Sunteți pe pagina 1din 16

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

STRATEGI MENINGKATKAN EFISINESI DAN EFEKTIVITAS KINERJA


KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DALAM PENGELOLAAN APBD

Strategy Increased Efficiency and Effectiveness of Bogor City Government Finance Performance in
Managing the Budgetary of Regional Revenue and Expenditure

Muhamad Syauqi1, Hermanto Siregar2, Yusman Syaukat3


1Staff Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata. Email: difla_2000@yahoo.com
2Staff Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Email:
hermansiregar@yahoo.com
2Staff Pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Email: ysyaukat@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT
Financial performance and budgetary realization is one of the most important keys into the progress
of an organization. Hhealthy or not can be marked from the financial performance that showed by the
financial statements, that’s would be the source of organizational decisions in the future of financial side.
The purpose of this research to analysis the finance performance of Bogor city government that measured
with regional finance ratio, identifies the factors are affecting finance performance Bogor city ggovernment,
formulate the strategies and policies in order to increasing efficiency and effectiveness the finance
performance of Bogor city government in managing of the budgetary of regional revenue and expenditure.
This research applied descriptive analysis, quantitatively using multiple regression method and analytical
hierarchy process. The result makes the point that the finance performance of Bogor city government has
unstable yet. This measured by the indicator i.e less fiscal decentralization has given dependency to the
central government very high. There have the variables influence between investment, percapita income,
local taxes that had a positive and gross regional domestic product (PDRB) has a negative impact also
significant influence toward the financial performance. The priority sequences of strategies to improve the
efficiency and effectiveness of Bogor Government finance performance with analytical hierarchy process
method as follows: (1) increasing the supervision; (2) education and training; (3) communication and
commitment to achieve the goals; (4) implementation the incentive and disincentive regulations; (5)
intensification and intensification of taxes and local retribution
Keywords: Efficiency and Effectiveness, Financial Performance, Bogor City Government, Budgetary of
Regional Revenue and Expenditure
ABSTRAK
Kinerja keuangan dan realisasi anggaran merupakan salah satu kunci dalam kemajuan suatu
organisasi. Sehat atau tidaknya suatu organisasi dapat dinilai dari kinerja keuangan ditunjukkan oleh laporan
keuangan, hal itu yang akan menjadi sumber keputusan organisasi di masa mendatang dari sisi finansial.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor yang diukur dengan
rasio keuangan daerah, mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah
Kota Bogor, merumuskan strategi dan kebijkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja
keuangan pemerintah Kota Bogor dalam pengelolaan APBD. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif,
analisis kuantitatif menggunakan metode regresi linier berganda dan AHP. Hasilnya menunjukkan bahwa
kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor belum stabil. Hal ini ditunjukkan oleh indikator desentralisasi fiskal
kurang mengingat ketergantungan keuangan terhadap pemerintah pusat sangat tinggi. Ada pengaruh antara
variabel investasi, pendapatan perkapita, pajak daerah mempunyai pengaruh yang positif dan PDRB
mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap kinerja keuangan. Urutan prioritas strategi
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor dengan metode AHP adalah
sebagai berikut: 1. meningkatkan pengawasan, 2. Pendidikan dan pelatihan, 3. komunikasi dan komitmen
pencapaian sasaran, 4. penerapan regulasi insentif dan disinsentif, 5.intensifikasi dan ekstensifikasi pajak
dan retribusi daerah.
Kata Kunci: Efisiensi Dan Efektivitas, Kinerja Keuangan, Pemerintah Kota Bogor, APBD 1

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

PENDAHULUAN daerah dalam membiayai pelaksanaan


tugas-tugas pemerintahan, pembangunan
Paradigma pengelolaan keuangan dan pelayanan sosial masyarakat.
daerah telah mengalami perubahan yang Anggaran pendapatan dan belanja daerah
sangat mendasar sejak di terapkannya (APBD) merupakan instrumen kebijakan
otonomi daerah pada tahun 2001. yang utama bagi pemerintah daerah.
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Anggaran pendapatan dan belanja daerah
yang telah direvisi menjadi undang- dalam era otonomi daerah di susun
undang nomor 23 tahun 2014 tentang dengan pendekatan kinerja. Anggaran
pemerintahan daerah dan undang-undang dengan pendekatan kinerja adalah suatu
nomor 33 tahun 2004 tentang sistem anggaran yang mengutamakan
perimbangan keuangan antara pemerintah kepada upaya pencapaian hasil kinerja
pusat dan pemerintah daerah menjadi atau output dari perencanaan alokasi
landasan utama dalam pelaksanaan biaya atau input yang di tetapkan
otonomi daerah. Tujuan otonomi daerah (Mardiasmo 2002).
secara umum adalah untuk meningkatkan Prinsip-prinsip yang mendasari
kemandirian daerah, memperbaiki dalam hal pengelolaan keuangan daerah,
transparansi dan akuntabilitas publik atas yaitu transparansi, akuntabilitas, dan
pengelolaan keuangan daerah, value for money. Transparansi adalah
meningkatkan responsivitas pemerintah keterbukaan dalam proses perencanaan,
terhadap kebutuhan publik, penyusunan, dan pelaksanaan anggaran
meningkatkan partisipasi publik dalam daerah. Hal tersebut memberikan arti
pembangunan daerah, meningkatkan bahwa anggota masyarakat memiliki hak
efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan akses yang sama untuk mengetahui
keuangan dan pelayanan publik, serta proses anggaran karena menyangkut
mendorong demokratisasi di daerah aspirasi dan kepentingan masyarakat,
(Mahmudi 2009). terutama pemenuhan kebutuhan hidup
Pemberian otonomi yang luas dan masyarakat. Akuntabilitas adalah
desentralisasi fiskal membuka jalan bagi pertanggungjawaban publik yang berarti
pemerintah untuk melakukan pengelolaan bahwa proses penganggaran mulai
keuangan daerah yang berorientasi pada perencanaan, penyusunan, dan
kepentingan publik. Jika pengelolaan pelaksanaan harus benar-benar dapat
keuangan daerah dilakukan secara dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
ekonomis, efisien, efektif, transparansi, kepada DPRD dan masyarakat.
akuntabilitas dan berkeadilan dapat Masyarakat tidak hanya memiliki hak
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu untuk mengetahui anggaran tersebut,
daerah. Sehingga keuangan daerah tetapi juga berhak menuntut
merupakan salah satu unsur yang penting pertanggungjawaban atas rencana
dalam menyelenggarakan pemerintahan ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
dan pembangunan daerah. Untuk Value for money adalah diterapkannya
pengelolaan keuangan daerah dibutuhkan tiga prinsip dalam proses penganggaran
sumber daya ekonomi berupa keuangan yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
yang di tuangkan dalam suatu anggaran Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan
pemerintah daerah. penggunaan sumber daya dalam jumlah
Pengelolaan keuangan yang di dan kualitas tertentu pada harga yang
tuangkan dalam Anggaran Pendapatan paling murah. Efisiensi berarti
dan Belanja Daerah (APBD) yang penggunaan dana masyarakat (public
2 langsung maupun tidak langsung money) tersebut menghasilkan output
mencerminkan kemampuan pemerintah yang maksimal atau berdaya guna.

