Sunteți pe pagina 1din 37

MAKALAH

LILITAN TALI PUSAT


D

OLEH:

KARMILA
MAUHIZAH HASANAH
MELATI

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “LILITAN TALI PUSAT“ ini dapat terselesaikan dengan baik
meski pun banyak kendala dan hambatan yang dihadapi pada saat penulisan
makalah ini.

Sebelumnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen

yang telah memberikan bimbingan, serta semua pihak yang telah membantu baik

dukungan moral maupun dukungan tenaga selama penyusunan makalah ini.

Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah ini

dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembaca dapat mengerti dengan jelas apa

yang dibahas di dalamnya.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

masukkan berupa saran dan kritik yang tentunya positif sifatnya membangun

untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Medan, Juli 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1

1.2. Tujuan .................................................................................... 3

1.2.1 Tujuan Umum ............................................................ 3

1.2.1 Tujuan Khusus ........................................................... 3

1.3. Manfaat .................................................................................. 3

2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4

2.1 Pengertian .............................................................................. 4

2.2 Struktur Tali Pusat.................................................................. 4

2.3 Fungsi Tali Pusat..................................................................... 5

2.4 Sirkulasi Tali Pusat................................................................. 6

2.5 Etiologi................................................................................... 6

2.6 Patofisiologi............................................................................ 8

2.7 Penatalaksanaan...................................................................... 9

2.8 Pencegahan............................................................................. 11

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................... 12

1. Pengkajian Data Menurut 7 Langkah Varney............................ 12

2. Catatan Perkembangan SOAP.................................................... 22

BAB IV PENUTUP....................................................................................... 30

4.1. Kesimpulan .............................................................................. 30

4.2. Saran ......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh
wilayah Indonesia. Pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi, 34/1000 kelahiran
hidup. (Depkes, 2007).
Guna mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi,
Departemen Kesehatan telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus neonatorum.
Upaya ini dilaksanakan dengan pencegahan infeksi pada persalinan dan perawatan
tali pusat (Depkes, 2007). Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan
pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan
kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali
pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar
adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat
mengakibatkan kematian (Depkes, 2007).
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005). Kasus kesakitan dan
kematian neonatal yang berhubungan dengan infeksi tali pusat masih banyak
ditemukan. Pada tahun 2000, WHO (Word Hearth Organisation) menemukan
angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat,
Negara Asia Tenggara diperkirkan ada 220.000 kematian bayi yang disebabkan
karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Astuti, 2003).

1
Menurut data Departemen Kesehatan, 75% kematian bayi terjadi pada
masa perinatal. kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah
infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi
kematian karena tetanus neonatorum yaitu 9,5% (Depkes RI, 2008).
Menurut data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2007
kematian Bayi di Jawa Barat sebesar 39/1000 kelahiran hidup.kasus kematian
neonatal memiliki proprsi sebesar 68% dari keamtian bayi dan 56% disebabkan
karena infeksi pada masa perinatal ( Dinkes Jabar, 2008).
Menurut laporan dari dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya kematian
bayi pada tahun 2008 sebanyak 24/1000 kelahiran hidup, 56,78% disebabkan oleh
infeksi terutama pada masa neonatal dengan penyebab terbanyak adalah infeksi
saluran pernapasan akut, dan sepsis. ( DKK Kab Tasikmalaya, 2008). Hasil studi
pendahuluan di Puskesmas Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya, jumlah kasus
infeksi pada masa neonatal tahun 2010 sebanyak 5 kasus, 3 diantaranya adalah
infeksi pada tali pusat. Hasil wawancara dengan 5 orang ibu nifas di sariwangi, 3
orang tidak dapat menyebutkan cara cara merawat tali pusat dengan benar dan 2
orang tidak dapat menyebutkan tanda tanda infeksi pada tali pusat. Fakta diatas
menggambarkan adanya masalah dalam perawatan tali pusat dan masalah dalam
pengetahuan ibu nifas mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan
(Morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan
pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat
bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang
mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu
dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada masa
dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur
kesehatan.

