Sunteți pe pagina 1din 27

ASUHAN KEPERAWATAN

“PENYAKIT MENULAR SEKS”

Disusun Oleh
Kelompok 7

1.Adelia Safitri P0 5120217038


2. Junita Sutra Densi P0 5120217052
3.Ramadana Hafira P0 5120217067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dalam pembuatan makalah dengan

judul “PENYAKIT MENULAR SEKS” di Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Kami menyadari bahwa makalah yang tersusun ini belumlah sempurna, maka dari itu

apabila ada kesalahan atau kekurangan, kami mohon ma’af dan mengharap segala saran dan

kritik demi sempurnanya penyusunan makalah yang selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa semata, kami berharap semoga

penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya penulis sendiri. Amin

Bengkulu,29 April 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
PMS ( Penyakit Menular Seksual) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara
berkembang. Peningkatan insidensi PMS dan penyebarannya di seluruh dunia, tidak
dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan
program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidensi PMS atau paling tidak
insidensinya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidensi PMS
relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru muncul beserta komplikasi
medisnya.
Sejak diketemukannya AIDS tahun 1981, PMS yang belum dapat disembuhkan
terutama PMS yang disebabkan oleh virus mendapat perhatian besar, misalnya herpes
genitalis, kondiloma akuminata, dan AIDS. WHO memperkirakan pada tahun 1999,
terdapat 340 juta kasus baru PMS ( gonore, infeksi chlamydia, sifilis, dan trikomoniasis)
baru setiap tahunnya, sedangkan jumlah infeksi HIV saat ini lebih dari 33,6 juta kasus.
Peningkatan insidensi PMS tidak terlepas dari kaitannya dengan perilaku resiko tinggi.
Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah usia 20-34 tahun pada laki-laki, 16-24
tahun pada wanita, 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin, pelancong, Pekerja Seks
Komersial (PSK).
Di Indonesia beberapa tahun terakhir ini tampak adanya kecenderungan
peningkatan prevalensi PMS, misalnya prevalensi sifilis meningkat sampai 10%
dan gonore meningkat 30-40% pada beberapa kelompok PSK.

B.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas ,maka penulis
merumuskan masalah yaitu ‘’ bagaimana asuhan keperawatan pada TN. Y dengan penyakit
menular seksual”

C. Tujuan
a) Tujuan umum

Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan, kemampuan mengetahui dan


menerapkan asuhan keperawatan pada pasien penyakit menular seksual
3
b) Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien penyakit menular seksual


2.Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada penyakit menular
seksual
3.Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan asuha keperawatan pada pasien
penyakit menular seksual
4.Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
5.Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien penyakit
menular seksual

E. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan : dalam bab ini terdiri atas latar belakang, tujuan umum dan
tujuan khusus dan sistematika penulisan.
2. BAB II : dalam bab ini terdiri atas tinjauan teoritis/pustaka , konsep dasar penyakit
Dan konsep askep
3. BAB III tinjauan kasus
4. BAB IV pembahasan
5. BAB V Penutup : bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR PENYAKIT

4
1.1 Definisi
PMS atau Penyakit Menular Seks adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan
dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah
Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena
mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn
antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).
Menurut Aprilianingrum (2002), Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan
sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan
kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis
ataupun sesama jenis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu orang ke
orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata
pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong
dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
PMS

dapat menyebabkan :

1. Abortus

2. Kehamilan Ektopik (embrio melakukan implantasi diluar rahim)

3. Persalinan preterm (kehamilan ≤ 37 minggu )

4. Lahir mati

5. Cacat bawaan

6. Morbiditas neonatus

7.Kematian

5
1.2 Etiologi
Penyebab dari PMS ada 3 yaitu bakteri, virus dan protozoa.
1. Bakteri a) Herpes Simpleks Virus
a) Neisseria Gonorrhoeae b) Hepatitis B Virus
b) Clamydia Trachomatis c) Human Papiloma Virus
c) Mycoplasma Homonis d)Human TLymphotropic
d) Haemmophilus Vaginalis 3. Protozoa
e) Donavania Granulomatis a) Trichomonas Vaginalis
2. Virus

1.3 Patofisiologi
Virus HIV masuk kedalam tubuh melalui semen,cairan vagina dll.

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4

(limfosit T4, Monosit, Sel dendrit , Sel langerhans)

Mengikat Molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi oportunistik

Sist. Pernafasan sist. Pencernaan sist.integumen sist.

