Sunteți pe pagina 1din 10

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.

1, Novemberi 2010 19

Pengaruh Feed Rate terhadap Sifat Mekanik


pada Pengelasan Friction Stir Welding Alumunium 6110

Jarot Wijayanto & Agdha Anelis


Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta
jarot@akprind.ac.id

Abstract : Welding is part of which can not be separated from the increasing of industrial
development, because welding has main role in the scope of engineering and repairing production.
sifat mekanis dengan
Friction stir welding iscara
a newpengujian
welding process pemuaian rendah,promising
since it can produce ketahanan ausand
low cost dan lain
high
kekerasanquality
danjoints.
ujiIt doesn’t
tarik need
pada consumable
baja filler materials and can eliminate some welding defects
sebagainya.
such as crack and porosity. The process uses a spining, non-consumable tool to generate friction
alumunium 6110, hasil sebelum dan
heat in the work piece. The principle of friction stir welding(fsw) is by keeping the tool rotation and
sesudahmoving
pengelasan. Paduanisaluminium
it along the joint seam, the softened material diklasifikasikan
literally stirred together formingdalam
a weld
without melting. The friction stir welding process berbagai standar
is also clean oleh berbagai
and friendly negaraitdi
process, because does
Adapunnot batasan
create thedalam penelitian
health hazards suchyaitu:
as weldingdunia.
fumes orSaat ini klasifikasi
radiation. The aim ofyang sangat
the study is to
analyze
Pengelasan the mechanical
hanya properties
pada material satufrom the welding
jenis terkenal resultadalah
which usestandar
friction stirAluminium
welding system
with the turning of machine 3600 rpm and the variables of feed rate,there are 40 mm/mnt,64
(similar mm/mnt,
metal) 93 alumunium
mm/mnt, 200 6110
mm/mntyang Association (AA) di Amerika yang
and 320 mm/mnt .
berupa The
platresult
dengan
of the study shows that; first, the yield strength and the tensile strength is significantly
different with the raw material. This is caused by the high temperature effect at the time of welding
Kecepatanprocess and caused
putaran by bending
mesin 3600 between
rpm shoulder Standarwith bedAA machine. Second, the weld
dinyatakan zone does
dengan
have hardness value which is significantly difference compared with the raw material. The stir zone
dengan variabelfeed rate 40 mm/mnt, 64 penandaan dengan 4 angka dimana
have hardness about 37.5 VHN, it is caused by the high temperature effection at the welding
mm/mnt, 93 mm/mnt, 200 mm/mnt dan 320angka pertama menyatakan
process.

Key word : fsw, fate rate, shoulder.

1. Pendahuluan pakai tool. Metode ini menghasilkan


1.1. Latar Belakang daerah TMAZ (thermomechanically
affected zone) yang lebih kecil
FSW (friction stir welding) merupakan dibandingkandengan pengelasan busur
sebuah metode pengelasan yang telah nyala. Pengelasan ini berhasil menekan
diketemukan dan dikembangkan oleh biaya proses pengelasan menjadi lebih
Wayne Thomas untuk benda kerja murah karena pengelasan hanya
alumunium dan alumunium alloy pada membutuhkaninput energi yang rendah
tahun 1991 di TWI The
( Welding Institute ) dan tidak menggunakan filler metal.
Amerika Serikat. Prinsip kerja FSW adalah Kualitas hasil pengelasan Friction Stir
memanfaatkan gesekan dari benda kerja Welding memiliki permukaan yang lebih
yang berputar dengan benda kerja lain halus dan rata dari hasil pengelasan
yang diam sehingga mampu melelehkan tradisional lain, kuat dan tidak ada pori-
benda kerja yang diam tersebut dan pori yang timbul . Proses ini ramah
akhirnya tersambung menjadi satu. terhadap lingkungan karena tidak ada uap
Beberapa contoh pengelasan jenis ini atau percikan dan tidak ada silauan busur
adalah pembuatan bodi mobil, sayap nyala padafusion.
ataupun bodi pesawat terbang serta Hasil dari pengelasan dengan
peralatan memasak. PenelitianFriction Stir menggunakan busur nyala atau gas
Welding masih dikembangkan, seperti terutama pengelasan dissimilar metal
variasi desain tool, perbaikan teknik terdapat beberapa kerugian seperti retak
pengelasan dan perbaikan material tool dan cacat pengelasan, juga hasil
baru untuk dapat memperpanjangumur penyambunganyang kurang sempurna.
20 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