2
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali
pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke 5 dan hari ke 7 tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak
benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat
mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian
obat – obatan, bubuk atau daun – daun yang ditaburkan ketali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memberikan penanganan tentang perawatn dan pemotongan tali pusat pada bayi
baru lahir.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
2. Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
3. Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
4. Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
5. Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat

1.3 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi
Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan pemotongan tali pusat pada
bayi baru lahir.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi begitu
bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat
atau dijepit.
1. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta
sampai daerah umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada
perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal berinersi
dibagian tengah plasenta.
2. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang
dari tengah plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar
40 puntiran spiral.
3. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm
dan diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa
menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih
panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan
kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak
( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek.
Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar
leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan
oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.

2.2 Struktur Tali pusat


1. Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion
yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion
melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun
membran amnion berasal dari ectoderm.

4
2. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan
duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung
pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan
plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus
umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion
plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali
pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan
mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
3. Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem
peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium
choriodeciduale.
4. Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke
plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah
maternal untuk di ekskresikan.
5. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang
mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon
merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya
pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap
kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat
di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat.
Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini
kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul
palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan
funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.

2.3 Fungsi Tali pusat


Tali Pusat Mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh
janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi
dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui
vena umbilicalis.

5
2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon
dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.

2.4 Sirkulasi Tali pusat


Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua
keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan
nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika
keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin
maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah
plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan
lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan. Tali pusat secara normal
berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada
beberapa yang memiliki kelainan letak seperti:
1. Insersi tali pusat Battledore : pada kasus ini tali pusat terhubung
kepaling pinggir plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak
bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous : tali pusat berinsersi kedalam membran
agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati
membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal,
tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila
dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.

2.5 Etiologi
1. Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm
segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan
perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya
sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga
empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di
perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri
dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.

6
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan
memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan
daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang
keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut
menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
2. Lilitan Tali pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada
umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana
mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga
panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan
penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya,
suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang,
yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab
lilitan tali pusat pada janin :
3. Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan
karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan
arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia
kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
4. ·Panjangnya tali pusat
Panjang tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi
rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat
berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan
bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak
terhambat.Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
a. Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian
terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas
panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.

7
b. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah
dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position)
perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
c. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler
dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
d. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat,
umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin
di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
5. Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL
yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi
selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan
toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan
merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985).
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan
kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut
terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium
tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu
tetanospasmin dan tetanolysin.

2.6 Patofisiologi
1. Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,
kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk
tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut
masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak
ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan

8
ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam
rongga abdomen janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan
tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga
korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan
dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.

2.7 Penatalaksanaan
a. Persiapan Alat yang Diperlukan
1. Arteri klem 2 buah
2. Gunting Steril 1 buah
3. Sarung Tangan Steril 1 pasang
4. Benang steril pengikat pusat 1 helai
5. Selimut Kering dan bersih 1 buah
6. Perlak pengalas 1 buah
b. Memotong dan Mengikat Tali Pusat
1. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir.
Lakukan terlebih dahulu menyuntikkan oksitosin, sebelum tali pusat
dipotong.
2. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepit, tekan tali pusat dengan dua
jari kemudian dorong isi tali pusat ke aarah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit
(dengan klem kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah
dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
3. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
DTT atau steril.
4. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.

9
5. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5 %.
6. Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk
Inisiasi Menyusu Dini dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
(minimal) dalam 1 jam pertama setelah lahir.
c. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
2. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali pusat.
3. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air
hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang
harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya.
Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat
(bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
4. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali
pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup
tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain
kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara
dengan leluasa.
d. Nasehat untuk Merawat Tali Pusat
1. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan /
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu
dan keluarganya.
2. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.
3. Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
1) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

10
2) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau
fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah
dan / atau berbau.
4) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas
atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke
fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

2.8 Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian
toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke – 3
dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan
tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA IBU BERSALIN Ny. “L” Umur


32 Tahun P3 A0 Usia Kehamilan 39 Minggu 5 hari DENGAN LILITAN
TALI PUSAT DI KLINIK Hj. RAWIT

No. Register :
Tanggal/Jam Masuk : 03-08-2019/ 05.30 WIB
Tempat : Klinik Hj.Rawit

