Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1 Mahasiswa/i
Hubungan antara Tingkat Kecemasan dan Insomnia Non-Organik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKRIDA Angkatan 2015
Stres
Insomnia atau gangguan tidur menurut World Health Organization adalah satu keadaan di mana
seseorang tidak mendapat tidur yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Gangguan tidur merupakan
masalah umum yang terjadi pada seluruh populasi dan sekitar sepertiga orang dewasa dilaporkan
menderita gangguan tidur, di mana mahasiswa kedokteran merupakan subkelompok yang sangat rentan
terhadap gangguan tidur. Komorbiditas yang paling umum dikaitkan dengan gangguan tidur adalah
gangguan kejiwaan.
Insomnia dapat dibagikan kepada dua (dibagi menjadi 2 jenis), yaitu insomnia organik dan non-organik.
Insomnia adalah gangguan tidur yang disebabkan adanya penyakit pada sistem saraf, sedangkan insomnia
non-organik adalah karena gangguan mental dan perilaku. Keluhan yang dialami antaranya (didapat
biasanya) adalah kesulitan untuk tidur, sering terjaga pada malam hari dan terbangun awal pagi dan
mempunyai kesukaran untuk kembali tidur.1 Di antara gangguan kejiwaan ini, depresi dan kecemasan
adalah yang paling umum dan gangguan tidur adalah gejala diagnostik.2
Kecemasan merupakan hal yang sering terjadi pada kehidupan manusia. Ia (kecemasan) merupakan gejala
normal pada manusia namun disebut patologis bila gejala nya menetap dan mengganggu fungsi seharian
kehidupan individu. Kecemasan merupakan satu perasaan yang menunjukkan kekhawatiran, kegelisahan,
ketakutan dan rasa tidak tenteram yang dapat timbul akibat adanya stresor biologis, psikologis maupun
sosial. Ia dapat mempengaruhi kognitif, somatis, emosi dan perilaku seseorang. 3 Salah satu masalah
perilaku yang dapat ditimbulkan akibat kecemasan adalah gangguan tidur.
Di Amerika Selatan dan Utara yang terdiri dari Amerika Serikat, Meksiko dan Brasil, studi mendapatkan
terdapat gangguan insomnia pada mahasiswa kedokteran dengan gejala nya timbul karena berbagai
masalah kesehatan psikologis. Di Amerika Serikat, kualitas tidur mahasiswa fakultas kedokteran lebih
buruk berbanding (dibandingkan) dewasa yang sehat. Di Brasil, 28,2% mahasiswa fakultas kedokteran
menderita insomnia, sementara 24% pada mahasiswa (kedokteran) tahun satu (pertama) kedokteran di
Mexico. Di Eropa, 40% mahasiswa kedokteran menunjukkan kualitas tidur yang buruk dengan faktor
seperti beban akademis, gaya belajar dan gaya hidup.4
Dalam satu kajian yang dilakukan di Universitas Auckland, prevalensi kecemasan dan insomnia masing-
masing adalah 17,3% dan 39,4%.5 Di Universitas Saint-Joseph, Lebanon sebanyak 50,8% mahasiswa
secara klinis signifikan kecemasan dan 10,6% mengalami insomnia.6
Di Indonesia, satu penelitian (terdapat penelitian yang) dilakukan pada mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang dan mendapatkan 40,6% mahasiswa mengalami tingkat kecemasan
sedang dan 36,5% mahasiswa mengalami gangguan tidur ringan.7 Di fakultas kedokteran Universitas
Udayana, sebesar 45,7% mahasiswa semester I mengalami gangguan tidur disebabkan tingkat stres yang
dialami sehingga menimbulkan kecemasan dalam memulai tidur.8
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa kedokteran angkatan
2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Masalah:
Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan
2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana?
Hipotesis:
Ada hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Tujuan Umum:
Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan
2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
2. Mengetahui gambaran insomnia non-organik pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dan insomnia non-organik pada mahasiswa
angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Manfaat Penelitian :
Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan adalah satu keadaan tegang yang berlebihan tidak pada tempatnya yang ditandai
perasaan khawatir atau takut yang berlebihan terhadap hal yang tidak jelas atau belum terjadi,
disertai gejala somatik.9 Menurut National Institute of Mental Health, terdapat lima jenis
gangguan kecemasan yang utama, yaitu gangguan kecemasan menyeluruh, obsesi kompulsif,
gangguan panik, post-traumatic stress disorder(PTSD) dan fobia sosial.
