Sunteți pe pagina 1din 8

Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

Variasi Morfologi Kerapu Hybrid Cantik (Epinephelus fuscoguttatus X


Epinephelus polyphekadion) dengan Populasi Asal Berdasarkan Penciri
Morfometrik dan Meristik
Daniar Kusumawati dan Suko Ismi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut
email: ornamental_research@yahoo.co.id

Abstract
Daniar Kusumawati dan Suko Ismi. 2013. Morphological variation of The Beautiful Hybrid
Grouper (Epinephelus fuscoguttatus X Epinephelus polyphekadion) with The Original Population Base
on Morphometrics and Meristik Identifier. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. Hibridization impact
on increasing diversity of many grouper. Increasing diversity, increasing morphological variation. This
diversity can be expressed by meristic and morphometric. The aim of this observation was to know the
variation of morphological between cantik hybrid grouper and the wild type, tiger grouper and camouflage
grouper based on morphometric and meristic character. Morphological variation analysis was performed
descriptively based on pigment pattern. Quantitative analysis of meristic was performed based on the number
of spine fin. And morphometric was performed based on total lenght of whole body and some part of body.
The observation showed that pigment pattern of cantik grouper has similarities with camouflage grouper. In
meristic, showed that soft spine of dorsal fin can be used as distinguishing character between cantik grouper
and the wild type (tiger and camouflage grouper). In morphometric, head proportion of cantik and
camouflage grouper was tend to similar with correlation value 0.9975. Furthermore, body proportion of
cantik and tiger grouper was tand to similar with correlation value 0.99979. And based on correlation on
overall proportion of comparison morphometric character, cantik grouper has similarities to tiger grouper
with correlation value 0.995637.

Keywords: Cantik; Grouper; Hybrid; Meristic; Morphometric

Abstrak
Kegiatan hibridisasi berdampak terhadap peningkatan diversitas pada berbagai jenis kerapu. Semakin
meningkatnya diversitas kerapu maka variasi morfologinyapun akan semakin meningkat. Variasi morfologi
dapat dilihat secara meristik maupun morfometrik. Tujuan dilakukannya penetian ini adalah untuk
mengetahui variasi morfologi antara kerapu hibrid cantik dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan
batik berdasarkan penciri morfometrik dan meristik. Analisis variasi morfologi dilakukan secara deskriptif
meliputi pola pigmen yang muncul. Analisa kuantitatif meristik berdasarkan jumlah jari-jari sirip dan
morfometrik berdasarkan ukuran panjang total dan pada beberapa komponen bagian tubuh yang telah
ditentukan. Berdasarkan pola pigmen, ikan cantik memiliki pola pigmen yang cenderung mirip dengan
kerapu batik. Secara meristik, jumlah jari-jari lemah pada sirip dorsal merupakan penciri bagi kerapu cantik.
Secara morfometrik, proporsi bentuk kepala pada kerapu cantik memiliki kecederungan lebih mirip dengan
kerapu batik dengan nilai korelasi 0,9975 sementara pada proporsi bentuk badan cenderung mirip kerapu
macan dengan nilai korelasi 0,99979. Dan jika berdasarkan korelasi antara keseluruhan proporsi
perbandingan karakter morfometrik, performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung memiliki
kemiripan dengan kerapu macan sebesar 0,995637.

Kata kunci: Cantik; Kerapu; Hybrid; Meristik; Morfometrik

Pendahuluan

Budidaya kerapu sudah cukup berkembang di masyarakat khususnya di daerah Buleleng,


Bali. Seiring dengan berkembanganya budidaya kerapu, trend hibridisasi pada ikan kerapu juga
semakin berkembang sebagai salah satu terobosan dalam menyelesaikan permasalahan yang
ditemui dalam pemeliharaan larva maupun benih kerapu yaitu rentan penyakit dan tumbuh lambat.
Hibridisasi dilakukan sebagai langkah dalam meningkatkan variasi genetik dari para tetuanya
(Gjedrem, 2005) akibat adanya kegiatan inbreeding dalam kurun waktu lama yang menyebabkan