1. PENGKAJIAN DATA Tanggal:03-08-2019 Jam 05:30 WIB


A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. L” Tn. “A”
Umur : 32 Tahun 35tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jln Platina VI Pasar V
2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin melahirkan
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mules-mules sejak tanggal 2 Agustus 2019 pukul 23.00
Wib. dan semakin sering ibu rasakan pukul 04:00 Wib, ibu merasa tidak
nyaman dan ada pengeluaran lender bercampur darah sedikit.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 4-7 hari Teratur : Teratur
Sifat Darah : Cair (khas menstruasi) Keluhan: Tidak ada
Bau : Khas darah (amis)

12
5. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Menikah
Menikah ke :I
Lama : 6 tahun
Usia menikah pertama kali : 26 tahun
6. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Kehamilan : Kehamilan yang lalu ibu normal
Persalinan : Persalinan ibu yang lalu normal
7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan
8. Riwayat Kehamilan sekarang
HPHT : 25-10-2018
HPL : 02-8-2019
ANC pertama umur kehamilan : 10 minggu
UK : 39 Mg 5 Hari
Kunjungan ANC
Trimester I :
1. Frekuensi : 1 kali
2. Tempat : Klinik Hj Rawit
3. Oleh : Bidan
4. Keluhan : Mual muntah
5. Terapi : Tablet Fe dan asam folat
Trimester II :
1. Frekuensi : 2 kali
2. Tempat : Klinik Hj Rawit
3. Oleh : Bidan
4. Keluhan : Tidak ada
5. Terapi : Tablet Fe
Trimester III :
1. Frekuensi : 2 kali
2. Tempat : Klinik Hj Rawit

13
3. Oleh : Bidan
4. Keluhan : Susah BAB
5. Terapi : Tablet fe
9. Imunisasi TT
TT 1 : Usia kehamilan 16 minggu
TT 2 : Usia kehamilan 30 minggu
TT 3 : Usia Kehamilan 35
TT 4 : Belum di lakukan
TT 5 : Belum di lakukan
Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin ± 12 kali dalam 24 jam
10. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun, dan
menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular
(Hepatitis, HIV/AIDS), menurun (DM, Hipertensi), menahun (TBC,
Jantung)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,menurun, dan
menahun)
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular (Hepatitis, HIV/AIDS), menurun (DM, Hipertensi), menahun
(TBC, Jantung)
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak mempunyai keturunan kembar baik dari pihak
ibu maupun suami
d. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun
e. Riwayat Alergi Obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi obat apapun
11. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan

14
Frekuensi : 3 x/hari
Porsi : 1 piring
Jenis : Nasi, sayur,lauk
Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada

Minum
Frekuensi : 8 x/hari
Porsi : 1 gelas
Jenis : Air putih
Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 2 x/hari
Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning
Bau : Khas feses
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 7 x/hari
Konsistensi : Cair
Warna :Kuning jernih
Bau : Khas urin
Keluhan : Tidak ada
c. Pola Istirahat
Tidur siang
Lama : 1 jam
Keluhan : Tidak ada
Tidur malam
Lama : 7 jam
Keluhan : Tidak ada

15
d. Personal hygiene
Mandi : 2 x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari
Gosok gigi : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 2x/minggu
Keluhan : Tidak ada
12. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman
beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat mengganggu
kesehatan seperti merokok,minum jamu,minuman beralkohol.
13. Psikososiospiritual (persiapan menghadapi persalinan)
Ibu, suami, dan keluarga cemas dengan persalinan ini
mengatakan Ibadahnya lancar
14. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, dan nifas)
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan, dan nifas
15. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)
Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumah bersih,dan ibu tidak
mempunyai hewan peliharaan apapun.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
a. Tanda vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi :81x/menit
Pernafasan : 21 x/menit Suhu :37,2 °C
b. Berat badan sebelum hamil : 49 kg
c. Tinggi badan : 150 cm
d. Berat badan saat hamil : 60kg

