Sunteți pe pagina 1din 23

PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN FK UKRIDA

UNTUK KEPERLUAN SEKRETARIAT

1 Mahasiswa/i

Nama : Nur Aisyah Amirah Binti A. Mazlam NIM : 102015214

2 Pembimbing Tim pembimbing skripsi tidak boleh melebihi dua orang

Nama : Dr. Ratna Mardiati Gelar : dr, SpKJ

Nama : Dr. Elly Tania Gelar : dr, SpKJ

3 Judul Skripsi Harus informatif dan singkat jangan. melebihi 20 kata

Hubungan antara Tingkat Kecemasan dan Insomnia Non-Organik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKRIDA Angkatan 2015

4 Kata Kunci 3-5 kata kunci (key words)

Tingkat kecemasan Insomnia

Stres

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


5 Persetujuan Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Dr. Ratna Mardiati, SpKJ

Nama Tanda Tangan Tanggal

Dr. Elly Tania, SpKJ

6 Persetujuan Penilai Proposal

Nama Penilai & Gelar Institusi

Tanggal dan Tanda tangan Penilaian (mohon diberi tanda  )

 Diterima tanpa perbaikan


 Diterima dengan perbaikan
( mohon diberikan komentar)
 Tidak diterima
(mohon diberikan komentar)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


7 Komentar Penilai (apabila tidak mencukupi dapat dituliskan di lembar tambahan)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


8 Latar Belakang Jangan melebihi 2 halaman yang disediakan. Gunakan spasi tunggal (12 pts Font )

Insomnia atau gangguan tidur menurut World Health Organization adalah satu keadaan di mana
seseorang tidak mendapat tidur yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Gangguan tidur merupakan
masalah umum yang terjadi pada seluruh populasi dan sekitar sepertiga orang dewasa dilaporkan
menderita gangguan tidur, di mana mahasiswa kedokteran merupakan subkelompok yang sangat rentan
terhadap gangguan tidur. Komorbiditas yang paling umum dikaitkan dengan gangguan tidur adalah
gangguan kejiwaan.

Insomnia dapat dibagikan kepada dua (dibagi menjadi 2 jenis), yaitu insomnia organik dan non-organik.
Insomnia adalah gangguan tidur yang disebabkan adanya penyakit pada sistem saraf, sedangkan insomnia
non-organik adalah karena gangguan mental dan perilaku. Keluhan yang dialami antaranya (didapat
biasanya) adalah kesulitan untuk tidur, sering terjaga pada malam hari dan terbangun awal pagi dan
mempunyai kesukaran untuk kembali tidur.1 Di antara gangguan kejiwaan ini, depresi dan kecemasan
adalah yang paling umum dan gangguan tidur adalah gejala diagnostik.2

Kecemasan merupakan hal yang sering terjadi pada kehidupan manusia. Ia (kecemasan) merupakan gejala
normal pada manusia namun disebut patologis bila gejala nya menetap dan mengganggu fungsi seharian
kehidupan individu. Kecemasan merupakan satu perasaan yang menunjukkan kekhawatiran, kegelisahan,
ketakutan dan rasa tidak tenteram yang dapat timbul akibat adanya stresor biologis, psikologis maupun
sosial. Ia dapat mempengaruhi kognitif, somatis, emosi dan perilaku seseorang. 3 Salah satu masalah
perilaku yang dapat ditimbulkan akibat kecemasan adalah gangguan tidur.

Di Amerika Selatan dan Utara yang terdiri dari Amerika Serikat, Meksiko dan Brasil, studi mendapatkan
terdapat gangguan insomnia pada mahasiswa kedokteran dengan gejala nya timbul karena berbagai
masalah kesehatan psikologis. Di Amerika Serikat, kualitas tidur mahasiswa fakultas kedokteran lebih
buruk berbanding (dibandingkan) dewasa yang sehat. Di Brasil, 28,2% mahasiswa fakultas kedokteran
menderita insomnia, sementara 24% pada mahasiswa (kedokteran) tahun satu (pertama) kedokteran di
Mexico. Di Eropa, 40% mahasiswa kedokteran menunjukkan kualitas tidur yang buruk dengan faktor
seperti beban akademis, gaya belajar dan gaya hidup.4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Menurut studi di beberapa negara Asia, ditemukan 19% mahasiswa kedokteran di China dan 16%
mahasiswa kedokteran di Malaysia memiliki kualitas tidur yang buruk. Kognisi sebelum tidur, yaitu
berpikir aktif, khawatir dan kecemasan terkait tentang studi secara signifikan berkorelasi dengan
gangguan tidur insomnia non-organik pada mahasiswa.4 Pada satu studi yang melibatkan seramai
(sebanyak) 188 mahasiswa fakultas kedokteran Delhi, prevalensi keseluruhan kecemasan dan insomnia
masing-masing 28,72% dan 30,3%.1