Neurologis
Peradangan pd infeksi jamur pda mulut perdangan kulit infeksi ssp

Jaringan paru peradangan pd mulut timbul lesi

Sesak intake makanan menurun gatal, nyeri,bersisik

ggn pernafasan Ggn nutrisi kurang dri integritas kulit

6
kebutuhan tubuh
peristaltik

Diarea kronis

mukosa kering & dehidrasi

kekurangan cairan

1.4 Manifestasi Klinis


 Manifestasi klinis HIV
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai
timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
1. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap
HIV dalam darah
2. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat
3. Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
4. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6
bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
1. HIV berkembang biak dalam tubuh
2. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak
sehat dan merasa sehat
3. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang,
karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
4. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun,
tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara
berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
1. Sistem kekebalan tubuh semakin turun
2. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya:
pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus,
flu, dll

7
3. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan,
tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
1. Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
2. Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin
parah
 Demam
 Malaise
 Keletihan
 Keringat malam
 Penurunan BB
 Diare kronik
 Limfadenopati umum
 Kamdidiasis oral
 Manifestasi klinis Sifilis
1. Sifilis primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh
Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada
tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera
berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang
disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi
(chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di
daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak
nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang
hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan
pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh
dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan
jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke
manifestasi sifilis sekunder.
2 . Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2–10 minggu setelah chancre sembuh.
Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam,

8
mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang
meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga
berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi
kondilomata lata (plak seperti veruka, abu–abu putih sampai
eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan
pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder
adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan
artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada.
Relapsing sifilis.
Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak
tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala
klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya
perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis)
yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan
gejala klinik pada stadium sifilis sekunder.
 Manifestasi klinis Gonorhea
Pada pria:
1. Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 10-14 hari
setelah terinfeksi
2. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian
diikuti nyeri ketika berkemih.
3. Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan
keluarnya lendir mukoid dari uretra.
4. Retensi urin akibat inflamasi prostat
5. Keluarnya nanah dari penis akibat infeksi menarik dari uretra
anterior ke uretra posterior.
Pada wanita:
1. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi.
2. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa
minggu atau bulan (asimtomatis).

9
3. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk
berkemih, sering berkemih, sakit punggung belakang, nyeri
abdomen serta panggul
4. Nyeri ketika berkemih.
5. Keluarnya cairan dari vagina.
6. Demam
7. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra,
dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika
berhubungan seksual.
8. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks
melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan
merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja
terbungkus oleh lendir dan nanah.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bahan genetalia
Beberapa tujuan pengambilan bahan pemeriksaan laboratorium pada
genitalia khususnya vagina untuk tujuan mengetahui adanya sebab penyakit
infeksi ( STD) maupun adanya perubahan sel ephitel sebagai pengamatan
adanya karsinoma.
Pengambilan dilakukan secara steril dan tepat sasaran sangat
mendukung diagnosa.Pengambilan bahan untuk penyakit infeksi akibat
STD atau PMS yg diduga siphillis.Bersihkan genital dengan PZ Steril
Ambil Reistz serum dengan pinset atau Ose steril.Oleskan Reitz serum
pada obyek glas tutup dengan cover glas periksa pada Dark Field
Mikroskope untuk menukan Treponema palidum.Oleskan Reitz serum pada
obyek glas di warnai dengan cat gram untuk mengetahui adanya Strepto
bacil atau Haemophylus una dusrcey yang gram negatip ( warna merah )
2. Pengambilan bahan pada vagina menyebabkan urethritis
Pada Urethra di ambil skreet atau exudat dari urethra dengan Ose atau
Swab Dari Servix uteri vagina dibuka dengan spekulum steril untuk melihat

