Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir
diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat
mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif
maupun usia lanjut (Junaidi, 2011). Penyebab utama stroke diantaranya pasien
stroke yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh
yang menimbulkan aterosklerosis, yaitu menyempitnya pembuluh arteri
disebabkan lemak yang menempel pada dinding arteri. Para ahli menganggap
bahwa aterosklerosis merupakan penyebab utama stroke pada umumnya. Penyakit
stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini
diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus baru) kasus stroke yang
terjadi di masyarakat. Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia
mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Tanggapan
masyarakat terhadap penyakit stroke itu sangat berbahaya karena dimana penyakit
ini sulit untuk disembuhkan dan bisa mengalami serangan yang secara mendadak
dan mengakibatkan kematian.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2018, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain
itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar
glukosa darah dalam tubuh. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 penyakit
stroke mengalami kenaikan jika dibandingkan Riskesdas tahun 2013, yaitu dari 7
% menjadi 10,9 %. Berdasarkan data penelitian di Rumah Sakit dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, penyakit stroke menempati urutan ke 7 dari penyakit
terbanyak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Doris Sylvanus, dengan
jumlah penderita 602 jiwa, tahun 2018. sedangkan hasil observasi dan pengkajian
yang kami dapatkan dengan pasien dan keluarga di ruang nusa indah kamar no 5
didapatkan data kurangnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran pasien dan
keluarga dalam cara menjaga kesehatan dan pola hidup yang baik.
1
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga
mengakibatkanseseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Secara global,
penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua kematian. Ini
adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang dewasa
yang lebih tua. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya
karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah.
Inimemotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan
otak.Stroke iskemik adalah jenis stroke terbanyak yang menyerang populasi
Kaukasian yang mencapai 80% jumlah populasi. Persentase stroke iskemik juga
tinggi pada populasi Asia tapi dengan proporsi stroke perdarahan intrakranial
yang lebih tinggi daripada populasi Kaukasian yaitu sekitar 20-30% terkena stroke
perdarahan intrakranial. Stroke memiliki faktor risiko yang bervariasi dan salah
satunya adalah merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke
iskemik hingga 2-3 kali dan risiko ini meningkat pada perokok berat.4 Pada tahun
2000 diperkirakan jumlah perokok di dunia sekitar 1,2 milyar dan Cina
menduduki tempat pertama dengan jumlah perokok sekitar 300 juta. Menurut data
dalam The Tobacco Atlas oleh American Cancer Society, Indonesia menduduki
peringkat keempat sebagai negara dengan jumlah pengonsumsi rokok terbanyak di
dunia.5 Prevalensi perokok pada usia lebih dari 15 tahun di Indonesia juga
meningkat bila dilihat dari data Riskesdas yaitu 34,2% pada tahun 2007 menjadi
36,3% pada tahun 2013 dengan rata-rata setiap perokok menghabiskan 12,3
batang rokok per hari (Organization, 2015).
Untuk mencegah terjadinya stroke yaitu dengan cara menjaga pola makan,
olahraga secara teratur, berhenti merokok, dan hindari konsumsi minuman
beralkohol diharapkan bisa mengurangi resiko terjadinya penyakit stroke.
Berdasarkan beberapa permasalahan diatas kelompok 4 tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan kepada Tn. K dengan diagnosa stroke hemoragik (SH),
kelompok berharap dengan memberikan asuhan keperawatan kepada Tn. K
dengan diagnosa stroke hemoragik (SH), dapat membantu mengurangi angka
kesakitan dan kematian pada pasien dengan masalah stroke hemoragik (SH)
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi stroke hemoragik?
1.2.2Apa etiologi dari stroke hemoragik ?
1.2.3Apa klasifikasi dari stroke hemoragik ?
1.2.4Bagaimana patofisiologi dan patway dari stroke hemoragik?
1.2.5Apa manifestasi klinis dari stroke hemoragik ?
1.2.6Apa komplikasi yang ditimbulkan dari stroke hemoragik?
1.2.7Apa pemeriksaan penunjang dari stroke hemoragik ?
1.2.8Bagaimana penatalaksanaan medis dari stroke hemoragik ?
1.2.9 Bagaimana manajemen asuhan keperawatan dari stroke hemoragik?
2.1.2 Etiologi
Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh
adanya perdarahan intracranial dengan gejala peningkatan tekana darah systole >
200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah
keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu :
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
Menurut Muttaqin (2008; 129), ada beberapa faktor risiko strokehemoragik,
yaitu:
1. Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi
yangmenekan dinding arteri sampai pecah.
2. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.
3. Peningkatan hemotokrik meningkatkan risiko infark serebral.
4. Kontasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar
estrogentinggi).
5. Konsumsi alkohol.
6. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
7. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid
dalamdinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke
lebih besar.
8. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
9. Overdosis narkoba, seperti kokain.
2.1.3 Patofisiologi
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran
dalamwaktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh
hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di
area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu
defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan
iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya (Silbernagl, 2014).
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan
lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi,
meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian
sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik
(penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah
yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut (Silbernagl, 2014).Penyumbatan pada
arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan
spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan
girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi
okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi
spasial, apraksia, dan hemineglect (Silbernagl, 2014). Penyumbatan arteri serebri
anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral, kesulitan
berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosumanterior dan
hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu.
Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena
kerusakandari sistem limbic (Silbernagl, 2014).Penyumbatan arteri serebri
posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial dan kebutaan pada
penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (Silbernagl,
2014). Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid
anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis),
dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri
komunikans posterior di talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik
(Silbernagl, 2014). Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis
semua eksteremitas dan otot-otot mata serta koma.
Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada
serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan
tergantung dari lokasi kerusakan (Silbernagl, 2014):
1. Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf
vestibular).
2. Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan
tetraplegia(traktus piramidal).
3. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian
wajahipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan
traktusspinotalamikus).
4. Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus
salivarus),singultus (formasio retikularis).
5. Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada
kehilanganpersarafan simpatis).
6. Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot
lidah (sarafhipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]),
strabismus (sarafokulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
7. Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namun
kesadaran tetap dipertahankan).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
2.1.5 Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang
palingditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edema serebri
seringmengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga
berhubungandengan deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut
adalah penyebabpaling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada
pasien yang dalamkeadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran
dalam 24 jam pertama.Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-hal
yang telah disebutkan diatas,stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas
permanen (Denise, 2010).
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi
sertaukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah
berhubungandengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.
Apabila terdapa volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume
hematoma, prognosis biasanyaburuk dan outcome fungsionalnya juga sangat
buruk dengan tingkat mortalitas yangtinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa
meningkatkan resiko kematian dua kali lipat.Pasien yang menggunakan
antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahanintraserebral juga
memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yangtinggi
(Denise, 2010).
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.K
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat :jln. Temanggung tilung no.4
Tgl MRS : 27 September 2019 Jam
Diagnosa Medis :SH (Stroke Hemoragik)
GENOGRAM KELUARGA :
x x x x
Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
3.2 Pemerikasaan Fisik
3.2.1 Keadaan Umum
Pasien tampak sakit yang sedang, tingkat kesadaran Compos mentis, pasien
berbaring di tempat tidur, penampilan terlihat kurang bersih dan rapi, terpasang
infus Nacl 0,9%+ drip tramadol 1 amp + ODR 8 mg 20tpmditangan sebelah kiri
pasien, terpasang DC (kateter), danADL pasien dibantu penuholeh keluarga
dengan skala aktivitas 2.
3.2.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badan sedang, suasana hati sedih, berbicara kurang jelas, fungsi kognitif orientasi
waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang
pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat
pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme
pertahanan diri adaptif.
3.2.3 Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 190/120 mmHg,
Nadi 82 x/menit, pernapasan 20 x/menit dan suhu 36,10C.
3.2.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, type pernafasan dada dan perut, tidak ada sesak
nafas,irama pernafasanteratur bunyi napas vesikuler, tidak ada nafas tambahan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3.2.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak nyeri dada, cappilary refill >2 detik, pasien tidak pucat, tidak ada
odema ekstrimitas atas dan bawah, tidak ada peningkatan Vena Jugularis, Bunyi
Jantung S1 S2 Reguler.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3.2.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ),
M: 6 ( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Ny.
Tcompos menthis, pupiltn. Kisokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada
pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien
mampu mengenali bau minyak kayu putih tersebut. Saraf kranial II (Optikus):
pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada saat perawat meminta
pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotor): pasien dapaat
mengangkat kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien
dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial
V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar.
Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan
asin. Saraf kranial VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana
suara petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf kranial IX (Glosofaringeus):
pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus): pada saat makan
pasien dapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien
dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus): pasien
mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari negatif, jari ke hidung
negatif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan negatif; pasien
tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri
postif dengan skala 2, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 2,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 2, refleks akhiles kanan dan kiri
positif dengan skala 2, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 2. Uji
sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
Masalah keperawatan: Gangguan mobilitas fisik
3.2.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 800 ml/7 jam warna urine kuning, bau urine amoniak.
Eliminasi Tn. K tidak ada masalah.
Tidak ada masalah keperawatan
2.2.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Sistem pencernaan, bibir kering, gigi ada yang tanggal hampir di semua
(atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi terlihat tidak ada peradangan dan
perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan
nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan
tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien
susah BAB.
Masalah keperawatan: Konstipasi
3.2.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Tn. K terbatas, ukuran otot simetris, ekstremitas atas 3/5 dan
ekstremitas bawah 3/5 normal pergerakannya dan tidakada deformitas,tidak ada
peradangan, tidak ada perlukaan.
Masalah keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
3.2.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan, alergi kosmetik. Suhu kulit Tn. K hangat , warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan,
jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk
kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
3.2.11 Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan berkurang, bola mata bergerak normal, visus mata
kanan dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening, konjunctiva
merah muda. Pasien tidak memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata.
Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada
polip.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.2.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.2.13 Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kaji karena pasien menolak untuk di kaji.
Tidak ada masalah keperawatan.
Kelompok 4
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA PENYEBAB
konstipasi
DS : keluarga pasien gangguan aliran darah Resiko defisit nutrisi
mengatakan pasien selama
dan oksigen ke otak
sakit tidak ada nafsu makan.
50
1,60 x 1,60
= 19,5
N : 82 x/menit
S : 36,1°C
RR: 20 x/menit
1. Perfusi jaringan serebral tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. mengetahui keadaan umum
efektif b/d suplai O2 ke otak keperawatan selama 3x7 jam 2. Bantu klien untuk membatasi muntah, pasien, mempertahankan
menurun. diharapkan dengan kriteria hasil: batuk. keadaan tekanan darah
3. Anjurkan klien untuk menghindar sistemik berubah secara
1. Pasien tidak gelisah
2. Tidak adanya keluhan nyeri batuk dan mengejan berlebihan. fluktasi.
kepala 4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 2. mengetahui aktivitas ini
3. Pasien tidak ada mual, dan batasi pengunjung. dapat meningkatkan tekanan
kejang
5. Berikan per infus dengan perhatian intrakranial, dan
4. GCS 4,5,6
5. Tanda-tanda vital pasien kembali ketat. intraabdomen, mengeluarkan
normal: 6. Berikan terapi instruktur dokter seperti napas sewaktu bergerak atau
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 60-
dengan golongan neurotonik mengubah posisi dapat
100x/menit, Suhu : 36-36,7 ºC,
RR : 16-20x/menit. melindung diri dari efek
valsava.
3. Batuk dan mengenjan dapat
47
meningkatkan tekanan
intracranial dan potensial
terjadi perdarahan ulang.
4. pencegahan terhadap
perdarahan dalam stroke
hemoragik lainnya.
5. menimimalkan fluktuasi
pada beban vascular dan
tekanan intracranial.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji mobilitas dan observasi terhadap 1. mengetahui kemampuan
terjadinya penurunan kekuatatan keperawatan selama 3x7 jam peningkatan kerusakan. mobilitas pasien
otot. diharapkan dengan kriteria hasil: 2. Ubah posisi klien miring kiri dan kanan 2. Menurunkan risiko terjadinya
tiap 2 jam. iskemia jaringan akibat
1. Pasien dapat ikut dalam program
3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan sirkulasi darah yang jelek pada
latihan
gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak daerah yang tertekan.
2. Tidak terjadinya kontraktur sendi
sakit. 3. memberikan massa, tonus, dan
3. Agar meningkatkan otot klien
4. Bantu klien melakukan ROM, dan kekuatan otot, serta
4. Klien dapat menunjukkan
perawatan diri memperbaiki fungsi jantung
tindakan untuk meningkatkan
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk dan pernapasan.
mobilitas
latihan fisik. 4. memelihara fleksibilitas sendi
sesuasi kemampuan.
5. Dapat terjadipeningkatkan
kemampuan dalam mobilisasi
ekstremitas dari tim
fisioterapi.
