Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
3. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik
menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah.
Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care
selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan
komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan
usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi
plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum
masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur
memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan
lingkungan luar.
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor.
Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan
lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus
pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari
1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada
2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan
yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas
bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan
lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator
maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi
dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar
37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat
diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur
ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila
incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan
botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat
tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah
dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat
ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai
digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat
ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan
cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya.
Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan
mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu pada
bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan
premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup
bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir
sangat premature (<30>
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini
disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu
memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari
keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara
memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung
disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum mencukupi
dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap belum
baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10
– 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu),
refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik
12X sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung
masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan
protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah
sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian
minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal
ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah.
Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya.
Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya.
Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau
susu botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde
lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya
dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah
60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan
tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial
ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana,
perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus
serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik
antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi
yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain
yang berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena
infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang
bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan
antisptik)
4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai
kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan
dengan menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur
yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan
yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi
beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada
infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang
menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya
mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi
kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan,
ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi
ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup
bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil.
Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak
memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus
berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir
kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu,
memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu
pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain,
menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar –
gambar dan mainan berwarna cerah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg
dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
v Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
v Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
v LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/
mm³.
v Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
v Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
v Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d. Riwayat penyakit sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga.
f. Riwayat penyakit dahulu.
2. Pemeriksaan fisik biologis
Ibu
- Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
- Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
- Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
- Riwayat penyakit ibu.
- Psikososial dan spiritual ibu.
- Riwayat perkawinan.
Bayi
- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