Dalam satu kajian yang dilakukan di Universitas Auckland, prevalensi kecemasan dan insomnia masing-
masing adalah 17,3% dan 39,4%.5 Di Universitas Saint-Joseph, Lebanon sebanyak 50,8% mahasiswa
secara klinis signifikan kecemasan dan 10,6% mengalami insomnia.6

Di Indonesia, satu penelitian (terdapat penelitian yang) dilakukan pada mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang dan mendapatkan 40,6% mahasiswa mengalami tingkat kecemasan
sedang dan 36,5% mahasiswa mengalami gangguan tidur ringan.7 Di fakultas kedokteran Universitas
Udayana, sebesar 45,7% mahasiswa semester I mengalami gangguan tidur disebabkan tingkat stres yang
dialami sehingga menimbulkan kecemasan dalam memulai tidur.8

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa kedokteran angkatan
2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


9 Permasalahan Cantumkan juga hipotesis (bila ada) atau pertanyaan penelitian.

Masalah:

Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan
2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana?

Hipotesis:

Ada hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


10 Tujuan Penelitian Uraikan tujuan khusus dan makna penelitian harus diuraikan dengan jelas.

Tujuan Umum:
Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan
2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Tujuan Khusus:
1. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
2. Mengetahui gambaran insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa
angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Manfaat Penelitian :

1. Bagi ilmu pengetahuan


Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
tingkat kecemasan yang berhubungan dengan keluhan insomnia non-organik.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan referensi untuk mengatasi keluhan mahasiswa yang menderita insomnia non-
organik akibat kecemasan agar kualitas dan kesejahteraan mahasiswa terjaga.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa.
4. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah kesadaran dan ilmu pengetahuan yang terkait mengenai
hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


11 Landasan Teori

Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan adalah satu keadaan tegang yang berlebihan tidak pada tempatnya yang ditandai
perasaan khawatir atau takut yang berlebihan terhadap hal yang tidak jelas atau belum terjadi,
disertai gejala somatik.9 Menurut National Institute of Mental Health, terdapat lima jenis
gangguan kecemasan yang utama, yaitu gangguan kecemasan menyeluruh, obsesi kompulsif,
gangguan panik, post-traumatic stress disorder(PTSD) dan fobia sosial.
b. Epidemiologi
Gangguan kecemasan adalah gangguan umum dalam dunia kejiwaan dengan prevalensi di seluruh
dunia saat ini sebesar 7,3%. Di antara mereka, fobia spesifik adalah yang paling umum dengan
prevalensi 10,3%, seterusnya gangguan panik (dengan atau tanpa agoraphobia) dengan prevalensi
6,0%, diikuti oleh fobia sosial 2,7% dan gangguan kecemasan menyeluruh 2,2%. Gangguan
kecemasan menyeluruh, secara signifikan lebih umum dan mengganggu di negara dengan
sosioekonomi tinggi berbanding negara sosioekonomi nya sedang dan rendah.10-11
c. Etiologi
 Faktor biologik
Studi menunjukkan kemungkinan gangguan kecemasan pada orang yang keluarganya
mempunyai riwayat gangguan kecemasan lebih tinggi berbanding keluarga yang tidak
pernah menderita gangguan kecemasan.12
 Faktor biokimia
Tingkat neurotransmiter yang abnormal di otak secara langsung terkait dengan kecemasan,
terutama pada gangguan kecemasan menyeluruh. Terdapat tiga neurotransmiter utama
yang menimbulkan kecemasan, yaitu serotonin, norepinephrine dan gamma amino butyric
acid (GABA).12, 13
 Faktor sosial
Beberapa pengalaman hidup seperti stres dari pekerjaan atau kehilangan pekerjaan,
masalah keuangan, penyakit medis parah, kematian orang yang dicintai, perceraian juga
boleh (bisa) menyebabkan gangguan kecemasan. Pada mahasiswa kedokteran, beban
belajar yang berat, tekanan perasaan untuk mempertahankan nilai akademik yang bagus