3. Konstipasi berhungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penjelasan pada klien dan 1. mengerti tentang penyebab
penurunan pengeluarancairan di keperawatan selama 3x7 jam keluarga tentang penyebab konstipasi. konstipasi.
dalam usus ditandai dengan diharapkan dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi bising usus 2. mengatahui sifat aktivitas
pasien susah BAB 3. Anjurkan pada klien untuk makan- peristaltik.
1. Pasien dapat defekasi secara
makanan yang mengandung serat. 3. merangsang nafsu makan
spontan dan lancer tanpa
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam dan peristaltik.
menggunakan bantuan obat
pemberian pelunak feses. 4. meningkatkan efisiensi
2. Konstitensi fefes berbenntuk
pembasahan air usus, yang
lembek
melunakkan, massa feses,
3. Tidak teraba massa kolon
dan membantu eliminasi.
(scibala)
4. Bising usus normal (15-
30x/menit)
4. Resiko defisit nutrisi b/d reflek Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tekstur, turgor kulit. 1. Mengetahui status nutrisi
menelan
keperawatan selama 3x7 jam 2. Lakukan oral hyniene klien.
diharapkan dengan kriteria hasil: 3. Tentukan kemampuan klien dalam 2. Untuk menjaga kebersihan
mengunyah, menelan, dan reflek batuk. mulut merangsang nafsu
1. Turgor pasien membaik
4. Anjurkan klien makan dalam porsi kecil makan.
2. Asupan dapat masuk sesuai
dengan jumlah sering. 3. Untuk menetapkan jenis
kebutuhan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam makanan yang akan diberikan
3. Kemampuan menelan pasien
pemberian makanan. pada klien.
dapat kembali normal
4. Untuk membantu
4. Nafsu makan bertambah
meningkatkan asupan makan
sesuai porsi yany ditentukan
pasien.
5. Berat badan dapat
5. Untuk menentukan jumlah
dipertahankan/ ditingkatkan
kalori, jenis nutrien yang
dibutuhkan, dan pemberian
diet tepat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
19.00 wib tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan dalam berbicara.
kesulitan berbicara atau membuat pengertian O :
sendiri. 1. Pasien masih tampak kesulitan dalam
2. Memperhatikan kesalahan dalam komunikasi berbicara.
dan berikan umpan balik. 2. Suara terdengar tapi kurang jelas
3. Meminta pasien untuk mengikuti perintah mengucapkan kata-kata dan kalimatnya
sederhana. 3. Pasien kooperatif
4. Menunjukkan objek dan minta pasien untuk A : Masalah belum teratasi
menyebutkan nama benda tersebut. P : Lanjutkan Intervensi
Meminta pasien untuk menulis nama dan/atau
kalimat yang pendek. Jika tidak dapat
menulis, mintalah pasien untuk membaca
kalimat yang pendek.
Selasa, 29 Oktober 2019 1. Menentukan kemampuan klien
dengan S : keluarga pasien mengatakan pasien belum mandi
mengunyah, menelan dan refleks batuk. kurang lebih ±3 hari
19.00 wib
2. Mengukur berat badan. O:
3. Menberikan makanan dengan perlahan pada 1. Pasien tampak sulit untuk mengunyah dan
lingkungan yang tenang. menelan makanan.
4. Meletakkan makanan didaerah mulut yang 2. Berat badan pasien dari 55 kg menjadi 50 kg
tidak terganggu. 3. Pasien koperatif
5. Menganjurkan klien menggunakan sedotan A : Masalah belum teratasi
meminum cairan. P : Lanjutkan Intervensi
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Perawat
Kamis,31 Oktober 2019 1. Memantau tanda-tanda vital (TTV) tiap jam S : keluarga pasien mengatakan sakit kepala mulai
dan catat hasilnya berkurang.
12.00 wib
2. Mengkaji respon motorik terhadap perintah O:
sederhana 1. Pasien sudah mulai nyaman
3. Memantau status neurologis secara teratur 2. Respon motorik pasien normal
4. Mendorong latihan kaki aktif/pasif 3. Pasien koperatif
5. Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter 4. TTV: TD: 190/100 mmhg
N: 82 x/menit
S: 36,1°C
RR: 20 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S : keluarga pasien mengatakan tangan dan kaki
1. Mengkaji kemampuan dalam mobilisasi
Selasa, 31 Oktober 2019 sebelah kiri, sudah mulai bisa sedikit-sedikit
2. Mengajarkan klien tentang penggunaan alat
digerakkan.