192
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

terjadinya reduksi variasi genetik (Pillay, 1990) pada masing-masing spesies kerapu. Dengan
berkembanganya kegiatan hibridisasi di masyarakat, maka berdampak pula terhadap meningkatnya
diversitas jenis kerapu baik dilihat secara genetic maupun fenotip.
Dalam identifikasi awal, morfologi merupakan karakter fenotip yang dijadikan informasi
awal dalam membedakan suatu spesies. Variasi morfologi dapat ditinjau berdasarkan karakter
morfometrik dan meristik. Karakter morfometrik merupakan karakter yang berkaitan dengan
ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan
sebagainya, sedangkan meristik adalah karakter yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada
tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip
punggung dan sebagainya (Affandi et al., 1992; Afrianto et al., 1996). Secara umum variasi
karakter morfometrik dan meristik merupakan studi pendekatan awal yang dapat dijadikan
informasi pelengkap dalam identifikasi suatu individu (Cadrin, 2000). Jika ditinjau secara lebih
khusus, karakter morfometrik dapat digunakan dalam membedakan jenis kelamin dan spesies,
mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta
mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik (Widianto, 2008; Murta, 2000), membedakan
antar spesies ikan (Astarloa et al., 2011; Rahmawati, 2009), serta varietas ikan (Kuhajda et al., 2007).
Ikan kerapu cantik yang merupakan ikan hybrid hasil persilangan antara betina kerapu
macan dan jantan kerapu batik, memiliki peforma morfologi yang berbeda dengan populasi asalnya
(wild type). Identifikasi variasi morfologi berdasarkan karakter morfometrik dan meristik pada ikan
kerapu hybrid cantik perlu dilakukan untuk melihat dan mendeskripsikan pola keragaman
morfologis antara populasi asal serta hubungan kekerabatan dengan populasi asalnya yaitu kerapu
macan dan batik. Tujuan dilakukannya penetian ini adalah untuk mengetahui variasi morfologi
berdasarkan penciri morfometrik dan meristik antara kerapu cantik dengan populasi asalnya yaitu
kerapu macan dan batik. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi awal untuk
mendeskripsikan keragaman morfologis yang dapat dijadikan penciri serta hubungan kekerabatan
antara kerapu cantik dengan populasi asalnya.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Ikan
sampel yang diteliti merupakan hasil perbenihan dengan umur yang sama yaitu 5 bulan. Ikan
diambil secara acak sebanyak 25 ekor, kemudian dilakukan pengamatan karakter fenotipik yang
meliputi pola pigmen (warna tubuh), morfometrik dan meristik. Penentuan karakter morfometrik
dan meristik berdasarkan morfologi ikan yang diamati. Pada ikan kerapu ditentukan 19 karakter
morfometrik (Tabel 1 dan Gambar 1) dan 5 karakter meristik yang meliputi penghitungan jumlah
jari-jari keras maupun jari- jari lemah pada tiap-tiap sirip yang dimiliki oleh ikan kerapu.
Tabel 1. Karakter morfometrik yang diamati.
No. Karakter Morfometrik Keterangan
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal
1 Panjang total (TL)
yang paling ujung
2 Panjang standar (SL) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan pangkal sirip cudal
3 Tinggi badan (TB) Jarak tertinggi antara dorsal dan ventral
4 Lebar badan (LB) Jarak lurus terbesar antara kedua sisi abdomen
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari
5 Panjang kepala (PK)
keping tutup insang (operculum)
Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal
6 Tinggi kepala (TK)
kepala bagian bawah
7 Lebar kepala (LK) Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala
8 Diameter mata (DM) Panjang garis tengah rongga mata
9 Jarak interorbital (JO) Jarak lurus antara kedua mata