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


dan kurang nya waktu senggang merupakan antara stresor yang seterusnya mengakibatkan
terjadinya gangguan kecemasan.14
d. Patofisiologi
Neurotransmiter yang utama, serotonin dan GABA telah dikaji yang terlibat dalam keadaan
kecemasan normal dan patologis. Jalur serotonin yang utama berasal dari nuclei raphe dan
tersebar luas ke banyak target di forebrain. Jalur ini memainkan peran penting dalam mengatur
keadaan otak, termasuk kecemasan dan juga memodulasi jalur dopaminergik dan noradrenergik.
Peningkatan serotonin berkorelasi dengan pengurangan kecemasan, namun mekanisme yang
mendasari korelasi ini tidak diketahui. Lesi bilateral amigdala pada manusia dikaitkan dengan
defisit dalam mengenali ekspresi wajah dari rasa takut dan emosi negatif lainnya. Sebaliknya,
rangsangan listrik pada struktur ini menyebabkan perasaan takut dan cemas. Agen GABAergic
adalah zat kimia yang mengubah efek GABA di tubuh atau otak, di mana ia berperan penting
dalam memodulasi perilaku terkait kecemasan di amigdala. Dalam satu kajian yang dilakukan di
hewan coba, infus GABA atau GABA agonis reseptor ke dalam amigdala mengurangkan
ketakutan dan kecemasan dan sebaliknya pada infus antagonis GABA.15,16
e. Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat.17,18
 Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan peningkatan persepsi. Pada tingkat ini,
tidak ada gangguan terhadap kemampuan belajar mahasiswa. Manifestasi yang muncul
adalah kelelahan, iritabel, persepsi meningkat, kesadaran tinggi, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
 Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memfokuskan pada masalah yang penting
dan mengesampingkan yang lain sehingga mengalami perhatian yang selektif, namun
masih dapat melakukan sesuatu yang terarah. Pada tingkat ini, mahasiswa masih mampu
belajar namun tidak optimal. Manifestasi yang muncul adalah kelelahan meningkat,
denyut jantung meningkat, pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara jadi
cepat dengan volume tinggi, persepsi menyempit, kemampuan konsentrasi menurun,
perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas. Emosi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


akan mengalami gangguan seperti mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan
menangis.
 Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan
berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terperinci dan spesifik, sehingga
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Mahasiswa tidak mampu belajar secara efektif, hanya
berfokus pada dirinya sendiri dan memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan perhatiannya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh
pusing, sakit kepala, mual muntah, insomnia, sering kencing, diare, palpitasi dan persepsi
menyempit. Pada tingkat ini, individu mempunyai keinginan yang tinggi untuk
menghilangkan kecemasan, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.
f. Terapi
Psikoterapi dianggap sebagai pilihan pertama untuk mengobati cemas, yaitu cognitive behavioral
therapy di mana pasien belajar untuk menangani ketakutan dengan memodifikasi cara berpikir,
berperilaku dan bereaksi terhadap situasi yang dihadapi, konseling yang bertujuan untuk
mengatasi konflik dan tekanan mental serta mengobati beberapa aspek gangguan kecemasan
hanya melalui terapi bicara, family therapy dengan harapan pelibatan setiap anggota keluarga
dapat menyelesaikan konflik atau masalah yang sedang dialami, dan behavioral therapy untuk
membantu pasien mengatasi objek atau situasi yang paling ditakutkan. Terapi farmakologi pilihan
utama yang dapat diberikan adalah antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRIs) seperti fluoxetine, sertraline dan citalopram, atau amitriptilin. Obat golongan
benzodiazepin seperti clonazepam, alprazolam dan lorazepam sering digunakan untuk mengatasi
gangguan kecemasan.12,15 Mekanisme pelibatan SSRIs dalam efek anxiolitik dan anxiogenik saat
ini masih belum jelas, tetapi menurut studi, pemberian SSRIs secara signifikan menurunkan
indeks ketakutan yang disebabkan oleh stres sehingga menimbulkan kecemasan.

