belum diteliti. Kesehatan Masyarakat, pp. 2016–2018.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik
Daftar Pustaka Berbasis Dynamic Policy Analisys. Gava
Media: Yogyakarta
Anggraini, F. D. (2013) ‘Analisis Imlementasi Kemenkes RI (2013) ‘Pedoman Teknis
Program Deteksi Dini Kanker Serviks Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker
Melalui Pemeriksaan IVA di Puskesmas Leher Rahim’, Igarss 2013, (1), pp. 1–5.
Wilayah Kota Semarang’, Kesehatan doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Masyarakat, 41. Available at: Kemenkes RI (2015a) ‘Panduan Program Nasional
http://eprints.undip.ac.id/41309/. Garakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Aprillia, Y. (2009) Analisis Sosialisasi Program Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara’,
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif (April), pp. 1–47.
Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Kemenkes RI (2015b) ‘Peraturan Menteri
Universitas Dionegoro. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Arikunto (2010) Prosedur Penelitian Suatu Tahun 2015 Tentang Penanggulangan
Pendekatan. Jakarta: Rhineka Cipta. Kanker Payudara Dan Kanker Leher
Creswell, J. W. (2010). Research design: Rahim’, (706), pp. 1–114. Available at:
pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. http://peraturan.go.id/permen/kemenkes-
Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar nomor-34-tahun-2015.html.
Depkes RI (2016) INFODATIN: Breast Cancer Kemenkes RI (2016) Profil Kesehatan Indonesia,
Situation Report. Jakarta. Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. doi:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2015) 10.1111/evo.12990.
‘Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah’, Kementerian Kesehatan (2015) Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Indonesia 2014, Kementerian Kesehatan
Available at: Republik Indonesia. doi: 10.1037/0022-
dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/prof
68
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669
3514.51.6.1173. Riyadini, M. S. (2016) ‘Analisis implementasi
Kementerian Kesehatan RI (2017) ‘Peraturan program deteksi dini kanker servik dengan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia metode inspeksi visual asam asetat (iva) di
Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Perubahan puskesmas kota semarang tahun 2015’, pp.
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1–148.
34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (
Kanker Payurdara dan Kanker Leher Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Rahim’, Menkes RI, p. 40. Available at: R&D). Bandung: Alfabeta.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_h Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (
ukum/PMK_No._29_ttg_Penanggulangan_ Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kanker_Payudara_dan_Kanker_Leher_Rahi R&D). Bandung: Alfabeta.
m_.pdf. Suharsimi, A. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi
Kusnandar (2007) Guru Profesional. Jakarta: Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Rajawali Press. Susanti, Aris. (2011). Faktor- Faktor Yang
Marbun, et all (2010) Kamus Manajemen. Jakarta: Berhubungan Dengan Rendahnya
Media Pustaka. Kunjungan IVA Di Wilayah Kerja
Mursyid, H. 2003. Pelaksanaan Program Usaha Puskesmas Halmahera Kecamatan
Sekolah di Dinas Kesehatan Pemerintah Semarang Timur.Diakes pada tanggal 23
Kota Medan Tahun 2003. Maret 2018.
http://library.usu.ac.id. Suwitri, S. (2014) ‘Konsep Dasar Kebijakan
Notoatmodjo, s (2010) Metodologi Penelitian. Publik’, Analisis Kebijakan Publik, (2), pp.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1–51.
Rasjidi, I. (2009) Deteksi Dini Pencegahan Kanker Wijaya (2010) Pembunuh Ganas Itu Bernama
Pada Wanita. 1st edn. Edited by I. Rasjidi Kanker Serviks. Jogjakarta: Sinar Kejora.
and L. Kusumo. Jakarta: CV Agung Seto. Wirawan (2011) Evaluasi Teori, Model, Standar,
Riwidikdo, H. (2010) Statistik Kesehatan. Aplikasi dan Profesi. Jakarta: Rajawali
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Press.
.

69
Copyright @2019 Authors, JURNAL KEBIDANAN, e-ISSN 2621-2870, p-ISSN 2089-7669

S-ar putea să vă placă și