10
servix sekret diambil dengan swab atau ose kemudian oleskan pada obyek
glas.
3. Pemeriksaan Sitopatologi Servix Uteri
Sitologi servix sangat sederhana , tidak berbahaya , merupakan
metode yang non – invasif untuk mendeteksi perubahan pre kanker pada
servix.Pemeriksaan sitologi servix sudah menjadi program nasional untuk
deteksi dini kanker servix dan mengurangi angka kematian yang
diakibatkan dari PMS.
4. Pemeriksaan Darah Lengkap
Mengetahui jumlah dari sel darah merah dan sel darah putih dalam
tubuh, yang dapat menunjukkan tentang adanya infeksi.

1.6 Penatalaksanaan
Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa
diobati secara tuntas seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika kita terkena
PMS, satu-satunya cara adalah berobat ke dokter atau tenaga kesehatan. Jangan
mengobati diri sendiri. Selain itu, pasangan kita juga harus diobati agar tidak
saling menularkan kembali penyakit tersebut.
 Penatalaksanaan HIV
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi
HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh yang
tercemar HIV.
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik

11
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3.Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
3.Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
 Didanosine

 Ribavirin

 Diedoxycytidine

 Recombinant CD 4 dapat larut


4.Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
 Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
 Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
 Penatalaksanaan Sifilis
1. Medikamentosa
Sifilis Primer dan Sekunder:
 Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4
juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau.
 Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi
inframuskular sehari selama 10 hari, atau
 Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta
unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.
Sifilis Laten

12
 Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau
 Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit
(600.000 unit sehari) atau
 Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2
juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).
Sifilis Stactom III
 Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau
 Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit
(600.000 unit sehari) atau
 Penisilin prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6
juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).
Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin,
dapat diberikan :
 Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau
 Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi
terhadap penisilin, dapat dierikan :
 Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau
 Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari
“Obat ini tidak boleh dibeirkan kepada wanita hamil, menyus
ui, dan anak-anak.
2. Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII
tahun pertama dan setiap 6 bulan per tahun kedua.
3. Non medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal
sebagai berikut :
 Bahaya PKTS dan Komplikasinya
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.
 Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya.
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai
kondom jika tak dapat menghindarkan lagi.

13
 Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang
 Penatalaksanaan Gonorhea
1. Medikamentosa
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif
terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif
resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih
tetap merupakan pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8
unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan
penicillin merupakan pengobatan yang memadai.Sebagai
penghambat dari penyebaran bakteri Neisseria Gonorhea.
Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
c. Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang
resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2
gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis
dan meningitis gonokokus.
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
a. Bahaya penyakit menular seksual
b. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
c. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk
pasangan seks tetapnya
d. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindari.
e. Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan
datang

1.7 Komplikasi
1. Radang panggul
Pada infeksi saluran reproduksi perempuan, karena letaknya yang
di dalam rongga panggul, komplikasi ini terjadi karena infeksi sudah

14
menjalar ke organ-organ dalam panggul di sekitarnya. Biasanya tanda-
tandanya perut bagian bawah terasa nyeri sekali dan ada riwayat keputihan
yang sudah lama tidak sembuh-sembuh.
2. Infertilitas
Infertilitas atau kemandulan terjadi jika PMS tidak di tangani
dengan baik sehingga dapat menginfeksi pada organ reproduksi.Infeksi
tersebut akan menjalar ke ovarium atau testis yang dapat mempengaruhi
kwalitas sperma dan sel telur.
3. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik sering disebut juga dengan kehamilan di luar
kandungan/rahim, yaitu dalam rongga rahim tetapi ada di tempat lain,
misalnya di saluran telur, rongga perut, dan lain-lain. Yang berbahaya dari
kehamilan ektopik ini adalah terjadinya perdarahan ketika produk
kehamilan tersebut terganggu.
4. Keguguran
Keguguran juga menjadi salah satu komplikasi bagi ibu yang
sedang hamil yang terkena PMS karena penyakit ini bisa menembus
plasenta sehingga menginfeksi bayi. Selain itu, bisa mengalami kematian
pada bayi ketika dilahirkan, atau bayi jadi tertular penyakit ketika
melewati jalan lahir.
5. Kanker servik
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kalau infeksi menular
seksual ini dibiarkan lama-lama, bisa memicu timbulnya sel-sel
kanker.Kanker yang paling dekat adalah kanker mulut rahim atau servik.
6.AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). AIDS sering
muncul sebagai komplikasi dari infeksi penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV yang
menginfeksi tubuh kita akan menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga
mudah terkena infeksi oportunistik, misal jamur kulit, ISPA, PMS, dan
lain-lain.
7. Epididimitis dan prostatitis