Insomnia non-organik
a. Definisi
Menurut 10th revision of the International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Programs (ICD-10), insomnia non-organik adalah suatu gangguan tidur primer di mana
seseorang mengalami kesulitan untuk mulai masuk tidur atau mempertahankan tetap tidur atau
sulit tidur kembali apabila terbangun di mana terjadi disebabkan oleh gangguan mental dan emosi

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


sebagai faktor utama, dan bukan karena gangguan fisik yang dapat diidentifikasi di bagian tubuh
atau organ yang lain.
b. Epidemiologi
26% orang mengeluh mengalami kesulitan untuk tidur dan 42% mengeluh kesulitan untuk
mempertahankan tetap tidur setidaknya beberapa malam dalam seminggu. Studi dari sejumlah
sampel besar mahasiswa dengan rata-rata usia 20 tahun menunjukkan 9,5% mahasiswa memenuhi
kriteria diagnostic DSM-5 insomnia, dengan dilaporkan adanya keluhan kelelahan, depresi,
kecemasan, stres dan kualitas hidup.19,20
c. Etiologi
Penyebab insomnia dapat berupa gangguan hormon seperti hipertiroidisme, hipoglikemia,
hiperglikemia, phaeochromocytoma ataupun Addison’s disease, penyakit kardiovaskular, refluks
gastroesofagus, pola pikir, faktor lingkungan seperti bunyi bising dan suhu yang ekstrem,
makanan yang mengandung kafein dan nikotin, dan gangguan emosi seperti stres dan
kecemasan.4,21,22
d. Patofisiologi
Patofisiologi insomnia belum dapat dijelaskan secara pasti tapi insomnia dapat
dihubungkan dengan hipotesis peningkatan arousal. Arousal bertindak sebagai pengantara
ascending reticular activating system (ARAS) dengan hipotalamus, yang meregulasi fungsi
otonom dan siklus sirkadian tidur, dan basal forebrain yang berperanan untuk mengontrol aktivasi
kortikal dan integrasi otonom. Pada insomnia, terjadinya hyperarousal sehingga menyebabkan
peningkatan aktivitas sistem saraf otonom seperti, peningkatan suhu, frekuensi denyut jantung,
dan tingkat metabolisme dan lebih banyak berfikir sebelum tidur. Kesulitan tidur pada pasien
dengan insomnia dikaitkan dengan pengolahan informasi dari banyak berfikir sebelum mulai tidur.
Peningkatan pemrosesan informasi ini dikaitkan dengan peningkatan level kortisol dan
hyperarousal.23,24
e. Kriteria diagnostik ICD-10 insomnia non-organik
A. Keluhan adalah salah satu yaitu sulit mulai tidur atau mempertahankan tidur, atau kurang tidur
yang berkualitas.
A1.1. Keluhan utama adalah sulit mulai tidur atau,
A1.2. Keluhan utama sulit mempertahankan tidur
A1.2a. Terbangun beberapa kali pada waktu malam atau,
A1.2b. Butuh waktu lama untuk kembali tidur setelah terbangun di malam hari atau,

11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


A1.2c. Bangun terlalu pagi di pagi hari atau,
A1.3 Keluhan utama tidak dapat tidur kembali kalau terbangun dan
A2. Keluhan berlangsung minimal satu bulan.
B. Gangguan tidur telah terjadi setidaknya tiga kali seminggu minimal satu bulan.
C. Preokupasi akan tidak bisa tidur malam, akibatnya malam dan siang hari merasa tegang.
D. Tidur tidak puas kualitas maupun kuantitas yang menyebabkan gangguan fungsi pekerjaan
atau sosial.
f. Terapi
Terapi insomnia dapat dibagi pada farmakologi yang harus diberikan sesuai dengan gejala
gangguan jiwa dan non-farmakologik, yaitu hygiene tidur dan latihan relaksasi.25
a. Hygiene tidur:
1. Gunakan tempat tidur yang sama dengan situasi yang nyaman, tidak membaca atau
menonton televisi.
2. Tidak ke tempat tidur jika belum mengantuk. Tinggalkan tempat tidur jika belum
mengantuk dalam waktu 30 menit.
3. Usahakan waktu tidur dan bangun yang teratur atau tetap.
4. Tidak tidur siang atau berbaring untuk coba tidur walaupun hanya sebentar.
b. Latihan relaksasi digabungkan dengan latihan pernapasan abdominal.

