Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat.
Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan
dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yang
dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan
yang lainnya. Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
seperti kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat pola hidup,
ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip disetiap negara.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari apendisitis?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi?
3. Bagaimana etiologi apendisitis?
4. Bagaimana Klasifikas pendisitis?
5. Bagaimana patofisiologi apendisitis?
6. Apa manifestasi klinik apendisitis?
7. Apa komplikasi apendisitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan apendisitis?
9. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
apendisitis?
1
1.3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Appendiks
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya
seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc,
cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks
dapat terletak intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf
parasimpatis (berasal dari cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus
thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar
umbilicus (Nasution,2010).
3
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan
secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A.
Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah
Ig A yang dihasilkan oleh apendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig
A yang dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks
tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh, khususnya saluran cerna
(Nasution,2010).
C. Etiologi
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat
dugaannya sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces
dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi
media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces
manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli,
inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus
buntu.(Anonim,2008)
D. Klasifikas Apendisitis
1. Apendisitis akut
4
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada
dinding apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen
ke apendiks.
3. Apendisitis kronik
4. Apendissitis rekurens
5. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan
fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun
jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa
menjadi ganas. Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak
enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka
5
kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.
Pengobatannya adalah apendiktomi.
6. Adenokarsinoma apendiks
7. Karsinoid Apendiks
E. Patofisiologi
Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari
feces) atau benda asing, apendiks terinflamasi dan mengalami edema. Proses
inflamasi tersebut menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna,
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
6
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran
kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Appendiks mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah
tak mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan
bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah
(perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga
perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding
rongga perut (Peritonitis).
F. Maninfestasi klinis
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa
mencapai 37,8-38,8° Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat
berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-
muntah saja
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag
dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam
yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah,
kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda
yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah
antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu
sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing
ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan
mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa
nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus
buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)
7
Pemeriksaan Diagnosa Penyakit
1. Pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan radiologi
G. Penatalaksanaan
8
dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi
perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.
H. KOMPLIKASI
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
STUDY KASUS
Tn. RJ berusia 28th datang ke rumah sakit pada tanggal 05 Maret 2018 jam 16.37 WIB
dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut
sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.RJ terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke
rumah sakit. Selain nyeri Tn.RJ juga mengeluh rasa mual dan muntah. Disertai demam tinggi
ketika nyeri dirasakan. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :
TD : 130/80mmHg
S : 38,10⁰C
N : 90x/menit
RR: 20x/menit
A. Pengkajian Umum
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Sdr “T”
2. Umur : 20 Tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Pendidikan : Mahasiswa
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Belum bekerja
7. Status perkawinan : Belum menikah
8. Suku :-
9. Alamat : Jl. Kampung melayu Kota Bengkulu
10
II. RIWAYAT KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
Keluhan Utama :
- Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah kanan (Right Lower
Quadrant).
Keluhan saat masuk Rs :
- nyeri pada perut bawah kanan
Keluhan saat dikaji :
- Klien mengatakan nyeri yang terus bertambah
- Klien mengatakan istirahat tidurnya terganggu
- Klien mengatakan lemah
11
Genogram :
Laki-laki
Perempuan
Pasien
12
VI. KONDISI LINGKUNGAN RUMAH : (Lingkungan rumah yang mempengaruhi
kesehatan saat ini)
Minum/Cairan:
Frekuensi minum/hari 1 liter ½ liter
13
3. KEBUTUHAN ELIMINASI
Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi 6-7x/hari 4-5x/hari
Warna Kuning jernih Kuning pekat
Bau Khas (amoniak) -
14
Kemandirian pemenuhan eliminasi Tidak ada Tidak ada
Adakah sesak/pusing/lelah setelah Tidak ada Tidak ada
beraktivitas
Keluhan keterbatasan pergerakan Tidak ada Tidak ada
nyaman (nyeri/suhu)
Tidak ada Ada
Apakah ada perasaan
demam/menggigil/berkeringat
berlebih
7. KEBUTUHAN PERSONAL
HYGIENE
Frekuensi mandi 2xsehari 2xsehari
Waktu mandi Pagi dan sore Pagi dan sore
Kebiasaan mandi Ada Ada
hygiene
15
Frekuensi cuci rambut 3xseminggu Tidak ada
B. PEMERIKSAAN FISIK:
1. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
a. Kesadaran : Composmentis (sadar)
b. Berat badan : 56 Kg
c. Tekanan darah : 130/80 mmHg
d. Frekuensi nafas : 20x/menit
e. Keadaan umum : Terlihat pucat,lemah, dan terpasang infus RL
2. SYSTEM PENGLIHATAN
a. Posisi mata : Simetris kanan dan kiri
b. Kelopak mata : Simetris
c. Pergerakan bola mata : Normal
d. Konjungtiva : Merah muda
e. Solera : Putih
f. Pupil : Isokor
g. Tanda-tanda radang : Tidak ada
h. Pemakaian kaca mata :-
i. Pemakaian lensa kotak :-
3. SYSTEM PENDENGARAN
a. Daun telinga : Simetris kanan dan kiri
b. Kondisi telinga tengah : Utuh
c. Cairan dari telinga : Tidah ada cairan
d. Perasaan penuh ditelinga : Tidak ada
e. Tinntus :-
f. Fungsi pendengaran : Baik
g. Gangguan keseimbangan : Tidak ada
h. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
16
4. SYSTEM PERNAFASAN
a. Jalan nafas : Efektif
b. Pernafasan : Tidak terganggu
c. Penggunaan otot bantu pernafasan : Tidak ada
d. Frekuensi : 20X/menit
e. Irama : Teratur
f. Jenis pernafasan :-
g. Kedalaman : Normal
h. Batuk : Tidak ada
i. Sputum : Tidak ada
j. Suara nafas : Vesikuler
5. SYSTEM KARDIOVASKULER
a. Sirkulasi perifer
- Frekuensi nadi : 90X/menit
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Distensi vena jugularis: Tidak ada
- Temperature kulit : Kering
- Warna kulit : Pucat
- Edema : Tidak ada
- Capillary refill time (CRT) : -
b. Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical : -
- Bunyi jantung :
- Irama : Teratur
- Sakit dada : Tidak ada
6. SYSTEM HEMATOLOGI
Gangguan hematologi :
- Pucat : Sedikit pucat
- Pendarahan : Tidak ada
17
- Tingkat kesadaran : CM
- Glasgow coma scale : -
- Tanda-tanda peningkatan TIK :
- Gangguan system persyarafan : Tidak ada
- Pemeriksaan reflek
Reflek fisiologi :
Reflek patologis :
8. SYSTEM PENCERNAAN
a. Keadaan mulut :
1) Gigi : Sedikit kotor
2) Penggunaan gigi palsu : Tidak ada
3) Stomatitis : Tidak ada
4) Lidah kotor : Sedikit kotor
5) Silica :
b. Muntah : Ada
c. Nyeri daerah perut : Ada, kuadran kanan bawah
d. Bising usus :-
e. Konsistensi faces : Cair
f. Konstipasi : Tidak ada
g. Hepar : Tidak ada pembesaran
h. Abdomen :
9. SYSTEM ENDOKRIN
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Nafas berbau keton : Tidak ada
Luka ganggren : Tidak ada
18
Skala nyeri :-
DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
19
HCT : 30.8 L% (35,0-50.0) RDW : 14.1% (10.0-15.0)
PLT : 147 L 10/mm (150-390) MPV : 7.7 Hm3
3
(6.5-11.0)
PCT : .114 % (.100-.500) PDW : 15.6 % (10.0-18.0)
WBC Flags : L1 G2
% DIFF :
%LYM : 25.9 % (17.0-48.6) # LYM : 0.4 L 103/mm3 (1.2-3.2)
%MON : 4.4 % (4.0-10.0) #MON : 0.0 L 103/mm3 (0.3-0.8)
%GRA : 69.7 % (43.0-76.0) #GRA : 1.2 L 103/mm3 (1.2-6.8)
Faal Hemostasis
Bleeding Time Test : 11 11 (1 – 3 menit)
Clotting Time Test : C1 10 (5 – 8 menit)
C. Analasi data
20
D.
21
22
E. Implementasi
23
F. Evaluasi
24
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
25
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
MC Closkey, C.J., let all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby
26