16
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
a. Bentuk : Tidak ada bekas operasi.
b. Warna kulit : Putih, bersih
c. Nyeri tekan : Tidak ada
Rambut
a. Bentuk : Lurus
b. Bau rambut : Tidak berbau
c. Warna rambut : Hitam
Muka
a. Bentuk : Oval
b. Oedem : Tidak ada
c. Cloasma gravidarum : Tidak ada
Mata
a. Kesimetrisan : Simetris
b. Konjungtiva : Merah muda
c. Sklera : Tidak ikterik, bersih, tidak ada sekret
Hidung
a. Kesimetrisan : Simetris
b. Polip : Tidak ada
c. Infeksi : Tidak ada
d. Serumen : Tidak ada
Mulut
a. Keadaan bibir : Lembab
b. Keadaan gigi : Tidak ada caries, tidak ada gigi berlubang
c. Keadaan gusi : Tidak ada perdarahan
d. Keadaan Lidah : Bersih
e. Kelenjar Tonsil : Tidak ada pembengkakan
Telinga
a. Kesimetrisan : Simetris
b. Lubang Telinga : Ada

17
c. Pendengaran : Baik
d. Serumen : Tidak ada
Dada
a. Luka bekas Operasi : Tidak ada
b. Retraksi dinding dada: Tidak ada
c. Bunyi jantung : Normal
Payudara
a. Simetris : Simetris
b. Hiperpigmentasi : Ada
c. Massa : Tidak ada
d. Pembesaran : Ada
e. Puting susu : Menonjol
f. Kolustrum : Ada
Abdomen
a. Bekas luka : Tidak ada
b. Linea nigra : Tidak ada
c. Striae gravidarum : Ada

Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 2 jari di bawah px, pada fundus teraba satu bagian
bulat, lunak (bokong).
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada
tahanan dan keras (punggung) Bagian kiri ibu teraba kecil-
kecil, banyak, (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba satu bagian bulat, keras
(kepala).
Leopold IV : Kedua tangan tidak bertemu /divergen (sudah masuk
panggul)
TFU menurut Mc. Donald : 34 Cm
TBJ : (34-11) x155= 3,565 gram
His : 4x/10 menit,selama 45 detik
Auskultasi DJJ : 148 x/menit, irama teratur kuat

18
Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif
Ekstremitas bawah : Gerak Simetris, gerakan aktif
Genetalia luar : Tidak ada odema,tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini
Anus : Tidak ada haemoroid

Pemeriksaan dalam
a. Seviks : pembukaan 7 Cm Pukul 05:35WIB
b. Selaputketuban : Utuh
c. Bagian terendah : presentasi kepala

2. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny.”L” umur 32 Tahun G3 P2 A0 UK 39 minggu 5 hari janin
tunggal, puka, hidup intra uteri dengan persalinan kala I, presentasi kepala.

DS :
Ibu mengatakan berusia 32 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
Ibu mengatakan HPHT tanggal 25-10-2018

DO
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign
TD : 110/70 mmHg RR : 21 x/menit
BB : 60kg S : 37,2 °C
TB : 150 cm N : 81 x/menit
Leopold I : TFU 2 jari bawah px, pada fundus teraba satu bagian
bulat, lunak (bokong).

19
Leopold II :Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada
tahanan dan keras (punggung) Bagian kiri ibu teraba kecil-
kecil, banyak, (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba satu bagian bulat, keras
(kepala).
Leopold IV : Kedua tangan tidak bertemu /divergen(sudah masuk
panggul)

TFU mc Donald : 34 cm TBJ : 3,565 gram


DJJ : 148 x/menit
Kontraksi : 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik
Pemeriksaan dalam
a. Seviks : pembukaan 7 cm Pukul 05:35WIB
b. Selaputketuban : utuh
c. Bagian terendah : presentasi kepala

B. Masalah
1. Gangguan emosional
2. Gangguan rasa nyeri
3. Gangguan cairan dan nutrisi
Dasar:
1. Ibu tamapak gelisah dan cemas terhadap persalinannya
2. Ibu mengeluh nyeri pada daerah vulva dan paha bagian kanan ibu
terasa keram
3. Ibu nampak pucat dan lemas