Hubungan antara kecemasan dan regulasi tidur


Sistem GABAergic di amigdala memainkan peranan penting dalam mengontrol ketegangan emosi dalam
satu kajian yang dilakukan. Infus lokal reseptor agonis GABA A pada nukleus basolateral amigdala
menyebabkan penurunan kecemasan, sementara administrasi antagonis menghasilkan efek
anxiogenik.15,16,26 Dalam regulasi tidur, reseptor GABAA adalah target berbagai zat endogen yang
memodulasi perilaku tidur-bangun, bermula dari promosi tidur hingga penghambatan tidur. Inhibisi pada
sistem GABAergic di amigdala menyebabkan perilaku agresif pada manusia sehingga menimbulkan
kecemasan dan panik. Berlaku nya inhibisi pada sistem GABAergic di amigdala menghambat kerja
reseptor agonis GABAA sehingga menimbulkan gangguan pada pola tidur manusia.27

12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Faktor-faktor kejadian insomnia non-organik terkait kecmasan pada mahasiswa

1. Prestasi belajar
Setiap mahasiswa pasti ingin memperoleh nilai yang cemerlang dalam ujian, termasuk mahasiswa
kedokteran itu sendiri. Demi memperoleh nilai cemerlang, mahasiswa kedokteran terlalu fokus
belajar sehingga waktu belajar menjadi lebih lama, mendahulukan belajar lebih dari tidur pada
malam hari, khawatir tentang ujian sehingga timbul kecemasan terkait tentang pembelajaran dan
nilai yang bakal diperoleh.4 Hal ini tersebut dapat mengganggu pola tidur mahasiswa sehingga
bisa menimbulkan insomnia non-organik. Dalam satu penelitian, prestasi belajar mahasiswa tidak
ada hubungan dengan kecemasan maupun kualitas tidur mahasiswa.28

2. Ekonomi keluarga
Umum mengetahui, mahasiswa kedokteran sangat memerlukan dukungan finansial khusunya dari
orang tua untuk membayar biaya semester. Tambahan, biaya pendidikan mahasiswa kedokteran di
Perguruan Tinggi Swasta lebih mahal berbanding Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, mahasiswa
semestinya memerlukan uang untuk pembelajaran seperti membeli buku, mengerjakan tugas,
transportasi dan kebutuhan sehari-hari. Menurut penelitian, hanya 16% anak dari keluarga yang
sosiekonomi nya rendah yang mampu menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas, dan
hanya 15% mahasiswa yang mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.29 Mahasiswa
yang melanjutkan pengajian khususnya dalam bidang kedokteran di Perguruan Tinggi Swasta
umumnya datang dari keluarga yang berpendapatan tinggi dan tidak mempunyai masalah untuk
membiayai kuliah sehingga tidak timbul gejala seperti stres akibat kesempitan uang yang akhirnya
dapat berujung kepada insomnia non-organik.

3. Pola tempat tinggal


Lingkungan tempat tinggal juga memainkan peranan penting terhadap kecemasan mahasiswa.
Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua tidak perlu khawatir terhadap perkara selain belajar
karena semuanya sudah tersedia seperti makan dan minum, pakaian dan tidak perlu khawatir
dengan urusan rumah. Situasi ini memberikan rasa senang buat mahasiswa sehingga bisa belajar
dengan efektif. Adapun pada mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua, misalnya kost harus
semuanya diurus sendiri seperti makan dan minum, pakaian dan merapikan kamar, selain kondisi
yang kurang nyaman berbanding rumah sendiri. Hal tersebut mungkin dapat mempengaruhi

13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


emosi mahasiswa seperti timbulnya stres sehari-hari yang lama-lama dapat menimbulkan
kecemasan jika mahasiswa tidak dapat beradaptasi, sehingga akhirnya bisa menyebabkan
gangguan tidur. Namun begitu, dalam satu penelitian ditemukan tidak ada hubungan antara pola
tempat tinggal dengan stres pada mahasiswa.30

14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


KERANGKA TEORI

Faktor biologik Prestasi belajar

Faktor sosial KECEMASAN Ekonomi keluarga

Faktor biokimia Pola tempat tinggal

INSOMNIA
NON-
ORGANIK

KERANGKA KONSEP

INSOMNIA
KECEMASAN
NON-
ORGANIK

Faktor akademik
Faktor ekonomi
keluarga
Pola tempat inggal

15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Rencana Penelitian Uraikan dengan jelas tetapi ringkas strategi umum dari penelitian yang diusulkan serta pendekatan khusus
12 dan metode yang akan digunakan. Apabila diperlukan fasilitas di institusi lain, tunjukan bahwa lembaga yang bersangkutan telah
dihubungi dan memberikan persetujuan. Jangan melebihi 3 halaman spasi tunggal (12 pts Font)

12.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

12.2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada bulan Mei
hingga Agustus 2018.