15
Kalau PMS pada pria dibiarkan, akan mudah sekali menjalar ke
organ reproduksi bagian dalam, di antaranya ke prostat dan saluran
epididimis dalam testis.Kalau terjadi gangguan pada prostat atau testis, ini
akan terjadi peradangan sebagai respons terhadap adanya infeksi. Proses
infeksi ini, jika tetap dibiarkan dapat merusak fungsi organ-organ tersebut.
8.Striktur uretra
Striktur uretra adalah istilah medis ketika dinding saluran kencing
telah rusak karena terkena infeksi PMS. Pertama yang terjadi adalah
adanya luka pada dinding saluran kencing, selanjutnya dinding yang
terluka tersebut dapat menempel dengan dinding di depannya atau
menimbulkan jaringan parut pada saluran itu.Saluran kencing menjadi
lebih sempit bahkan menutup sama sekali sehingga sangat mengganggu
kencing. Jika ini terjadi, akan terasa sangat sakit dan cukup sulit
disembuhkan.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENUULAR


SEKSUAL

2.1 Pengkajian

16
1. Biodata
Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, no
telepon, status pernikahan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, No RM,
Tgl masuk, Tgl pengkajian, sumber informasi, nama klg dekat yg bisa
dihubungi, status, alamat, no telepon, pendidikan, pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
3. Riwayat kesehatan saat ini
Pada beberapa kasus,timbul lesi atau vesikel perkelompok pada
penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan
suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun
psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit
PMS atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
Aktifitas Daily Living
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita
penyakit gonorhea. Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah
parah.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi
terjadi pada tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada
tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
3) Pola eliminasi

17
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih,
nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi,
warna dan bau urin.
4) Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien
tidak begitu terganggu.
5) Pola istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa
terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.
6) Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi
pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva
pasien.
7) Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang
dideritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia
alami saat ini. Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut,
depresi, karena terjadi perubahan pada diri pasien. Biasanya klien merasa
cemas dan takut terhadap penyakitnya.
8) Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien,
apakah stres yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola
makan dan lain-lain. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam
menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk mengatasi
masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi dan
apakah orang tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress
9) Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah
hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu
bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem

18
pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya
klien merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungannya.
10) Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien.
Berapa jumlah anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang
berhubungan dengan penyakitnya. Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni
mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang mengidap PMS,
pasangan seksual multiple, aktifitas seksual yang tidak terlindung, dan sek
anal.Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan seks.Penggunaan
kondom yang tidak konsisten.
11) Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas
ibadah klien, apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh
agama dalam kehidupan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

19
Tn. Y di sangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10
tahun yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya dan melakukan
hubungan seks di luar pengawalan orang tua karena kedua orang tuanya berada di
Belgia. Tn.Y mudah lelah sehingga menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu.
Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan
fisik di dapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat
pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu kemudian,
pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter
bedasarkan hasil pemeriksaan Tn.Y di diagnosa mengidap penyakit HIV.

A. Pengkajian
1. Data Demografi
 Nama klien : Tn.Y
 Umur : 38 th
 Diagnosa Medik : HIV – AIDS
 Tanggal Masuk : 7 November 2014
 Alamat : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru
 Suku : Batak
 Agama : Islam
 Pekerjaan : swasta
 perkawinan : Duda Status
 pendidikan : SMA
 penanggung jawab : Tn.a (adik kandung)

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, flu, letih, lesu, pusing,
dan diare lebih dari 3x sehari. Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
b. Keluhan waktu di kaji:
pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014 di temukan
benjolan pada leher.
- Keadaan umum : lemah dan pucat
- Kesadaran : composmetis
- Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
- Frek.nadi : 100x/ menit
- RR : 28x/menit
- Temperature : 38,7ºc

20
c. Riwayat Penyakit Terdahulu:
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang seperti di alaminya saat
ini sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sedang di derita pasien.

