Sunteți pe pagina 1din 33

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).

Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering
menimbulkan suatu tekanan.

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

(Stuart dan Sundeen, 1995)

a. Respon marah yang adaptif meliputi :

1. Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa
tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.

2. Frustasi

Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak
biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.

b. Respon marah yang maladaptif meliputi :

1. Pasif

Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di
alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.

2. Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang
dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.

3. Etiologi

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan
adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.

4. Tanda dan Gejala

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

Proses Kemarahan

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons terhadap marah
dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.

a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.

b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

Modul ekspresi marah

Rendah diri

Rasa bersalah Kecemasan

Bermusuhan
Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal

c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapt di
mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega, keteganganpun
akan menurun dan perasaan marah teratasi.

d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu karena
ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang
berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, amuk yang ditujukan pada orang
lain maupun lingkungan.

e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah tidak
terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat
dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.

5. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin
terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :

ü Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif
atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau
saksi penganiayaan.

ü Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.

ü Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control social yang
tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)

ü Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor Presipitasi

Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien
seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang
dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan
merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku
kekerasan.

1. Tingkah Laku

a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.

b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang berkaitan
dengan marah antara lain :

1. Menyerang atau menghindar (flight or fight)

Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik usus
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai
ketegangan otot, seperti rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.

2. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah
disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri pasien.

3. Memberontak (acting out)

Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian orang
lain.

4. Amuk atau kekerasan (violence)

Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart
dan sundeen, 1998 hal : 33)

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :

a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang
marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya seorang
wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya

c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya
seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran
atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.

d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang
tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.

e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

Sumber Koping

Menurut Suart Sundeen 1998 :

1. Aset ekonomi

2. Kemampuan dan keahlian

3. Tehnik defensif

4. Sumber sosial

5. Motivasi

6. Kesehatan dan energi

7. Kepercayaan

8. Kemampuan memecahkan masalah

9. Kemampuan sosial

10. Sumber sosial dan material

11. Pengetahuan

12. Stabilitas budaya


3. Penatalaksanaan Umum

a. Farmakoterapi

Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan
neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya
Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti
cemas, dan anti agitasi.

b. Terapi Okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan
itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan
langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan
ditentukan program kegiatannya.

c. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap
keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,
yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada
anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah
perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder)
dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).

d. Terapi somatic

Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan kepada klien
dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif
dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah
perilaku klien

e. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada klien dengan
menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan
pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi
biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri

Orang lain atau lingkungan. E

Perlaku kekerasan CP

Mekanisme koping individu in efektif C

Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )

5. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko menciderai ndiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

BAB II
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2013

Tanggal Masuk : 26 Desember 2012

Ruang : Perkasa

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Tn. H

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

No. CM : 01 13 28

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. W

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten

Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam. Klien
mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel
pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela.

Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

III. ALASAN MASUK

±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak mengontrol
diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi dan keinginanya tidak
dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk kembali di rawat inap.

Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit jiwa
klaten >35x.

2. Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.

3. Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

4. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama 3 minggu
karena mencoba membobol ATM.

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda – tanda Vital :

1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

2) Nadi : 78 x/menit

3) Suhu badan : 36.4 0C

4) Respirasi : 23 x/menit

2. Ukuran

1) Tinggi Badan : 168 cm

2) Berat badan : 70 Kg

3. Kondisi Fisik

Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

Laki – laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

2. Konsep diri

a. Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling disukainya
adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan..

b. Identitas diri

Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum menikah dan klien anak ke dua dari
lima bersaudara.

c. Peran

Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying dilingkungan masyarakat. klien
juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.

d. Ideal diri

Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas biar bisa
bekerja dan menjadi orang kaya.

e. Harga diri

Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah dan adiknya.

Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang terdekat

Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan adiknya, apabila ada
masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ayah dan adik adalah orang
yang dipercaya oleh klien.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat

Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotong royong, pengajian, arisan,
pemuda, setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi dengan teman-
teman satu bangsalnya.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, setelah di rumah sakit
hubungan klien dengan klien yang satu tidak ada masalah.

4. Spiritual

Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah dan saat di
rumah sakit klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya tidak pernah di kabulkan dan semua itu
sia-sia.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual

VII. STATUS MENTAL

1. Penampilan

· Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.

· Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.

· Klien menggunakan sandal.

Masalah Keperawatan :

2. Pembicaraan

Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang dibicarakan dan dapat
berkomunikasi dengan lancar.

Masalah Keperawatan : -

3. Aktifitas Motorik

Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah mampu
mengendalikan emosinya yang labil.

Masalah Keperawatan : -

4. Alam Perasaan

Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih klien
tampak sedih.