Friction Stir Welding adalah suatu metode 1,3, Landasan Teori


pengelasan baru yang dapat menjadi solusi 1.3.1. Alumunium
untuk masalah tersebut, karena hasil
pengelasan yang menggunakanmetode Aluminium merupakan logam ringan yang
Friction Stir Welding memiliki daerah TMAZ mempunyai ketahanan korosi dan
(thermomechanically affected zone) yang hantaran listrik yang baik. Kebanyakan
lebih kecil sehingga cacat serta kerusakan alumunium digunakan untuk peralatan
dan kerugian dapat dikurangi. rumah tangga, tetapi alumunium juga
digunakan sebagai material untuk
1.2. Tujuan pembuatan pesawat terbang, mobil, kapal
laut dan kontruksi. Penambahan unsur Cu,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mg, Si, Mn, Zn, atau SI dalam paduan
mempelajarisambungan sejenis (similar alumunium ditujukan untuk menambah
Metal) alumunium6110 dengan metode sifat mekanik atau fisik sehingga didapat
friction stir welding dan mengetahui sifat- sifat-sifat yang lain, seperti koefisien

ketebalan 3,8 mm didasarkan atas standar terdahulu dari


dengan jenis sambungan
butt joints . Untuk ALCOA (Aluminium Company of Amerika ).

sistem
mm/mnt. Dimensi pin yaitu: panjang 3 mm, paduan dengan unsur-unsur yang
diameter bawah 3 mm dengan tirus 5° dan ditambahkan yaitu:
diametershoulder20 mm.
Alumunium seri 6110 termasuk dalam
Penelitian yang erat kaitannya dengan golongan paduan alumunium seri 6xxxx,
friction stir welding telah banyak dilakukan yaitu AlMg2Si.Paduan dalam system ini
diantaranya: perubahan sifat mekanik mempunyai kekuatan kurang sebagai
alumuniumalloy AW6082-T6 yang telah barang tempaan dibandingkan dengan
dilas dengan metodefriction stir welding paduan-paduan lainnya, tetapi sangat liat,
terjadi ketika ada perubahan parameter, sangat baik mampu bentuknya untuk
yaitu kecepatan putaran mesin dan travel penempaan,ekstrusi dll, dan sangat baik
speed. Hasil kekuatan tarik benda kerja untuk mapu bentuk yang tinggi pada
lasan berbanding lurus dengan travel temperature biasa (Surdia. T., 1985).
speed dan penurunan kekerasan terjadi Gambar 1 menunjukkan diagram fasa Al-
disekitar daerah HAZ (J. Adamowski, Mg-Si dimana kalau sedikit Mg
2007). ditambahkan kepada Al, pengerasan
penuaan sangat jarang terjadi. Tetapi
T. Yasui., 2006, meneliti mengenai mampu apabila secara simultan mengandung Si,
las kecepatan tinggi dengan metode FSW maka dapat dikeraskan dengan penuaan
antara paduan alumunium6063 dengan panas setelah perlakuan pelarutan
baja karbon S400. Dalam penelitiannya (Surdia. T., 1985 ). Diagram fasa Al-Mg-Si
diperoleh bahwa pembesaran diameter menunjukan bahwa kelarutan yang
pada shouldermenghasilkan kekuatan tarik menurun dari Mg 2Si terhadap larutan pada
sebesar 160 MPa pada 4000 rpm dan feed Al dari temperaturtinggi ke temperatur
rate1000 mm/mnt. Hasil dari uji kekerasan yang lebih rendah.
menunjukan bahwa terjadi penurunan
kekerasan didaerah stir zonedan HAZ.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 21