3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadinya partus lama

4. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


1. Mandiri
Pemasangan IUFD RL 20tts

20
2. Kolaborasi
Tidak ada
3. Merujuk
Tidak ada

5. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan kehamilann dan Pantau
keadaan umum ibu
2. Siapkan alat-alat untuk pertolongan persalinan
3. Lakukan pemantauan kemajuan persalinan ibu
4. Berikan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
a. Anjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman yaitu miring
kiri/ miring kanan
b. Libatkan suami atau keluarga dalam proses persalinan
5. Anjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi
6. Berikan massase dan sentuhan kepada ibu agar mengurangi rasa
nyeri
6. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa kehamilannya
tidak lama lagi memasuki pembukaan lengkap yaitu sudah
pembukaan 7 cm, dan saatnya bersiap-siap untuk ibu bersallin.
keadaan umum ibu :
a. TD : 100/80 mmhg
b. Nadi : 84x/menit
c. Pernapasan : 22x/menit
d. Suhu :37,0 C
2. Menyiapkan alat-alat untuk pertolongan persalinan
3. Memantau kemajuan persalinan ibu
4. Berikan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
a. Menganjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman yaitu
miring kiri atau miring kanan
b. Melibatkan suami atau keluarga dalam proses persalinan

21
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi
6. Memberikan massase dan sentuhan kepada ibu agar mengurangi rasa
nyeri

7. EVALUASI
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yaitu sudah memasuki masa
persalinan dan ibu semakin cemas menghadapi persalinannya
2. Alat-alat untuk pertolongan persalinan dan alat-alat bayi sudah
disiapkan
3. Hasil pemantauan kemajuan persalinan:
Pukul 08:15 Pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan, vulva
membuka,perenium menonjol, ibu mengatakan adanya rasa ingin
BAB, His teratur dan sering.
4. Ibu sulit untuk mengubah posisinya dikarnakan keram pada paha dan
kepala janin yang sudah berada didepan vulva membuat ibu semakin
mersakan nyeri sehingga sulit untuk ibu miring kiri kanan.
5. Ibu minum disela-sela kontraksi
6. massase dan sentuhan sedikitnya dapat mengurangi rasa nyeri yang
dialami ibu

DATA PERKEMBANGAN
KALA II
Bayi lahir pukul 09:25 WIB
S:
Ibu mengatakan perutnya semakin mules, terasa seperti ingin BAB , ibu sudah
tidak tahan lagi menahan keinginannya untuk meneran
O:
Vital Sign
Tekanan Darah : 100/70 mmHg Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 22 x/menit Suhu : 37,2 °C
Inspeksi :Tekanan pada anus, perineum menonjol, vulka
membuka
His : 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik

22
Pemeriksaan dalam : pukul 08: 15 WIB pembukaan lengkap, porsio
teraba, presentasi kepala

A:
Ny “L” G3 P2 A0 usia kehamilan 39 minggu 5 hari inpartu kala II ,
presentasi kepala dengan terjadinya lilitan tali pusat
Dasar :
1. His semakin sering dan kuat setelah pembukaan lengkap pada pukul 08:
15 dan bayi baru lahir pukul 09:25 WIB.
2. Teraba tali pusat ketika kepala bayi sudah berada didepan vulva,
terdapat 1 x lilitan dan sedikit tegang
Masalah :
Terjadinya Asfiksia pada bayi
Kebutuhan :
1. Dukungan emosional
2. Bimbingan dalam proses meneran
3. Berikan teraphy
4. Menyiapkan resusitasi

P:
1. Memberikan dukungan emosional kepada ibu untuk mengurangi
kecemasan ibu
Ibu masih terlihat cemas
2. Membimbing ibu dalam proses meneran
Ibu mengerti cara meneran yang baik, dan ibu dapat melakukannya
3. Memberikan teraphy sinto ke caiaran infuse untuk merangsang bayi
keluar
Bayi masih belum lahir
4. Melakukan episiotomy