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

Efektivitas berarti bahwa penggunaan satu agenda penting bagi setiap instansi
anggaran tersebut harus mencapai target pemerintah, baik pusat maupun daerah
atau tujuan untuk kepentingan publik dalam rangka mendukung reformasi
(Mardiasmo 2002). Pengalokasian keuangan negara yang telah dicanangkan,
anggaran pada APBD khususnya dengan termasuk di dalamnya sebagai
pendekatan alokatif efisiensi dan pengemban amanat ini adalah Pemerintah
efektivitas pada akhirnya menjadi salah Kota Bogor.

Tabel 1. Ringkasan APBD Kota Bogor Tahun 2011 s/d 2014 (miliar rupiah)

Sumber: Laporan Realisasi APBD Kota Bogor 2011-2014 BPKAD, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa miliar. Kegagalan dalam mencapai target


selama empat tahun terakhir penyerapan penyerapan anggaran mengindikasikan
anggaran pada APBD Kota Bogor terus telah terjadinya inefisiensi dan
mengalami trend penurunan. Anggaran inefektivitas dalam pengalokasi anggaran
yang tidak terserap dari APBD Kota di Kota Bogor. Banyaknya anggaran
Bogor pada tahun 2011 sebesar Rp 67,06 APBD yang tidak terserap akan
miliar lalu menurun kembali menjadi Rp berdampak langsung maupun tidak
100,32 miliar di tahun 2012. Jika di rata- langsung terhadap pelayanan dasar publik
ratakan pertahun anggaran yang tidak seperti pendidikan, kesehatan,
serap pada APBD Kota Bogor selama pembukaan lapangan kerja baru dan juga
empat tahun terakhir sebesar Rp 93,58 pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor.

Tabel 2. Rasio Tingkat Efisiensi Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Bogor TA 2011-2014

Sumber: Laporan Realisasi APBD Kota Bogor 2011-2014 BPKAD, diolah 2015.

Berdasarkan Tabel 2, Pemerintah pendapatan. Pemerintah daerah dituntut


Kota Bogor kurang efisien dalam untuk dapat bertindak efisien sehingga
membelanjakan anggaran belanja daerah. perbandingan biaya yang dikeluarkan
Rasio tingkat efisiensi pendapatan daerah untuk memperoleh pendapatan dengan
menjadi indikator bagi pemerintah daerah besarnya pendapatan yang diterima 3
dalam melakukan pemungutan bersifat rasional. Semakin rendah biaya

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

yang dikeluarkan pemerintah dalam yang lebih baik. Akuntabilitas bukan


menjaring pendapatan dari PAD, maka sekedar kemampuan untuk menunjukkan
pemerintah daerah masuk dalam kategori bagaimana uang publik di belanjakan,
efisien (Mahmudi 2010). akan tetapi meliputi kemampuan
Tabel 3, menjelaskan bahwa menunjukkan bahwa uang publik tersebut
tingkat efektivitas belanja daerah telah di belanjakan secara ekonomis,
pemerintah Kota Bogor baru berada pada efektif dan efisien. Berdasarkan RPJMD
kriteria cukup efektif dalam (rencana pembangunan jangka menengah
membelanjakan anggaran belanja daerah) Kota Bogor tahun 2015-2019
daerahnya. Rasio tingkat efektivitas yang salah satu misinya mewujudkan
belanja daerah berhubungan dengan pemerintahan yang bersih dan transparan
derajat keberhasilan pemerintah terhadap melalui perbaikan kinerja keuangan dan
kemampuannya dalam meyediakan akuntabilitas. Maka pertanyaan penelitian
pelayanan masyarakat yang merupakan ini yang pertama adalah. Bagaimana
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya kinerja keuangan pemerintah Kota
melalui realisasi penyerapan anggaran Bogor di ukur dengan rasio keuangan
belanja (Sumenge 2013). daerah?dan yang kedua adalah faktor-
Pengukuran kinerja sangat faktor apa sajakah yang
penting untuk menilai akuntabilitas mempengaruhi kinerja keuangan
pemerintah daerah dan pimpinan daerah pemerintah Kota Bogor?
dalam menghasilkan pelayanan publik

Tabel 3. Rasio Tingkat Efektivitas Belanja Daerah Pemerintah Kota Bogor TA 2011-2014

Sumber: Laporan Realisasi APBD Kota Bogor 2011-2014 BPKAD, diolah 2015.

Tabel 2 dan 3 menunjukkan dan kebijakan Pemerintah Kota Bogor


bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota untuk meningkatkan efisiensi dan
Bogor dalam pengelolaan APBD nya efektivitas kinerja keuangan
berdasarkan rasio tingkat efisiensi pemerintah Kota Bogor dalam
pendapatan daerah masih kurang efisien pengelolaan APBD?
dan rasio tingkat efektivitas belanja Berdasarkan latar belakang dan
daerahnya baru berada pada penilaian perumusan masalah, tujuan dari
cukup efektif. Hal tersebut bertentangan penelitian ini adalah:
dengan kebijakan walikota dan wakil 1. Menganalisis kinerja keuangan
walikota Bogor yang tercantum didalam pemerintah Kota Bogor di ukur
RPJMD tahun 2015-2019 di mana dengan rasio keuangan daerah.
memberi penekanan pada efisiensi dan 2. Mengindentifikasi faktor-faktor yang
relokasi anggaran. Berdasarkan hal mempengaruhi kinerja keuangan
4 tersebut maka pertanyaan penelitian ini pemerintah Kota Bogor.
yang ketiga adalah Bagaimana strategi