12.00 wib bantu mobilitas
O:
3. Mengajarkan dan bantu klien dalam proses
1. Pasien hanya bisa terbaring di tempat tidur
perpindahan
2. Pasien masih lemas
4.Memberikan penguatan positif selama
3. Aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga
beraktivitas
4. Pasien belum mampu untuk duduk sendiri.
5. Mendukung teknik latihan ROM
5. Pasien kooperatif
6. Berkolaborasi dengan tim medis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
S : pasien mengatakan sudah mulai bisa BAB
1. Mengidentifikasi faktor penyebab konstipasi setelah diberikan obat.
Kamis,31 Oktober 2019
2. Membatasi minuman yang mengandung kafein O :
12.00 wib dan alkohol 1. Pasien tampak mengejan.
3. Menjelaskan penyebab konstipasi 2. Pasien kooperatif
4. Menganjurkan minum air putih sesuai A : Masalah mulai teratasi
kebutuhan P : Lanjutkan Intervensi
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi
Kamis,31 Oktober 2019 1. Menentukan kemampuan klien dengan S : keluarga pasien mengatakan nafsu makannya
mengunyah, menelan dan refleks batuk. masih kurang
12.00 wib 2. Mengukur berat badan.
3. Memberikan makanan dengan perlahan pada O:
lingkungan yang tenang.
1. Pasien tampak sulit untuk mengunyah dan
4. Meletakkan makanan didaerah mulut yang
tidak terganggu. menelan makanan.
5. Menganjurkan klien menggunakan sedotan
2. Berat badan pasien dari 55 kg menjadi 50 kg
meminum cairan.
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam 3. Pasien koperatif
pemberian makanan.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Keluarga pasien mengatakan selasa, 19 Oktober 2019 pukul 09.00 wib masuk ke
rumah sakit muhammadiyah Palangka Raya dibawa oleh keluarganya dengan
keluhan sakit kepala, lemah, dan mual muntah. Pasien segera di tangani dengan
diberikan terapi infus Nacl 0,9%+ drip tramadol 1 amp + ODR 8 mg 20tpm, infus
manitol 2x100 cc injeksi asam traneksamat 3x500 mg dan ada terpasang DC
(kateter). Pada hari senin, 25 oktober 2019 jam 18.00 wib pasien dirujuk dari
rumah sakit muhammadiyah Palangka Raya ke rumah sakit dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya ke IGD dibawa oleh keluarganya dengan keluhan sakit kepala,
lemah, dan mual muntah. Setelah ditangani oleh perawat di IGD dengan diberikan
terapi infus Nacl 0,9%+ drip tramadol 1 amp + ODR 8 mg 20tpm, infus manitol
2x100 cc injeksi asam traneksamat 3x500 mg dan ada terpasang DC (kateter).
Setelah selesai di tangani di IGD pada pukul 11.30 wib pasien masuk ke ruang
nusa indah.
Tanda dan gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi
pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-
tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul
dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
59
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
Menurut kami secara umum fakta dan teori tidak jauh berbeda, karena
terdapat tanda dan gejala yang sama antarafakta dan teori dan jika terdapat sedikit
perbedaan tanda dan gejala itu terjadi karena respon terhadap penyakit setiap
orang itu berbeda-beda.
Jika dibandingkan dengan teori kasus nyata di ruang Nusa Inadah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, respon pasien terhadap penyakit tidak jauh
berbedadari teori yang ada. Berdasarkan hal di atas dapat kita simpulkan bahwa
ada beberapa persamaan dan perbedaan antara teori dan fakta yang ada. Seperti
pasien yang dikaji oleh penulis yaitu pasien mengeluh sakit kepala,
60
Adapun teori yang ada:
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan
intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan
kontrol otot facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular.
4. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan.
5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi.
6. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori.
7. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan,
imobilisasi.
8. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama.
9. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan
dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi.
10. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan
imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat.