Gambar 1. Diagram fasa Al-Mg-Si


(http://www.aluminiumlearning.com/html/images/phase/Al_Mg_Si.gif)

1.3.2. Friction Stir Welding (FSW) pengelasan yang dilakukan harus


disesuaikan sedemikian rupa, sehingga
FSW ( friction stir welding ) adalah sebuah pengurangan volume dari pinketika terjadi
metode pengelasan yang termasuk gesekan dengan material kerja bisa
pengelasan gesek, yang pada prosesnya diperkecil. Hal ini bertujuan untuk menjaga
tidak memerlukan bahan penambah atau masukan panas yang konstan sepanjang
pengisi. Panas yang digunakan untuk pengelasan.
mencairkan logam kerja dihasilkan dari
gesekan antara benda yang berputar (
pin) Prinsip Friction Stir Welding yang
dengan benda yang diam (benda kerja). ditunjukkan pada Gambar 2 dengan
Pin berputar dengan kecepatan konstan gesekan dua benda yang terus-menerus
disentuhkan ke material kerja yang telah akan menghasilkanpanas, ini menjadi
dicekam. Gesekan antara kedua benda suatu prinsip dasar terciptanya suatu
tersebut menimbulkan panas sampai ±80 proses pengelasan gesek. Pada proses
% dari tititk cair material kerja dan friction stir welding, sebuah tool yang
selanjutnya pin ditekankan dan ditarik berputar di tekankan pada material yang
searah daerah yang akan dilas. Putaran akan di satukan. Gesekan tool yang
dari pin bisa searah jarum jam atau berbentuk silindris (cylindrical-shoulder)
berlawanan dengan arah jarum jam. yang dilengkapi pin/probe dengan
material, mengakibatkan pemanasan
Pin yang digunakan pada pengelasan setempat yang mampu melunakan bagian
friction stir welding harus mempunyai titik tersebut.Toolbergerak pada kecepatan
cair dan kekerasan yang lebih tetap (parameter1) dan bergerak
dibandingkan denga material kerja, melintang (parameter 2) pada jalur
sehingga hasil lasan bisa baik. Pengelasan pengelasan joint ( line ) dari material yang
dengan menggunakan metode FSW bisa akan di satukan. Parameter pengelasan
digunakan untuk menyambungkan material yang dilakukan harus disesuaikan
yang sama similar
( metal) ataupun material sedemikian rupa, sehingga pengurangan
yang tidak sama dissimilar
( metal ) seperti volume dari pin ketika terjadi gesekan
baja dengan baja tahan karat, alumunium dengan material kerja bisa diperkecil. Hal
dengan kuningan dan memungkinkan untuk ini bertujuan untuk menjaga masukan
mengelas kombinasi material lain yang panas yang konstan sepanjang
tidak dapat di las dengan menggunakan pengelasan.
metode pengelasan yang lain. Parameter
22 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

Gambar 2. Prinsipfriction stir welding


(www.twi.co.uk/content/spjgpmar07.html)

Proses Pengelasan

Tabel 1. Proses Pengelasan


(www.msm.cam.ac.uk/phasetrans/2003/FSW)
No Step Gambar Keterangan
1. Benda kerja dicekam dimeja
kerja
2. Probe berputar dan digesekan
1 ke benda kerja

1. Benda kerja mulai mencair

1. Probeditarik melintang searah


daerah yang dilas
3

1. Hasil las

Rotasi Tool dan Kecepatan Melintang seberapa cepat tool itu melintasi jalur
Ada dua kecepatan alat yang harus pengelasan (joint line). Gerakkan tool
diperhitungkan dalam pengelasan ini yaitu ditunjukkan pada Gambar 3.
seberapa cepat tool itu berputar dan
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 23

Gambar 3. GerakanTool
(www.azom.com/detail.asp%3 farticle)