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

3. Merumuskan strategi dan kebijakan β = Koenfisien


untuk meningkatkan efisiensi dan PP = Investasi (milyar rupiah)
PDRB = Produk Domestik Regional
efektivitas kinerja keuangan bruto (milyar rupiah)
pemerintah Kota Bogor dalam PP = Pendapatan Perkapita (juta
pengelolaan APBD. Rupiah)
PD = Pajak Daerah (milyar rupiah)
METODOLOGI Ε = Error
3. Analisis analytical hierarchi process
Metode analisis yang digunakan (AHP) untuk merumuskan strategi.
dalam penelitian ini adalah
1. Analisis deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kinerja keuangan pemerintah
Kota Bogor di analisis dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Kota
menggunakan lima rasio keuangan Bogor
daerah yaitu derajat desentralisasi
Berdasarkan hasil analisis dengan
fiskal, ketergantungan keuangan
menggunakan rasio derajat desentralisasi
daerah, kemandirian keuangan daerah,
fiskal rata-rata tingkat desentralisasi
pertumbuhan dan aktivitas.
fiskal pemerintah Kota Bogor periode
2. Analisis regresi linier berganda
tahun anggaran 2005-2014 adalah 18,61
Perumusan model yang digunakan
persen sehingga diklasifikasikan menurut
dalam penelitian ini diadopsi dari
kriteria penilaian tingkat desentralisasi
beberapa model hasil penelitian
fiskal adalah pemerintah Kota dengan
sebelumnya yang dilakukan oleh
tingkat desentralisasi fiskal kurang.
Lajdin (2008) yang menyatakan
Rata-rata tingkat ketergantungan
bahwa investasi berpengaruh positif
keuangan daerah pemerintah Kota Bogor
dan signifikan terhadap kemandirian
terhadap pemerintah pusat pada kurun
fiskal di Provinsi Sulawesi Tengah.
waktu periode tahun anggaran 2005-2014
Basir (2009) yang menyatakan bahwa
adalah 57,96 persen. Hal ini
PDRB berpengaruh positif dan
mengindikasikan bahwa kinerja PAD
signifikan terhadap kapasitas fiskal
maupun sumber pendapatan lainnya
daerah di Kota Parepare. Suprajitno
belum optimal dalam membiayai aktifitas
(2003) yang menyatakan bahwa
pembangunan daerah sehingga daerah
pendapatan perkapita berpengaruh
sangat bergantung dengan adanya subsidi
positif dan signifikan terhadap
pemerintah melalui dana perimbangan.
kemandirian fiskal di Kabupaten
Maka dapat dikatakan bahwa tingkat
Banjarnegara. Florida (2006) yang
ketergantungan keuangan daerah
menyatakan bahwa pajak daerah
pemerintah Kota Bogor terhadap bantuan
berpengaruh positif dan signifikan
pemerintah pusat sangat tinggi.
terhadap kinerja keuangan pemerintah
Rata-rata tingkat kemandirian
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatra
keuangan daerah pemerintah Kota Bogor
Utara. Model regresi yang digunakan
selama periode tahun anggaran 2005-
dalam penelitian ini adalah:
2014 adalah 31,31 persen sehingga
KKD = α + β1INV + β2PDRB + β3PP diklasifikasikan menurut kriteria
+ β4PD + ε penilaian kemandirian keuangan daerah
adalah pemerintah kota dengan tingkat
Keterangan:
kemandirian keuangan daerah sedang.
KDD = Kinerja keuangan daerah dalam
penelitian ini di proksikan PAD di Kota Bogor terus menunjukkan
dengan rasio kemandirian trend pertumbuhan dengan rata-rata 5
keuangan daerah pertumbuhan PAD 10 tahun terakhir di
α = Intersep Kota Bogor sebesar 25,31 persen. Hal ini

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi Keempat variabel berpengaruh nyata dan


di Kota Bogor yang semakin baik. signifikan pada tingkat kepercayaan 5%
Pertumbuhan belanja rutin Kota Bogor atau 0.05 . Lebih lanjut diketahui nilai F
mengalami tren positif dalam arti dimana statistik sebesar 0.000000 dengan nilai
pertumbuhan belanja rutin yang semakin Significance of F (P-Value) lebih kecil
menurun setiap tahunnya sebesar 10.99 dari 0.05. Hal ini menunjukan bahwa
persen pertahun. model regresi yang diperoleh baik dan
Berdasarkan hasil perhitungan layak digunakan. Persamaan kinerja
rasio aktivitas dapat diketahui bahwa keuangan pemkot Bogor ini memenuhi
pada periode tahun anggaran 2005 empat asumsi dasar yaitu tidak
sampai dengan tahun 2014 anggaran mengalami gangguan ekonometrika baik
belanja daerah Kota Bogor lebih dominan itu multikolinieritas, normalitas,
dialokasikan untuk belanja rutin dengan heteroskedastisitas dan autokorelasi.
rata-rata 59,75 persen. Porsi APBD yang Nilai investasi memiliki pengaruh
dialokasikan untuk belanja rutin hampir yang signifikan terhadap kinerja
selalu diatas 50 persen semakin tinggi keuangan pemkot Bogor sebagaimana
persentase dana yang dialokasikan untuk ditunjukan oleh prob-nya (0.0015) yang
belanja rutin berarti persentase belanja lebih kecil dari 0.05. Sedangkan nilai
operasional untuk sarana dan prasarana koefisien variabel bernilai 1.227474
ekonomi masyarakat cenderung semakin menunjukan bahwa investasi
kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa menunjukan pengaruh yang positif
selama 10 tahun terakhir APBD Kota terhadap kinerja keuangan pemkot Bogor.
Bogor lebih banyak dihabiskan untuk Hal ini dapat dikatakan bahwa jika terjadi
membiayai belanja rutin. peningkatan investasi sebesar Rp 1 miliar
rupiah maka akan menyebabkan kenaikan
kinerja keuangan sebesar 1.227474
persen.
Investasi baik melalui penanaman
modal dalam negeri (PMDN) maupun
penanaman modal asing (PMA) akan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Kota Bogor perlu
memfasilitasi berbagai aktivitas
peningkatan perekonomian, salah satunya
dengan membuka kesempatan
berinvestasi karena investasi berpengaruh
Gambar 7. Diagram layang-layang (kite terhadap pertumbuhan ekonomi dan
diagram) kinerja keuangan pemerintah secara tidak langsung investasi akan
Kota Bogor berpengaruh terhadap penerimaan daerah.
Meningkatnya penerimaan daerah akan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi berujung pada peningkatan kinerja
Kinerja Keuangan Pemerintah Kota keuangan pemerintah Kota Bogor.
Bogor PDRB memiliki pengaruh yang
Hasil analisis sebagaimana pada signifikan terhadap kinerja keuangan
Tabel 4 menunjukan bahwa sekitar pemkot Bogor sebagaimana ditunjukan
99.7% faktor-faktor yang mempengaruhi oleh prob-nya (0.0018) yang lebih kecil
kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor dari 0.05. Sedangkan nilai koefisien
dapat dijelaskan oleh variabel variabel bernilai -1.646975 menunjukan
6 bahwa PDRB menunjukan pengaruh
independen, sedangkan sisanya 0.3%
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. yang negatif terhadap kinerja keuangan