193
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terdepan
10 Pajang predorsal (P.Pd)
dari sirip dorsal
Panjang prepectoral Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan pangkal sirip
11
(P.Pp) pectoral
Panjang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang
12
(P.Ra) tulang rahang atas
Panjang rahang bawah Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang
13
(P.Rb) tulang rahang bawah
Panjang batang ekor
14 Jarak antara pangkal belakang sirip dorsal dengan pangkal sirip ekor
(P.Be)

Gambar 1. Skema karakter morfometrik yang diukur. Panjang total (a); panjang standar (b); panjang kepala
(c); tinggi kepala (d); tinggi badan (e); diameter mata (f); panjang predorsal (g); panjang
prepectoral (h); panjang batang ekor (i).

Dari data karakter morfometrik yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan melakukan
perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan (Tabel 2). Perbandingan antara karakter
morfometrik digunakan sebagai standarisasi dalam identifikasi karakter fenotip yang memiliki
ukuran (Affandi et al., 1992). Hal ini dikarenakan ukuran tiap ikan pada umur yang sama bersifat
relative tidak stabil karena dipengaruhi oleh lingkungan habitat tempat tinggal.
Tabel 2. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus), batik
(E. polyphekadion) dan cantik (E. fuscoguttatus ♀ X ♂ E. polyphekadion).
No Karakter Morfometrik
1 SL : TL
2 PK : TL
3 TB : TL
4 LB : TL
5 P.Pd : TL
6 P.Pp : TL
7 P.Be : TL
8 JO : LB
9 TK : PK
10 LK : PK
11 P.Pd : PK
12 P.Pp : PK
13 DM : PK
14 P.Ra : PK
15 P.Rb : PK
16 TK : TB
17 P.P.p : P.Pd
18 P.Rb : P.Ra

194
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

Hasil dan Pembahasan

Pola pigmen
Pola pigmen pada ikan merupakan salah satu karakter fenotip penciri yang paling mudah
untuk membedakan antar spesies. Pada ikan kerapu cantik yang merupakan hasil kawin silang
antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik, pola pigmen mengalami perubahan
(Gambar 2). Hasil perbandingan pola pigmen antara kerapu cantik dan populasi asal yaitu kerapu
macan dan kerapu batik, menunjukkan bahwa pola pigmen pada kerapu cantik cenderung berbintik
rapat dengan terdapat bercak berwarna hitam pada bagian dorsal (Gambar 2C). Pada populasi
asalnya yaitu kerapu batik memiliki pola pigmen yang berbintik memanjang (oval) namun tidak
rapat (Gambar 2B). Sementara itu pada kerapu macan, pola pigmen bergaris membentuk motif
octagonal dengan terdapat bercak dengan motif abstrak memanjang dari dorsal hingga ventral
(Gambar 2A). Jika dilihat secara keseluruhan, ikan kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan
pola pigmen dengan kerapu batik namun dengan bentuk berbintik yang cenderung lebih bulat dan
rapat, selain itu juga memiliki ciri dari kerapu macan yaitu bercak berwarna hitam pada bagian
dorsal.

Gambar 2. Pola pigmen pada ikan kerapu macan (A), Batik (B), dan Cantik (C).