b. Epidemiologi
Gangguan kecemasan adalah gangguan umum dalam dunia kejiwaan dengan prevalensi di seluruh
dunia saat ini sebesar 7,3%. Di antara mereka, fobia spesifik adalah yang paling umum dengan
prevalensi 10,3%, seterusnya gangguan panik (dengan atau tanpa agoraphobia) dengan prevalensi
6,0%, diikuti oleh fobia sosial 2,7% dan gangguan kecemasan menyeluruh 2,2%. Gangguan
kecemasan menyeluruh, secara signifikan lebih umum dan mengganggu di negara dengan
sosioekonomi tinggi berbanding negara sosioekonomi nya sedang dan rendah.10-11
c. Etiologi
Faktor biologik
Studi menunjukkan kemungkinan gangguan kecemasan pada orang yang keluarganya
mempunyai riwayat gangguan kecemasan lebih tinggi berbanding keluarga yang tidak
pernah menderita gangguan kecemasan.12
Faktor biokimia
Tingkat neurotransmiter yang abnormal di otak secara langsung terkait dengan kecemasan,
terutama pada gangguan kecemasan menyeluruh. Terdapat tiga neurotransmiter utama
yang menimbulkan kecemasan, yaitu serotonin, norepinephrine dan gamma amino butyric
acid (GABA).12, 13
Faktor sosial
Beberapa pengalaman hidup seperti stres dari pekerjaan atau kehilangan pekerjaan,
masalah keuangan, penyakit medis parah, kematian orang yang dicintai, perceraian juga
boleh (bisa) menyebabkan gangguan kecemasan. Pada mahasiswa kedokteran, beban
belajar yang berat, tekanan perasaan untuk mempertahankan nilai akademik yang bagus
Insomnia non-organik
a. Definisi
Menurut 10th revision of the International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Programs (ICD-10), insomnia non-organik adalah suatu gangguan tidur primer di mana
seseorang mengalami kesulitan untuk mulai masuk tidur atau mempertahankan tetap tidur atau
sulit tidur kembali apabila terbangun di mana terjadi disebabkan oleh gangguan mental dan emosi
10
11
12
1. Prestasi belajar
Setiap mahasiswa pasti ingin memperoleh nilai yang cemerlang dalam ujian, termasuk mahasiswa
kedokteran itu sendiri. Demi memperoleh nilai cemerlang, mahasiswa kedokteran terlalu fokus
belajar sehingga waktu belajar menjadi lebih lama, mendahulukan belajar lebih dari tidur pada
malam hari, khawatir tentang ujian sehingga timbul kecemasan terkait tentang pembelajaran dan
nilai yang bakal diperoleh.4 Hal ini tersebut dapat mengganggu pola tidur mahasiswa sehingga
bisa menimbulkan insomnia non-organik. Dalam satu penelitian, prestasi belajar mahasiswa tidak
ada hubungan dengan kecemasan maupun kualitas tidur mahasiswa.28
2. Ekonomi keluarga
Umum mengetahui, mahasiswa kedokteran sangat memerlukan dukungan finansial khusunya dari
orang tua untuk membayar biaya semester. Tambahan, biaya pendidikan mahasiswa kedokteran di
Perguruan Tinggi Swasta lebih mahal berbanding Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, mahasiswa
semestinya memerlukan uang untuk pembelajaran seperti membeli buku, mengerjakan tugas,
transportasi dan kebutuhan sehari-hari. Menurut penelitian, hanya 16% anak dari keluarga yang
sosiekonomi nya rendah yang mampu menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas, dan
hanya 15% mahasiswa yang mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.29 Mahasiswa
yang melanjutkan pengajian khususnya dalam bidang kedokteran di Perguruan Tinggi Swasta
umumnya datang dari keluarga yang berpendapatan tinggi dan tidak mempunyai masalah untuk
membiayai kuliah sehingga tidak timbul gejala seperti stres akibat kesempitan uang yang akhirnya
dapat berujung kepada insomnia non-organik.
13
14
INSOMNIA
NON-
ORGANIK
KERANGKA KONSEP
INSOMNIA
KECEMASAN
NON-
ORGANIK
Faktor akademik
Faktor ekonomi
keluarga
Pola tempat inggal
15
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada bulan Mei
hingga Agustus 2018.
Subjek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana.
12.4 Sampling (menyebutkan teknik sampling dan menghitung besar sampel dengan rumus yang sesuai)
Teknik samping yang digunakan adalah random sampling, dimana masing-masing sampel
memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih. Dalam menentukan sampel yang akan terpilih,
peneliti akan mengumpul data dari siapa saja yang ditemui dan bersiap sedia untuk menjadi
responden. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran angkatan 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana dengan kriteria, yaitu:
1. Kriteria Inklusi:
a. Mahasiswa bersedia menjadi responden penelitian.
b. Sedang aktif mengikuti perkuliahan semester 6.
c. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
2. Kriteria Eksklusi:
a. Mengalami kecelakaan atau kematian anggota keluarga dalam tempoh tiga bulan terakhir.
b. Mahasiswa angkatan 2015 yang tidak naik tingkat.
Keterangan :
N Besar sampel minimum
Z(α) Nilai Z pada tabel sesuai α. Untuk α= 0.05(5%) nilai Z= 1.96
d Presisi (tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki). Pada penelitian ditetapkan 10%
P Proporsi masalah yang diteliti, didapatkan dari kepustakaan. Pada penelitian, proporsi
masalah insomnia non-organik didapatkan sebesar 16%. Nilai P=0.16
Q 1-P. Nilai Q=0.84
16
N = 51.6
Jadi, jumlah minimum sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 52 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
12.6.3 Cara
-Mahasiswa diminta untuk mengisi informed consent yang telah disediakan.