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

pemkot Bogor. Hal ini dapat dikatakan sektor tersebut yang memiliki peranan
bahwa jika terjadi peningkatan PDRB yang cukup vital dalam pembentukan
sebesar Rp 1 miliar maka akan PDRB serta memberikan multiplier effect
menyebabkan penurunan kinerja yang besar bagi pertumbuhan sektor
keuangan sebesar 1.646975 persen. ekonomi lainnya di Kota Bogor. Akan
PDRB berpengaruh negatif terhadap tetapi ketiga sektor tersebut tidak
kinerja keuangan karena sektor andalan termasuk ke dalam jenis pajak daerah
atau leading sector perekonomian Kota yang berhak di pungut pemerintah
Bogor masih didominasi oleh tiga sektor Kabupaten/Kota sebagaimana yang
utama yakni perdagangan besar dan ditetapkan dalam undang-undang (closed-
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, list) seperti pajak hotel, pajak restoran,
industri pengolahan, transportasi dan pajak hiburan sehingga peningkatan pada
pergudangan. Peranan sektor-sektor PDRB Kota Bogor berpengaruh negatif
tersebut secara total melebihi 50 persen terhadap kinerja keuangan pemerintah
dari total PDRB Kota Bogor. Ketiga Kota Bogor.

Tabel 4. Faktor Penentu Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -33436.12 14177.97 -2.358315 0.0401


INVESTASI 1.227474 0.283564 4.328735 0.0015
PDRB -1.646975 0.389589 -4.227467 0.0018
PENDAPATAN_PERKAPITA 1.335716 0.412614 3.237207 0.0089
PAJAK_DAERAH 4.211011 0.192459 21.88008 0.0000

R-squared 0.997785 Mean dependent var 42780.33


Adjusted R-squared 0.996898 S.D. dependent var 79201.01
S.E. of regression 4410.877 Akaike info criterion 19.88274
Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 5%

Pendapatan perkapita memiliki Meningkatnya pendapatan perkapita


pengaruh yang signifikan terhadap suatu daerah berarti semakin besar
kinerja keuangan pemkot Bogor kemampuan masyarakat tersebut untuk
sebagaimana ditunjukan oleh prob-nya membiayai pengeluaran pemerintahnnya.
(0.0089) yang lebih kecil dari 0.05. Pendapatan perkapita merupakan salah
Sedangkan nilai koefisien variabel satu ukuran bagi kemakmuran suatu
bernilai 1.335716 menunjukan bahwa daerah, pendapatan perkapita seseorang
faktor pendapatan perkapita menunjukan yang semakin tinggi akan meningkatkan
pengaruh yang positif terhadap kinerja kemampuan seseorang untuk membayar
keuangan pemkot Bogor. Hal ini dapat (ability to pay) berbagai pungutan yang
dikatakan bahwa jika terjadi peningkatan ditetapkan oleh pemerintah.
pendapatan perkapita sebesar Rp 1 juta Pada tingkat distribusi pendapatan
maka akan menyebabkan kenaikan tertentu yang tetap semakin tinggi
kinerja keuangan sebesar 1.335716 pendapatan perkapita rill suatu daerah,
persen. Salah satu faktor yang semakin besar pula kemampuan
menyebabkan meningkatnya penerimaan masyarakat daerah tersebut untuk
daerah adalah meningkatnya tingkat membiayai pengeluaran rutin dan
hidup dan ekonomi masyarakat yang pengeluaran pembangunan pemerintahan- 7
tercermin dalam pendapatan perkapita. nya. Maka dapat dikatakan bahwa

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

semakin tinggi pendapatan perkapita kinerja keuangan sebesar 4.211011


suatu daerah, semakin besar pula potensi persen. Pajak daerah yang merupakan
sumber penerimaan daerah tersebut salah satu sumber penting PAD sangat
sehingga kemampuan masyarakat untuk berpengaruh pada kinerja keuangan
membayar pajak yang meningkat. Maka pemerintah daerah. Hal ini sejalan
semakin tinggi pendapatan perkapita dengan hasil penelitian Florida (2007)
suatu daerah berpengaruh positif terhadap yang mengatakan bahwa pajak daerah
kinerja keuangan. berpengaruh positif dan signifikan
Pajak daerah memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Karakterisitik
yang signifikan terhadap kinerja pajak daerah yang terdiri dari banyak
keuangan pemkot Bogor sebagaimana jenis seperti pajak hotel, pajak hiburan
ditunjukan oleh prob-nya (0.0000) yang dan lain-lain menjadikan pajak daerah
lebih kecil dari 0.05. Sedangkan nilai sebagai salah satu sumber kekuatan
koefisien variabel bernilai 4.211011 utama daerah dalam menggali
menunjukan bahwa pajak daerah pendapatan asli daerahnya (PAD),
menunjukan pengaruh yang positif sehingga dapat dijelaskan penerimaan
terhadap kinerja keuangan pemkot Bogor. pajak daerah yang tinggi menunjukkan
Hal ini dapat dikatakan bahwa jika terjadi kinerja keuangan pemerintah daerah yang
peningkatan pajak daerah sebesar Rp 1 baik.
miliar maka akan menyebabkan kenaikan