Meristik
Secara meristik, pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jari – jari pada sirip yang terbagi
dalam 2 jenis yaitu jari-jari sirip keras dan jari-jari sirip lemah mengeras. Jari- jari sirip keras
secara umum tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), dan tidak dapat dibengkokkan. Biasanya
jari keras ini berupa duri cucuk atau patil, dan berupa alat untuk mempertahankan diri. Sedangkan
jari-jari lemah mengeras kurang lebih seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan
berbuku-buku. Bentuknya berbeda-beda tergantung dari jenis ikannya. Jari-jari lemah mengeras ini
sebagian keras atau mengeras, pada satu samping bergigi-gigi, bercabang atau satu sama lain saling
berdekatan atau menempel (Rahardjo, 1985). Berdasarkan hasil pengamatan pada karakter
meristik, ikan kerapu cantik memiliki ciri spesifik yang dapat membedakan antara populasi asalnya
yaitu kerapu macan dan batik yaitu pada jari-jari lemah sirip dorsal memiliki jari-jari sirip lemah
jauh lebih sedikit yaitu berkisar antara 12–13 jika dibandingkan dengan populasi asal yaitu kerapu
macan dan batik yang memiliki jari-jari lemah sirip dorsal berkisar antara 14–15 (Tabel 3).
Tabel 3. Karakter meristik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik.
Jenis Kerapu
No Karakter Meristik
Macan Batik Cantik
1 Jumlah jari-jari sirip caudal (ekor) C. 18 - 20 C. 17 C. 18 - 19
2 Jumlah jari-jari sirip anal (belakang) A. III, 8 A. III, 8 – 9 A. III, 8
3 Jumlah jari-jari sirip dorsal (punggung) D. XI, 14 - 15 D. XI - XII, 14 D. X - XI, 12 - 13
4 Jumlah jari-jari sirip ventral (perut) V. I, 5 V. I, 5 V. I, 5
5 Jumlah jari-jari sirip pectoral (dada) P. 17 -18 P. 15 P. 16 - 18

195
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

Morfometrik
Berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa karakter morfometrik yang telah ditentukan,
antara ikan kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik pada umur yang sama
memiliki ukuran yang berbeda-beda secara morfometrik (Tabel 4). Jika dilihat berdasarkan ukuran
panjang totalnya (TL), tinggi badan (TB) dan lebar badan (LB), ikan kerapu cantik memiliki
ukuran tubuh jauh lebih besar dan panjang jika dibandingkan dengan populasi asalnya yaitu kerapu
macan dan batik. Pada kerapu batik memiliki ukuran panjang total, tinggi dan lebar badan paling
kecil diatara kedua kerapu yang lain. Nampaknya, kerapu cantik hasil persilangan antara betina
kerapu macan dan jantan kerapu batik mampu memperbaiki performansi pertumbuhan jauh lebih
cepat dibandingkan dengan populasi asal dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui
benih kerapu hybrid cantik mampu memperbaiki kualitas performansi dari tetuanya dengan
meningkatkan efisiensi hasil produksi sebesar 28,95%–81,17% dan menurunkan abnormalitas
hingga mencapai 86,33% (Ismi et al., 2013). Hibridisasi pada interspesies dimaksudkan untuk
tujuan meningkatkan laju pertumbuhan, mentransfer sifat yang diinginkan antara spesies,
menggabungkan sifat yang diinginkan dari dua spesies dalam satu kelompok ikan, mengurangi
reproduksi yang tidak diinginkan melalui produksi ikan steril atau keturunan mono-seks,
memanfaatkan dimorfisme seksual, meningkatkan produksi, meningkatkan toleransi terhadap
lingkungan, dan meningkatkan ketahanan tubuh pada kondisi budaya (Bartley et al., 2001). Performa
ikan hasil hibridisasi diketahui memiliki peforma yang jauh lebih baik dari pada kedua induknya.
Tabel 4. Karakter Morfometrik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik.
No Karakter Morfometrik MACAN BATIK CANTIK
1 Panjang total (TL) 12,15 + 0,27 10,15 + 0,31 13,25 + 0,78
2 Panjang standar (SL) 10,15 + 0,21 8,50 + 2,12 10,90 + 0,57
3 Tinggi badan (TB) 3,55 + 0,35 2,60 + 0,42 3,65 + 0,49
4 Lebar badan (LB) 1,57 + 0,01 1,06 + 0,12 1,71 + 0,00
5 Panjang kepala (PK) 3,91 + 0,09 2,69 + 0,19 3,93 + 0,37
6 Tinggi kepala (TK) 3,23 + 0,06 2,16 + 0,37 3,22 + 0,37
7 Lebar kepala (LK) 1,86 + 0,13 1,20 + 0,14 1,91 + 0,01
8 Diameter mata (DM) 0,76 + 0,00 0,53 + 0,01 0,77 + 0,04
9 Jarak orbital (JO) 1,21 + 0,08 0,85 + 0,06 1,28 + 0,09
10 Panjang predorsal (P.Pd) 3,34 + 0,18 2,21 + 0,14 3,41 + 0,32
11 Panjang prepectoral (P.Pp) 3,80 + 0,23 2,77 + 0,16 4,03 + 0,31
12 Panjang rahang atas (P.Ra) 1,78 + 0,13 1,32 + 0,07 1,72 + 0,11
13 Panjang rahang bawah (P.Rb) 2,22 + 0,01 1,54 + 0,02 2,34 + 0,10
14 Panjang batang ekor (P.Be) 1,43 + 0,08 0,95 + 0,09 1,39 + 0,12
11 Panjang sirip punggung 5,10 + 0,14 4,10 + 0,14 5,70 + 0,14
12 Panjang sirip ekor 1,95 + 0,07 1,40 + 0,14 2,60 + 0,14
13 Lebar sirip ekor 2,90 + 0,14 2,35 + 0,21 3,25 + 0,07
14 Panjang sirip perut 1,51 + 0,01 1,45 + 0,07 1,65 + 0,07
15 Panjang sirip belakang 2,05 + 0,07 1,45 + 0,07 2,30 + 0,14
16 Panjang sirip dada 2,25 + 0,07 1,25 + 0,07 2,05 + 0,07

