Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang bersifat nasional
multisenter, yang dapat menggambarkan prevensi hipertensi secara tepat. Menurut
Boedie Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian
1
melaporkan bahwa 1,8 – 28,6 % penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun adalah
pasien hipertensi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta, penderita hipertensi yang dirawat inap di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2011 sebanyak 309 kasus, dan pada tahun 2012 ini
terhitung mulai dari bulan januari – april 2012 sebanyak 130 kasus.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini adalah
bagaimana cara menindak lanjuti kasus tentang gangguan hipertensi pada pasien.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
D. Manfaat
Menambah wawasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang riwayat penyakit
hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Toeritis
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas tekanan
darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya
tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National
Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg
atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih (Chobaniam, 2003). Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
B. Etiologi Hipertensi
a. Faktor keturunan
b. Kebiasaan hidup
c. Ciri Perorangan
4
2. Hipertensi Sekunder atau renal
Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, Faktor
pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain ; penggunaan kontrasepsi oral,
neurogenik ( tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris ), kehamilan, peningkatan
tekanan intravaskuler, luka bakar dan stress. ( Udjianti, Wajan, 2011 )
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan rata-rata
pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel 1).
Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah
sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi
tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan pasien-pasien yang
tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus
diterapi obat (JNC VII, 2003).
D. Patofisiologi
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang
5
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang
menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua faktor yang cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat,
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema
pada diskus optikus). Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas,
sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat
komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung,
fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga
koma (Cahyono, 2008).
Sakit kepala,
Epitaksis
Mual, muntah
Kelemahan / letih
Sesak nafas
6
Penurunan kekuatan genggaman tangan
Intervensi ;
Misal ; kompres dingin pada dahi, beri pijatan di leher atau punggung
Tujuan ; Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan nafsu makan, mukosa
bibir lembab tidak terjadi penurunan berat badan.
KH ; Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan diit dari rumah sakit, Timbang
berat badan setiap hari
Intervensi:
KH ; Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal, aktivitas dapat dilakukan sendiri
Intervensi ;
dapat ditoleransi.
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Keturunan (genetik)
9
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
akan turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006).
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak,
berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau
hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam berlebih sangat berhubungan erat
dengan hipertensi (Depkes, 2006).
a) Kegemukan (Obesitas)
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan
adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan
sosial) yang ada pada diri seseorang (Depkes, 2006).
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa
takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
10
Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika
Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau
rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes, 2006).
c) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri (Depkes, 2006).
e) Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
Almatsier (2001) dan (2006), natrium adalah kation utama dalam cairan
ekstraseluler. Pengaturan keseimbangan natrium dalam darah diatur oleh ginjal.
Sumber utama natrium adalah garam dapur atau NaCl, selain itu garam lainnya bisa
dalam bentuk soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoate dan vetsin
(monosodium glutamate). Kelebihan natrium akan menyebabkan keracunan yang
dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi. WHO menganjurkan bahwa
komsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih 6 gram/hari setara 110 mmol natrium
(Almatsier, 2001, 2006).
12
g) Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan
untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2001).
H. Komplikasi hipertensi
1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari
24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah.
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah
13
yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi (Hacke, 2003).
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).
2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
4. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
14
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung,
1995).
Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap
kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi
(Mansjoer, 2001).
I. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah,
dengan usaha-usaha sebagai berikut :
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
sistem saraf yang akan menurunkan tekanan darah (Depkes, 2006).
15
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan
memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya mengontrol tekanan darah (Depkes,
2006).
e. Berhenti merokok
J. Terapi Farmakologis
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2019 di desa Indra sakti, UPTD
Puskesmas tapung. Data diperoleh dari pasien, keluarga, dan catatan medic.
Nama Tn. A, Umur 62 tahun, jenis kelamin laki – laki. Alamat desa indra sakti kec
petapahan kab Kampar provinsi riau,status perkawinan sudah menikah, agama Islam,
pendidikan SD, pekerjaan sebagai petani,
Keluhan utama Pasien mengeluh kepalanya pusing. Riwayat kesehatan sekarang sebelum
dibawa ke Pustu pasien mengeluhkan kepalanya terasa pusing, perut terasa mual,muntah,
dan tangan terasa kesemutan. Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung di bawa ke pustu
agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.
3. Analisa Data
Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa kaku, tangan terasa
kesemutan
Pasien tampak lemas, mata sulit untuk di buka, Tekanan darah 170/110 mmHg,
Nadi; 92 x/mennit, pernapasan; 24 x/menit, suhu 36,8˚ c
Pasien mengatakan makan hanya habis ½ porsi tenggorokanya sakit saat menelan.
Asuhan yang dapat diberikan kepada keluarga pasien yaitu memberikan pola makan
yang sehat sesuai dianjurkan oleh dokter dan perawat.serta informasi yang didapatkan
untuk menghindari dari gejalah hipertensinya.
17
Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas masalah yang
dapat ditegakkan ;
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan indeks yang
tidak kuat.
5. Interferensi keperawatan
Interverensi : Pantau tekanan darah, pertahankan tirah baring selama fase akut,ajari
teknik relasasi,berikan tindakan nonfarmakologi berikan kompres dengan air
dingin,pijit.bantu pasien dalam ambulasi kebutuhan.
Interverensi : Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering, Motivasi pasien untuk
menghabiskan makanannya,beri higien oral sebelum dan sesudah makan, awasi
pemasukan diit, kaji ulang pola makan, berikan diet,makanan ringan tambahan yang
disukai pasien, dan Kolaborasi dengan ahli gizi.