Tabel 5. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Kota Bogor Tahun 2010-2014 (Persen)

Sumber: BPS Kota Bogor, 2015

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

kedudukan MPR/DPR-RI, DPD-RI dan


PERUMUSAN STRATEGI DPRD dimana DPRD memiliki fungsi
anggaran yang berwenang untuk
Tingkat Peranan Faktor dalam membahas dan memberikan persetujuan
Meningkatkan Efisiensi dan atau tidak memberikan persetujuan
Efektivitas Kinerja Keuangan terhadap RAPBD yang diajukan oleh
Pemerintah Kota Bogor. kepala daerah.
Perbandingan antar elemen Tingkat Peranan Tujuan dalam
“Faktor” berdasarkan “Goal” Meningkatkan Efisiensi dan
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas Efektivitas Kinerja Keuangan
kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor, Pemerintah Kota Bogor.
yaitu urutan pertama perencanaan dengan Perbandingan antar elemen
nilai 0,298 urutan selanjutnya secara “Tujuan” berdasarkan “Aktor” yaitu
berturut-turut adalah sistem/mekanisme urutan pertama meningkatkan penyerapan
dan sumber daya manusia (SDM) dengan belanja daerah dengan nilai 0,729 dan
nilai 0,246 dan dukungan kelembagaan urutan selanjutnya optimalisasi
dengan nilai 0,210. Perencanaan dinilai pendapatan daerah dengan nilai 0,271.
sebagai prioritas pertama dibandingkan Responden berpendapat bahwa dengan
faktor lainnya dikarenakan perencanaan meningkatkan penyerapan belanja daerah
dalam sebuah organisasi adalah sangat terlebih dahulu dapat mendorong
penting terutama dalam organisasi sektor terciptanya multiplier effect terhadap
publik dalam menyusun program- ekonomi. Kegagalan dalam
program yang sesuai dengan kebutuhan meningkatkan penyerapan belanja daerah
organisasi tersebut. Perencanaan yang akan berakibat hilangnya manfaat
matang, jelas dan terukur akan belanja. Karena belanja daerah yang telah
berdampak pada penggunaan anggaran dialokasikan ternyata tidak semua dapat
pendapatan dan belanja daerah (APBD) dimanfaatkan yang berarti terjadi dana
yang tepat sasaran. yang menganggur, dan apabila hal
Tingkat Peranan Aktor dalam tersebut terjadi maka telah terjadi
Meningkatkan Efisiensi dan inefektivitas belanja.
Efektivitas Kinerja Keuangan Tingkat Strategi dalam Meningkatkan
Pemerintah Kota Bogor. Efisiensi dan Efektivitas Kinerja
Dari hasil AHP, perbandingan Keuangan Pemerintah Kota Bogor.
antar unsur “Aktor” berdasarkan “Faktor” Perbandingan antar “Strategi”
yaitu prioritas pertama DPRD dengan berdasarkan ”Tujuan” adalah urutan
nilai 0,351. Prioritas kedua adalah badan pertama meningkatkan pengawasan
perencanaan pembangunan daerah dengan nilai 0.358 , urutan kedua
(Bappeda) dengan nilai 0,250. Prioritas pendidikan dan pelatihan dengan nilai
selanjutnya sekretariat daerah (Setda) 0.193, urutan ketiga komunikasi dan
dengan nilai 0,218 dan yang terakhir komitmen pencapaian sasaran dengan
adalah dinas pendapatan daerah nilai 0.184, urutan keempat penerapan
(Dispenda) dengan nilai 0,181. DPRD regulasi insentif dan disinsentif dengan
dinilai memiliki kekuatan dan peluang nilai 0.181 dan yang kelima adalah
yang lebih besar dibanding stakeholder intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan
lainnya dalam hal penentuan strategi retribusi daerah dengan nilai 0.086. Dari
meningkatkan efisiensi dan efektivitas hasil perhitungan dengan AHP (lampiran)
kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor ditunjukkan bahwa yang menjadi
dikarenakan fungsi yang dimiliki oleh prioritas pada masing-masing level 9
DPRD yang diatur didalam UU Nomor adalah seperti disajikan pada Gambar 8.
27 tahun 2009 tentang susunan dan

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

IMPLIKASI KEBIJAKAN oleh: 1) lemahnya perencanaan awal


terkait penganggaran atas kebutuhan
Meningkatkan Pengawasan barang dan jasa yang akan dibeli dan 2)
Berdasarkan hasil wawancara tidak optimalnya pengawasan atas
dengan para pakar meningkatkan pengadaan barang dan jasa itu sendiri.
pengawasan merupakan strategi pertama Kelemahan perencanaan akan berakibat
yang harus diterapkan untuk bisa pada dibelinya barang/jasa yang
menerapkan strategi-strategi pendukung sebenarnya tidak dibutuhkan, yang pada
yang lainnya. Seperti yang telah di akhirnya mengakibatkan kekhawatiran
ketahui dari hasil analisis rasio tingkat untuk mengeksekusinya yang berdampak
efektivitas belanja daerah pemerintah pada rendahnya penyerapan anggaran
Kota Bogor baru berada pada tingkat belanja daerah. Pengawasan merupakan
cukup efektif. Selama empat tahun suatu rangkaian kegiatan pemantauan dan
terakhir efektivitas penyerapan anggaran evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
belanja pemerintah kota Bogor yang tidak publik. Pengawasan dilakukan untuk
terserap rata-rata sebesar Rp 93,58 miliar menjamin semuan kebijakan program dan
per tahun. Rendahnya efektivitas kegiatan yang dilakukan sesuai aturan
penyerapan anggaran belanja daerah pada yang berlaku.
pemerintahan Kota Bogor disebabkan

Gambar 8. Struktur Dan Nilai Bobot Hirarki AHP Strategi Meningkatkan Efisiensi Dan
Efektivitas Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor.