Tabel 5. Perbadingan antara karakter morfometrik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik.
No Karakter Morfometrik Macan Batik Cantik
1 SL : TL 0,84 0,84 0,82
2 PK : TL 0,32 0,27 0,30
3 TB : TL 0,29 0,26 0,28
4 LB : TL 0,13 0,11 0,13

196
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

5 TK : TL 0,27 0,21 0,24


6 P.Pd : TL 0,28 0,22 0,26
7 P.Pp : TL 0,31 0,28 0,30
8 P.Be : TL 0,12 0,09 0,10
9 JO : LB 0,77 0,80 0,75
10 TK : PK 0,83 0,80 0,82
11 LK : PK 0,48 0,45 0,49
12 P.Pd : PK 0,86 0,82 0,87
13 P.Pp : PK 0,97 1,03 1,03
14 DM : PK 0,19 0,20 0,20
15 P.Ra : PK 0,46 0,49 0,44
16 P.Rb : PK 0,57 0,57 0,60
17 TK : TB 0,91 0,83 0,88
18 P.P.p : P.Pd 1,14 1,25 1,18
19 P.Rb : P.Ra 1,25 1,16 1,36

Berdasarkan 16 karakter morfometrik yang telah ditentukan, terdapat 19 perbadingan antara


masing-masing karakter morfometrik (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisa data morfometrik,
terdapat variasi proporsi hasil perbadingan karakter morfometrik antara kerapu cantik dengan
populasi asal yaitu kerapu macan dan batik (Tabel 5). Berdasarkan proporsi bentuk tubuh melalui
hasil korelasi antara komponen perbandingan karakter morfometrik SL:TL, TB:TL, LB:TL,
P.Be:TL (Tabel 6), kerapu cantik dan kerapu macan memiliki nilai korelasi yang paling tinggi yaitu
0,99979 dibandingkan korelasi antara kerapu cantik dan kerapu macan serta kerapu macan dan
kerapu batik yang masing-masing memiliki nilai korelasi sebesar 0,99978 dan 0,99968.
Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk tubuh kerapu cantik
cenderung memiliki kesamaan dengan kerapu macan dari pada dengan kerapu batik.
Tabel 6. Matrik korelasi proporsi bentuk tubuh berdasarkan perbandingan karakter morfometrik SL:TL,
TB:TL, LB:TL, P.Be:TL pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik.
Macan Batik Cantik
Macan 1
Batik 0,99968 1
Cantik 0,99979 0,99978 1