Kedua parameter ini harus ditentukan Tekanan shoulder diharapkan untuk


secara cermat untuk memastikanproses menjaga material lunak tidak keluar jalur
pengelasan yang efisien dan hasil yang dan memberi efek tempa (forging).
memuaskan. Hubungan antara kecepatan Material panas di tekan dari atas oleh
pengelasan dan inputpanas selama proses shoulder dan di tahan oleh alas dari
pengelasan sangat kompleks, tetapi bawah. Proses ini bertujuan untuk
umumnya dapat dikatakan bahwa mamadatkan material sehingga penguatan
meningkatnya kecepatan rotasi dan sambungan terjadi akibat efek tempa
berkurangnya kecepatan melintas akan tersebut. Selain itu tekanan shoulderjuga
mengakibatkan titik las lebih panas. Jika menghasilkan input panas tambahan
material tidak cukup panas maka arus karena permukaannya yang lebih besar
pelunakan tidak akan optimal sehingga bergesekan dengan material.
dimungkinkanakan terjadi cacat rongga
atau cacat lain pada stir zone, dan Rancangan Tool
kemungkinantoolakan rusak. Tetapi input Rancangantooladalah faktor yang sangat
panas yang terlalu tingi akan merugikan mempengaruhi kualitas hasil lasan, karena
sifat akhir lasan karena perubahan rancangan tool yang tepat dapat
karakteristiklogam dasar material. Oleh meningkatkan kualitas las dan kecepatan
sebab itu dalam menentukanparameter las semaksimal mungkin. Panas yang
harus benar-benar cermat, input panas dihasilkan dari gesekan tooldan material
harus cukup tinggi tetapi tidak terlalu tinggi yang akan dilas sekitar 70 – 80% dari
untuk memjamin plastisitas material serta temperatur titik lebur material yang akan
untuk mencegah timbulnyasifat-sifat las dilas tersebut. Materialtoolharus memiliki
yang merugikan. titik cair yang lebih tinggi dari material las,
agar ketika proses pengelasan
Kedalaman Ceburan dan Tekanan Tool berlangsung material tool ikut tercampur
Kedalaman ceburan (plunge depth) dengan lasan. Material tool harus
didefinisikan sebagai kedalaman titik mempunyaikekuatan yang cukup pada
terendah probe di bawah permukaan temperatur ini karena jika tidak maka tool
material yang dilas dan telah diketahui dapat terpuntir dan retak. Oleh sebab itu
sebagai parameterkritis yang menjamin diharapkan material toolcukup kuat, keras
kualitas lasan. Plunge depth perlu diatur dan liat, pada suhu pengelasan.
dengan baik untuk menjamin tekanan ke Sebaiknya material yang digunakan juga
bawah tercapai, dan memastikan tool mempunyai ketahanan oksida yang baik
penuh menembus lasan. Plunge depth dan penghantar panas rendah untuk
yang dangkal dapat mengakibatkan cacat mengurangi kerugian panas dan
dalam lasan, sebaliknya plunge depthyang kerusakan termal pada mesin. Desain tool
berlebihan bisa mengakibatkan kerusakan terdiri darishoulderdan pin. Pinberfungsi
pin karena berinteraksidengan alasnya. untuk menghasilkan panas dan
24 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

menggerakan material yang sedang dilas. 3. Shouldermemberi tekanan kebawah


Shouldermemiliki beberapa fungsi antara yang memberi efek tempa pada lasan.
lain: 4. Shoulder juga menyediakan input
1. Sebagai pelindung dari kemungkinan panas tambahan, karena luas
masuknya suatu material berbeda. permukaan yang bergesekan dengan
2. Shoulderyang berdiameter lebih material las lebih besar maka panas
besar, berperan untuk yang dihasilkan juga lebih besar.
mempertahankan dan menjaga agar Gambar rancangan tool ditunjukkan pada
materialplasticisedtidak keluar dari Gambar 4.
daerah las.