12.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana.

12.4 Sampling (menyebutkan teknik sampling dan menghitung besar sampel dengan rumus yang sesuai)

Teknik samping yang digunakan adalah random sampling, dimana masing-masing sampel
memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih. Dalam menentukan sampel yang akan terpilih,
peneliti akan mengumpul data dari siapa saja yang ditemui dan bersiap sedia untuk menjadi
responden. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran angkatan 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana dengan kriteria, yaitu:

1. Kriteria Inklusi:
a. Mahasiswa bersedia menjadi responden penelitian.
b. Sedang aktif mengikuti perkuliahan semester 6.
c. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

2. Kriteria Eksklusi:
a. Mengalami kecelakaan atau kematian anggota keluarga dalam tempoh tiga bulan terakhir.
b. Mahasiswa angkatan 2015 yang tidak naik tingkat.

Besar sampel dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :
N Besar sampel minimum
Z(α) Nilai Z pada tabel sesuai α. Untuk α= 0.05(5%) nilai Z= 1.96
d Presisi (tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki). Pada penelitian ditetapkan 10%
P Proporsi masalah yang diteliti, didapatkan dari kepustakaan. Pada penelitian, proporsi
masalah insomnia non-organik didapatkan sebesar 16%. Nilai P=0.16
Q 1-P. Nilai Q=0.84

16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Berdasarkan rumus di atas, didapatkan jumlah besar sampel

N = 51.6

Jadi, jumlah minimum sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 52 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

12.5 Bahan, alat dan cara pengambilan data

12.6.1 Bahan Penelitian


-Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana angkatan 2015.

12.6.2 Alat Penelitian


­Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
­Kuesioner Insomnia Rating Scale
­Kuesioner prestasi belajar
­Kuesioner ekonomi keluarga
­Kuesioner pola tempat tinggal

12.6.3 Cara
-Mahasiswa diminta untuk mengisi informed consent yang telah disediakan.
-Mahasiswa mengisi kesemua kuesioner yang diberikan.
-Menyusun data yang telah didapatkan.
-Melakukan pengolahan, analisis, dan interprestasi data dengan program komputer Statistical
Package for the Social Sciences version 16 (SPSS16).
-Menulis laporan penelitian.

12.6 Parameter yang diperiksa :


-Hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan
2015 fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

12.7 Variabel penelitian


 Variabel dependen: Insomnia non-organik
 Variabel bebas: Tingkat kecemasan

12.8 Dana Penelitian


Perkiraan dana penelitian

 Kos fotokopi: Rp 500,000.00

12.9 Analisis Data


 Data yang didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan Statistical Package for the Social
Sciences Version 16 (SPSS 16). Bagi penelitian analitik korelasi akan digunakan tes korelasi
17

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Pearson.

12.10 Definisi Operasional:


 Variabel dependen:
1. Insomnia non-organik
- Definisi operasional: Gangguan tidur primer di mana seseorang mengalami kesulitan untuk
mulai masuk tidur atau mempertahankan tetap tidur atau sulit tidur kembali apabila
terbangun di mana terjadi disebabkan oleh gangguan mental dan emosi sebagai faktor
utama, dan bukan karena gangguan fisik yang dapat diidentifikasi di bagian tubuh atau
organ yang lain.
- Alat ukur: Kuesioner Insomnia Rating Scale
- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 1 = Insomnia berat, 2 = Insomnia sedang, 3 = Insomnia ringan,
4 = Tidak insomnia