23
Dasar : persalinan tidak maju-maju Sementara krontasi ibu bagus
dan pembukaan sudah lengkap sejak pukul 08:15 WIB dan sinto
sudah diberikan
5. Melaksanakan pertolongan persalinan
a. Menelusuri leher bayi untuk mengetahui adanya lilitan tali pusat
Dileher bayi teraba tali pusat
b. Melakukan pelonggaran tali pusat
Tali pusat yang dilonggarkan terdapat 1 kali lilitan dan tegang
c. Melakukan pengeluaran kepala hingga bayi lahir
Kepala bayi keluar setelah tali pusat dilonggarkan kemudian
dilanjutkan pengeluaran badan dan seluruh tubuh bayi secara
spontan
6. Melaksanakan penanganan bayi baru lahir
Tabel Apgar Score
PENILAIAN NILAI = 0 NILAI =1 NILAI = 2 JUMLAH
A=Apreance Pucat Bdn Merah Tidak Ada 1
(Warna Kulit) Ekstremitas
biru
P= Pullse Tidak ada <100x/meni Tidak ada 1
(Denyut Nadi) t
G= Grimace Tidak ada Sedikit Tidak ada 1
(Reflek) gerakan
A= Activity (Tonus Tidak ada Ekstremitas Tidak ada 1
Otot) dalam
bergerak
sedikit
Pleksi
R=Restirotion Tidak ada Lemah tidak Tidak ada 1
(Usaha Bernapas) teratur

Keterangan :
Nilai Apgar Score pada 1 menit pertama = 5/10

24
KALA III
pukul 09 : 35 WIB plasenta lahir

S:
1. Ibu mengatakan merasa lelah karena merenan lama
2. Ibu mengatakan perutnya masih mules

O:
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 110/80 mmhg
HR : 82x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,2 C
3. Uterus teraba bulat dan keras
4. TFU setinggi pusat

A:
Ny “ L” G3 P2 A0 Inpartu kala III
Dasar :
1. Ibu mengatakan lega karena bayinya telah lahir
Ibu telah selesai melahirkan pukul 09:25 WIB jenis kelamin
perempuan BB : 3,300 kg , PB : 49 Cm.
2. Uterus teraba bulat dan keras
Ibu mengatakan masih merasa mules di perut bagian bawah.
3. TFU setinggi pusat.
4. Plasenta belum lahir
Masalah :
Tidak ada
Kebutuhan :
1. Pemenuhan nutrisi cairan ibu yang hilang selama proses kelahiran bayi
2. Segera melakukan penanganan aktif kala III

25
P:
1. Menjelaskan kondisi ibu saat ini
Ibu mengetahui bahwa dirinya sudah memasuki kala III dimana akan
melahirkan plasenta
2. Memberikan makan dan minum kepada ibu
Ibu tidak mau makan dan minum dikarnakan masih merasa cemas dalam
pengeluaran plasenta
3. Melakukan management aktif kala III
a. Pemberian oksitosin 10 IU/M setelah 1 menit bayi lahir
b. Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva
c. Melakukan PTT(Peregangan Tali Pusat Terkendali)
d. Tangan kiri melakukan dorsocranial hingga plasenta lepas dan
tangan kanan melakukan PTT
e. Melakukakan masasse uterus sampai uterus berkontraksi dengan
baik
4. Membantu melahirkan plasenta
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan pegang dan putar plasenta hingga selpaut ketuban
terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadahnya
a. Plasenta lahir lengkap pukul 09:35 WIB
b. Kotiledon dan selaput utuh
c. Panjang tali pusat 70cm
d. Berat plasenta 500 gram
e. Tebal plasenta 2cm
5. Mengevaluasi laserasi jalan lahir pada vagina dan perineum
Terdapat robekan di daerah vulva akibat episiotomy dan sudah
dilakukan penjahitan sebanyak 10 jahitan ( 4 bagian dalam , 6 bagian
luar )
6. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
7. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

26
KALA IV
S:
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules

O:
1. Kesadaran composmentis
Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg ,
T : 37,0’C
HR : 82x/menit,
RR : 24x/menit
2. kandung kemih kosong
3. TFU 2 jari dibawah pusat
4. Kontraksi uterus baik
5. Perdarahan pervaginam 350cc
6. Terdapat lochea rubra