3. riwayat pola kebiasaaan:


a. Aktivitas/ istirahat
klien mengatakan mudah lelah dan lesu , tidur hanya 4 jam yang biasanya
68 jam pada malam hari, dan merasa tidak segar setelah bangun tidur
b. Integritas ego
klien mengatakan stress dengan keadaan yang di alamai takut keluarga dan
teman-teman menjauhi serta khawatir kehilangan pekerjaan
c. Eliminasi
klien mengatakan mengalami diere terus-menerus, nyeri panggul dan rasa
terbakar saat miksi
d. Makanan/cairan
klien mengatakan tidak nafsu makan, adanya perasaan mual dan ingin
muntah, dan sulit menelan
e. Hygiene
saat di rumah sakit klien mengatakan mandi hanya1 x sehari
f. Neurosensori
klien mengatakan merasa pusing dan sakit kepala, konsentrasi menurun, dan
sering mengalami kesemutan pada daerah ekstremitas
g. Nyeri/kenyamanan
klien mengatakan nyeri otot dan sendi, serta ada rasa terbakar pada kaki
h. Pernapasan
klien mengatakan ketika batuk tidak ada sputum
4. pengkajian fisik
a. System pernafasan: hasil auskultasi tidak adanya suara tambahan, dengan
respirasi 28x/menit
b. System kardiovaskular : wajah pucat, tampak mata cekung, tekanan
darah 130/80, nadi 100x/menit
c. System pencernaan: abdomen simetris, hiperperistaltik, turgor kulit jelek
d. System integument : suhu tubuh 38,7ºc, turgor kulit jelek
e. System hematologi : wajah pucat dan bibir kering

21
5. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)

6. analisa data

No Data senjang Penyebab Masalah


( symptom) (etiologi) ( problem)
1 DS: Kehilangan cairan aktif Hipovolemia
 Pasien mengatakan diare
terus-menerus sehari
sampai 3x bab
 Pasien mengatakan
mudah capek
 Pasien mengatakan
mudah lelah dan lesuh
DO:
 Mukosa bibir kering
 Turgor kulit jelek
 TD 130 / 80 mmHg
 Frek.nadi: 100x/ menit
 RR : 28x/menit
 Temperature: 38,7ºc
2 DS: Peningkatan kebutuhan Devisit nutrisi
 Pasien mengatakan capek metabolisme
 Pasien mengatakan mudah
lelah
 Pasien mengatakan susah
menelan
 Pasien tidak nafsu makan
DO:
 Pasien tampak lesu dan
pucat
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat
badan menurun derastis
dari 60 kg menjadi 54 kg
 Porsi makan klien tidak

22
habis
3. DS: Kelemahan dan keletihan Intoleransi aktivitas
 Pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki
 Pasien mengatakan pusing,
sakit kepala
 klien mengatakan nyeri
otot, sendi dan punggung
 Pasien mengalami
kelemahan otot
DO:
 Pasien terlihat letih dan pucat
 Pasien tampak menahan nyeri
 Pasien mengakami takikardia

7. Diagnosa keperawatan
a) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b) Devisit nutrisi berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme
c) Intoleransi aktifitas berhubungan Kelemahan dan keletihan

23
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini asuhan keperawatan penyakit menular seksual pada Tn. Y dengan
hiv-eids. Untuk pembahasan asuhan keperawatan yang muncul adalah sebagai
berikut:
a) Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
Hipovolemia merupakan kondisi penurunan volume darah akibat
kehilangan darah maupun cairan tubuh. Kondisi ini dapat terjadi akibat
perdarahan pada saat cedera, kecelakaan, persalinan maupun operasi.
Kondisi hipovolemia menyebabkan penurunan tekanan darah hingga
terjadi syok hipovolemik. Bila tidak segera mendapat penanganan, bisa
mengakibatkan kerusakan jaringan dan kegagalan organ yang akhirnya
berakibat fatal bagi penderitanya. Diagnosa di angkat berdasarkan data
subjektif: klien mengatakan mudah lelah, lesu, dan diare terus-menerus.