Fungsi pengawasan merupakan salah satu Pengawasan keuangan daerah dilakukan


10
fungsi terpenting DPRD dalam oleh DPRD yang berfokus kepada
penyelenggaraan pemerintahan daerah. pengawasan terhadap pelaksanaan

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

APBD. Pengawasan terhadap daerah untuk meningkatkan kompetensi


pelaksanaan APBD wujudnya adalah petugas pajak daerah yang baru .
dengan melihat, mendengar dan Selain itu pengetahuan anggota
mencermati pelaksanaan APBD yang DPRD mengenai anggaran sangat
dilakukan oleh SKPD, baik secara berpengaruh terhadap fungsi pengawasan
langsung maupun berdasarkan informasi keuangan daerah (APBD) yang dilakukan
yang diberikan oleh kostituen. oleh anggota dewan. Perubahan mendasar
Penguatan fungsi pengawasan ini dalam pengelolaan keuangan daerah
dapat dilakukan salah satunya melalui (APBD) yaitu perubahan sistem
optimalisasi fungsi dan peran DPRD penganggaran dari traditional budget ke
sebagai kekuatan penyeimbang (balance performance budget menuntut
of power) bagi eksekutif daerah. pemahaman anggota dewan tentang
Beberapa kegiatan yang bisa di fungsi penganggaran. Pendidikan dan
implementasikan pada strategi ini antara pelatihan terhadap PNS dan anggota
lain (1) Membentuk tim evaluasi dan dewan tentang keuangan daerah
pengawsan penyerapan anggaran di diharapkan dapat meningkatkan kinerja
seluruh unit kerja atau SKPD, (2) dan kompetensi pegawai negeri sipil dan
Melakukan pengawasan umpan balik anggota dewan dalam pengelolaan
(Feedback Control) yaitu pengawasan keuangan daerah (APBD).
yang dilakukan untuk mengukur hasil- Menyesuaikan kondisi yang diketahui
hasil dari suatu kegiatan yang dilakukan dari hasil survei pada penelitian ini, maka
oleh unit kerja atau SKPD apakah telah beberapa kegiatan yang dapat di
sesuai dengan yang di rencanakan. implementasikan dari strategi ini antara
lain: (1) Pemberian beasiswa bagi para
Pendidikan dan Pelatihan
PNS untuk melanjutkan studi, (2)
Kuantitas sumber daya manusia Mengadakan diklat-diklat tentang
(SDM) menjadi faktor yang berpengaruh keuangan daerah seperti : diklat simda
terhadap optimaslisasi PAD. Kebijakan (sistem informasi manajemen daerah),
pemerintah pusat yang melakukan diklat barang dan jasa, diklat bendahara,
moratorium terhadap rekrutmen CPNS (3) Bimbingan teknis anggaran pada
baru menyebabkan pemerintah Kota badan anggaran (Banggar) DPRD.
Bogor tidak dapat mengoptimalkan
penerimanaan PAD nya disebabkan Komunikasi dan Komitmen
jumlah PNS pada dinas pendapatan Pencapaian Sasaran
daerah (Dispenda) yang terbatas. Keberhasilan efektivitas
Keterbatasan jumlah PNS pada Dispenda penyerapan anggaran belanja daerah
Kota Bogor menyebabkan kesulitan salah satunya dipengaruhi dari
dalam menjangkau dan melayani wajib keberhasilan pengendalian organisasi
pajak yang terus bertambah. Komposisi pada tindakan pimpinan puncak dan
anggaran belanja daerah pemerintah Kota kemampuan mereka di dalam
Bogor selama selama empat tahun tahun membangun hubungan interpersonal
terakhir yang didominasi oleh belanja antar berbagai tingkat hierarki. Melalui
pegawai dengan rata-rata 52,42 persen proses penganggaran maka akan
dimana hal tersebut sangat membebani mendorong terjadinya koordinasi,
APBD. Untuk mengatasi hal tersebut kerjasama, komunikasi antar SKPD
dapat dilakukan dengan program dengan cara menghubungkan masing-
pemindahan PNS dari SKPD lain dan masing tujuan dari SKPD demi
selanjutnya memberikan pendidikan dan terciptanya tujuan bersama untuk
pelatihan tentang pengelolaan pajak mencapai sasaran dan sebaliknya 11
ketidakadaan saling komunikasi dan

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

komitmen antar SKPD dapat implementasikan pada strategi ini antara


mengakibatkan terhambatnya SKPD lain (1) Membentuk Forum SKPD
dalam pengimplementasian program merupakan arena strategis dalam
kerja pemerintah. Oleh karena itu, perlu menentukan prioritas pembangunan
kiranya pimpinan SKPD untuk menata sektoral terutama untuk SKPD yang
ulang alur komunikasi antar SKPD agar paling terkait dengan pelayanan publik.
semua informasi dan program kerja yang Pada pelaksanaan forum SKPD ini
akan dilaksanakan bisa tersosialisasi dipergunakan pendekatan perencanaan
dengan baik dan lancar sehingga tidak partisipatif (bottom-up) yang berasal dari
ada lagi anggaran yang tidak terserap hasil musrenbang kecamatan dengan
dikarenakan kurang harmonisnya pendekatan teknokratis yang
komunikasi antar SKPD. Badan dikembangkan SKPD atau gabungan
perencanaan pembangunan daerah SKPD berdasarkan kebijakan dan
(Bappeda) menjadi aktor yang berperan program prioritas pemerintah.
didalam mengkonsolidasikan masing- Pendekatan perencanaan tadi menjadi
masing tujuan dari SKPD sehingga dasar dalam membuat kesepakatan terkait
diharapkan dapat meningkatkan dengan prioritas pembangunan SKPD, (2)
efektivitas penyerapan anggaran belanja Membentuk Forum Konsultasi antara
daerah. pimpinan DPRD,Walikota dan SKPD.
Komitmen pencapaian sasaran
Penerapan Regulasi Insentif dan
juga menjadi salah satu dalam Disinsentif
keberhasilan dalam efektivitas
penyarapan anggaran belanja daerah. Strategi penerapan regulasi
Penetapan APBD harus dilakukan tepat insentif dan disinsentif menjadi pilihan
waktu agar program kegiatan dan selanjurnya yang dipilih oleh para pakar.
pembangunan yang direncanakan Pemberian insentif diberikan kepada para
terealisasi pada tahun anggaran sehingga PNS yang berkinerja baik dalam hal
pemberian pelayanan publik terhadap memberikan pelayanan publik,
masyarakat dapat berjalan lancar. penyerapan anggaran, dan mencapai
Lambatnya pengesahan APBD tahun target penerimaan PAD. Insentif ini
2016 yang baru disahkan pada bulan bertujuan sebagai bentuk penghargaan
Januari 2016 dari yang seharusnya paling atas kinerja dan untuk memotivasi PNS
lambat Desember 2015 merupakan dalam bekerja. Hal ini timbul
cerminan dari lemahnya komitmen dikarenakan adanya anggapan didalam
eksekutif dan legislatif untuk memenuhi birokrasi bahwa yang bekerja dan yang
kewajibanya sebagai pejabat daerah yang tidak bekerja penghasilan sama. Gibson
bertugas untuk mensejahterakan et al (1995) dalam teori motivasinya
masyarakat. Fenomena keterlambatan menyebutkan bahwa gaji atau upah dan
pengesahan APBD tahun 2016 berbagai tunjangan lainnya merupakan
mencerminkan rendahnya komitmen salah satu faktor kondisi ekstrinsik yang
pencapaian sasaran baik eksekutif mempengaruhi sikap dan prilaku orang
maupun legislatif dalam menjalankan dalam organisasi. Apabila kondisi ini
amanah dan tugas pemerintahan. Hal tidak ada dalam pekerjaan maka akan
tersebut dapat di hindari jika seandainya menyebabkan rasa tidak puas
adanya dukungan kelembagaan melalui (dissatisfaction) diantara pegawai. Oleh
komunikasi yang baik dan komitemen karena itu sistem kompensasi (gaji,upah,
bersama antara lembaga eksekutif dan tunjangan, insentif dan penghargaan
lembaga legislatif dalam pencapaian lainnya) dalam organisasi dirancang
12 sasaran dalam pengelolaan APBD. dengan tujuan antara lain adalah
Beberapa kegiatan yang bisa di memotivasi atau mendorong semangat