Insomnia Rating Scale Keterangan


<8 Tidak insomnia
8-12 Insomnia ringan
13-18 Insomnia sedang
>18 Insomnia berat

 Variabel independen:
2. Tingkat kecemasan
- Definisi operasional: Kecemasan adalah satu keadaan tegang yang berlebihan tidak pada
tempatnya yang ditandai perasaan khawatir atau takut yang berlebihan terhadap hal yang
tidak jelas atau belum terjadi, disertai gejala somatik.
- Alat ukur: Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 0 = Kecemasan berat sekali, 1 = Kecemasan berat, 2 = Kecemasan sedang,
3 = Kecemasan ringan, 4 = Tidak ada kecemasan

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) Keterangan


<14 Tidak ada kecemasan
14-20 Kecemasan ringan
21-27 Kecemasan sedang
28-41 Kecemasan berat
>42 Kecemasan berat sekali

3. Prestasi belajar
- Definisi operasional: Hasil yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran dari usaha belajar yang
telah dicapai seseorang
- Alat ukur: Kuesioner prestasi belajar
18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 1 = Gagal, 2 = Lulus

4. Ekonomi keluarga
- Definisi operasional: Status keuangan rumah tangga, yang ditentukan dengan rata-rata
pendapatan keluarga per bulan.
- Alat ukur: Kuesioner ekonomi keluarga
- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 1 = Pendapatan rendah, 2 = Pendapatan sedang, 3 = Pendapatan tinggi,
4 = Pendapatan sangat tinggi

5. Pola tempat tinggal


- Definisi operasional: Pola kediaman atau akomodasi yang dijadikan tempat tinggal selama
jangka waktu tertentu.
- Alat ukur: Kuesioner pola tempat tinggal
- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 1 = Tinggal di kost, 2 = Tinggal dengan orang tua

19

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


13 Jadwal Penelitian Cantumkan lama penelitian dan rincian jadwal secara skematis.

Bulan (Tahun 2018-2019)


No Kegiatan Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des
1 Studi pustaka
Persiapan alat
dan bahan
2 penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan

20

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


14 Persyaratan Etik Bagian dibawah ini harus diisi apabila penelitian yang diusulkan berkaitan dengan
eksperimentasi pada manusia dan hewan. Metode yang digunakan harus memenuhi ketentuan etik penelitian pada
manusia dan hewan (Human and Animal Ethics). Persyaratan ini dianut oleh semua jurnal ilmiah berbobot.

Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.

Implikasi Etik Eksperimental pada Hewan

21

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


15 Daftar Pustaka Harus relevan dengan usulan.

1. Francis J.R. Insomnia: behavioural and cognitive interventions. World Health Organization. 1993.
h.1.
2. Roth T. Insomnia: Definition, Prevalence, Etiology, and Consequences. Journal of Clinical Sleep
Medicine : JCSM : official publication of the American Academy of Sleep Medicine. 2007;3(5
Suppl):S7-S10.
3. Ahmed I, Banu H, Al-Fageer R, Al-Suwaidi R. Cognitive emotions: Depression and anxiety in
medical students and staff. J Crit Care [Internet]. 2009;24(3):e1–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcrc.2009.06.003.
4. Azad MC, Fraser K, Rumana N, Abdullah AF, Shahana N, Hanly PJ, et al. Sleep disturbances among
medical students: a global perspective. J Clin Sleep Med [Internet]. 2015;11(1):69–74. Available
from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=4265662&tool=pmcentrez&rendertype=abstract.
5. Samaranayake CB, Arroll B, Fernando AT. Sleeps disorder, depression, anxiety and satisfaction with
life among young adults: a survey of university students in Auckland, New Zealand. NZMJ. 2014;
127:1399.
6. Choueiry N, Salamoun T, Jabbour H, El Osta N, Hajj A, Khabbaz LR. Insomnia and relationship with
anxiety in university students: A cross-sectional designed study. PLoS One. 2016;11(2):1–11.
7. NAZMI LK. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Derajat Insomnia Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2009 (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).
8. Gunanthi, N, Diniari N. Prevalensi dan gambaran gangguan tidur berdasarkan karakteristik
mahasiswa semester i program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Udayana
tahun 2015. E-Jurnal Medika Udayana. 2016: 5(4). Available from:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/19967.
9. Ressler K, Pine D, Rothbaum B. Anxiety disorders translational perspectives on diagnosis and
treatment. 1st ed. United States of America: Oxford University Press; 2015. p.4.
10. Thibaut F. Anxiety disorders: a review of current literature. Dialogues in Clinical Neuroscience.
2017;19(2):87-88.
11. Ruscio A, LS H, CW L, al et. Cross-sectional comparison of the epidemiology of dsm-5 generalized
anxiety disorder across the globe. JAMA Psychiatry [Internet]. 2017 May 1 [cited 2018 Mar
14];74(5):465–75. Available from: http://dx.doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2017.0056.
12. Mary A, Jyothi Y, Khan S, Ranjan A. An overview on anxiety: etiology and therapy. Journal of
Pharmaceutical Research;16(1):32-37.
13. Raju V, Bell JJ, Merlin NJ, Dharan SS. Anxiety Disorders – A Review. Asian J. Pharm. Res. 2017;
7(4): 217-221.
14. Jafari P, Nozari F, Ahrari F, Bagheri Z. Measurement invariance of the Depression Anxiety Stress
Scales-21 across medical student genders. Int J Med Educ [Internet]. 2017;8:116–22. Available from:
http://www.ijme.net/archive/8/depression-anxiety-and-stress-across-medical-student-genders/.
15. Bystritsky A, Khalsa S, Cameron M, Schiffman J. Current diagnosis and treatment of anxiety
disorders. P&T® [Internet]. 2013;38(1):30–57. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23599668
16. Nuss P. Anxiety disorders and GABA neurotransmission: A disturbance of modulation.
Neuropsychiatr Dis Treat. 2015;11:165–75.
17. Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling, Provinsi Jakarta. Pelayanan Konseling Pada
Satuan Pendidikan Mengah. Grasindo https://books.google.com.my/books?id=RCnRQ4lpRKYC.
h.19-8.
22