b) Devisit nutrisi b/d Peningkatan kebutuhan metabolisme


Diagnosa keperawatan yang di tegakkan adalah Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dukung
oleh data: pasien mengatakan merasa mual dan muntah, tidak nafsu makan
dan adanya gangguan menelan.
Dari diagnosa keperawatan yang di tegakkan, penulis memprioritaskan pada
satu diagnose yaitu, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Diagnosa ini di pilih karena masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh apabila tidak terpenuhi menyebabkan metabolisme tubuh
terganggu.

c) Intoleransi aktifitas berhubungan Kelemahan dan keletihan

24
Menurut Nanda Nic & Noc, 2007. Intoleransi aktivitas adalah ketidak
cukupan energi secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau
menyelelesaikan aktivitas diminta atau aktivitas sehari-hari. Diagnosa
tersebut dapat di tegakan jika ada data batasan karakteristik yaitu Respon
abnormal dan tekanan darah atau nadi terhadap aktivitas, Alasan diagnose
tersebut diangkat karena ditemukan tanda-tanda yang mendukung yaitu:
Pasien mengatakan rasa terbakar pada kaki, nyeri sendi dan punggun, dan
mengalami kelemahan otot. Penulis tidak memprioritaskan masalah tersebut
karena tidak mmengancam kehidupan klien. Tetapi jika tidak di tegakan
klien tidak dapat mandiri dalam beraktivitas.

25
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PMS (penyakit menular seksual) merupakan penyakit yang terjadi pada
umumnya. Terjadi pada alat kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin, tapi gejalanya
dapat muncul dan menyerang mata., mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan
organ tubuh lainnya. Tidak semua PMS menunjukkan gejala. Terkadang PMS
tidak menunjukkan gejala sama sekali , sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah
terinfeksi. PMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada
pria maupun pada wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan
gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah
terinfeksi.
Pada wanita, PMS bahkan tidak terdeteksi. Walaupun seseorang tidak
menunjukkan gejal-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka
terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain. Orang terinfeksi HIV
biasanya tidak menunjukkan gejala setelah bertahun-tahun terinfeksi. Tidak ada
seorangpun dapat menentukan apakah betul atau tidak seseorang terinfeksi hanya
berdasarkan penampilannya saja. Walaupun orang tersebut mungkin terlihat sehat,
mereka masih bisa menularkan HIV kepada orang lain. Kadang orang yang suda
terinfeksi HIV tidak sadar bahwa mereka mengidap virus tersebut, karena mereka
merasa sehat dan bisa tetap aktif. Hanya tes laboratorium yang dapat
menunjukkan seseorang telah terinfeksiHIV atau tidak.
3.2 Saran
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, oleh karenanya hal yang paling amp[uh untuk menghindari

26
terjadinya penyakit menular adalah tidak hubungan seksual di luar nikah dan
bergnti-ganti pasangan dalam hubungan seksual.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca semuanya. Makalah
ini dibuat untuk memberikan gambaran kepada para pembaca tentang penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bahayanya bagi kesehatan
manusia, khususnya kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Marilyn, E. Doenges.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta

Ratna Mardiana. 2010. Mengenal, mencegah, dan mengobati penularan penyakit


dari infeksi. Yogyakarta . Citra Pustaka.

Qomariah SN. Penyakit Menular Seksual. 2007. (diakses dari website


www.kesrepro.com, pada tanggal 7 Maret) 15:50

Wishnuwardhani SD. Penyakit dan Kelainan yang Tidak Langsung Berhubungan


dengan Kehamilan: Penyakit Menular dalam Ilmu Kebidanan. Edisi III.
Editor: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005.

www. Pdf.34567//penyakit menular seksual. Tanggal 7 Maret 2013. 15;50

27

S-ar putea să vă placă și