A:
Ny “L” Umur 32 tahun P3 A0 dalam inpartu kala IV.
Dasar :
1. Ibu partus dengan keadaan bayi lilitan tali pusat pukul 09:25 WIB.
2. Plasenta lahir lengkap pukul 09:35 WIB
a. Kotiledon dan selaput utuh
b. Panjang tali pusat 70cm
c. Berat plasenta 500 gram
d. Tebal plasenta 2cm
3. TFU 2 jari dibawah pusat
4. Kontraksi uterus baik
5. Adanya pengeluaran lochea rubra

Masalah :
Tidak ada

27
Kebutuhan :
1. Personal hygine ibu
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
3. Mobilisasi dini
4. Pemberian ASI sedini mungkin

P:
1. Memantau keadaan umum ibu, TTV, dan pengeluaran pervaginam
a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran Komposmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg ,
T : 37,0’C
HR : 82x/menit,
RR : 24x/menit
d. perdarahan pervaginam 350 cc.
e. Terdapat lochea rubra
2. Melakukan pemanatauan kontraksi uterus 2-3x dalam 15menit
pertama, setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada
jam kedua pasca persalinan.
Hasilnya kontraksi uterus ibu baik.
3. Mengajarkan Ibu dan keluarga cara masase uterus dengan telapak
tangan searah jarum jam sampai kontraksi
Hasil : ibu serta keluarga sudah bisa melakukan massase sehingga
kontraksi uterus ibu baik.
4. Melakukan observasi kandung kemih ibu tiap 15 menit pada jam
pertama pasca persalinan dan 30 menit pada jam kedua pasca
persalinan
Hasil: kandung kemihnya kosong.
5. Melakukan pemeriksaan ulang kondisi bayi untuk memastikan kondisi
bayi bernafas dengan baik dan suhu dalam batas normal.

28
Hasil : kondisi bayi dalam keadaan baik, namun pernafasan sedikit
terganggu dikarnakan banyaknya cairan ditubuh bayi. Bayi menangis
sekali2 dan baru menangis kuat setelah dimandikan pukul 15:30 WIB.
6. Membersihkan tubuh ibu menggunakan waslap dan memakaikan
pembalut dan kain bersih,
Hasil : ibu sudah terlihat nyaman.
7. Memberikan makanan dan minuman kepada ibu untuk menggantikan
cairan yang hilang selama persalinan.
Hasil : ibu sudah mau minum dan makan.

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tali pusat adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan,
dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari
menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga
sederhana.
Cara Merawat Tali Pusat :
1. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan
apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan
keluarganya.
2. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.
3. Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
a. Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
c. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau
fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan /
atau berbau.
d. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas
yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

4.2 Saran
1. Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk
menulis/meneliti tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti
lebih dalam lagi mengenai penelitian ( dalam penulisan isi makalah)

30
3. Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah
(penelitian lain yang lebih lanjut/dalam )
4. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar
pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah
referensi bacaan dari yang lain.

31
DAFTAR PUSTAKA

Sumber koleksi Mediague.wordpress.com, dikumpulkan oleh RW.Hapsari.


Asuhan Persalinan Normal, 2008.
Gary F Cunningham, etc. 2005. ” Obstetri Williams “. Jakarta : EGC.
S. A Goeslan. 1990. ” Ilmu Kebidanan “. Jakarta : Balai Pustaka.
Farrer Helen. 1999. ” Perawatan Maternitas “. Jakarta : EGC.
Henderson, Christine. 2005. ” Konsep Kebidanan “. Jakarta : EGC.
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy
Rachmawati. ” Keajaiban dari Darah Tali Pusat “.
Tabloid Ibu Anak. ” Mother And Baby “. Update : Monday, 07 Feb 2005 Pukul
14:10:00 WIB.
Bari Abdul Saifuddin, Noroyono Wibowo. 2008. ” Plasenta, Tali Pusat, Selaput
Janin dan Cairan Amnion “. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI.
Mochtar Rustam. 1998. ” Sinopsis Obsetri “. Jakarta : EGC.
Verralls Sylvia. 1997. ” Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan “.
Jakarta :EGC.
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy

32

S-ar putea să vă placă și