Berdasarkan proporsi bentuk kepala melalui analisis korelasi perbandingan karakter


morfometrik komponen kepala, PK:TL, TK:TL, P.Pd:TL, P.Pp:TL, TK:PK, LK:PK, P.Pd:PK dan
P.Pp:PK diperoleh nilai korelasi bentuk kepala kerapu cantik dengan kerapu batik yang paling
tinggi yaitu sebesar 0,99919 sedangkan nilai korelasi antara kerapu cantik dengan kerapu macan
sebesar 0,99885 dan kerapu macan dengankerapu batik sebesar 0,99749 (Tabel 7). Berdasarkan
nilai korelasi tersebut tersebut dapat dikatakan bahwa proporsi pada seluruh komponen kepala pada
kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan proporsi dengan kerapu batik.
Tabel 7. Matrik korelasi proporsi bentuk kepala berdasarkan perbandingan komponen karakter morfometrik
PK:TL, TK:TL, P.Pd:TL, P.Pp:TL, TK:PK, LK:PK, P.Pd:PK dan P.Pp:PK pada kerapu cantik
dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik.
Macan Batik Cantik
Macan 1
Batik 0,990115 1
Cantik 0,995306 0,9975 1

Sementara itu, pada proporsi bentuk rahang melalui analisis korelasi komponen
perbandingan karakter morfometrik P.Ra : PK, P.Rb : PK dan P.Ra : P.Rb (Tabel 5), diketahui

197
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

bahwa korelasi kerapu cantik dengan kerapu macan maupun kerapu cantik dengan batik tidak
terlalu dekat dengan masing-masing nilai korelasi sebesar 0,99958 dan 0,9987 (Tabel 8). Korelasi
antara kerapu macan dan batik diketahui memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0,99976.
Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk rahang baik rahang atas
maupun bawah pada kerapu cantik telah mengalami modifikasi. Sehingga secara morfologi
proporsi bentuk rahang cenderung tidak memiliki kedekatan hubungan dengan populasi asalnya
yaitu kerapu macan dan batik.
Tabel 8. Matrik korelasi proporsi bentuk rahang berdasarkan perbandingan komponen karakter morfometrik
P.Ra : PK, P.Rb : PK dan P.Ra : P.Rb pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan
dan batik.
Macan Batik Cantik
Macan 1
Batik 0,999759 1
Cantik 0,999575 0,998696 1

Sementara itu pada perbandingan diameter mata dengan panjang kepala (DM : PK)
(Tabel 5), ketiga kerapu memiliki proporsi diameter mata yang hampir sama besar yaitu
masing-masing sebsar 0,19; 0,20; 0,20. Dan jika melihat proporsi jarak orbital dengan lebar badan
(JO : LB) (Tabel 5), ketiga kerapu juga memiliki kecenderungan proporsi yang sama, namun pada
kerapu batik memiliki proporsi jarak orbital yang lebih lebar yaitu sebesar 0,80 dan kerapu cantik
memiliki proporsi yang paling sempit yaitu sebesar 0,75.
Jika berdasarkan hasil korelasi tiap-tiap bentuk badan, kepala dan rahang, dapat dikatakan
bahwa proporsi bentuk badan pada kerapu cantik memiliki kecenderungan kemiripan dengan
kerapu macan. Sementara itu pada proporsi bentuk kepala, kerapu cantik cenderung memiliki
kecenderungan kemiripan dengan kerapu batik. Pada proporsi bentuk rahang, rahang kerapu cantik
telah mengalami modifikasi sehingga korelasi kemiripan dengan populasi asal yaitu kerapu macan
dan batik tidak cukup dekat. Pada proporsi bentuk rahang, kerapu macan cenderung memiliki
kemiripan dengan kerapu batik. Namun demikian, apabila seluruh proporsi perbandingan karakter
morfometrik di antara ketiga kerapu yaitu dikorelasikan, maka diperoleh nilai korelasi yang tinggi
pada ikan kerapu macan dan kerapu cantik yaitu sebesar 0,995637, sementara itu nilai korelasi
antara kerapu macan dengan batik dan kerapu batik dengan cantik dengan masing masing bernilai
sebesar 0,991999 dan 0,986253 (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung lebih mirip dengan kerapu macan daripada
dengan kerapu batik.
Tabel 9. Matrik korelasi seluruh komponen perbandingan karakter morfometrik antara kerapu cantik, macan
dan batik.
Macan Batik Cantik
Macan 1
Batik 0,991999 1
Cantik 0,995637 0,986253 1