Jadi, jika dibandingkan dengan teori kasus nyata di ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, diagnosa yang muncul tidak jauh
berbeda dari teori yang ada. Seperti diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat,
dan Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
61
4.2 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatanyang dirancang dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan ini disesuaikan dengan masalah dan etiologi yang telah penulis
analisa. Adapun perencanaan tersebut meliputi:
Pada diagnosa yang diangkat sesuai dengan data temuan yaitu : Perfusi
Jaringan selebral tidak efektif yaitu: Monitor tanda-tanda vital, bantu klien untuk
membatasi muntah, batuk, anjurkan klien untuk menghindar batuk dan mengejan
berlebihan, ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung, kolaborasi
berikan per infus dengan perhatian ketat, berikan terapi instruktur dokter
seperti:Citicolin 500 mg, Asam traneksamat 500mg, Flunarizine 10 mg, Betahistin
12 mg, Alprazolam 0,5 mg.
Diagnosa kedua Mobilitas fisik dilakukan perencanaan keperawatan
meliputi: Kaji mobilitas dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. ubah
posisi klien tiap 2 jam, ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada
ekstrimitas yang tidak sakit, bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri,
olaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik.
Diagnosa ketiga konstipasi dilakukan perencanaan keperawatan meliputi:
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi,
auskultasi bising usus, anjurkan pada klien untuk makan-makanan yang
mengandung serat, kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses.
Diagnosa keempat resiko defisit nutrisi dilakukan perencanaan
keperawatan meliputi: Observasi tekstur, turgor kulit, lakukan oral hyniene,
tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan, dan reflek batuk,
anjurkan klien makan dalam porsi kecil dengan jumlah sering, kolaborasi dengan
ahli gizi dalam pemberian makanan.
62
Dari fakta dan teori implementasi keperawatan di atas tidak banyak
perbedaan, menurut penulis hal tersebut menyesuaikan dengan intervensi yang
telah disusun.
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat
atau pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan
paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus
meningkat setiap tahunnya, bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua,
tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif.
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan
walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak
meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya pengobatan awal/dini
seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan
pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan komjunitas dalam
masyarakat.
Pada diagnosa keperawatan berdasarkan fakta dan teori ditemukan
persamaan diagnosa keperawatan pada pasien Tn.. K denganSH yaitu masalah
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan pecahnya pembuluh darah
diotak,ketidakefektifan, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
otot,.
Intervensi keperawatan berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan
persamaan intervensi keperawatan pada pasien tn.k dengan SH yaitu berdasarkan
fakta dan teori diatas ditemukan persamaan dengan diagnosa pertama :Observasi
keadaan umum pasien,Berikan pasien posisi semifowler, Anjurkan keluarga untuk
selalu dekat dengan pasien untuk bicara dengan pasien, Kolaborasi dengan dokter
maupun perawat dalam pemberian terapi obat.
Pada implementasi keperawatan berdasarkan fakta dan teori ditemukan
pada diagnosa di diagnose pertama :Memberikan Pasien Posisi Semifowler,
Menganjurkan Keluarga Untuk Selalu Dekat Dengan Pasien Untuk Bicara Dengan
Pasien,Mengolaborasi Dengan Dokter Maupun Perawat Dalam Pemberian Terapi
Obat. Serta pada diagnosa kedua :Mengobservasi keadaan umum pasien Mengatur
posisi pasien semi fowler Menganjurkan keluarga untuk memberikan minum air
hangatMengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi (oksigen Nasal
64
canul 3 liter) diagnose ketiga :Mengobsevasi kemampuan klien dalam melakukan
aktivtas,Mengubah posisi minimal 2 jam untuk miring kiri dan kanan,
Memberikan posisi senyaman mungkin, Mengajarkan keluarga dan pasien untuk
melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif diagnosa ke empat :
Mengobsevasi keadaan umum pasien,Melakukan tindakan personal hygine,
Memberikan penkes perawatan diri/ personal hygine (oral Hygiene,personal
Hygiene). Diagnosa kelima: Mengobservasi pengetahuan keluarga tentang
penyakit, Memberikan informasi penyakit yang di alami klien, Mengkolaborasi
dengan tim medis dalam memberikan informasi yang lebih jelas.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa,
penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncanakan.
5.2 Saran
Mengingat pentingnya pengetahuan akan perawatan yang dilakukan untuk
px. Pasca stroke maka diperlukan informasi yang tepat dan jelas agar memahami
suatu tindakan.
Risiko cidera yang diakibatkan karena kesalahan tindakan begitu besar maka
perlu diperhatikan dan ketelitian dalam melakukan suatu tindakan.
65
penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.
66