6. Pengkajian kasus
Dalam pengkajian didapat hasil yaitu pasien mengatakan kepala tersa pusing,
tengkuk tersa berat dan mata sulit untuk di buka. Dimana didapatkan hasil pengukuran
tekanan darah lebih dari normal yaitu 170/110 mmHg. Hal yang menyebabkan pasien
mengalami peningkatan tekanan darah yaitu gaya hidup pasien yang monoton, pasien
mengatakan kalau dirumah pasien jarang beraktifitas, hanya dirumah saja, kurang
berolah raga, pola makan yang tidak baik dimana pasien tidak suka mengkonsumsi
18
sayur dan buah, pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yang berlemak dan
kolesterol.
Selain itu pengkajian yang belum penulis kaji yaitu menimbang berat badan
karena keadaan pasien yang lemah dan ketidakmamapuan pasien untuk naik turun
tempat tidur untuk menimbang berat badan. Pada pengkajian seksual penulis lupa
menanyakan karena memang penulis menyadari kurangnya kelengkapan dalam
membuat menyiapkan
pertanyaan untuk pasien. Data yang menunjang bahwa pasien mengalami hipertensi
yaitu didapatkan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital TD; 170/110 mmHg. N; 92
x/menit, pernapasan; 24 x/menit, S: 36,8˚ c dan keluhan pasien yang menunjukkan
tanda dan gejala penyakit hipertensi yaitu pusing, rasa berat di tengkuk, peningkatan
tekanan darah dari batas normal, mual dan muntah.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus dan sesuai dengan teori:
Gangguan perfusi jaringan serebral adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
penurunan dalam nutrisi dan oksigenasi pada tingkat selular sehubungan dengan
kurangnya suplai darah kapiler. ( Carpenito, 2009 ).
Diagnosa ini penulis tegakkan sebagai diagnosa pertama karena merupakan keluhan
utama yang muncul pada pasien, pasien mengeluhkan kepala pusing dan tengkuk
terasa kaku. Dan data – data lain yang mendukung diagnosa ini adalah hasil
pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah: 170/110 mmHg, nadi92 x/menit,
pernafasan; 24 x/menit, suhu: 36,8˚c. Penulis menegakkan prioritas pertama karena
jika tidak segera ditangani akan muncul masalah lain yaitu komplikasi penyakit stroke,
gagal jantung.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. ( Carpenito, 2009 )
19
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Intoleransi aktivitas adalah
ketidakcukupan energi secara fisiologis maupun psikologis untuk men eruskan
menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktivitas sehari- hari.(NANDA, 2007 )
7. Implementasi Keperawatan
8. Evaluasi
20
mengatakan kepala masih pusing, masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg,
sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian dan penulis memodifikasi planning
yaitu dengan memberikan ruangan dan suasana yang tenang dan nyaman dengan cara
membatasi pengunjung, tidak membiarkan semua keluarga untuk menungguhi pasien.
Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis harapkan nafsu makan dapat
meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi 2/3 porsi, pasien mengatakan nafsu
makan sudah bertambah,mampu menghabiskan makanan sebanyak 2/3 porsi,
tenggorokan sudah tidak sakit saat menelan, sehingga masalah keperawatan teratasi,
penulis menambahkan rencana yaitu dengan menghidangkan makanan selagi hangat
dan akan mempertahankan rencana tersebut.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan melakukan pengkajian
kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan simpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.A didapatkan hasil pasien mengatakan
pusing, tangan terasa kaku serta perut terasa mual dan ingin muntah, pasien juga tampak
lemah dan menahan rasa sakit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu: Gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Intolerasi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi yang muncul dalam teori, tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis,
untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral intervensi yang penulis utamakan yaitu:
pantau tekanan darah, ajari teknik relaksasi, kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian terapi analgetik. Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intervensi yang diutamakan yaitu: beri makanan sedikit tapi sering. untuk diagnosa
intoleransi aktivitas intervensinya yaitu: bantu pasien dalam melakukan aktivitas, anjurkan
keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Ada beberapa intervensi yang
tidak penulis cantumkan karena memang k Implementasikan yang penulis lakukan untuk
diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral yaitu: menanyakan keluhan pasien, mengukur
tanda – tanda vital, memberikan tindakan nonfarmakologis ( melakukan pijitan pada
pundak ).
4. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari
mendapatkan hasil yang cukup mengurangi keluhan pasien. Diagnosa gangguan perfusi
jaringan serebral masalah teratasi sebagian, diagnosa gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh masalah sudah teratasi, diagnosa intoleransi aktivitas masalah sudah
teratasi sebagian.
22
B. Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis
menyarankan kepada:
1. Pasien agar lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah harus dapat menjaga diri agar
tidak terjadi komplikasi yaitu penyakit stroke.
2. Untuk perawatan pasien dengan hipertensi, harus ada kerjasama antara perawat ruangan
dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien
dan memberi pendidikan kesehatan pada keluarga yang paling sederhana dan senantiasa
memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola makan, jangan terlalu banyak
pikiran, dan jangan lupa untuk berolahraga..
3. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat
perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mampu merawat pasien secara
komprehensif dan optimal. Dan perawat juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain
(dokter, ahli gizi ) dalam melakukan perawatan / penanganan pasien dengan hipertensi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter
Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin Asih.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi
IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa: Yasmin
Asih. Jakarta: EGC
Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa Andry
Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin Asih.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai Penerbi
FKUI
Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari http://www.
Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2009/htn. Diakses pada 22 Mei 2012
Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus hipertensi dalam rentang
waktu tahun 2011 - 2012. Didapat pada tanggal 9 Mei 2012
25