Masalah Keperawatan : -

5. Afek

Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.

Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera

6. Interaksi selama wawancara

Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.

Masalah Keperawatan : -

7. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.

8. Proses pikir

Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan karena
dapat kooperatif.

Masalah Keperawatan : -

9. Tingkat Kesadaran

· Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang ditandai
dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat wawancara.

· Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias
menyebutkan beberapa nama temannya.

Masalah Keperawatan : -

10. Memori

Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan klien dapat
mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.

Masalah Keperawatan : -

11. Tingkat Konsentrasi Berhitung

Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan konsentrasi
dengan baik

Masalah Keperawatan : -

12. Kemampuan Penilaian

Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau mana yang
lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.

Masalah Keperawatan : -

13. Daya Tilik Diri

Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien mampu
menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini.

Masalah Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x sehari, pagi,
siang dan sore, minum ±6 gelas sehari.

2. BAB/BAK

Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan
setelah BAB dan BAK dengan baik.

3. Mandi

Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan tubuh baik.

4. Berpakaian

Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien dapat
memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit.

5. Pola Istirahat Tidur

Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8 jam
perhari, baik malam maupun siang.

6. Penggunaan Obat

Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.

7. Aktivitas di dalam rumah

Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.

8. Aktivitas diluar rumah

Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.

IX. MEKANISME KOPING

ü Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.

ü Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan menyiapkan makanan.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.

MK : Harga Diri Rendah


3. Masalah dengan kesehatan (-)

4. Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.

5. Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

XI. ASPEK MEDIK

Terapi obat :

ü Inj. Lodomer : 1amp IM extra

ü Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg

ü Haloperidol : 3 x 5 mg

ü Resperidon : 2 x 2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN

1. Prilaku kekerasan

2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3. Harga diri rendah

4. Disstres spiritual

XIII. ANALISA DATA

NO

DATA

ETIOLOGI

PROBLEM

DS : klien mengatakan dirumah marah-marah kepada ayahnya karena keinginanya tidak dipenuhi dan
merasa dibohongi. Serta klien memukul ayahnya sampai berdarah.

DO : face tegang, mudah tersinggung saat di ajak bicara, tatapan mata tajam, muka tampak merah.

Perilaku Kekerasan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


2

DS : klien mengatakan saat mempunyai masalah dipendam sendiri, tidak mau bercerita.

DO : pasien tidak banyak bicara, pasien berdiam diri

Koping Individu Tidak Efektif

Perilaku Kekerasan

XIV.

( Efek )

( Core Problem )

( Causa / Penyebab )

POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Koping Individu Tidak Efektif

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan

2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan

Criteria hasil

Intervensi

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

TUM:

Kliendapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.

TUK 1:

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

TUK 2:

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan penyebab kekerasan

TUK 3 :

Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan


TUK 4;

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

TUK 5;

Klien dapat mengidentikasi akibat perilaku kekerasan

TUK 6 :

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan


TUK 7 :

Klien dapat menggunakan obat dengan benar ( sesuai dengan program )

1. klien mau membalas salam

2. klien mau menjabat tangan

3. klien mau menyebut nama

4. klien mau tersenyum

5. klien mau kontak mata

6. klien mau mengetahui nama perawat

1. klien mengungkapkan perasaanya

2. klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah dari lingkungan atau orang lain
1. klien mampu mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel

2. klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.

1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan

· Akibat pada klien sendiri

· Akibat pada orang lain

· akibat pada lingkungan

1. klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara :

- Fisik: Tarik nafas dalam , olah raga, memukul bantal

- Verbal: Mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.

2. klien dapat mendemonstrasikan cara fisik (memukul bantal) untuk mencegah perilaku kekerasan.
1. Klien dapat menyebut kan obat – obat yang di minum dan kegunaanya ( jenis ,waktu,dosis,dan efek )

2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan

1. ber salam panggil nama

2. sebutkan nama perawat sambil jabat tangan

3. jelaskan maksud hubungan interaksi

4. jelaskan kontrak yang akan dibahas

5. beri rasa aman dan simpati

6. lakukan kontak mata singkat tapi sering

1. beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

2. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal

1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat marah

2. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien

3. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala kesal yang di alami


1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien .

2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan klien masalahnya selesai

1. bicarakan akibat dan cara yang dilakukan klien

2. bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien

3. Tanya pada klien apakah ia ingin mempelajari cara yang baru dan yang sehat.

1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien

2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih

3. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut atau dengan role play

4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara tersebut

5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat jengkel atau marah.

1.Jelaskan jenis-jenis obat yang di minum pada klien dan keluarga.