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


18. Bandelow B, Domschke K, Baldwin D. Panic Disorder and Agoraphobia. OUP Oxford; 2013.
https://books.google.com.my/books?id=Fa7DAQAAQBAJ. p.2-3.
19. Taylor DJ, Bramoweth AD, Grieser EA, Tatum JI, Roane BM. Epidemiology of Insomnia in College
Students: Relationship With Mental Health, Quality of Life, and Substance Use Difficulties. Behav
Ther [Internet]. 2013 Sep 1 [cited 2018 Mar 14];44(3):339–48. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0005789412001232.
20. Lichstein KL, Taylor DJ, McCrae CS, Ruiter ME. Insomnia. In: Principles and Practice of Sleep
Medicine [Internet]. Elsevier; 2011 [cited 2018 Mar 14]. p. 827–37. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/B9781416066453000761.
21. Jacobi T . GP ; London (Mar 26, 2010): 40. 2010;3–5.
22. Harvey AG, Soehner A, Lombrozo T, Bélanger L, Rifkin J, Morin CM. “Folk Theories” about the
causes of Insomnia. Cognit Ther Res. 2013;37(5):1048–57.
23. Edlow BL, Takahashi E, Wu O, Benner T, Kinney HC, Folkerth RD. NIH Public Access.
2013;71(6):531–46.
24. Lin YH, Jen CH, Yang CM. Information processing during sleep and stress-related sleep
vulnerability. Psychiatry Clin Neurosci. 2015;69(2):84–92.
25. Siebern AT, Suh S, Nowakowski S. Non-Pharmacological Treatment of Insomnia. Neurotherapeutics.
2012;9(4):717–27.
26. Erden V, Abitaǧaoǧlu S, Güler C, Doǧan Z, Kirgezen Ş, Abut Y. Insomnia may increase anesthetic
requirement. J Clin Anesth. 2016;34:367–72.
27. Steiger A. Sleep and Its Modulation by Substances That Affect GABAA Receptor Function. In:
Monti JM, Pandi-Perumal SR, Möhler H, editors. GABA and Sleep: Molecular, Functional and
Clinical Aspects [Internet]. Basel: Springer Basel; 2010. p. 121–46. Available from:
https://doi.org/10.1007/978-3-0346-0226-6_5.
28. Sarfriyanda J’, Karim D’, Dewi AP. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Kuantitas Tidur Dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa. J Online Mhs Bid Ilmu Keperawatan [Internet]. 2015;2(2):1178–85.
Available from: https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/8282.
29. Nurhayati S. Pengaruh kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak di desa sinar tebudak
kecamatan tujuh belas. :1–8.
30. Sutjiato M, Tucunan GDK a a T. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat Stress pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jikmu. 2015;5(1):30–42.

23

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

S-ar putea să vă placă și