Pegangan tool

Shoulder
probe

Gambar 4.Design of tool

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Study literatur

Persiapan material
(Alumunium 6110)

Pembuatan shoulder

Persiapan peralatan pengelasan


(dial indicatore,pencekam,kunci pas, dan lain-lain)

Proses pengelasan FSW

Persiapan uji material

Uji tarik Uji kekerasan

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 5.Flow chart penelitian


Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 25

2. Bagian Inti pengujian. Standart yang digunakan


2.1. Data dan Analisa Uji Kekerasan dalam pengujian kekerasan ini adalah
ASTM E384-69. Tujuan dari pengujian
Pengujian kekerasan dilakukan di kekerasan ini adalah untuk mengetahui
sepanjang garis pengelasan seperti seberapa besar pengaruh pengelasan
ditunjukkan pada Gambar 6 dengan jarak terhadap nilai kekerasan didaerah
antar titik ±1mm sebanyak 31 titik sepanjang las, HAZ dan logam induk.

Gambar 6. Daerah-daerah pengelasan


Keterangan : A.Logam induk ; B.Daerah HAZ ; C.Daerah las

Gambar 7. Grafik kekerasan Aluminium 6110 setelah di las

Gambar 7. Menunjukkan bahwa didaerah hingga nilainya kurang lebih sama dengan
las dan HAZ pada pengelasan Simillar material induk.
aluminium 6101 dengan metode FSW
terjadi penurunan yang signifikan Pada dasarnya paduan Al-Mg-Si termasuk
dibandingkanmaterial induk logam las. dalam jenis paduan alumunium yang
Penurunan nilai kekerasan terjadi pada dapat diperlaku panaskan dan mempunyai
jarak 6 mm dari pusat las, tetapi rata-rata sifat mampu potong, mampu las dan daya
pada pusat titik las terjadi kenaikan nilai tahan korosi yang cukup (
Okumura. T dan
kekerasan mekipun tidak signifikan. Wiryosumarto. H., 1996). Sifat yang
Selanjutnya pada jarak 6-12 mm dari pusat kurang baik dari paduan ini adalah
las kenaikan nilai kekerasan mulai terjadi terjadinya pelunakan pada daerah las
sebagai akibat panas yang timbul
26 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

(Okumura. T dan Wiryosumarto. H., 1996 ). pengerasan akan tercapai bila terjadi
Penurunan nilai kekerasan pada daerah pengendapan fasa kedua pada suhu 160-
lasan, selain karena karakteristik dari 185°C dalam waktu 6 sampai 20 jam.
paduan itu sendiri juga disebabkan karena Karakteristik kekerasan dari hasil
proses pengerasan tidak bisa terjadi ketika pengelasan pada Al-Mg-Si ditunjukkan
proses pengelasan berlangsung. H. pada Gambar 8.
Wiryosumarto,1996.,menyatakanbahwa

Gambar 8. Karakteristik kekerasan hasil pengelasan pada Al-Mg-Si


(Mathers.G.,2002)

2.2. Data dan Analisa Data Uji Tarik standar ASTM E6-69. Hasil yang
diperoleh dari proses pengujian tarik
Pengujian uji tarik dilakukan pada material berupa nilai tegangan dan regangan dari
Aluminium 6110 pada logam hasil hasil pengelasan yang akan dibandingkan
pengelasan. Dimensi spesimen uji tarik dengan nilai tegangan dan regangan
raw
untuk materialpengelasan menggunakan material.