2.Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter

3.Jelaskan prinsip benar minum obat(baca nama yg tertera pd botol obat,dosis obat ,waktu dan cara
minum)

1.Anjurkan klien minum obat tepat waktu

2.Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenang kan

3.Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu
Dx

SP

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Selasa

15/01/13

17.00
17.00
1
SP 1
SP 2
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik

2. Menyapa klien dengan ramah,baik verbal maupun non verbal.

3. Memperkenal diri dengan sopan.

4. Menjelaskan tujuan pertemuan dengan lengkap

5. Menanyakan nama klien dengan lengkap.

6. Mengatakan dengan jujur dan menepati janji

7. Menunjukkan rasa empati dan menerima klien apa adanya.

8. Memberikan perhatian kepada klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

1. Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku kekerasan dan penyebab.

2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab perilaku kekerasan

3. Memberikan pujian terhadap kemampuan klien memngungkap kan persaan nya.


S : Klien senang karena disapa oleh perawat.

O:

· Klien mau berjabat tangan

· Klien mau bercerita tentang diri nya

· Kontak mata cukup

A : Klien mampu membina hubungan saling percaya, SP 1 tercapai.

P : Lanjutkan SP 2,klien dapat mengidentifikasi penyebab marah.

K : Klien di minta untuk mencari penyebab marah.

S : Klien marah apabila keinginannya tidak terpenuhi

O:

• Klien dapat mengungkapkan perasaan marah atau jengkel.

• Klien tampak tegang tegangan dan tatapan mata tajam.

A : Klien mampu mengungkapkan penyebab marah atau jengkel,SP 2 tercapai.

P : Lanjutkan SP 3, klien dapat mengontrol dan penanganan perilaku kekerasan dengan cara sholat dan
berdoa.

K : Klien diminta untuk mencari penyebab dan tanda marah yang belum di ungkapkan
Rabu

16/01/2013

12.30

SP 3

1. Mendiskusikan bersama klien tentang apa yang dirasakan saat klien marah

2. Mendiskusikan bersama klien tentang tanda-tanda perilaku kekerasan.

S : klien saat marah akan berbicara dengan nada tinggi, tangan mengepal, matanya menatap tajam,
wajahnya tampak merah.

O : pasien menunjukkan tanda-tanda :

a. Nada suara tinggi

b. Mata menatap tajam

c. Tangan mengepal.

A : klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala saat marah atau jengkel. SP 3 tercapai.

K : klien diminta untuk mengidentifikasi perilaku kekerasan yang sering dilakukan.

SP 4

1. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bias dilakukan.

2. Membantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan.

3. Membicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan oleh klien masalah akan teratasi.

S : klien akan marah-marah apabila keinginanya tidak dipenuhi dan memukul pintu / jendela.

O : klien tampak :Tegang, tangan mengepal, mata menatap tajam, wajah memerah.

A : klien mampu mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. SP 4 tercapai.

P : lanjutkan SP 5, klien dapat mengungkapkan perilaku yang sering dilakukan saat marah.
K :klien diminta untuk mengingat kembali akibat yang akan ditimbulkan.

Kamis

18/01/2013

11.15

SP 5

1. Membicarakan akibat atau kerugian dan cara yang dilakukan kilen pada saat marah

2. Menyimpulkan bersama klien akibat dari cara yang digunakan oleh klien

3. Menanyakan kepada klien apakah klien mau mempelajari cara-cara yang baru dan sehat

S : klien sangat menyesal dan ingin minta maaf setelah dirinya marah – marah dan memukul ayahnya.

O : klien tampak : sedih, ingin menangis, mata menatap tajam, wajah memerah.

A : klien mampu mengungkapkan akibat atau kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukannya, SP 5
tercapai.

P : lanjutkan SP 6, klien dapat mengontrol perilaku yang sering dilakukan saat marah.

K : klien diminta untuk berlatih mengontrol marah dengan cara sholat dan berdoa.

12.00

SP 6

1. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penanganan dengan cara sholan dan berdoa

2. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.

S : Klien mengatakan jarang sholat dan merasa doa nya tidak dikabulkan.

O : Klien tidak melaksanakan sholat dan berdoa.

A : SP 6 belum tercapai

P : Ulangi dan Pertahankan SP 6,

K : Klien diminta berlatih untuk meminum obat secara teratur


SP 7

1. Melatih klien minum obat dengan teratur

2. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

S : Klien mengatakan minum obat secara teratur setelah makan.

O : Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat.

A : SP 7 tercapai

P : Ulangi SP 6, dan pertahankan SP 1 – SP 7.

K : Klien diminta untuk mempertahankan apa yang telah dilakukan tadi

S-ar putea să vă placă și