Kesimpulan

Berdasarkan pola pigmen, ikan cantik memiliki pola pigmen yang cenderung mirip dengan
kerapu batik. Secara meristik, jumlah jari-jari lemah pada sirip dorsal merupakan penciri bagi
kerapu cantik. Secara morfometrik, proporsi bentuk kepala pada kerapu cantik memiliki
kecederungan lebih mirip dengan kerapu batik dengan nilai korelasi 0,9975 sementara pada
proporsi bentuk badan cenderung mirip kerapu macan dengan nilai korelasi 0,99979. Dan jika
berdasarkan korelasi antara keseluruhan proporsi perbandingan karakter morfometrik, performansi
morfologi ikan kerapu cantik cenderung lebih mirip dengan kerapu macan sebesar 0,995637.

198
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Rahardjo dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi: Suatu Pedoman Kerja
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 344pp.
Afrianto, E., S.A. Rifai, E. Liviawaty dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Istilah Perikanan. Kanisius.
Yogyakarta. 148pp.
Astarloa, J.M.D., S.I. Bezzis, M.G. Castro, E. Mabragana, D. Hernandes, S.M. Delpiani, D.E.
Figueroa, M.B. Cousseau, M.Y.D. Antoni and L. Tringalis. 2011. Morphological,
Morphometric, Meristic and Osteological Evidence for Two Species of Hake (Actinopterygii:
Gadiformes: Merluccius) in Argentinean Waters. Journal of Fish Biology, 78: 1336–1358.
Bartley, D.M., K. Rana and A.J. Immink. 2001. The Use of Inter-specific Hybrids in Aquaculture and
Fsheries. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 10 : 325–337.
Cadrin, S. X. 2000. Advances in Morphometric Identification of Fshery Stocks. Fish Biology and Fisheries,
10: 91–112.
Gjedrem, T. 2005. Selection and Breeding Programs in Aquaculture. Springer. Netherland. 364 pp.
Ismi, S., Y.N. Asih dan D. Kusumawati. 2013. Peningkatan produksi dan kualitas benih kerapu Dengan
program hibridisasi. Laporan Teknis Kegiatan tahun 2012. Belum dipublikasi.
Kuhajda, B.R., R.L. Mayden and R.M. Wood. 2007. Morphologic comparisons of hatchery-reared
specimens of Scaphirhynchus albus, Scaphirhynchus platorynchus, and S. albus X S. platorynchus
hybrids (Acipenseriformes: Acipenseridae). Journal of Applied Ichtyology, 23 : 324 – 347.
Murta, A.G. 2000. Morphological Variation of Horse Mackerel (Trachurus trachurus) in The Iberian and North
African Atlantic: Implications for Stock Identification. Journal of Marine Science, 57: 1240 –1248.
Pillay, T.V.R. 1990. Aquaculture. Principles and Practices. Capture 8. Reproduction and Genetic Selection.
Handbook. The University Press. Cambridge. 156 –173.
Rahardjo, M.F. 1985. Ichtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan Institut Pertanian Bogor
Rahmawati, P.F. 2009. Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau (Scylla spp.) di
Perairan Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 97pp.
Widianto, I.N. 2008. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur
(Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. 82pp.

199

S-ar putea să vă placă și