Gambar 9. Grafik tegangan-regangan hasil pengelasan


Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 27

Gambar 9. menunjukkanbahwa antara nilai regangan terendah terjadi pada


logam induk Aluminium 6110 dengan variabel 200 mm/mnt (1.02%).
logam yang sudah dilas memiliki 4. Secara umum,sifat
perbedaan tegangan tarik yang sangat mekanis yang paling baik dari hasil
signifikan, yang hampir mencapai 50% dari penelitian pengelasan alumunium
kekuatan raw materialnya. Hal di 6110 dengan menggunakan metode
karenakan pada daerah logam lasan friction stir welding (FSW) terjadi pada
mengalami perubahan stuktur mikro, akibat feed rate 320 mm/mnt.
dari penempaan pada saat pengelasan.
Gambar 9. juga memperlihatkanbahwa 3.2. Saran
nilai regangan mengalami perbedaan yang
sangat signifikan dibanding regangan yang 1. Pastikan kerapatan sambungan
dimiliki oleh raw materialnya. Hal ini material yang akan disambung,
dikarenakan patahan terjadi tepat pada karena jika jarak terlalu jauh akan
daerah lasan, yang merupakan daerah mempengaruhi hasil lasan.
yang paling banyak mengalami perlakuan 2. Perhatikan diagram phasa pada jenis
teknik, sehingga pada daerah tersebut alumunium yang akan di teliti.
kekuatan materialnya berbeda. Selain Usahakan temperatur pengelasan
hal itu, perbedaan nilai tegangan dan dibawah suhu transformasi,karena
regangan terjadi karena pada material hasil sebagian besar jenis alumunium
pengelasan memiliki cacat, baik cacat luar memerlukan waktu yang lama untuk
maupun cacat dalam. H. proses pengerasan.
Wiryosumarto,1996., menyebutkan bahwa 3. Pada penelitian berikutnya tentang
jika Al-Mg-Si dilas dengan menggunakan pengelasan friction stir welding
logam las yang sama akan menyebabkan (FSW). Lakukan modifikasi pada
retak makanik membujur. probe, karena bentuk probe dan
dimensi probe sangat menentukan
3. Penutup sekali dalam metode pengelasan ini
3.1. Kesimpulan
4. Daftar Pustaka
1. Pengelasan Alumunium 6110 dengan
metode friction stir welding (FSW) Adamowski, J. & Szkodo, M., 2006,
dapat dilakukan dengan baik dan hasil Friction Stir Welds (FSW) of
pengelasannya mempunyai Aluminium Alloy AW6082-T6,
permukaan yang halus dan bersih. Journals of Achievements in
2. Terjadi penurunan nilai kekerasan Materials and Manufacturing
yang signifikan
pada daerah logam las, Engineering, Vol. 20, ISSUES.1-
HAZ dan logam induk terhadap 2January-February,2007.
material induknya, tetapi untuk variabel Budinski, K. G., 1989, Engineering
320 mm/mnt terjadi penyempitan Materials Properties and Selection ,
daerah lasan. Nilai kekerasan raw Third Edition, Prentice-Hall
material adalah ± 55 VHN dan pada Internasional, Inc., London.
daerah pusat las mencapai ± 37.5 David, S. A. & Feng, Z., 2004,
Friction Stir
VHN. Welding of Advanced Materials:
3. Kekuatan tarik maksimal dan regangan Challenges, Metals and Ceramics
maksimal dari hasil lasan mengalami Division Oak Ridge, TN., Austria.
penurunan yang signifikan jika Durdanović, M. B., Mijajlovic, M.M., Milcic,
dibandingkan dengan logam induknya. D. S. dan Stamenkovic , D. S., 2009,
Diantara variabel yang telah diteliti, Heat generation During Friction Stir
nilai tegangan dan regangan yang Welding Process, Tribology in
paling baik adalah pada variable Industry, Vol. 31, No.1&2.
2
320(8.86 kg/mm ; 2.17%). Sedangkan
nilai tegangan terendah terjadi pada
2
variable 64 mm/mnt (5.75 kg/mm )dan
28 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

Mathers, G., 2002, The Welding of


Aluminium and its Alloys , Woodhead
Publishing, Ltd., Cambridge.
Okumura, T. & Wiryosumarto,H., 1996,
Teknologi Pengelasan Logam,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Shinroku, S. & Surdia, T., 1984,
Pengetahuan Bahan teknik , Pradnya
Paramita, Jakarta.
Perret, J.G.,Martin, J., Threadgill, P.L.,
Ahmed, M.M.Z., 2007, Recent
Development in Stir Welding of Thick
Section Aluminium Alloy , termuat di
www.twi.co.uk.content. pjgmar07.html
http://www.aluminiumlearning.com/html/ima
ges/phase
http://
www.msm.cam.ac.uk/phasetrans/200
3/ FSW
http://
www.azom.com/details-sp%3farticle

S-ar putea să vă placă și