-Mahasiswa mengisi kesemua kuesioner yang diberikan.
-Menyusun data yang telah didapatkan.
-Melakukan pengolahan, analisis, dan interprestasi data dengan program komputer Statistical
Package for the Social Sciences version 16 (SPSS16).
-Menulis laporan penelitian.
Variabel independen:
2. Tingkat kecemasan
- Definisi operasional: Kecemasan adalah satu keadaan tegang yang berlebihan tidak pada
tempatnya yang ditandai perasaan khawatir atau takut yang berlebihan terhadap hal yang
tidak jelas atau belum terjadi, disertai gejala somatik.
- Alat ukur: Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 0 = Kecemasan berat sekali, 1 = Kecemasan berat, 2 = Kecemasan sedang,
3 = Kecemasan ringan, 4 = Tidak ada kecemasan
3. Prestasi belajar
- Definisi operasional: Hasil yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran dari usaha belajar yang
telah dicapai seseorang
- Alat ukur: Kuesioner prestasi belajar
18
4. Ekonomi keluarga
- Definisi operasional: Status keuangan rumah tangga, yang ditentukan dengan rata-rata
pendapatan keluarga per bulan.
- Alat ukur: Kuesioner ekonomi keluarga
- Skala ukur: Ordinal
- Penilaian: 1 = Pendapatan rendah, 2 = Pendapatan sedang, 3 = Pendapatan tinggi,
4 = Pendapatan sangat tinggi
19
20
Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.
21
1. Francis J.R. Insomnia: behavioural and cognitive interventions. World Health Organization. 1993.
h.1.
2. Roth T. Insomnia: Definition, Prevalence, Etiology, and Consequences. Journal of Clinical Sleep
Medicine : JCSM : official publication of the American Academy of Sleep Medicine. 2007;3(5
Suppl):S7-S10.
3. Ahmed I, Banu H, Al-Fageer R, Al-Suwaidi R. Cognitive emotions: Depression and anxiety in
medical students and staff. J Crit Care [Internet]. 2009;24(3):e1–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcrc.2009.06.003.
4. Azad MC, Fraser K, Rumana N, Abdullah AF, Shahana N, Hanly PJ, et al. Sleep disturbances among
medical students: a global perspective. J Clin Sleep Med [Internet]. 2015;11(1):69–74. Available
from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=4265662&tool=pmcentrez&rendertype=abstract.
5. Samaranayake CB, Arroll B, Fernando AT. Sleeps disorder, depression, anxiety and satisfaction with
life among young adults: a survey of university students in Auckland, New Zealand. NZMJ. 2014;
127:1399.
6. Choueiry N, Salamoun T, Jabbour H, El Osta N, Hajj A, Khabbaz LR. Insomnia and relationship with
anxiety in university students: A cross-sectional designed study. PLoS One. 2016;11(2):1–11.
7. NAZMI LK. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Derajat Insomnia Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2009 (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).
8. Gunanthi, N, Diniari N. Prevalensi dan gambaran gangguan tidur berdasarkan karakteristik
mahasiswa semester i program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Udayana
tahun 2015. E-Jurnal Medika Udayana. 2016: 5(4). Available from:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/19967.
9. Ressler K, Pine D, Rothbaum B. Anxiety disorders translational perspectives on diagnosis and
treatment. 1st ed. United States of America: Oxford University Press; 2015. p.4.
10. Thibaut F. Anxiety disorders: a review of current literature. Dialogues in Clinical Neuroscience.
2017;19(2):87-88.
11. Ruscio A, LS H, CW L, al et. Cross-sectional comparison of the epidemiology of dsm-5 generalized
anxiety disorder across the globe. JAMA Psychiatry [Internet]. 2017 May 1 [cited 2018 Mar
14];74(5):465–75. Available from: http://dx.doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2017.0056.
12. Mary A, Jyothi Y, Khan S, Ranjan A. An overview on anxiety: etiology and therapy. Journal of
Pharmaceutical Research;16(1):32-37.
13. Raju V, Bell JJ, Merlin NJ, Dharan SS. Anxiety Disorders – A Review. Asian J. Pharm. Res. 2017;
7(4): 217-221.
14. Jafari P, Nozari F, Ahrari F, Bagheri Z. Measurement invariance of the Depression Anxiety Stress
Scales-21 across medical student genders. Int J Med Educ [Internet]. 2017;8:116–22. Available from:
http://www.ijme.net/archive/8/depression-anxiety-and-stress-across-medical-student-genders/.
15. Bystritsky A, Khalsa S, Cameron M, Schiffman J. Current diagnosis and treatment of anxiety
disorders. P&T® [Internet]. 2013;38(1):30–57. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23599668
16. Nuss P. Anxiety disorders and GABA neurotransmission: A disturbance of modulation.
Neuropsychiatr Dis Treat. 2015;11:165–75.
17. Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling, Provinsi Jakarta. Pelayanan Konseling Pada
Satuan Pendidikan Mengah. Grasindo https://books.google.com.my/books?id=RCnRQ4lpRKYC.
h.19-8.
22
23