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

pegawai mencapai prestasi yang tinggi. yang belum terdaftar dan tentunya belum
Kegiatan yang bisa di implementasikan melaksanakan kewajiban pajaknya ini
pada strategi ini yaitu: Penerapan dilakukan agar pelaku usaha segera
peraturan walikota Bogor tentang mendaftarkan diri sebagai wajib pajak
pemberian tunjangan keuangan daerah daerah. Beberapa kegiatan yang bisa di
(TKD). implementasikan pada strategi ini antara
lain (1) Membentuk satuan tugas khusus
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak
ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah
dan Retribusi Daerah
yang terintergrasi yang bertanggung
Salah satu ukuran kemampuan jawab untuk proses pelaksanaannya di
daerah untuk melaksanakan otonomi daerah, (2) Mengoptimalkan kinerja dinas
daerah adalah dengan melihat besarnya pendapatan daerah sebagai pengelola dan
PAD yang dapat dicapai oleh daerah pelayanan pendapatan daerah, (3)
tersebut. Dengan PAD yang relatif kecil Melaksanakan sosialisasi khususnya
akan sulit bagi daerah tersebut untuk kepada para wajib pajak daerah untuk
melaksanakan proses penyelenggaraan meningkatkan kesadaran untuk
pemerintahan dan pembangunan secara membayar pajak, (4) Membuat sistem
mandiri tanpa didukung oleh pihak lain pembayaran dan pelaporan secara online
(dalam hal ini pemerintah pusat dan (E-SPTPD) yang memudahkan para
provinsi). Berdasarkan rasio tingkat wajib pajak melaksanakan kewajiban
ketergantungan keuangan daerah perpajakan daerahnya, (5) Audit pajak
pemerintah Kota Bogor memiliki tingkat daerah, (6) Menambah sarana dan
ketergantungan keuangan daerah yang prasarana organisasi dan sistem tata
sangat tinggi kepada pemerintah pusat. kelola pendapatan daerah
Oleh sebab itu diperlukan strategi
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan SIMPULAN
retribusi daerah sebagai cara untuk
mengoptimalkan pendapatan asli daerah Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
(PAD). Intensifikasi pajak adalah telah disajikan sebelumnya, dapat
kegiatan yang dilakukan untuk disimpulkan beberapa hal sebagai
menambah jumlah penerimaan dari wajib berikut:
pajak yang sudah terdaftar sebagai wajib 1. Berdasarakan analisis kinerja
pajak daerah sedangkan proses keuangan daerah, secara umum dapat
pelaksanaan intensifikasi pajak daerah digambarkan bahwa kinerja keuangan
dimulai dari melakukan pembinaan, pemerintah Kota Bogor pada tahun
sosialisasi peraturan terkait pajak daerah, anggaran 2005-2014 menunjukkan
pengawasan sekaligus melakukan rata-rata kinerja keuangan daerah yang
pemeriksaan dalam rangka meningkatkan masih belum stabil atau belum baik.
kesadaran dan kepatuhan wajib pajak Hal ini ditunjukkan oleh indikator
dalam melakukan kewajiban perpajakan kinerja keuangan antara lain:
daerahnya sesuai dengan peraturan dan desentralisasi fiskal kurang
ketentuan yang berlaku dan juga mengingat ketergantungan keuangan
khusunya untuk meningkatkan terhadap pemerintah pusat sangat
penerimaan pajak daerah. tinggi dan tingkat kemandirian
Ekstensfikasi dimulai dari proses keuangan daerah sedang, PAD dan
pendataan dan pengawasan serta belanja operasional menunjukkan tren
melakukan sosialisasi peraturan dan positif dimana mengalami peningkatan
ketentuan yang berlaku terkait pajak pertumbuhan dan alokasi belanja rutin
daerah kepada pelaku usaha yang rata-rata 59.75 persen dari belanja 13
usahanya menjadi objek pajak daerah daerah Kota Bogor.