- Inspeksi
1. Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2. Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3. Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4. Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5. Garis telapak kaki sedikit.
6. Retraksi sternum dengan iga
7. Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
- Palpasi
1. Hati mudah dipalpasi.
2. Tulang teraba lunak.
3. Limpa mudah teraba ujungnya.
4. Ginjal dapat dipalpasi.
5. Daya isap lemah.
6. Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
- Perkusi
- Auskultasi
1. Nadi lemah.
2. Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi, sianosis,
apnea.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot,
penurunan energi / kelelahan.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang koordinasi reflek
mengisap dan menelan.
f. Resiko tinggi hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak mampuan
merasakan dingin berkeringat.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
h. Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang keadaannya
anaknya
i. Ketakutan orang tua berhubungan dengan takut akan kehilangan anaknya
j. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit anaknya
3. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pernafasan 1. Mengetahui frekuensi,
keperawatan selama 1x24 jam seperti cuping hidung, pola,suara napas pasien
diharapkan pertukaran gas pasien dispnea, dan ronkhi 2. Mengkompensasi
kembali normal dengan kriteria 2. Observasi status jantung penurunan kontraktilitas
hasil: (frekuensi,pola,suara ventrikuler
1. Tidak terdapat jantung) 3. Meningkatkan volume
dispnea 3. Observasi pemberian sekuncup, memperbaiki
2. Nilai AGD dalam oksigen dan catat setiap kontraktilitas dan
rentang normal jam ubah sisi alat setiap penurunan kongesti
3. Pasien tidak sesak 3-4 jam 4. Mencegah pasien
lagi 4. Pantau warna kulit dan menjadi sianosis dan
4. Tidak terjadi sianosis mukosa bibir tetap mempertahankan
suhu tubuh pasien dalam
keadaan hangat
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pernapasan klien: 1. Mengetahui status pernapasan
keperawatan selama 3 x 24 jam suara napas, frekuensi napas klien
2. Lakukan fisioterapi dada
diharapkan saluran napas klien 2. Membantu pengeluaran sekret
dengan menepuk-nepuk dada
bersih, dengan kriteria hasil: 3. Membantu mengeluarkan
atau punggung pasien
1. Tidak terdengar suara sekret dan melancarkan jalan
dengan 2 jari perawat
napas tambahan ronchi napas pasien
3. Kolaborasi suction untuk
2. Tidak terdapat sekret
3. Pasien dapat bernapas mengeluarkan sekret pada
dengan lega pasien
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
setelah diberikan askep selama 1. Pantau dan 1. Mengidentifikasi
5x24 jam diharapkan nutrisi klien dokumentasikan haluaran indikasi/perkembangan dari
terpenuhi dengan kriteria hasil : tiap jam secara adekuat hasil yang diharapkan
1. Pasien menghabiskan 50- 2. Membantu menentukan
100cc asi atau susu 2. Timbang BB klien berat badan yang ideal
formula 3. Berikan susu sedikit tapi 3. Mengurangi anoreksia, mual
2. Tidak mengalami sering dan muntah
anoreksia, mual, muntah 4. Catat status nutrisi paasien: 4. Berguna dalam
3. Menunjukkan turgor kulit, timbang berat mendefinisikan derajat
peningkatan berat badan badan, integritas mukosa masalah dan intervensi yang
mulut, kemampuan tepat dalam pengawasan
menelan, adanya bising kefektifan obat, kemajuan
usus, riwayat mual/rnuntah penyembuhan
atau diare. 5. Mengukur keefektifan
5. Monitor intake dan output nutrisi dan cairan
secara periodik. 6. Menentukan jenis diet dan
6. Catat adanya anoreksia, mengidentifikasi pemecahan
mual, muntah, dan tetapkan masalah untuk
jika ada hubungannya meningkatkan nutrisi.
dengan medikasi.
f. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak
mampian merasakan dingin dan berkeringat
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. gunakan lampu pemanas 1. mempertahankan panas
keperawatan selama 3x24jam selama prosedur tubuh
diharapkan hipotermia tidak 2. kurangi pemajanan pada 2. mengurangi penguapan
terjadi dengan kriteria hasil: aliran udara melalui konveksi
1. suhu tubuh dalam batas 3. ganti bila pakaian basah 3. pakaian basah bisa
normal (36,8-37,40C) 4. observasi system menyebabkan hipotermi
2. akral tersaba hangat pengaturan suhu incubator 4. mengetahui adanya
o
setiap 15 menit (33,4 C) peningkatan dan penurunan
suhu inkubator yg dapat
mempengaruhi suhu tubuh
h.Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang keadaannya
anaknya
Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pemahaman 1. Mengidentifikasi area
keperawatan selama 1x24 jam kelurga tentang bayi kekurangan pengetahuan,
diharapkan pasien dapat prematur. salah informasi dan
menerima informasi tentang memberi kesempatan untuk
kondisi anaknya dengan kriteria memberikan informasi
hasil: tambahan sesuai keperluan.
1. Klien mengatakan mengerti
2. Mengetahui tingkat
dengan informasi yang diberikan.
2. Observasi pengetahuan klien pengetahuan klien sehingga
2. Klien mampu mengulang
mengenai kondisi anaknya memudahkan perawat
informasi yang telah diberikan.
dalam memberikan
informasi.
3. Jelaskan mengenai hal – hal 3. Memenuhi kebutuhan
yang ingin diketahui oleh belajar klien.
klien. 4. Memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang
4. Berikan informasi tentang pengobatan dan perawatan
pengobatan dan perawatan diri sehingga orang tua anak
tentang kondisi anaknya dapat bersikap kooperatif.
5. Memberikan kesempatan
5. Motivasi orang tua pasien untuk mengoreksi persepsi
mengekspresikan yang salah dan mengurangi
ketidaktahuan / kecemasan kecemasan.
dan beri informasi yang
dibutuhkan
5. Evaluasi :
a) Pertukaran gas kembali normal
b) Pola napas kembali normal
c) Jalan napas pasien bersih
d) Perfusi jaringan pasien kembali normal
e) Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)
f) Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
g) Bayi tidak mengalami infeksi
h) Pengetahuan orang tua bertambah tentang kondisi anaknya
i) Orang tua tidak cemas saat merawat anaknya
j) Orang tua tidak mengalami ketakutan saat mengetahui kondisi anaknya
DAFTAR PUSTAKA