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

2. Faktor-faktor yang berpengaruh belanja operasional dengan rata-rata


terhadap kinerja keuangan 59.75 persen pertahun. Alokasi belanja
pemerintahan Kota Bogor adalah operasional yang digunakan untuk
investasi, pendapatan perkapita dan menggerakan ekonomi, memberikan
pajak daerah berpengaruh positif dan pelayanan kesehatan dan pendidikan
signifikan terhadap kinerja keuangan bagi masyarakat Kota Bogor jauh
pemerintah Kota Bogor. PDRB lebih kecil yang hanya sekitar 40.25
berpengaruh negatif dan signifikan persen pertahun. Untuk itu pemerintah
terhadap kinerja keuangan pemerintah Kota Bogor perlu mengupayakan
Kota Bogor. untuk meningkatan rasio belanja
3. Strategi meningkatkan efisiensi dan operasional agar kesejahteraan
efektivitas kinerja keuangan masyarakat lebih meningkat dengan
pemerintah Kota Bogor dalam cara meningkatkan alokasi belanja
pengelolaan APBD yang dianalisis operasional dengan porsi alokasi yang
dengan AHP, sesuai urutan lebih besar.
prioritasnya adalah sebagai berikut: (a) 3. Rata-rata anggaran yang tidak terserap
Meningkatkan pengawasan, (b) pada APBD Kota Bogor sebesar Rp
Pendidikan dan pelatihan, (c) 93,58 miliar pertahun. DPRD Kota
Komunikasi dan komitmen Bogor perlu meningkatkan fungsi
pencapaian sasaran, (d) Penerapan pengawasan sebagai kekuatan
regulasi insentif dan disinsentif, (e) penyeimbang (balance of power) bagi
Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak eksekutif agar penyerapan belanja
dan retribusi daerah. daerah di Kota Bogor meningkat
sehingga dapat mendorong terciptanya
SARAN mutliplier effect bagi pertumbuhan
ekonomi di Kota Bogor. Program yang
Beberapa hal yang dapat disampaikan direkomendasikan berdasarkan
sebagai saran antara lain: penelitian ini salah satunya adalah
membentuk tim evaluasi dan
1. Berdasarkan rasio ketergantungan
pengawasan penyerapan anggaran di
keuangan daerah dalam kurun waktu
seluruh unit kerja atau SKPD.
tahun 2005-2014 tingkat
ketergantungan keuangan pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Kota Bogor terhadap bantuan
keuangan pemerintah pusat sangat
Abimanyu A. 2005. Format Anggaran
tinggi. Untuk mengurangi tingkat
Terpadu Menghilangkan
ketergantungan keuangan, pemerintah
Tumpang Tindih. Jakarta (ID):
Kota Bogor harus mampu untuk
Bapeki Depkeu.
meningkatkan PAD melalui strategi
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2015.
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak
Statistik Keuangan Pemerintah
dan retribusi daerah. Program yang
Daerah Provinsi dan
direkomendasikan berdasarkan
Kabupaten/Kota di Jawa Barat,
penelitian ini salah satunya adalah
BPS Jawa Barat, Bandung.
membuat sistem pembayaran dan
Basir A. 2009. Analisis faktor-Faktor
pelaporan online (E-SPTPD) untuk
yang Mempengaruhi Kapasitas
memudahkan para wajib pajak
Fiskal Daerah Kota Parepare.
melaksanakan kewajiban perpajakan
[Tesis]. Makassar (ID):
daerahnya.
Universitas Hasanuddin.
14 2. Berdasarkan rasio aktivitas dalam
kurun waktu tahun 2005-2014 alokasi Bisma IDG, Hery S. 2010. Evaluasi
Kinerja Keuangan Daerah
belanja rutin lebih tinggi daripada

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

Pemeritnah Provinsi Nusa Mahmudi. 2009. Manajemen Keuangan


Tenggara Barat Tahun Anggaran Daerah. Yogyakarta (ID):
2003-2007. Ganec Swara. 4(3): Erlangga.
75-86. Mahmudi. 2010. Analisis Laporan
BPKAD. 2015. Laporan Realisasi APBD Keuangan Pemerintah Daerah-
Kota Bogor 2005 s/d 2014. Panduan Bagi Eksekutif, DPRD,
BPKAD Kota Bogor. Bogor. dan Masyarakat Dalam
Chirieleison C, Montrone A. 2013. Pengambilan Keputusan
Evaluating Local Government Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Costs and Revenue: The Case Of Yogyakarta (ID): Unit Penerbit
An Italian Privately Owned For- dan Percetakan Sekolah Tinggi
Profit Event. Tourism Ilmu Manajemen YKPN.
Management Perspectives. Vol Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
(8):90- Keuangan Daerah. Yogyakarta
97.doi:10.1016/2013.08.001 (ID) : ANDI.
Florida A. 2006. Pengaruh Pendapatan Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan
Asli Daerah (PAD) terhadap Bagi Para Pemimpin. Setiono L,
Kinerja Keuangan Pemerintah Penerjemah. Jakarta (ID):
Kabupaten dan Kota di Provinsi PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Sumatra Utara. [Tesis]. Medan Shaverdi M, Heshmati MR, Ramezani I.
(ID): Universitas Sumatra Utara. 2014. Application Of Fuzzy AHP
Galariotis E, Guyot A, Doumpos M, Approach For Financial
2015. A Novel Multi-Attribute Performance Evaluation Of
Benchmarking Approach For Iranian Petochemical Sector.
Assessing The Financial Information Technology and
Performance Of Local Quantitative Management. Vol
governments: Empirical Evidence (31): 995-
From France. European Journal 1004.doi:10.1016/2014.05.352
Of Operational Research. 1- Sumenge AS. 2013. Analisis Efektivitas
17.doi:10.1016/j.ejor.2015.06.042 dan Efisiensi Pelaksanaan
Han L, Kung JKS.2015. Fiscal Insntives Anggaran Belanja Bappeda
And Policy Choice Of Local Minahasa Selatan. Jurnal
Government: Evidance From EMBA.Vol (1): 74-81.
China. Journal Of Development Suprajitno P. 2003. Analisis Faktor-
Economics. Vol (15): 304- Faktor Yang Mempengaruhi
3878.doi:10.1016/2015.04.003. Kemandirian Fiskal Daerah (Studi
Lajdin N. 2008. Analisis Kemandirian Kasus di Kabupaten
Fiskal Di Era Otonomi Daerah Banjarnegara).[Tesis]. Semarang
(Studi Kasus di Provinsi Sulawesi (ID): Universitas Dipenogoro.
Selatan).[Tesis]. Semarang (ID):
Universitas Dipenogoro.

15

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 1, Juni 2017

Lampiran hasil pengolahan Analytical Hierrarcy Process

16

Muhammad Syauqi, Yusman Syaukat Strategi Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas


dan Hermanto Siregar Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bogor dalam
Pengelolaan APBD

S-ar putea să vă placă și